• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vaskularisasi dinding lateral hidung

Dalam dokumen Anatomi Hidung Dan Sinus Paranasal (Halaman 27-33)

Perdarahan dinding lateral hidung berasal dari beberapa sumber yang merupakan canamg dari A. karotis interna dan A. karotis eksterna. Cabang nasalis posterior dari A. sfenopalatina berjalan bersama saraf melalui foramen sfenopalatina dan memperdarahi konka. Arteri etmoidalis anterior merupakan cabang dari A optalmika, berada di atap sinus etmoid dan membentuk batas posterior dari resesus frontalis, memperdarahi sepertiga bagian anterior dinding lateral hidung. Arteri berada di bidang koronal yang sama dengan dinding anterior bula etmoid dan beranastomosis dengan arteri sfenopalatina.

Sesudah meninggalkan orbita melalui foramen etmoid anterior, arteri ini berjalan di antara sel etmoid dan masuk ke olfactory groove untuk kemudian masuk ke dalam celah sempit di sisi krista galli dan kembali melalui lamina kribosa untuk masuk ke rongga hidung. Arteri Etmoidalis posterior berjalandi antara atap sinus sfenoid dan sinus etmoid posterior. Arteri ini memperdarahi konka superior.

2.2.4.4 Inervasi Dinding Lateral Hidung 4,5

Nervus trigeminus cabang oftalmika (NV.1)

Saraf ini disebut juga saraf nasosiliaris, memberikan cabang ke mukosa hidung, termasuk dinding lateral hidung. Cabang dari nervus ini yang mempersarafi dinding lateral hidung adalah :

1. N. etmoidalis anterior 2. N. etmoidalis posterior

Nervus trigeminus cabang maksilaris (NV.2)

Saraf ini menerima sensasi dari sebagian besar fossa nasalis dan hidung. Setelah melalui foramen sfenopalatina, saraf ini akan bersalingan di gangglion sfenopalatina untuk kemudian mempersarafi dinding lateral hidung, septum nasi, palatum dan nasofaring.

Nervus Olfaktorius (N 1)

Membran mukosa olfaktorius mengandung sel-sel yang berasal dari serabut saraf olfaktorius yang dilapisi neuroepitelium. Bagian basal sel ini tipis dan berjalan ke atas untuk membentuk pleksus, serabut saraf tidak bermielin yang mangandung lebih kurang 20 erabut saraf. Serabut saraf ini menembus lamina kribiformis dan menuju ke bulbus olfaktorius pada setiap sisi simpel galli. Segera setelah lahir, serabut saraf ini berkurang 1 % per tahun.

Sistim Limfatik

Sistim limfatik hidung amat kaya dimana terdapat jaringan pembuluh anterior dan posterior. Jaringan limfatik anterior adalah kecil dan bermuara di sepanjang pembuluh faialis yang menuju leher. Jaringan ini hampir mengurus seluruh bagian hidung anterior-vestibulum dan daerah prekonka.

Jaringan limfatik posterior mengurus mayoritas anatomi hidung, menggabungkan ketiga saluran utama daerah hidung belakang saluran superior, media dan inferior. Kelompok superior berasal dari konka media dan superior dan

bagian hidung yang berkaitan, berjalan diatas tuba eustachius dan bermuara pada kelenjar retrofaringea. Kelompok media, berjalan dibawah tuba eustachius, mengurus konka inferior, meatus inferior, dan sebagian dasar hidung, dan menuju rantai kelenjar limfe jugularis. Kelompok inferior berasal dari seprum dan sebagian dasar hidung, berjalan menuju kelenjar limfe sepanjang pembuluh jugularis interna.

2.3 ANATOMI SINUS PARANASAL 4,5,6

Sinus paranasalis berkembang sebagai suatu rongga berisi udara disekitar rongga hidung yang dibatasi tulang wajah dan kranial. Memiliki struktur tidak teratur, dan seperti halnya lapisan epitel pada hidung, tuba eustachius, telinga tengah dan regio respiratorius dari faring, sinus paranasal dilapisi mebrana mukosa dengan lapisan epitel pseudostratified kolumnar bersilia (respiratory epitelium), namun dengan karakteristik lebis tipis dan kurang vaskularisasi bila dibandingkan dengan membran mukosa hidung.

Secara klasik sinus paranasal dibagi dalam 4 pasang sinus, yaitu : sinus frontalis, sinus etmmoidalis, sinus maksilaris dan sinus sfenoidalis. Berdasarkan kepentingan klinis, sinus paranasal dibagi 2 kelompok, yaiu kelompok anterior meliputi inus frontalis, sinus maksilaris dan sinus etmoidalis anterior yang bermuara di bawah konka media, serta kelompok belakang meliputi sinus etmoidalis posterior dan sinus sfenoidalis yang bermuara pada beberapa lokasi di konka media.

Gambar 8. Sinus Paranasal ( url : http://natomi.med)

2.3.1 Sinus Frontalis

Tulang frontal membentuk dahi dan atap orbita dan mengalami pneumatisasi berbagai derajat, juga membentuk atap sinus etmoid dan dikenal sebagai fovea etmoidalis ossiis frontalis, di daerah ini tulang relatif tabel dan lebih tipis di atap orbita Kalvaria anterior mengalami penebalan dari 4 mm saat baru lahir menjadi 16 mm pada waktu dewasa.

Epitel respiratorius dari dinus frontalis mempunyai sedikit sel goblet (5900/mm2) dan beberapa kelenjar seromusinus (0.08/mm2).

Sinus frontalis mendapat suplai darah dari A. supraorbitalis dan A. etmoidalis anterior. Drainase sistim vena mengalir ke sinus sagitalis dan sinus

sfenoparietal, serta anastomosis vena pada takik supraorbita yang menghubungkan pembuluh darah oftalmikus superior dan supraorbitalis.

Inervasi dan sinus frontalis adalah dari n. surpraorbitalis, dan aliran limfe menuju kelenjar submandibula.

2.3.2 Sinus Etmoidalis

Tulang yang membentuk terdiri dari 5 bagian yaitu : dua labirin etmoidalis, menutupi etmmoidalis sisi lain dari lamina perpendikularis bagian atas dari tulang septum nasi. Tulang lain lamina cribiformmis, perluasan garis tengah superior krista gali.

Lamina kribifoormis membagi rongga hidung dari rongga kranial anterior. Penetrasi pada lamina ini diberi nama sesuai dengan asalnya, seperti serabut olgakrorius, pembuluh darah dan saraf etmoidalis. Dua buah ala anterior melengkapi foramen saekum yang sering meneruskan cabang vena sinus sagitalis superior. Atap labirin etmmoid teruma menempati os frontal. Titik pertemuan os frontal dan os etmoid yaitu diatas ceruk kribiformis pada ketinggian bervariasi (1-7 mm) dan atap-atap etmooid disebut sering asimetris (10% Dessi et al, 1994) dengan atap sebelah kanansering lebih rendah dari kiri.

Sepertiga anterior konka media melekat secara vertikal pada basis kranii di sisi lateral cerk kribiformis dengan os frontal membentuk atap os etmmoid. Sepertiga posterior melekat secara horizontal pada lamina papiracea dan dinding

medial maksila. Antara 2 bagian konka ini terdapat lempeng oblik dari tulang lamella basalis yang membagi labirin etmmoid menjadi sel anterior dan posterior.

Labirin etmoid merupakan hasil pengumpulan dan pembelahan dari sel-sel. Dinding lateralnya membentuk lamina orbitalis atau lamina papiracea. Lamina orbitalis ini sangat tipis dan akan membelah terutama pada orang sangat muda atau sangat tua. Sel-sel anterior umumnya lebih kecil dan banyak (2-8 sel) dari pada sel posterior (1-5).

Sel etmoidalis posterior dapat meluas ke lateral os sphenoid sampai 1,5 cm dari dinding posterior dari dinding anterior sfenoid. Sel etmid melakukan pneumatisasi dinding orbita, membentuk sel haller yang dapat mengganggu infundibuloetmoidalis (Haller, 1996). Proses pneumatisasi terjadi pada sistim anterior + 75 % dan sel posterior sebanyak 30%.

Sinus etmoidalis dilapisi oleh sel epitel respiratori kolumnar brsilia yang tipis. Ketebalan sel goblet rendah dibandingkan dengan sinus maksilaris, dengan rata-rata 6500/mm2. Kelenjar seromusin tuboalveolaris ditemukan sepanjang mukosa lebih banyak dietmoid bila dibandingkan sinus lain.

Perdarahan didapat dari A. sfenopalatina dan etmoidalis anterior dan posterior serta melalui vena yang sama. Persarafannya oleh N. etmmoidalis anterior dan posterior serta cabang-cabang orbita dari ganglion pterygopalatina. Aliran limfe menuju nodus submandibuler dan posterior menuju nodus retrafaringeal.

Dalam dokumen Anatomi Hidung Dan Sinus Paranasal (Halaman 27-33)

Dokumen terkait