• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Manfaat Penelitian 1 Manfaat Akademis

3.6 Video Klip Korea dan Video Klip Thailand

Apabila kita lihat dari trend yang berkembang di masyarakat, kemungkinan video klip Korea lebih populer daripada video klip Thailand. Seperti yang sudah dijelaskan pada beberapa sub bab di atas, kepopuleran musik dan artis Korea menjadikan video klip mereka menjadi salah satu top download di internet dan membuat Negara ini semakin terkenal khususnya di Asia. Selain itu, dari segi skenario yang ada dan sinematografi milik video klip Korea juga lebih menarik. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan warna pada tiap-tiap video klip Korea. Biasanya video klip Korea jauh lebih kontras dan berani dalam bermain warna. Selain itu teknik sinematografinya juga berbeda dengan video klip Thailand.

30 Jika kita berbicara tentang video klip Thailand, mungkin saja tidak terlalu berwarna dan kontras seperti video klip Korea. Karena pada umumnya video klip Thailand lebih mengutamakan unsur cerita dan juga lirik dari lagu di dalam video itu. Akan tetapi hal yang menarik adalah bagaimana dari keseriusan visualisasi video klip Thailand, mereka masih bisa menempatkan sebuah produk dan membuat produk itu di remind atau diingat oleh orang yang menontonnya.

4 Sinematik

Sinematik merupakan suatus unsur gaya dalam mengemas pola dalam pembuatan film atau produk audio visual. Artinya, unsur sinematik di dalam produk audio visual merupakan aspek teknis dari video atau produk audio visual.

Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah terpenuhi dan sebuah adegan telah siap untuk diambil gambarnya, pada tahap inilah unsur sinematografi mulai berperan. Sinematografi mencakup perlakukan sineas terhadap kamera serta stok filmnya. Seorang sineas tidak hanya sekedar merekam sebuah adegan semata namun juga harus mengontrol dan mengatur bagaimana adegan tersebut diambil, seperti jarak, ketinggian, sudut, lama pengambilan dan sebagainya. Setelah selesai, hasil rekam gambar tersebut juga belum sempurna tanpa proses akhir pada stok filmnya. Sineas juga sering menggunakan efek visual yang membutuhkan perlakuan khusus terhadap filmnya yang dilakukan pada sinematografi.

31 4.1 Mise- en- scene

Mise-en-scene di dalam buku Himawan Pratista, adalah staging in action atau putting in the scene yang secara umum berarti segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film atau audio visual. (Pratista, 2008 :2)

4.2Sinematografi

4.2.1 Jenis kamera dan film

Kamera yang di gunakan dalam produksi film secara umum dapat di kelomopokkan menjadi dua jenis yakni kamera film dan kamera di gital. Tiap film memiliki kebutuhan, biasanya film bioskop memakai kamera film karena stok film ukurannya 35 mm. Produksi film dengan format video harus melalui beberapa proses, hasil rekaman gambar kamera digital di transfer ke pita seluloid melalui proses yang dinamakan kine transfer.

4.2.2 Tonalitas

Kita memiliki kepuasan sendiri jika melihat sebuah layar televisi atau monitor komputer dengan ukuran tonalitas gambar (kualitas gambar dan warna) melalui pengaturan kontras, brightness, color, dan lainnya sehingga gambar bisa di atur lebih gelap atau dapat dilakukan sineas dalam filmnya. Setiap pembuat film mampu mengontrol kualitas visual ini dengan memanipulasi stok filmnya, pengaturan diagfarma, serta bermacam prosedur lainnya.

32 1. Kontras dan brightness

Kualitas kontras dapat dikontrol melalui penggunaan stok filmnya, tata cahaya, serta prosedur kimiawi. Penggunaan stok film cepat (asa tinggi) sangat sensitive terhadap cahaya akan memproduksi gambar yang kontras (terang). Sementara stok film lambat (asa rendah) akan menghasilkan gambit yang lebh gelap.

Semetara kualitas brightness dapat dikontrol melalui pengaturan exposure pada diagfarma kamera. Exposure adalah besar intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera.

2. Warna

Di era film bisu sebelum teknologi warna muncul, warna dapat ditambahkan dengan menggunakan proses tinting, toning, atau hand controlled. Setelah muncul nya perkembangan setiap jaman pada teknologi membuat pewarnaan semakin lebih baik. Sekalipun di era modern masih bisa tetep bisa menggunakan tone pewarnaan hitam putih hanya dengan teknik yang sudah mulai mudah.

4.2.2 Kecepatan gambar

Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah slow-motion serta fast-motion, yaitu kecepatan gerak yang lebih lambat atau lebih cepat dari kecepatan gerak normal. Kecepatan gerak sebuah shot dapat dikontrol melalui pengaturan kecepatan pada kamera film ketika shoot tersebut diambil. Kameran dan proyektor film memiliki kecepatan normal 24 frame per detik (fps). Jika sebuah adegan diambil dengan kecepatan kamera 24

33 fps maka hasilnya akan memiliki kecepatan normal. Masing-masing teknik slow-motion dan fast-motion memiliki kegunaan masing-masing di dalam sebuah film.

1. Slow-motion teknik ini dalam film memiliki fungsi beragam namun umumnya digunakan untuk memberi efek dramatik pada sebuah momen peristiwa. Dalam adegan tembak- menembak di dalam The Matrix, dibuat adegan seolah-olah berjalan lambat untuk mempelihatkan secara jelas peluru yang terlontar dari senjata. Hal ini sineas gunakan untuk menambah kesan dramatis pada perkelahian tersebut seolah-olah peluru yang digunakan nyata sehingga penonton dibuat untuk percaya dengan keaslian peluru itu.

2. Fast-motion teknik ini memiliki fungsi serta motif yang beragam. Teknis ini biasanya digunakan untuk menunjukkan aktifitas rutin pada sebuah ruang publik, seperti suasana jalan raya yang ramai,para pejalan kaki, stasiun dan sebagainya. Teknik ini juga sering digunakan untuk menggambarkan perubahan yang cepat dari siang ke malam atau sebaliknya. 3. Reverse Motion teknik reverse motion sangat jarang kita

temukan dalam sebuah film. Teknik ini membalikkan kembali sebuah shot (berjalan mundur) dengan menggunakan kecepatan normal, lebih cepat, atau lebih lambat. Teknik ini biasanya kita

34 temui dalam jenis film komedi yang digunakan untuk membuat efek komikal, mimpi atau fantasi.

Dokumen terkait