• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.4. Vegetarian dan Diabetes Mellitus, Kolesterol dan Asam Urat

2.4.1. Vegetarian dan Diabetes Mellitus

Para ilmuwan dan para peneliti telah menemukan bahwa diabetes Tipe 2 dapat dirawat lebih efektif dengan pola makan vegetarian yang rendah lemak daripada pola makan diabetes standar. Di samping itu, pola makan vegetarian yang rendah lemak bahkan mungkin lebih efektif mengobati penyakit tersebut daripada pengobatan zat tunggal dengan obat-obatan diabetes yang diminum (Sirpis, 2010).

Diabetes Tipe 2 adalah bentuk penyakit yang paling umum yang diderita oleh 85-90% dari semua penderita diabetes. Penyakit ini biasanya dikaitkan secara umum dengan usia lanjut. Akan tetapi, karena gaya hidup masa kini yang tidak sehat, tinggi lemak, jarang berolah raga, maka ada lebih banyak generasi muda yang menderita penyakit tersebut termasuk anak-anak (Sirpis, 2010).

Penelitian terakhir the Adventist Health Study memperlihatkan penurunan risiko terkena DM yang signifikan pada kelompok vegetarian jika dibandingkan dengan kelompok pemakan daging (nonvegetarian). Dari populasi ± 60.000 pria dan wanita pengikut diet vegetarian yang diteliti dalam penelitian tersebut ditemukan prevalensi diabetes lebih kurang satupertiga dari prevalensi diabetes mellitus pada nonvegetarian (2,9% dan 7,6%), sementara kelompok lacto-ovo vegetarian, pesco-

vegetarian, dan semivegetarian, memiliki prevalensi diabetes mellitus diantaranya, yaitu masing-masing sebesar 3,2%, 4,8%, and 6,1%. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan hasil penelitian di atas. Dalam hal ini makanan vegan yang dimaksud berupa makanan alami yg terdiri dari biji-biji utuh dan sereal sebagai sumber karbohidrat, kacang-kacangan sebagai sumber protein, sayur dan buah. Jadi bukan tepung gandum, roti atau mie dan makanan olahan lain termasuk gluten dari tepung terigu yg dijadikan bahan pangan pengganti daging. Hipotesis tersebut antara lain adalah :

1.

Kelompok vegan memiliki profil lipid yang lebih baik daripada nonvegetarian mengingat makanan vegetarian tidak mengandung kolesterol (yang menjadi ciri lemak hewani karena senyawa sterol dalam nabati adalah fitosterol atau sitosterol yang justru mampu menurunkan kadar kolesterol darah) tapi kaya akan serat. Sebaliknya makanan hewani kaya akan kolesterol tapi tidak mengandung serat. Gangguan pada profil lipid (dislipidemia) ternyata meningkatkan risiko terkena gangguan metabolisme karbohidrat yang dikenal sebagai penyakit Diabetes Mellitus.

2.

Serat solubel dalam makanan vegetarian bukan hanya menurunkan indeks glikemik makanan (IG mengukur berapa besar kenaikan kadar gula darah setelah seseorang makan makanan tertentu dibandingkan gula glukosa) tetapi juga menghambat kerja enzim termasuk alfa-glikosidase yang memfasilitasi penyerapan gula di dalam usus. Asupan serat yang tinggi juga memperlambat pengosongan lambung dan menurunkan kadar gula darah sesudah makan di

samping mengurangi pula respons insulin (mencegah hipoglikemia pada pasien DM).

3.

Kelompok vegetarian ternyata memiliki tubuh yang lebih ramping daripada nonvegetarian. Dalam penelitian di atas, indeks massa tubuh (BMI atau Body Mass Index) pada vegetarian rata-rata sebesar 23,6 (di bawah nilai 25 yang menjadi batas kegemukan) sedangkan BMI rata-rata pada nonvegetarian adalah 28,8. Orang yang gemuk memiliki risiko terkena pradiabetes (sindrom metabolik) dibandingkan orang yang tubuhnya normal yaitu BMI antara 18 dan 25.

4.

Senyawa heme yang banyak terdapat di dalam daging ternyata dapat menjadi radikal bebas yang merusak sel beta penghasil insulin dalam pankreas. Sebaliknya heme atau zat besi organik dalam sayuran dan kacang-kacangan yang berwarna merah (bit merah, bayam merah dan kacang polong) tidak sebanyak daging sehingga mengurangi bahaya radikal bebas di dalam tubuh.

5.

Daging sering mengandung nitrosamin yang merupakan hasil penguraian

bahan pengawet daging sodium nitrit ketika daging itu dibakar atau digoreng. Nitrosamin bukan hanya menyebabkan kanker tapi juga dapat merusak sel beta. Nitrosamin ditemukan bersifat toksik bagi sel beta pankreas dan meningkatkan risiko DM tipe 1 dan tipe 2 pada percobaan binatang dan risiko DM tipe 1 pada beberapa penelitian epidemiologi.

6.

Makanan nabati umumnya kaya akan magnesium karena kandungan klorofilnya. Hemoglobin dan mioglobin dalam sel darah merah serta

otot/daging memiliki inti zat besi yang membuatnya berwarna merah sementara klorofil dalam sayuran hijau dan kacang hijau memiliki inti magnesium yang membuatnya berwarna hijau. Korelasi terbalik antara risiko DM dan asupan magnesium mungkin disebabkan oleh efeknya pada sensitivitas insulin, kerja insulin, dan metabolisme glukosa (Andryhart, 2011).

2.4.2. Vegetarian dan Kolesterol

Kolesterol ditemukan pada produk-produk hewan, seperti daging, unggas, ikan, produk susu, dan semua jenis telur kecuali produk tumbuh-tumbuhan. Memilih daging tanpa lemak ternyata juga tidak cukup menghindari tidak memperoleh kolesterol. Setiap 4 ons daging sapi atau daging ayam mengandung 100 mg kolesterol. Kolesterol sangat tinggi banyak ditemukan pada kerang-kerangan. Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah mengurangi lemak dan menghindari produk hewani. Menjadi Vegetarian dengan mengonsumsi makanan dari tumbuh-tumbuhan seperti padi-padian, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan adalah makanan terbaik untuk menjaga masukan lemak jenuh yang rendah dan menghindari kolesterol. Menjadi vegetarian berarti bebas terhadap semua produk hewani dan menurunkan risiko terserang penyakit jantung (Yenti, 2009).

Dalam suatu penelitian memperlihatkan orang-orang yang melakukan diet vegetarian mengurangi kadar lemak jenuh sampai 26% dan mencapai penurunan kolesterol yang berarti dalam hanya 6 minggu. Selain kadar lemak yang sangat rendah pada makanan vegetarian, protein sayuran juga membantu menurunkan resiko serangan jantung. Penelitian menunjukkan, mengganti protein hewan dengan protein kedelai mengurangi kadar kolesterol walaupun kadar jumlah total lemak dan lemak

jenuh dalam makanan tetap sama. Selain itu, keuntungan tambahan makanan vegetarian adalah serat. Serat yang larut menolong memperlambat penyerapan beberapa komponen makanan seperti kolesterol. Serat juga mengurangi jumlah kolesterol yang diproduksi oleh hati. Oats, barley, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran adalah sumber serat larut yang baik. Serat tidak dijumpai pada produk hewani (Yenti, 2009).

2.4.3. Vegetarian dan Asam Urat

Penelitian telah menemukan bahwa orang yang paling banyak makan daging merah, unggas, dan ikan memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dan risiko lebih besar terkena asam urat, dibandingkan dengan mereka yang makan lebih sedikit (Karlson, 2012).

Pada penderita asam urat, perubahan pola makan sangat direkomendasikan untuk membantu mencegah serangan di masa depan, dengan cara menghilangkan daging dan alkohol merupakan langkah penting. Obesitas juga berkaitan dengan asam urat atau gout, selain itu dengan memilih makanan yang rendah zat purin. Purin adalah batu bangunan gen, pesan genetik dalam tubuh. Mereka secara alamiah ada di semua sel tubuh dan dalam beberapa makanan (Karlson, 2012).

Kelompok bahan makanan menurut kandungan purin dan anjuran makan : a. Kelompok 1 (dihindari) : Kandungan purin tinggi (100-1000 mg purin/100gr

bahan makanan) : Otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, ekstrak daging/kaldu, bebek, ikan sardin, kerang.

b. Kelompok 2 (dibatasi) : Kandungan purin sedang (9-100 mg purin/100gr bahan makanan) : Daging, ikan, ayam, udang, daun dan biji melinjo, daun singkong, kangkung, bayam, kacang, asparagus, kacang tanah, kacang kedelai. c. Kelompok 3 (dapat dimakan/dapat diabaikan) : Kandungan purin rendah, nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mie, bihun, tepung beras, sayuran (kecuali sayuran dalam kelompok 2), buah-buahan, kue kering puding atau agar-agar, lemak/minyak, gula.

Dokumen terkait