• Tidak ada hasil yang ditemukan

Video Compact Disc Player

9. Video Compact Disc Player

Perkembangan teknologi digital terus mengalami kemajuan hingga akhir tahun 90-an sampai ke tahun 2000 ke depan. Perkembangan itu tidak saja dari sisi video player digital saja tetapi dalam tata audio juga mengalami perkembangan yang luar biasa hingga player digital dengan perangkat audio itu bisa disetarakan dengan gedung bioskop. Ketika perusahaan Amerika lewat Lucas Films Ltd menyetujui lisensinya pada produk elektonik untuk konsumsi rumahan itu, maka hadirlah audio dengan lebel THX tersebut ke dalam perangkat elektronik untuk pasar konsumen rumahan, sehingga hifi yang dipasarkan telah mensuport tata suara THX dalam produk hifinya.

Dalam perkembangan berikutnya reciver THXpun dikeluarkan dipasaran lengkap dengan speaker setnya. Dari situlah lahir istilah Home Theater pada seri-seri elektronik dalam masyarakat Indonesia. Kehebatan tata suara ini adalah suaranya menyebar, sehingga kalau kita menonton sebuah film dan duduk di tengah ruangan tersebut, seolah-olah kita menyatu dengan film yang ditontonnya. Dari beredarnya tata suara THX ini akhirnya tata suara stereo yang sebelumnya eksis itu mulai diremehkan bagi pecintah film-film yang diproduksi oleh Amerika itu. Istilah Home Theater makin eksis di pasaran Indonesia ketika Video Compact Disc Player atau disingakat dengan VCD ini diluncurkan dipasaran. Kemunculan VCD ini dinilai praktis dalam penyajian atau penampilannya. Ukuran yang lebih kecil dari Laser Disc ini dinilai oleh banyak kalangan lebih enak dibawanya karena ukuranya sama dengan Audio CD yang sempat beredar sebelumnya. Dari ukuran gambar frame yang dihasilkan gak jauh berbeda yaitu dengan frame 352 x 240 untuk sistem NTSC sedangkan untuk Pal 352 x 288. Dari peredaran VCD palyer itu, maka ramailah film-film, musik dngan berbagai macam jenis diformat dalam bentuk VCD yang didatangkan oleh importir dari luar lengkap dengan hrga label resmi pemerintah yang berstiker PPN.

Dengan hadirnya film-film, musik dalam bentuk VCD ini para rentalpun semakin pusing dalam menjalankan usahanya, karena harus mengupdate ke dalam format tersebut, sementara

stock film atau musik VHSnya tinggal menunggu nasib dan lama-lama dijual obral…begitu

diobral gak laku juga…aaaa… bakar saja…!!! beres. Kepandaian para pialang yang bermain elektronik itu telah melihat perkembangan di masyarakat, dan keberadaan komputer sudah menunjukkan perkembangan dengan pesat hingga melahirkan rekaman dalam format CD. Akibat dari kepandaian komputer inilah akhirnya bisa merekam secara digital tentang gambar dan suara dalam bentuk kepingan CD, sehingga berpeluang mengcopy VCD Original dengan CD biasa yang banyak di jual dipasaran. Akhirnya munculah VCD Bajakan hingga menjamur di masyarakat di bawah oleh para pedagang kaki lima.

Dalam perkembangannya para pabrikan mengabungkan beberapa produk yang sudah dipasarkan misalnya VHS digabung dengan CD-VCD, Televisi digabung dengan VCD atau sekalugus tiga fungsi Televisi-VHS-VCD . Demikian juga dengan produk Hifinya telah menggabungkan tata suara THX ditambah dengan CD danVCD. Para pabrikan yang bermain dalam produk ini adalah perusahaan dengan brand-brand produk sebelumnya seprti Pioneer,

Panasonic, Kenwood, Sony, Philips, Toshiba dan produk korea masuk juga seperti Samsung. Produk elektronik mengalami harga rendah hingga dapat dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah, ketika produk China itu hadir dipasaran Indonesia dengan beragam merek. Begitu kuatnya keberadaan VCD dengan keragaman bentuk telah telah memasyarakat ke dalam relung-relung kehidupan, pada hal pada waktu itu Indonesia lagi benar-benar kena dampak dari krisis moneter hingga dolar Amerika melambung tinggi yang berdampak pada naiknya harga produk elektronik kelas wahid menjadi tinggi selangit.

Anehnya walaupun terjadi krisis tersebut, tetapi masyarakat sangat antusias ingin memilikinya, walaupun sederhana bentuknya, hal tersebut karena didukung dengan beredarnya fasilitas perkreditan yang membantunya pada toko elekronik tertentu dengan menerapkan fasilitas kredit dalam transaksi penjualannya. Efek lain juga menerpah nasip Perfilman Indonesia dimana pada era tahun 80-an masih dalam jaya-jayanya melakukan produksi film untuk kalangan masyarakat Indonesia sendiri, namun dengan kehadiran VCD itu, keberadaan Gedung bioskop sebagai sarana perputaran film Indonesia akhirnya kandas ditengah jalan, gedung-gedung biaskop menjadi sepi… dan berakhir dengan tutup…digantikan dengan show room kredit motor, kesemuanya itu habis ditelan derasnya arus modernisasi. Karena peredaran VCD bajakan sangat banyak dengan produk harga murah, maka para pemilik rentalpun tinggal menungguh nasip dan siap-siap banting stir untuk mengalihkan ushanya ke model lain, karena bisnisnya semakin lama sepi…sepi…sepi akhirnya sunyi… tiba-tiba ada langganan yang tidak tahu… datang…eeee didepan kiosnya itu ada kata-kata TUTUP selamanya… karena menjadi korban dari modernisasi… sambil ngakakkkk… eeee… gak tahunya dibelakang ada orang gila lewat dan menghampiri sambil tertawa…hehehe… karena penasaran dengan suara itu, akhirnya menoleh, …kaget dan berteriak… diamput…weeee… wong …uedannn…koen…!!! sambil lari terbirit-birit dan hampir jatuh tersandung batu yang nongol di tanah.

* Video Compact Disc Player dengan berbagaimacam pengemasan dalam keragaman produk elektronik serta dukungan dari tata sura THX telah melahirkan Home Theater suatu istilah baru bagi masyarakat Indonesia yang telah mendapat penerapan teknologi digital dalam bidanga audio visual *

10 Digital Video Disc Player

Memasuki Millenium ke 3 Indonesia sudah menunjukkan peradaban yang luar biasa dalam sendi-sendi kehidupan. Hampir semua relung-relung kehidupan telah dibantu dengan beragam kecanggihan teknologi modern walaupun keberadaan barang tersebut hanya sebagai pemakai setia alias manusia konsumtif. Sejak masuknya teknologi digital telah menjadi bagian penting suatu kehidupan, masyarakat Indonesia lebih mudah melakukan pekerjaannya dengan kualitas lebih baik dari sebelumnya berkat bantuan kecanggihan teknologi. Dalam bidang Audio Visualpun masyarakat Indonesia telah dimanjakan dengan hadirnya teknologi digital dalam keragaman bentuk yang ditampilkan.

Kita tidak membayangkan sebelumnya ketika televisi teknologi plasma masuk di Indonesia dengan memiliki bentuk tipis seperti lukisan itu. Selama ini persepsi kita dihadapkan pada sebuah televisi tabung dengan karakter bentuknya kotak mirip sebuah gardu tempat nongkrongnya orang ronda di malam hari. Begitu datang televisi plasma kita terbengong…kok bisanya…ya…kotak setipis itu bisa mengeluarkan gambar…? sambil menggeleng-gelengkan

kepala tatkala melihat demonstrasi pemutaran televisi model baru dalam sebuah pameran audio visual. Dalam perkembangannya teknplogi plasma ini dikembangkan pengemasannya hingga kata TV LCD menjadi ramai dipasaran, walaupun tidak mengurangi bentuk visual dari pendahulunya. Dalam memasuki era tahun 2000-an ini jangan heran kualitas gambar televisi sudah mencapai 5 kali dari kualitas sejak televisi berwarna itu dimunculkan. Dengan teknologi gambar digital tersebut kita bisa merasakan keaslian dari obyek bidikan kamera yang terbiaskan dalam layar televisi tersebut.

Format gambarpun sudah menyesuaikan format bioskop yaitu memakai istilah Wide Screen dengan perbandingan aspect ratio 16 : 9 sehingga keadaan gambar berkesan lebih luas dibandingkan dengan format konvensional yang mengacu perbandingan aspect ratio 4 : 3 dengan hasil gambar persegi. Penyajian gambar-gambar dinamis dalam teknologi piringan cakram makin sempurna, ketika dikeluarkan Digital Video Disc Player atau disingkat dengan istilah DVD Player. Format gambar yang dihasilkan oleh pemutar cakram ini sudah menunjukkan kemampuan lebih tinggi resolusinya daripada generasi sebelumnya yaitu berukuran framen 720 x 480 bersistem NTSC, karena produk yang dipasarkan di Indonesia itu berformatkan NTSC mengacu sistem televisi Amerika. keberadaan Home Theater makin menggila ketika dikeluarkannya produk audio receiver berteknologi Dolby Digital yang sering diterapkan di film-film produksi Amerika. Beberapa tahun kemudian disempurnakan lagi dengan rekaman Digital Theater System atau disingkat dengan DTS.

Dari teknologi itulah sehingga kalau kita mau menonton sendiri di rumah seperti layaknya melihat film di gedung bioskop kelas satu, kita akan merasakan berada dalam suatu tempat seperti lokasi film itu sesungguhnya melalui efek surround sound dari keluaran masing-masing 5 channel terpisah ditambah dengan 1 sub woofer sebagai pemukul suara bas, lewat receiver Dolby Digital atau DTS yang terkoneksi dengan DVD Player tersebut. Para pabrikan yang bermain dalam produk ini adalah perusahaan dengan brand-brand produk sebelumnya seprti Pioneer, Panasonic, Kenwood, Sony, Philips, Toshiba dan produk korea masuk juga seperti Samsung termasuk produk keluaran China dengan harga relatif murah untuk kategori produk tertentu. Inilah teknologi terkini yang bisa kita nikmati untuk memuaskan diri kita, ketika kita mendapat masalah dengan putusnya hubungan pacar membuat hati kita dongkol…kemudian masuk dalam ruangan khusus dan melampiaskan kemarahan tersebut melalui nonton film Transformers dengan kekuatan penuh sambil minum kopi plus gudang garam klobot…waa…koyok gayane… Franco Nero…man… !!!. Keadaan ini akan terus berkembang menyesuaikan putaran waktu dan

teknologi apalagi yang bakal hadir di hadapan kita nanti…?…setelah televisi 3D menjadi wacana

di kemudian hari…tunggu saja tanggal mainnya…

* Teknologi video dalam format Digital Video Disc Player atau DVD Player, merupakan teknologi video dengan kekuatan gambar digital serta didukung dengan teknologi tata suara mutakhir yaitu Dolby Digital dan DTS, membuat film yang kita tonton itu menjadi lebih hidup seperti lokasi sesungguhnya *

Dokumen terkait