METODE PENELITIAN Variabel Penelitian
2. Variabel Produktivitas Kerja
Tabel 3.Kategorisasi Pengukuran Skala Produktivitas Kerja No Interval Kategori Mean N Persentase
1 204 ≤ x ≤ 240 Sangat Tinggi 23 37,1% 2 168 ≤ x < 204 Tinggi 198,95 39 62,90% 3 132 ≤ x < 168 Sedang 0 0% 4 96 ≤ x < 132 Rendah 0 0% 5 60 ≤ x < 96 Sangat Rendah 0 0% Jumlah 62 100% SD = 13,749 Min = 117 Max = 236 Keterangan: x = produktivitas kerja
Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala produktivitas kerja di atas, dapat dilihat bahwa 23 karyawan memiliki produktivitas kerja yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 37,1%, 39 karyawan memiliki skor produktivitas kerja yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 62,90%, dan tidak ada karyawan memiliki
20 skor produktivitas kerja yang berada pada kategori sedang, rendah, dan sangat rendah dengan persentase 0%. Berdasarkan rata sebesar 198,95, dapat dikatakan bahwa rata-rata produktivitas kerja berada pada kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 117 sampai dengan skor maksimum sebesar 236 dengan standard deviasi 13,749.
Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pelatihan Kerja
Produktivitas Kerja
N 62 62
Normal Parametersa Mean 126.32 198.95
Std. Deviation 9.213 13.749
Most Extreme Differences Absolute .157 .087
Positive .157 .087
Negative -.110 -.055
Kolmogorov-Smirnov Z 1.236 .688
Asymp. Sig. (2-tailed) .094 .731
Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel di atas, didapatkan bahwa kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel pelatihan kerja memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,1236 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,94 (p>0.05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka distribusi data pelatihan kerja berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel produktivitas kerja yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,688 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,731.Dengan demikian data produktivitas kerja juga berdistribusi normal.
Uji Linearitas
Tabel 5.Hasil Uji Lineritas
ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Produkti vitas Kerja * Pelatiha n Kerja
Between Groups (Combined) 8829.307 25 353.172 4.706 .000 Linearity 5759.901 1 5759.901 76.755 .000 Deviation from
Linearity 3069.406 24 127.892 1.704 .072 Within Groups 2701.548 36 75.043
Total 11530.855 61
Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,1704 dengan signifikansi = 0,072 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara pelatihan kerja dan produktivitas kerja adalah linear.
Uji Korelasi
Dari perhitungan uji korelasi antara variabel bebas dan terikat, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.Hasil Uji Korelasi Correlations
Komitmen Kepuasan
Komitmen Pearson Correlation 1 .707**
Sig. (1-tailed) .000
N 62 62
Kepuasan Pearson Correlation .707** 1
Sig. (1-tailed) .000
22 Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara pelatihan kerja dengan produktivitas kerja sebesar 0,707 dengan sig. = 0,000 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan yang positif signifikan antara pelatihan kerjadengan produktivitas kerja.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pelatihan kerja, maka akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dimiliki oleh karyawan. Besarnya variasi produktivitas kerja karyawan dengan pelatihan kerja karyawan dapat menjelaskan bahwa pelatihan kerja memberikan kontribusi terhadap produktivitas kerja karyawan sebesar 49,98% (diperoleh dari r²) dan sisanya sebesar 50,02% yang dipengaruhi oleh faktor lain diluar pelatihan kerja yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja pada karyawan.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara pelatihan kerja dengan produktivitas kerja karyawan PT. PLN (PERSERO) Salatiga, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelatihan kerja dengan produktivitas kerja pada karyawan PT. PLN (PERSERO) Salatiga.Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r sebesar 0,707 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0.05) yang berarti kedua variabel yaitu pelatihan kerja dengan produktivitas kerja karyawan memiliki hubungan yang positif. Dengan kata lain, semakin tinggi pelatihan kerja, maka semakin tinggi pula produktivitas kerja.
Variabel pelatihan kerja memberi peran utama terhadap produktivitas kerja.Ada beberapa kemungkinan, pertama, sebagaian besar karyawan menganggap bahwa pelatihan kerja dapat menambah keterampilan mereka adalah penting agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Sabir (2014)yang menyatakan bahwa pelatihan kerja dapat diberlakukan kepada karyawan yang ingin meningkatkan keahlian atau keterampilan mereka dan kepada karyawan yang mengalami penurunan produktivitas kerja.Kedua, sebagaian besar karyawan menganggap bahwa
pelatihan kerja adalah kegiatan yang dapat menambah tercapainya tujuan perusahaan dalam meningkatkan produktivitas kerja. Sejalan dengan pernyataan tersebut Colombo & Stanca (2008) juga mengungkapkan bahwa dengan adanya pelatihan kerja membuat tujuan perusahaan tercapai sehingga dapat memaksimalkan produktivitas kerja karyawan.
Selanjutnya Simanjuntak (1993) mengungkapkan ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yakni, pelatihan yakni, latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi karyawan dengan keterampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja. Untuk itu, latihan kerja diperlukan bukan saja sebagai pelengkap akan tetapi sekaligus untuk memberikan dasar-dasar pengetahuan. Karena dengan latihan berarti para karyawan belajar untuk mengerjakan sesuatu dengan benar-benar dan tepat, serta dapat memperkecil atau meninggalkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Adapun Rivai (2004), berpendapat bahwa pelatihan kerja sebagai bagian menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan guna mencapai tujuan suatu perusahaan atau organisasi.
Jadi, produktivitas kerja adalah pemicu terjadinya pelatihan kerja.Kurangnya produktivitas maka diperlukan pelatihan kerja pada karyawan.Dengan demikian, produktivitas kerja yang rendah dapat diatasi dengan pelatihan kerja.
Dari uraian diatas, penulis dapat mengatakan bahwa semakin tinggi pelatihan kerja yang diberikan kepada karyawan, maka tinggi pula produktivitas kerja karyawan juga akan maksimal. Hal tersebut dikarenakan para karyawan PT. PLN (PERSERO) Salatiga yang mengikuti pelatihan kerja, mampu memberikan hasil produktivitas yang maksimal.
Hal ini terlihat dari hasil kajian penelitian di atas, bahwa antara pelatihan kerja dengan produktivitas kerja karyawan memiliki hubungan yang positif signifikan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa pelatihan kerja sebesar 75,81% yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
24 sebagaian karyawan PT.PLN (PERSERO) Salatiga bisa mendapatkan manfaat dari pelatihan kerja. Sedangkan pada produktivitas kerja karyawan PT.PLN (PERSERO) Salatiga diperoleh data bahwa produktivitas kerja sebesar 62,90%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagaian karyawan PT.PLN (PERSERO) Salatiga berperan aktif dalam meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi.
Hasil penelitian ini mendukung yang diutarakan oleh Sabir, dkk (2014) mengungkapkan bahwa dengan adanya pelatihan kerja akan memberikan dampak positif kepada karyawan sehingga meningkatkan produktivitas. Procton & Thornto (2002) mendefinisikan pelatihan kerja sebagai suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan, keterampilan atau keahlian karyawan untuk mencapai produktivitas sebuah perusahaan atau organisasi. Jika dilihat sumbangan efektif yang diberikan pelatihan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan, bahwa pelatihan kerja memberikan kontribusi terhadap produktivitas kerja karyawan sebesar 49,98% (diperoleh dari r²) dan sisanya sebesar 50,02% yang dipengaruhi oleh faktor lain diluar pelatihan kerja yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja pada karyawan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan kerja memberikan kontribusi terhadap produktivitas kerja karyawan, sehingga nampak jelas bahwa pelatihan kerja mempunyai hubungan positif dengan produktivitas kerja.
PENUTUP