• Tidak ada hasil yang ditemukan

kolom sig., baris variable_X yaitu komunikasi atasan dan bawahan) kriteria penolakan H0 dalam pengujian hipotesis ini adalah :

F hitung > F tabel , maka H0 ditolak, H1 diterima

p-value < α maka H0 ditolak, dan H1 diterima

Fhitung : 62.907 > Ftabel 3.93 dan pada α = 5 %, keputusannya adalah H0 ditolak, yaitu terdapat pengaruh komunikasi atasan dan bawahan terhadap pelayanan prima. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari komunikasi atasan dan bawahan terhadap pelayanan prima.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan dengan judul penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu : “Pengaruh Komunikasi Atasan dan Bawahan Terhadap Pelayanan Prima Pegawai Pusdiklat Aparatur Kementrian Kesehatan”, peneliti akan membahas data yang telah di kumpulkan dari para responden sebanyak 107 orang. Untuk mengetahui Sejauhmana Pengaruh Komunikasi Atasan dan Bawahan Terhadap Pelayanan Prima Pegawai Pusdiklat Aparatur Kementrian Kesehatan.

Setelah penulis memberikan deskripsi interpretasi temuan data penelitian yang terurai dalam setiap tabel tunggal di atas, maka penulis memberikan uraian pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:

Manusia harus berinteraksi dengan manusia yang lainnya sehingga dapat terbentuk kerja sama. Untuk membentuk suatu kerja sama yang baik, jelas perlu adanya komunikasi yang baik antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan saat bekerja, sehingga tidak terjadinya kesalahan persepsi dalam komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan didalam organisasi.

Komunikasi kebawah merupakan komunikasi atau arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan juga komunikasi kebawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berhubungan dengan tugas-tugas. Komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan juga sangat penting di dalam dunia pekerjaan. Pesan tersebut pada umumnya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, perintah, disiplin, pertanyaan

untuk mengetahui tugas-tugasnya dan mengerti seluruh tujuan dan strategi perusahaan. Keterbukaan dan kejujuran kebijakan komunikasi harus dibangun oleh pimpinan dan harus diterima oleh setiap bawahan.

Pelayanan prima juga diperlukan perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa maupun produk langsung. Hal ini berkaitan langsung dengan rasa kepuasan pelanggan. Pelayanan prima dapat dilakukan oleh seluruh unsur personil dalam perusahaan, ini tentu tidak lepas dari peran Public Relations itu sendiri dalam melaksanakan pelayanan prima.

Jika layanan jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang “ideal” (unggul). Sebaliknya jika layanan jasa yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai pelayanan buruk. Baik dan buruknya kualitas pelayanan jasa tergantung pada kemampuan penyedia layanan suatu jasa dalam upaya untuk memenuhi harapan pelanggan secara konsisten, tepat dan memuaskan

Dari hasil penelitian keseluruhan pada kategori responden yang di bagi dalam 3 karakteristik, dapat dilihat bahwa kategori responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas oleh responden berjenis kelamin perempuan dengan presentase 58%. Sedangkan untuk kategori usia, mayoritas dihadiri oleh responden berusia 40 – 49 tahun dengan presentase 33%.

Kemudian untuk kategori pendidikan terakhir, mayoritas responden dihadiri oleh tamatan S1 (Strata 1) dengan presentase 36%. Berdasarkan dari hasil

diatas, pegawai pusdiklat aparatur kementerian kesehatan menunjukan mayoritas pegawai yang produktif dan komunikasi baik antara atasan dan bawahan sehingga memberikan efek terhadap pelayanan prima, dilihat dari mayoritas diminati oleh kaum perempuan dan penerus – penerus yang masih berusia matang dalam mengembangkan kompetensi dirinya melalui informasi – informasi yang baik sehingga dapat disampaikan oleh para ahli di bidangnya.

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner dari 107 responden yang memberikan jawaban dari setiap pernyataan dari setiap variable yang akan dihitung sebagai data penelitian. Penghitungan tersebut digunakan dengan menggunakan skala likert. Teknik pengumpulan sample dalam penelitian ini menggunakan tekhnik stratified random sampling dimana sample di ambil acak pada setiap strata atau divisi, hal ini dilakukan karena melihat populasi di dalam penelitian ini adalah berstrata dimana ada ketua pusat, kasubag, kepbid, kasubid,tenaga fungsional dan para pegawai.

Berdasarkan penilaian pernyataan dari variabel bebas (komunikasi atasan dan bawahan),bahwa dari 10 pernyataan di variable bebas (komunikasi atasan dan bawahan) pernyataan yang paling dominan yang terletak di dalam variable bebas (X) berada pada tabel 4.9 dalam questions nomer 6 yaitu atasan menyampaikan pesan kepada pegawai dalam bentuk lisan dengan perolehan 57 responden menjawab setuju dengan presentase 53.3%. sedangkan yang paling kecil adalah di tabel 4.10 dengan pernyataan atasan terlalu banyak memberikan informasi terhadap pekerjaan yang harus dilakukan dengan perolehan 38 responden mengatakan setuju dengan perolehan presentase 35.5%.

adalah pernyataan yang paling dominan yang terletak di dalam variable terikat (Y) berada pada tabel 4.28 dalam questions nomer 24 yaitu resepsionis dapat bekerjasama dengan baik kepada para pegawainya dengan perolehan 57 responden menjawab setuju dengan presentase 53.3%. sedangkan yang paling kecil adalah di tabel 4.17 dengan pernyataan pegawai mampu memberikan pelayanan yang cepat dan tepat dengan perolehan 27 responden mengatakan kurang setuju dengan perolehan presentase 25.2%.

Nilai R (Korelasi) adalah 0,612 yang menunjukan bahwa Komunikasi Atasan dan Bawahan memiliki hubungan yang berhubungan kuat terhadap pelayanan prima dengan presentase 0,612% hal itu dapat dilihat dari tabel interval bahwa 0,612 berada didalam level 0,600-0,799 diamana tingkat hubungannya adalah kuat.. Sedangkan R Square sebesar 0,375 yang berarti bahwa besarnya pengaruh Komunikasi Atasan dan Bawahan (X) Terhadap Pelayanan Prima (Y) adalah sebesar 37,5% jadi komunikasi atasan dan bawahan dapat mempengaruhi pelayanan prima sebesar 37,5% yang sisanya 62.5% di pengaruhi adanya factor lain diluar penelitian ini. Yang dimaksud factor lain adalah kinerja pegawai, motivasi kerja dll.

Dari hasil analisa statistik uji Koefisien Korelasi Product Moment untuk pengaruh komunikasi atasan dan bawahan diperoleh sebesar 0,612 termasuk kategori kuat. Artinya bahwa adanya pengaruh yang kuat antara komunikasi atasan dan bawahan dengan pelayanan prima. Komunikasi atasan dan bawahan dilakukan dalam upaya meningkatkan pelayanan prima kepada peserta pelatihan.

Dari hasil perhitungan uji ANOVA atau F-test terdapat nilai F hitung.

p-value < α maka H0 ditolak, dan H1 diterima nilai probabilitasnya (sig) sebesar 0.000 < 62.907 maka Ho ditolak. Berarti bahwa Ho ditolak dan Fhitung : 62.907 > Ftabel 3.93 dan pada α = 5 %, keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima, maka hipotesis menyatakan bahwa Komunikasi Atasan dan Bawahan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pelayanan Prima.

Dokumen terkait