• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Vektor Penyakit DBD

Vektor klasik penyakit DBD adalah nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus terutama bagi Negara Asia, philipines dan jepang, sedangkan Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris dan Aedes pseudoscutallaris terutam merupakan vector di negara-negara kepulauan pasipik dan New Guinea. Selain itu di Indonesia

dalam kondisi outbreak, spesies Aedes polynesieensis dan beberapa spesies dari komleks Aedes scutullaris juga dapat berperan sebagai vector mentranmisikan virus

dengue (Djunaedi, 2006).

Virus dengue ditularkan dari satu orang ke orang lain oleh nyamuk Aedes (Ae)

sari subgenus Stegomyia, Ae.aegypti merupakan vector epidemic yang paling penting, sementara spesies lain seperti Ae.scutallaris, dan Ae.(finlaya) niveus juga diputuskan sebagai vektor sekunder. Semua apesies tersebut, kecuali Ae.aegypti memiliki wilayah penyebarannya sendiri, walaupun mereka merupakan vektor yang sangat baik untuk virus dengue, epidemik yang ditimbulkan tidak separah yang di akibatkan oleh Ae. Aegypti (WHO, 2005).

Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah : sayap dan badannya belang-belang atau bergaris putih, berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC. Tempayan, drum dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain, jarak terbang ±100m, nyamuk betina bersifat ‘multiple biters’ (menggigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat), tahan pada suhu panas dan kelembaban tinggi (Widoyono, 2008).

Nyamuk yang menjadi vector penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). Menurut laporan terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya.

Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue

akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia virus ini akan berkembang selama 4-7 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu. Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus

dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan tanpa gejala sakit tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularannya, sekali terinfeksi nyamuk menjadi infektif seumur hidupnya (Widoyono, 2008).

2.4.1. Ekologi dan Bionamika 1. Telur

Telur diletakkan satu persatu pada permukaan yang basah di atas batas permukaan air. Sebagian besar nyamuk Ae. Aegypti betina meletakkan telurnya di beberapa sarang selama satu kali siklus gonotropik. Perekembangan embrio biasanya selasai dalam 48 jam di lingkungan yang hangat dan lembab. Begitu proses embionasi selesai telur akan menjalani masa pengeringan yang lama (lebih dari satu tahun). Telur kan menetas pada saat penampungan air penuh tetapi tidak semua telur akan menetas pada waktu yang sama.kapasitas telur untuk menjalani masa pengeringan akan membantu mempertahankan kelangsungan spesies ini selama kondisi iklim buruk.

2. Larva dan Papua

Larva akan menjalani empat tahapan perkembangan. Lamanya perkembangan larva akan begantung pada suhu, ketersediaan makanan, dan kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi optimum, waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa akan berlangsung sedikitnya selama 7 hari, termasuk dua hari untuk masa menjadi pupa. Akan tetapi pada suhu rendah, mungkin akan dibutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk dewasa. Hampir di seluruh Asia Tenggara, sarang telur Ae. Aegypti paling banyak ditemukan di wadah air rumah tangga buatan manusia. Wadah tersebut juga mencakup beragam jenis sarang ditemukan di lingkungan maupun di sekitar daerah perkotaan (rumah tangga, lokasi pembangunan, dan pabrik), misalnya pada kendi air, piring tempat menadah pot bunga, vas bunga, bak mandi semen,wadah untuk meredam kaki, peti kayu dan logam, penampungan air terbuat dari logam, ban, botol, kaleng, wadah polistiren, cangkir, plastic, aki bekas, wadah kaca yang berhubungan pipa ruangan dan perangkap semut yang biasanya diletakkan di kaki meja dan lemari. Habitat larva jarang ditemukan, tetapi dapat mencakup lubang pohon, pangkal daun, dan tempurung kelapa. Di daerah yang pans dan kering, tanki air di atas, tanki penyimpanan air di tanah, dan septi tank bisa menjadi habitat utama larva. Di wilayah yang persediaan airnya tidak teratur, penghuni penyimpanan air untuk kegunaan rumah tangga sehingga semakin memperbanyak jumlah habitat yang ada untuk larva.

3. Nyamuk Dewasa

Segera setelah muncul, nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan mengisap darah dalam 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur.

4. Perilaku Makan

Ae. Aegypti Sangat antropofilik, walaupun ia juga bisa makan dari hewan berdarah panas lainnya. Sebagai hewan diurnal, nyamuk memiliki dua periode aktivitas menggigit, pertama di pagi hari selama beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit yang sebenarnya dapat beragam bergantung lokasi dan musim. Jika masa makannya terganggu Ae. aegypti dapat menggigit lebih dari satu orang. Perilaku ini semakin memperbesar efisiensi penyebaran epidemi.bukan hal yang luar biasa jika beberapa anggota keluarga yang sama mengalami awitan penyakit yang terjadi dalam 24 jam, memperlihatkan bahwa mereka terinfeksi nyamuk infektif yang sama. Ae. Aegypti

biasanya tidak menggigit di malam hari, tetapi kan menggigit saat malam di kamar terang.

5. Perilaku Istirahat

Ae. Ageypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembap dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk di kamar tidur, kamar mandi, kamar kecil, maupun di dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, tumbuhan, atau di tempat terlindung lainnya. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka suka

adalah di bawah furniture, benda yang tergantung seperti baju dan gorden, serta di dinding.

6. Jarak Terbang

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi beberapa faktor termasuk ketersedian tempat bertelur dan darah, tetapi tanpaknya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan. Akan tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa nyamuk ini dapat menyebar sampai lebih dari 400 meter terutama untuk mencari tempar bertelur. Transportasi pasif dapat berlangsung melalui telor dan larva yang ada dalam penampungan.

7. Lama Hidup

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup hanya delapan hari. Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, risiko penyebaran virus semakin besar. Dengan demikian, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengkaji survival alami. Ae. Aegypti dalam berbagi kondisi lingkungan. (WHO, 2005).

Dokumen terkait