BAB III METODE PENELITIAN
D. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukuran
penelitian yaitu : variabel dependen (The dependent variable) atau sering dikenal dengan variabel criteria, variabel independen (The independent variable) atau dikenal sebagai variabel predictor, variabel moderasi (The moderating variable.) dan intervening variabel (The intervening variable).
Dalam penelitian ini melibatkan satu variable terikat (the dependent
variable) dan tiga variable bebas (the independent variable). Variabel terikat (the
dependent variable) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti.
Karena tujuan penelitian adalah untuk memahami dan menjelaskan variable terikat atau memprediksinya melalui analisis dependen yaitu menemukan variable apa yang mempengaruhinya (Sekaran 2012). Sedangkan Variabel terikat
(dependent variable) adalah variable yang mempengaruhi variabel dependen baik
secara positif atau negatif. Artinya setiap peningkatan unit variabel independen, ada peningkatan atau penurunan variabel dependen..
Definisi operasional dalam penelitian adalah penentuan variabel
(constract) sehingga dapat diukur. Definisi Operasional menjelaskan cara tertentu
yang digunakan peneliti dalam operasionalisasi variabel sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran variabel yang baik (Indriantoro & Supono 2002).
Variabel dalam penelitian ini mengambil komponen/rekening yang terdapat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yaitu Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Definisi dan pengukuran varibel independen dan dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kekayaan daerah (X1)
Kekayaan daerah adalah harta yang dimiliki pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), yaitu berupa asset yang tercantum dalam neraca pemerintah daerah.
Asset adalah elemen dari neraca yang menunjukkan kekayaan atau harta yang dimiliki suatu perusahaan atau unit bisnis dan memberikan keuntungan dengan memanfaatkannya.
Total Asset diukur dengan melihat angka yang tercantum dalam jumlah aktiva dalam neraca dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Kemudian angka yang terdapat dalam neraca tersebut dibagi commit to user
satu juta. Sehingga angka yang digunakan dalam data penelitian adalah dalam jutaan rupiah.
Penelitian terdahulu terkait dengan variabel Total asset adalah Penelitian yang berjudul Pengaruh Kekayaan Daerah dan Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Pemerintah. Dari Hasil Penelitian dengan sampel/populasi pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia ini menunjukkan bahwa kekayaan daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah (Sudarsana 2013).
2. Realisasi Belanja Daerah (X2)
Belanja daerah adalah dana yang dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan
Besar kecil nilai realisas belanja daerah diukur dengan melihat angka yang tercantum dalam jumlah aktiva pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Kemudian angka yang terdapat dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tersebut dibagi satu juta. Sehingga angka yang digunakan dalam data penelitian adalah dalam jutaan rupiah
Penelitian terdahulu terkait dengan variabel belanja daerah antara lain adalah penelitian yang berjudul Pengaruh Investasi dan Belanja Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Implikasinya kepada Kemiskinan di Kabupaten Kutai Tarumanegara. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa realisasi belanja APBD berpengaruh negative terhadap jumlah penduduk miskin. Yaitu semakin besar jumlah belanja APBD maka semakin kecil jumlah penduduk miskin (Evy Wahyuni dkk, 2012).
3. Temuan Audit (X3)
Dalam pengujian atas kepatuhan terhadap perundang-undangan, dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK juga menilai akibat yang ditimbulkannya. Akibat ketidakpatuhan pada undang-undang antara lain adanya kerugian daerah, potensi kerugian daerah, kekurangan penerimaan, ketidakhematan dan ketidakefisienan.
Variabel temuan audit adalah temuan BPK yang berupa kerugian negara karena ketidaktaatan pada undang-undang (X3) diukur dengan nilai uang dari keseluruhan akibat dari ketidakpatuhan terhadap undang-undang yang terdapat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
Penelitian terdahulu yang menggunakan variabel ini antara lain penelitian yang berjudul Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Sudarsana & commit to user
Rahardjo 2013). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin besar jumlah temuan audit BPK pada suatu Pemda maka semakin rendah skor kinerja Pemda tersebut. Hal ini berarti Pemda harus lebih berhati-hati dalam masalah pengelolaan keuangan negara karena hal ini tidak hanya terkait dengan masalah secara akuntansi saja tapi juga terkait dengan kepatuhan terhadap regulasi yang ada. Temuan audit dirumuskan sebagai berikut :
Temuan Audit : Temuan Audit (dalam juta rupiah )
Total Realisasi Belanja Daerah (Dalam Juta Rupiah )
Hasil penelitian ini mendukung penelitian penelitian Mustikarini dan Fitriasasi (2012) yang menyimpulkan bahwa temuan audit BPK berpengaruh negatif signifikan terhadap skor kinerja Pemda kabupaten/kota.
Dalam penelitian ini mengacu penelitian yang terdahulu, sehingga pengukuran variabel temuan audit juga menggunakan rumus tersebut diatas sebagaimana dilakukan oleh peneliti terdahulu.
4. Kinerja Pemerintah Daerah (Y)
Kinerja pemerintah daerah adalah prestasi yang telah dicapai pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahan. Prestasi ini diukur dengan capaian tingkat kesejahteraan masyarakat pada masing-masing pemerintah daerah.
Kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi dimana masyarakat (orang) dalam kondisi makmur, sehat dan damai (Wikipedia 2014). Atau dapat commit to user
dikatakan bahwa masyarakat sejahtera adalah bahwa sutu kondisi dimana masyarakat terpenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.
Variabel ini diukur dengan menggunakan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Setiap tahun. Pada penelitian ini menggunakan IPM yang dikeluarkan BPS pada tahun 2012, yaitu berupa indeks (angka) yang berkisar antara 0 sampai dengan 100.
Penelitian terdahulu yang menghubungkan antara karakteristik keuangan daerah dengan kesejahteraan masyarakat antara lain berjudul Financial Sector Development and Economic Growth : Empirical Evidence from
Nigeria oleh (Odeniran and Udeaja 2010) bahwa Ada korelasi positif
antara PDB riil per kapita dan berbagai langkah pembangunan sektor keuangan. Dan terbukti terdapat hubungan kausalitas dua arah antara kredit domestik bersih dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan simultanitas antara pembangunan keuangan dan pertumbuhan ekonomi