• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Variabel Penelitian

Variabel Bebas (Independent variable) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu (Nanang, 2014: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut persepsi Self Assessment System (X1), persepsi Sosialisasi Perpajakan (X2), dan persepsi Tingkat Pendidikan (X3) yang dinyatakan dalam skor total hasil pengukuran pernyataan responden mengenai ketiga variabel bebas tersebut yang akan dilaksanakan di ruang lingkup KPP Pratama Surakarta.

a. Persepsi Self Assessment System (X1)

Menurut Dania (2009: 1)“Self Assesmnet System adalah

sistem pemungutan pajak memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar”. Indikator dari Self Assessment System

meliputi:

1. Mendaftar sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak

Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamat Potensi Perpajakan (KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak.

2. Menghitung sendiri oleh Wajib Pajak

Wajib Pajak menghitung sendiri pajak terutangnya. Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengkalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak.

3. Menyetor atau membayar pajak sendiri oleh Wajib Pajak Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran sendiri dengan mudah yang telah disediakan oleh pemerintah melalui bank

swasta maupun bank pemerintah dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

4. Melapor sendiri oleh Wajib Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak dalam melporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak sebenarnya yang terutang. Surat Pemberitahuan berfungsi untuk pembayaran atau pelunasan pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilkukan oleh pihak ketiga.

b. Persepsi Sosialisasi Perpajakan (X2)

Menurut Mustafa (2005: 10), sosialisasi adalah satu konsep umum diartikan sebagai proses untuk belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berfikir, merasakan dan bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.

Indikator sosialisasi oleh Direktorat Jendral Pajak adalah kegiatan sadar dan peduli pajak serta memodifikasi program pengembangan pelayanan perpajakan yaitu:

1. Penyuluhan

Bentuk sosisalisasi yang diselenggarakan oleh Dirjen Pajak melalui berbagai media, baik media elektronik maupun media massa lainnya bahkan terkadang sampai mengadakan

penyuluhan secara langsung ke tempat (daerah) tertentu yang dianggap potensial pajaknya tinggi dan membutuhkan informasi yang lengkap dan terjamin kebenarannya.

2. Diskusi dengan Wajib Pajak dan tokoh masyarakat

Salah satu bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Dirjen Pajak yang lebih menekankan pada komunikasi dua arah baik dari segi petugas pajak maupun masyarakat khususnya Wajib Pajak yang dianggap memiliki pengaruh atau dipandang oleh masyarakat sekitarnya sehingga diharapkan mampu memberikan penjelasan yang lebih baik terhadap masyarakat sekitarnya.

3. Informasi langsung dari petugas ke Wajib Pajak

Bentuk penyampaian informasi yang diperoleh secara langsung oleh Wajib Pajak dari petugas yang bersangkutan (fiskus) mengenai perpajakan.

4. Pemasangan billboard

Pemasangan billboard dan atau spanduk dipinggir jalan atau di tempat-tempat lainnya yang strategis dan mudah dilihat oleh masyarakat. Berisi pesan singkat, bisa berupa pertanyaan, kutipan perkataan maupun slogan yang mudah dimengerti dan menarik sehingga mampu menyampaikan tujuannya dengan baik.

5. Website Dirjen Pajak

Media sosialisasi (dalam menyampaikan informasi) yang dapat diakses internet setiap saat dengan cepat dan mudah serta informasi yang diberikanpun sangat lengkap, akurat, terjamin kebenarannya dan up to date.

c. Persepsi Tingkat Pendidikan (X3)

Menurut Rustiyaningsih, 2011 dalam Ernawati, 2014 Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan berpeluang Wajib Pajak enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.

Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur variabel tingkat pendidikan adalah:

1. Pemahaman Wajib Pajak.

Wajib Pajak memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

2. Kemampuan dalam mengisi SPT.

Kemampuan dalam pengisian SPT oleh Wajib Pajak dapat menentukan seberapa paham dan mengerti Wajib Pajak akan pengetahuan dan menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara terlebih dalam kejujuran perhitungan pajak.

3. Pemahaman pengertian penyelundupan pajak.

Pemahaman mengenai penyelundupan di maksudkan untuk mengetahui seberapa paham Wajib Pajak tentang peraturan dan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

4. Minimnya tingkat pengetahuan Wajib Pajak.

Wajib Pajak yang memiliki pendidikan rendah berpeluang enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.

5. Tingginya tingkat pendidikan Wajib Pajak.

Wajib Pajak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dianggap sudah mengerti akan tanggungjawab, hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik terutama dalam tanggungjawaban sebagai Wajib Pajak.

2. Variabel Dependen

Variabel Terikat (dependent variable), yaitu variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas (Nanang, 2014: 61). Variabel dalam penelitian ini yaitu Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y). Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai berikut:

1. Tepat Waktu Penyampaian SPT

Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak harus sesuai dengan ketentuan dan tata cara perpajakan yaitu menyampaikan SPT dengan tepat waktu.

2. Kebenaran Perhitungan Pajak

Wajib Pajak yang memahami dan mengerti akan tanggungjawab sebagai Wajib Pajak akan melakukan perhitungan dengan jujur dan tanpa kecurangan.

3. Tepat Waktu Membayar Pajak

Wajib Pajak membayar sendiri pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan dan tata cara perpajakan.

4. Tidak Memiliki Tunggakan Pajak

Wajib Pajak dikatakan patuh apabila tidak memiliki tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

5. Tidak Melanggar Peraturan Perpajakan

Wajib Pajak dapat dinyatakan patuh jika tidak melanggar peraturan yang telah berlaku dan mentaati setiap peraturan yang telah dibuat.

6. Hasil Audit Laporan Keuangan

Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tahun berturut-turut.

3. Pengukuran Variabel

Pengukuran Variabel dengan menggunakan skala Likert yaitu metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ke tidak setujuannya terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu (Indiriantoro dan Supomo, 1999: 104). Adapun nilai kuantitatif yang dikomposisikan digunakan dengan menggunakan skala Likert. Responden diminta menyatakan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan. Variabel persepsi Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dan persepsi Kepatuhan Wajib Pajak menggunakan pengukuran dengan memberikan skala pada masing-masing poin jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skala Likert Keterangan Nilai Sangat Setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Netral (N) 3 Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Hasil presentase dari variabel X dan Y dapat menunjukkan tinggi atau tidaknya Self Assessment System, sosialisasi perpajakan, tingkat pendidikan dan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi menurut responden.

Untuk dapat menilai hasil persentase variabel tersebut, maka diperlukan batas-batas skor untuk masing-masing kategori.

Menurut Anzwar (2009: 109) perhitungan dilakukan dengan tahap sebagai berikut :

Kategori tinggi : X ≥ Mi + Sdi

Kategori sedang : Mi –Sdi ≤ X ˂ Mi + Sdi Kategori rendah : X ˂ Mi – Sdi

Keterangan:

X = Skor Total Variabel Mi = Mean Ideal

Sdi = Standar Deviasi Ideal

Dokumen terkait