• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII 36 dukung karena kurang pahamnya pengetahuan masyarakat tentang akibat

pencemaran limbah tinja dari septic-tank ke sumber-sumber air tanah. 2. Pemerintah Kota Bekasi dengan ketersediaan dana yang terbatas juga belum

memiliki perencanaan dalam pengelolaan limbah domestik khususnya penyusunan master plan pengolahan limbah domestic.

3. Belum terdapatnya sistem pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga melalui perpipaan secara komunal.

4. Tidak optimalnya Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di Sumur Batu dikarenakan jumlah anggaran yang digunakan untuk oprasional IPLT hanya Rp 300.000.000,- per tahunnya dan < 50% di gunakan untuk pengolahan limbah.

5. Terbatasnya truck penyedot limbah tinja yang dapat beroperasi hanya tersedia 5 Unit Truck dari 7 Unit Truck yg di miliki Pemerintah Kota Bekasi.

6. Kapasitas masing-masing Truck dapat menyedot 10.00 M³/ hari

7. Kapasitas IPLT yang hanya dapat menampung 10.000 m3 limbah setiap harinya, tapi dalam kenyataannya dipaksakan mengolah 80.000 m3 limbah domestic setiap harinya.

Untuk meningkatkan pengelolaan dan pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga (tinja), maka pemerintah perlu segera melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Optimalisasi Sarana dan prasarana yang sudah ada.

2. Melakukan beberapa terobosan pendanaan untuk IPLT baik dari segi pengolahan dan pembuatan IPLT yang baru dengan sistem tertutup. 3. Melakukan beberapa penyuluhan melalui kader-kader Puskesmas/ PKK

tentang resiko pencemaran sumber air tanah dari bakteri Tinja. 4. Membuat perencanaan pengolahan limbah cair rumah tangga .

5. Mulai diarahkannya melalui TKPRD terhadap kawasan-kawasan perumahan yang baru untuk menggunakan sistem pemipaan komunal limbah cair rumah tangga (tinja).

7.4.2 PERSAMPAHAN

7.4.2.1 Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun.

Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.

Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA

Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kota Bekasi meliputi:

1) Isu teknis operasional layanan pengelolaan persampahan

 Secara teknis operasional pengelolaan sampah di Kota Bekasi saat ini dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan Kota Bekasi.

 Perlu dibudayakan ke pada masyarakat untuk melakukan 3R di masing – masing sumber sampah sehingga masyarakat dapat memiliki nilai tambah dari upaya 3 R yang telah dilakukan dan pemerintah kota bekasi dapat mengurangi ongkos pengangkutan ke TPA dengan demikian umur lahan TPA dapat lebih panjang.

VII - 38

 Telah ada pengolahan sampah sistem 3R di kompos Patriot TPA Sumur Batu.

 Keterbatasan lahan TPA Sumur Batu yang ada saat ini.

 TPA Sumur Batu dalam pengolahan sampah menggunakan metode controll landfill.

 Keterbatasan armada truk angkut yang ada di Kota Bekasi, sehingga jumlah sampah yang terangkut dari TPS ke TPA masih kurang.

 Berdasarkan hasil survey EHRA sekitar 71,7% masyarakat Kota Bekasi mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah. Dengan rinciannya 39,7% mendapatkan pelayanan beberapa hari dalam seminggu, 13% menerima pengangkutan setiap hari, 11% menerima layanan sekali dalam seminggu dan sisanya 8,7% tidak dapat diidentifikasi.

 Dilihat dari waktu pengangkutan, berdasarkan hasil survey EHRA 57,3 % sampah diangkut beberapa kali dalam seminggu.

 Masih terdapatnya sampah-sampah liar di Kota Bekasi.

 Keterbatasan sarana,prasarana dan kapasitas IPLT yang ada untuk mengelola Blackwater.

 Invertarisasi rute pemetaan pengangkutan.

 Optimalisasi penanganan sampah di TPS kurang baik karena konsep yang ada saat ini adalah open dumping.

 Ada rencana / konsep pengolahan sampah sistem indoor di lokasi TPS.

 Pada armada angkutan tidak ada penyekatan untuk masing-masing jenis sampah.

2) Isu kebijakan daerah dan kelembagaan

 Kebijakan dan kelembagaan yang ada untuk sector persampahan sudah sesuai hanya perlu pengoptimalan dari kelembagaan yang ada.

 Belum adanya analisis secara mendalam potensi system modul berdasarkan kebutuhan perkembangan kota dan kapasitas pembuangan akhir.

 Belum adanya kebijakan program prioritas pelayanan umum sampah di wilayah permukiman yang berkepadatan tinggi, kawasan kumuh yang berkepadatan tinggi dan wilayah rawan banjir.

 Penegakan hukum terhadap pelaksanaan Perda belum mengenakan sanksi kepada mereka yang membuang sampah tidak pada tempatnya.

3) Isu keuangan

 Keterbatasan kemampuan pendanaan APBD kota Bekasi mengakibatkan anggaran yang dialokasiakan untuk pengelolaan persampahan terbatas sehingga dalam penganggaran menganut sistem prioritas.

 Keterbatasan pendanaan disebabkan belum tercantumnya aspek sanitasi belum sepenuhnya menjadi program prioritas dalam dokumen – dokumen perencanaan kota yang ada.

 Peningkatan pendapatan dari retribusi kebersihan masih dapat digali lagi sehingga PAD dari sektor persampahan dapat meningkat

4) Isu komunikasi

 Perlu peningkatan kerjasama dengan pelaku bisnis komunikasi dalam memasyarakatkan program – program sektor persampahan.

 Belum adanya sistem informasi yang mudah dicapai masyarakat, termasuk didalamnya informasi rencana pengembangan, tarif, desain teknis dan prosedur untuk penyampaian keluhan/pengaduan.

 Media yang digunakan untuk sosialisasi dan promosi persampahan kurang menarik.

5) Isu keterlibatan pelaku bisnis

 Adanya pengusaha pengepul dan pengusaha produksi daur ulang barang bekas yang membeli bahannya dari warga sekitar.

 Terdapatnya perusahaan swasta yang mengelola sampah di kawasan publik seperti kemang pratama.

 Sudah ada beberapa usaha pengepul dan pengolah sampah yang cukup potensial dalam mendukung program Reduce, Re-use dan Recycle (3 R) yang diperkenalkan Pemerintah.

6) Isu peran serta masyarakat

 Usaha-usaha lainnya yang dilakukan masyarakat seperti usaha pemanfaatan sampah oleh warga, usaha daur ulang sampah pelastik memperlihatkan bahwa partisipasi masyarakat cukup tinggi.

 Terdapat pengelolaan kegiatan komposting yang dilakukan oleh masyarakat, Gerakan Peduli Lingkungan ( GPL) dan LSM setempat.

 Partisipasi warga dalam pengangkutan sampah dari rumah ke TPS sudah cukup tinggi dan dilakukan secara swadaya.

 Adanya upaya oleh masyarakat untuk mereduksi sampah skala rumah tangga dengan cara komposting melalui pilot project (Bekasi Timur dan Bekasi Selatan ).

7.4.2.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan A.Aspek Teknis

Sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang dilaksanakan oleh masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas dan swasta, meliputi hal-hal berikut:

1) Teknik Operasional pengelolaan persampahan:

VII - 40

Dokumen terkait