• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ventilasi dengan kantung nafas-sungkup muka

Dalam dokumen GANGGUAN JALAN NAFAS (Halaman 30-36)

Alat ventilasi kantung nafas – sungkup muka terdiri dari sebuah kantung ventilasi(selalu mengembang) yang melekat pada sebuah sungkup muka wajah dan katup satu arah(non- rebreathing). Selain dengan sungkup muka, kantung ventilasi bisa dihubungkan dengan alat bantu jalan nafas lain seperti pipa trakhea, sungkup larings, dan pipa esofagotrakhea. Peralatan ini telah menjadi suatu peralatan utama selama beberapa dekade yang digunakan untuk ventilasi dalam keadaan darurat. Ventilasi dengan kantung nafas-sungkup muka adalah metode paling lanzim yang digunakan untuk memberikan ventilasi bertekanan positif. Alat yang lengkap harus terdiri satu arah

1. Kantung nafas(selalu mengembang) yang untuk pasien dewasa dengan volume 1600 mL.

2. Sistem katup satu arah (non- rebreathing) untuk mencegah pasien menghirup udara yang sudah dihembuskan. Katup ini sebagai saluran masuk oksigen dengan aliran maksimal 30 liter per menit.

3. Konektor dengan diameter 15/22mm 4. Bahan tahan cuaca

Indikasi penggunaan ventilasi kantung nafas-sungkup muka adalah: 1. Henti nafas

2. Nafas spontan tidak adekuat

3. Menurunkan kerja nafas dengan membantu memberikan tekanan positif pada saat inspirasi pasien

4. Hipoksemia akibat ventilasi spontan yang tidak adekuat

Keberhasilan pemberian bantuan nafas dengan alat ini tergantung dari :

1. Menjaga jalan nafas ttap terbuka

2. Tidak ada kebocoran antara sungkup muka dengan muka pasien

3. Pemberian nafas dengan volume tidal yang optimal dengan menekan kantong nafas dengan benar

Oleh karena itu, agar berhasil dalam memeberikan ventilasi buatan ada beberapa anjuran dalam penggunaan ventilasi kantung nafas-sungkup muka, yaitu:

1. Menggunakan alat Bantu nafas orofaringeal bila pasien tidak mempunyai refleks batuk atau refleks muntah agar jalan nafas tetap terbuka

2. dengan tetap melakukan ekstensi kepala, ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf ‘C’ menekan pinggir. Sungkup muka ke wajah pasien agar tidak ada kebocoran diantara sungkup dan wajah, sedangkan tiga jari sisanya menentukan huruf ‘E’ mengankat rahang bawh sehingga jalan nafas tetap terbuka. Tangan yang lain menekan kantong nafas dengan lembut dalam waktu lebih dari 1 detik setiap ventilasi. 3. apabila cara di atas sulit dilakukan oleh satu orang penolong, maka dianjuran

dilakukan oleh dua orang penolong. Satu penolong memegang sungkup dengan 2 tangan yang masing-masing membentuk huruf ‘C’ dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk menutup kebocoran diantara sungkup dan wajah, dan memebentuk huruf ‘E’ dengan 3 jari sisanya untuk mengangkat rahang bawah. Penolong kedua menekan kantong nafas dalam waktu lebih dari 1 detik setiap ventilasi samapi dada terangak. Kedua penolong harus mengamti terangkatnya dada.

4. kebocorn antara kantong nafas dan sungkup muka tidak akan terjadi bila kantong nafas dihubungkan dengan alat-alat Bantu jalan nafas seperti pipa trachea, sungkup larings dan pipa esofagotrakhea.

5. Pemberian Ventilasi Dengan alat Bantu jalan nafas tingkat lanjut 2. Intubasi endotrakea

Hanya tenaga kesehatan berpengalaman yang boleh melakukan intubasi endotrakeal.

Intubasi endotrakeal adalah proses memasukkan pipa endotrakeal kedalam trakea pasien.bila pipa dimasukkan melalui mulut disebut intubasi orortrakea, bila melalui hidung disebut nasotrakea. Intubasi didalam trachea ini termasuk dalam tata laksana jalan nafas tingat lanjut.

Kegunaan pipa endotrakea adalah:

1. Memelihara jalan nafas atas terbuka (paten) 2. membantu pemberian oksigen konsentrasi tinggi

3. memfasilitasi pemberian ventlasi dengan volume tidal yang tepat untuk memeliharanpengembangan paru yang adekuat

4. mencegah jalan nafas dari aspira isi lambung atau benda padat atau cairan dari mulut, kerongkongan atau jalan nafas atas

5. mempermudah penyedotan dalam trakea

6. sebagai alternatif untuk memasukkan obat (atropine, vasopressin dan lidokain) pada waktu resusitasi jantung-paru bila askes intravena atau intraoseus belum ada. Indikasi intubasi endotrakeaadalah

1. henti jantung bila ventilasi kantong nafas tidak memungkinkan atau tidak efektif 2. pasien sadar dengan gangguan pernafasan dan pemberian oksigen yang tidak

adekuat dengan alat-alat ventilasi yang tidak invasif 3. pasien yang tidak bias mempertahankan jalan nafas 3. Tekanan krikoid

penekanan tulang rawan krikoid adalah untuk mencegah regurgitas isi lambung dan membantu visualisasi orificium trachea. Penekana dilakukan sampai pipa endotrakeal masuk, dikembangkan dan posisi pipa dipastikan tepat.

Penekaan krikoid dilakukan oleh penolong yang tidak memberikan ventilasi atau kompresi dada, dengan langkah-langkah:

1. raba tonjolan tulang tiroid

2. raba membran krikotiroid yang merupakan jaringan lunak di bawah tulang rawan tiroid

3. raba tonjolan keras yaitu tulang rawan krikoid tepat dibawah membrane krikotiroid 4. dengan ibu jari dan jari telenjuktekan kebawah dan kearah kepala

5. lepaskan tekanan apabila pipa trachea telah tepat posisinya dan sudah dikembangkan atau bila telah diperhatikan oleh orang yang melakukan intubasi 4. pemeriksaan posisis pipa endotrakeal

pemeriksaan posisis pipa didalam trachea dapat dilakukan dengan:

1. pemeriksaan fisik yaitu dengan melihat dada mengembang. 2. alat-alat seperti end tidal CO2 detector, dan esophageal detector

apabila dinding dadatidak terlihat mengmbang dan pada auskultasi terdengar gurgling di episgastrium berati terjadi intubasi esophagus. Ventilasi dengan sungkup muka-kantong napas dihentikan, dan pipa endotrakheal dicabut , kemudian:

1. berikan ventilasi denga kantong napas-sungkup muka atau pertimbangkan penggunaan alat Bantu nafas lanjutan lainya seperti LMA atau combitube.

2. ulangi intubasi pipa endotrakeal didalam traekhea setelah melakukan reoksigenasi selam 30 detik dengan ventilasi kantong napas-sungkup muka dengan oksigen 100% 3. setelah intubasi ulang, tampak pengembangan dinding dada dan tidak terdengar suara

cairan dari dalam perut, lakukan auskultasi di 5 tempat yaitudiatas perut,lapangan paru atas kanan kiri, dan lapangan paru bawah kanan kiri

4. apabila belum yakni dengan posisi pipa endotrakeal, maka lakukan laringoskopi ulangan untuk memastikan ujung pipa endotrakeal telah melewati pita suara

komplikasi intubasi endotrakea 1. trauma:

 laserasi bibir,lidah farings,atau trakea  trauma pita suara

 perforasi farings-esofagus

 meningkatnya sekresi katekolamin yang menyebabkan peningkatan tekanan darah,takhikardia,atau aritmia

2. Intubasi esophagus : apabila hal ini terjadi maka segera pipa didalam trachea dicabut kemudian berikan ventilasi dengan kantung nafas-sungkup muka dengan 100% oksigen selama 20-30 detik.

3. Intubasi satu bronkus : terjadi lebih sering pada bronkus kanan dibandingkan bronkus kiri,dan dapat berakibat hipoksemia karena tidak terdapat ventilasi pada salah satu paru-paru,sehingga tindakan yang harus dilakukan adalah :

 Kempeskan balon pipa endotrakeal

 Tarik pipa endotrakeal keluar sekitar 1-2 cm

 Konfirmasi posisi pipa endotrakeal dengan pemeriksaan fisik

Pemberian ventilasi pada pasien dengan intubasi trachea yang dilakukan RJP pada pasien dengan henti jantung atau henti nafas,pemberian ventilasi dengan memperhatikan hal-hal berikut :

1. Volume

 Besarnya volum oksigen yang diberikan dengan kantung nafas-sungkup muka hanya sampai dada tampak terangkat.

 Pada pasien obesitas diberikan volume yang lebih besar.  Setiap pemberian volume lamanya 1 detik

2. Kecepatan : kecepatan pemberian ventilasi dengan kantung nafas-sungkup muka adalah :

 8-10 kali permenit ( sekitar 1 ventilasi setiap 6-8 detik ) pada waktu resusitasi jantung paru

 10-12 kali permenit ( sekitar 1 ventilasi setiap 5-6 detik ) pada waktu henti nafas tanpa disertai henti jantung

3. Siklus kompresi dada-ventilasi : kompresi dada dengan kecepatan 100 kali permenit tanpa diselingi pemberian ventilasi ( tidak ada sinkronisasi antara kompresi dada dan pemberian ventilasi ).

Pemberian obat-obatan resusitasi melalui pipa endotrakeal

Pemberian obat melalui pipa endotrakeal hanya dilakukan bila tidak berhasil mendapatkan akses intravena atau intraoseus. Obat-obat yang bisa diberikan adalah nalokson,atropine,vasopressin,epinefrin,dan lidokain ( disingkat NAVEL ).

Dosis obat-obat tersebut bila diberikan melalui pipa endotrakea besarnya 2-2,5 kali dosis intravena ,dan diencerkan dalam 10 ml NaCl 0,9% atau aquabidest. Setelah obat dimasukkan ke dalam pipa endotrakeal,dilakukan ventilasi 2 kali agar obat terdeposisi ke dalam jalan nafas.

Sungkup larings (Laryngeal Mask Airway/LMA)

LMA merupakan pipa yang ujungnya berbentuk sungkup dengan balon yang bisa dikembangkan. LMA dimasukkan ke dalam farings tanpa laringoskopi sampai terasa ada tahanan. Adanya tahanan ini menunjukkan ujung distal pipa sampai pada hipofarings dan balon segera dikembangkan sehingga mendorong sungkup menutupi pembukaan trakea,dan menjadikan tidak ada kebocoran. Pemberian ventilasi terjadi lewat lubang yang ada pada bagian tengah sungkup LMA.

Indikasi pemasangan LMA :

1) ketidakmampuan penolong memberikan ventilasi dengan alat kantong nafas-sungkup muka

2) Henti nafas dan henti jantung Cara pemasangan LMA :

1. masukkan LMA ke dalam mulut sampai terasa ada tahanan. Adanya tahanan menunjukkan ujung distal pipa LMA sampai di hipofarings

2. Kembangkan balonnya. Pengembangan balon akan mendorong sungkup menutupi lubang trachea dan menyebabkan udara mengalir lewat pipa masuk ke dalam trachea 3. Pemberian ventilasi dengan pipa LMA akan mengalirkan udara lewat lubang ditengah

sungkup dan masuk ke dalam trachea Combitube (Pipa Esofagus-Trakea)

Combitube merupakan pipa dengan dua lumen dan dua balon. Pipa ini dipasang tanpa perlu memvisualisasi pita suara. Satu lumen mempunyai lobang-lobang ventilasi di sisi pipa pada tingkat hipofarings dan ujung distalnya buntu. Satu lumen lainnya mempunyai ujung yang tebuka.

Bila Combitube dimasukkan ke dalam mulut dan balon farings dikembangkan, balon akan berada diantara dasar lidah dan palatum molle, sehingga Combitube berada pada posisi yang tepat dan memisahkan orofarings dari hipofarings. Pengmbangan balon esofagus akan

memisahkan trakea atau esofagus. Combitube lebing sering masuk ke dalam esofagus dibandingkan ke dalam trakea. Kontraindikasi penggunaan combitube adalah pasien dengan refleks-refleks farings atau larings.

Cara pemasangan Combitube :

1. Pegang dan masukkan pipa combitube yang balonnya dalam keadaan kemps dengan arah lengkungan pipa searah dengan lengkungan farings ke dalam mulut sampai 2 garis hitam pada pipa terletak diantara gigi atas dan gigi bawah pasien.

2. Kemudian kembangkan balon farings (proksimal/biru) dengan 80-100ml udara dan kemudian balon esofagus (distal/putih) dengan 12-15ml udara.

3. Pastikan posisi Combitube,didalam esofagus atau trakea.

4. Dengan memberikan ventilasi melalui pipa biru (faring/proksimal)dan lihat dada terangkat, maka pipa combitube masuk kedalam esofagus. combitube masuk ke dalam esofagus tapi dapat mengembangkan paru karena ventilasi masuk kedalam lubang-lubang pada sisi lumen faring yang berada diantara 2 balon, dan udara akan masuk ke trakea

5. apabila ventilasi melampui pipa biru(farings/prokksimal) tidak dapat mengembangkan paru, artinya dada tidak terangkat, maka ventilasi diberikan melalui pipa putih(trakea/distal) dan lihat dada terangakt, berate combitube masuk dalam trakea, sehingga fungsi combitube sama dengan pipa endotrakeal.

Dalam dokumen GANGGUAN JALAN NAFAS (Halaman 30-36)

Dokumen terkait