• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV POLA KOMUNIKASI PEMASARAN FESTIVAL DAN

4.1. Visi, Misi dan Pemilihan Target Pasar Pariwisata DIY

Visi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rencana Jangka Panjang

dan Menengah 2005-2025 yaitu “Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Tekemuka di Asia

Tenggara dalam lingkungan masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera”. Kemudian, semakin diperkuat oleh visi Pembangunan Kepariwisataan Daerah

Istimewa Yogyakarta dalam RIPPARDA Tahun 2012-2025, yaitu “Terwujudnya Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata berbasis budaya terkemuka di Asia

Tenggara, Berkelas Dunia, Berdaya Saing, Berkelanjutan, dan Mampu

Mendorong Pembangunan Daerah Untuk Kesejahteraan Masyarakat”.

Sedangkan Misi Dinas Pariwisata DIY dalam mencapai Visi yang telah

dirumuskan, yaitu:

1. Mewujudkan kualitas dan kuantitas Daya Tarik Wisata DIY dan

pendukungnya yang berdaya saing tinggi berdasarkan Sapta Pesona dan

keterpaduan antara pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pemasaran Pariwisata DIY yang

didukung kapabilitas/kredibilitas kapasitas SDM dan kelembagaan seluruh

pemangku kepentingan kepariwisataan DIY.

Guna mencapai visinya, Dinas pariwisata DIY terus berkomitmen

55

destinasi, alam, budaya, maupun buatan manusia termasuk event. Selain

peningkatan kuantitas dan kualitas Daya Tarik Wisata yang harus dilakukan, misi

utama lain yang harus ditingkatkan adalah kualitas dan kuantitas pemasaran dari

semua produk wisata yang dimiliki agar tujuan menjadi Destinasi Wisata

Terkemuka di Asia Tenggara dapat terwujud.

Pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY selama ini dilakukan

dengan mengikuti kegiatan berskala internasional secara langsung yang diadakan

di negara lain maupun yang diadakan di Indonesia, serta melalui promosi

menggunakan berbagai macam media. Namun masih menemui beberapa kendala

yang membuatnya belum optimal, baik berupa konten yang belum semenarik

produk-produk wisata negara lain, maupun persoalan SDM yang belum mumpuni

khususnya penguasaan bahasa dari personal pegawai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pemerintah melalui Dinas

Pariwisata DIY, festival dan acara budaya atau events di Yogyakarta merupakan

salah satu produk wisata DIY yang menjadi prioritas utama dikembangkan saat

ini. Namun dalam pemasarannya terutama dalam hal promosi belum ada pola

atau struktur khusus untuk memasarkan produk berbentuk events. Dinas

Pariwisata DIY dalam melakukan pemasaran dan promosi, produk wisata berupa

festival dan acara budaya atau kesenian masih digabungkan dengan produk wisata

lainnya. Kepala Bagian Pemasaran Dinas Pariwisata DIY Bapak Imam Pratanadi,

menjelaskan mengenai produk berbentuk events yang dimiliki DIY, yaitu:

“Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki lebih dari 200 event yang diselenggarakan setiap tahunnya, namun kita setidaknya memiliki 7 event berskala internasional. Berdasarkan intruksi dari gubernur dan analisis internal, maka produk wisata berupa events ini kita jadikan sebagai prioritas utama untuk dijadikan daya tarik pengunjung wisatawan mancanegara maupun nusantara. Hanya saja kita belum merumuskan pola

56 yang tepat seperti apa agar lebih tersistematis terutama bersinergi antar sektor pemerintah, pelaku event, dan semua masyarakat untuk memiliki arah tujuan yang sama”.

Dalam memasarkan pariwisata yang ada di DIY, Dinas Pariwisata

menyediakan informasi tentang produk-produk wisata yang dimiliki di website

resminya yaitu visitingjogja.com. Termasuk produk berupa event ada dalam

bentuk kalender of events setiap tahunnya, baik yang sudah terjadwal tempat dan

waktu pelaksanaannya maupun yang belum. Selain melalui website resmi,

promosi juga dilakukan melalui media massa berupa koran dan majalah-majalah

travel namun masih lebih kepada memperkenalkan Daya Tarik Wisata yang

dimiliki DIY dan masih dalam lingkup nasional. Dinas Pariwisata DIY juga sering

mengundang media online dan para bloger dengan tujuan menyampaikan

potensi-potensi yang ada di DIY agar mereka menerbitkan di media yang dimilikinya.

Menurut Bapak Imam Pratanadi, pemerintah mengupayakan efisiensi

anggaran sehingga ada keterbatasan dalam melakukan promosi secara

besar-besaran, namun pihaknya tetap mengupayakan kreatifitas guna melakukan

promosi yang memadai tahun ini.

Meski harus memperhatikan efisiensi anggaran, namun kita tetap berusaha mengikuti beberapa pameran berskala internasional sesuai kebutuhan. Kita akan mengupayakan pemasaran menggunakan sell mission melalui kerjasama dengan biro perjalanan untuk menjual paket-paket perjalanan wisata, berpromosi melalui media massa baik cetak maupun online dengan menggandeng beberapa majalah travel seperti majalah Travelounge dan majalah maskapai penerbangan seperti Majalah Inflight Garuda dan Majalah Inflight Lion Air. Untuk tahun 2016 kita melakukan promosi melalui TV Bandara Seokarno-Hatta periode Mei sampai November 2016”.

Promosi dalam bentuk pameran yang diikuti di luar negeri maupun dalam

negeri ada yang sifatnya memenuhi undangan Kementerian Pariwisata pusat, ada

57

pemerintah DIY dengan negara tujuan. Promosi Pariwisata DIY juga ada yang

dilakukan melalui penjualan Business to Business dengan melibatkan industri

pariwisata terutama yang dikelola biro perjalanan. Pengusha biro perjalanan di

DIY melakukan kerjasama dengan biro perjalanan di negara lain untuk menjual

paket-paket wisata yang dimiliki DIY. Komunitas event juga melakukan promosi

tersendiri dengan memperkuat kerjasama community to community antar sesama

pelaku event internasional. Adanya kerjasama internasional antar komunitas,

memudahkan bagi komunitas penyelenggara event berskala besar di DIY untuk

mengikuti kegiatan di beberapa negara. Sebaliknya, pelaku event di negara lain

relatif lebih mudah didatangkan ke DIY tanpa harus membayar biaya yang besar

karena ikatan komunitas antar sesama penyelenggara event internasional.

Bapak Heri Pemad salah satu penyelenggara event internasional di DIY

(ArtJog) menyatakan tidak sulit untuk mendatangkan wisatawan nusantara

maupun mancanegara pada suatu event besar, namun yang menjadi masalah

adalah tempat yang belum representatif dan dukungan dari semua pihak termasuk

pemerintah masih sangat dibutuhkan komunitas pelaku event.

Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan pelaku event dalam memprioritaskan pembangunan wisata pada sektor event, khususnya menyediakan tempat yang representatif untuk suatu acara yang besar. Kita kewalahan dalam mencari panggung yang pas dengan didukung fasilitas yang memadai. Terselenggaranya suatu event yang memiliki kualitas dan memberikan kesan baik juga dipengaruhi oleh tempatnya. Sehingga baik jika ini diperhatikan oleh pemerintah”.

Hal senada juga disampaikan penyelenggara event internasional lain yaitu

Bapak Bambang Paningron (Jogja International Street Performance, Java

International Festival, dan Asia Tri), yang menyatakan tempat yang representatif

58

Ada event pesanan yang memang hampir semuanya dibiayai oleh pemerintah, ada juga event internasional di DIY yang dibuat secara mandiri oleh pengelola dan komunitas. Nah keduanya harus menjadi perhatian lebih oleh pemerintah. Baik dari segi penyediaan tempat penyelenggaraan yang baik maupun dari segi peningkatan kualitas dan keahlian para pelaku event. Termasuk menjamin biaya hidup dari stakeholder pelaku event agar lebih profesional dan fakus dalam menciptakan produk-produk yang memuaskan pengunjung sehingga pariwisata bisa hidup secara berkelanjutan. Semua hal ini tidak cukup dibebankan kepada pelaku events, namun harus ada kerjasama yang baik antar semua pihak terutama partisipasi pemerintah”.

Dengan mengikuti banyak event besar di negara lain dan menampilkan

beberapa seni dan budaya ciri khas DIY maka hal itu menarik minat pelaku dan

penikmat event untuk berkunjung ke Indonesia dan DIY. Hubungan baik yang

dibangun antar pelaku event dapat menjadi faktor para pelaku event internasional

dapat tampil di beberapa acara di DIY dan hal itu menambah daya tarik

penyelenggaraan kegiatan, yang tujuannya menghadirkan wisatawan lebih

banyak.

Kepala Bidang Sumber Daya Manusia ASITA, Bapak Herry Rudyanto

mengakui bahwa belum banyak hubungan kerjasama yang dilakukan antara

pihaknya dengan para pelaku events.

“Selama ini para anggota ASITA belum banyak mempromosikan atau membuat paket wisata untuk tujuan event karena memang tidak banyak jalinan kerjasama yang dilakukan antara pihak komunitas event dengan pihak pelaku industri pariwisata. Events sangat menarik untuk dijual menjadi paket wisata disamping produk wisata berbentuk destinasi lainnya. Kerjasama yang baik antar sektor pemerintah, pelaku industri pariwisata, dan komunitas event akan membantu untuk membuat paket wisata ke DIY yang menarik minat wisatawan dengan disesuaikan dengan target pasar”.

Pola strategi pemasaran yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY selama ini

yaitu dimulai dengan penentuan target pasar, kemudian melakukan promosi.

59

Tenggara, Dinas Pariwisata menargetkan wisatawan mancanegara sebagai

prioritas utama dan ditambah dengan wisatawan nusantara. Penentuan target pasar

didasarkan pada statistik 10 besar jumlah wisatawan mancanegara berdasarkan

asal negaranya. Berikut grafik 10 besar wisatawan mancanegara yang berkunjung

ke DIY pada tahun 2015 berdasarkan asal negara: (gambar di halaman berikut)

Gambar 4.1: Grafik Peringkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara di DIY 2015. Sumber: Dinas Pariwisata DIY, 2016.

Dari grafik di atas, sebanyak 60,1% wisatawan mancanegara DIY berasal

dari 10 negara, sedangkan sisanya sebanyak 39,9% berasal dari gabungan

berbagai negara lain yang pernah berkunjung ke DIY sepanjang tahun 2015.

Berdasarkan grafik tersebut, maka terdapat sepuluh negara yang dapat dipilih

Dinas Pariwisata DIY sebagai negara target pasar pariwisata DIY untuk

melakukan promosi, yaitu Belanda (10,8%), Jepang (9,6%), Malaysia (9,1%),

60 (5,3%), Korea Selatan (3,0%), Republik Rakyat China (2,5%), dan Italia (2,3%).

Negara-negara di Asia yang dijadikan target pasar akan relatif lebih mudah

karena memiliki kesamaan budaya, etnis, dan jarak lebih dekat. Sedangkan

negara-negara yang letaknya di benua Eropa, Amerika, dan Australia memiliki

perbedaan budaya yang mencolok dengan Yogyakarta serta jarak yang cukup

jauh, sehingga tentu membutuhkan strategi berbeda dan biaya yang relatif lebih

besar. Perbedaan latar belakang masing-masing negara menjadi pertimbangan

Dinas Pariwisata dalam menentukan target pasar wisatawan mancanegara dan

pemilihan cara promosi produk wisata yang dimiliki ke negara tujuan. Dari total

10 negara target pasar, 5 negara penyumbang wisatawan mancanegara terbesar

menjadi prioritas utama pemasaran pariwisata DIY.

Hal ini senada dengan penjelasan Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata

DIY, Ibu Putu Kertiyasa, mengenai kebutuhan target pasar masing-masing negara.

Kita selalu mengupayakan mengenali setiap negara yang menjadi target pasar yang akan dipilih karena wisatawan di masing-masing negara memiliki budaya, perilaku dan keinginan yang berbeda-beda. Ada fenomena dimana wisatawan suatu negara cenderung menyukai tempat-tempat destinasi tertentu atau produk wisata tertentu yang difavoritkan. Misalnya wisatawan dari Eropa dan Amerika pada umumnya menyukai produk wisata yang berhubungan dengan budaya atau peninggalan-peninggalan bersejarah, namun hal itu berbeda dengan wisatawan dari Asia Tenggara misalnya Wisatawan dari Malaysia cenderung lebih menyukai belanja pakaian dan souvenir lainnya”.

4.2. Promosi Festival dan Acara Budaya dan Kesenian (Events) di DIY