• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visibilitas Pemikiran Al-Attas bagi Pendidikan Islam

BAB IV KONSTELASI PEMIKIRAN PEDAGOGIK

C. Telaah Kritis Epistemologi Pemikiran Al-Attas

3. Visibilitas Pemikiran Al-Attas bagi Pendidikan Islam

Berdasarkan kondisi pendidikan Islam ini, sebagaimana yang telah dideskripsikan di atas dan paradigma seharusnya pendidikan Islam ditegakkan. Maka pemikiran pendidikan Islam yang telah ditawarkan oleh Al-Attas nampaknya memiliki relevansi dan signifikansi yang tinggi serta layak untuk dipertimbangkan sebagai solusi alternatif untuk diaktualisasikan dalam dunia pendidikan Islam. Karena pada dasarnya ia merupakan konsep pendidikan yang berusaha untuk mengintegrasikan dikotomi ilmu pengetahuan dan menjaga keseimbangan yang bercorak moral-religius.

Secara ilmiah, Al-Attas telah mengemukakan proposisi-proposisinya sehingga menjadi sebuah konsep pendidikan yang sangat jelas. Sehingga

180

bukanlah suatu hal yang naif bahwa statemen Al-Attas ini merupakan sebuah jihad intelektual dalam menemukan paradigma pendidikan Islam. Bila dicobakan untuk berdialog dengan filsafat ilmu, apa yang diformulasikan oleh Al-Attas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik dari dataran ontologis, epistemologis maupun aksiologis.181

Apabila ditelaah dengan cermat, format pemikiran pendidikan yang ditawarkan oleh Al-Attas, tampak jelas bahwa dia berusaha menampilkan wajah pendidikan Islam sebagai suatu sistem pendidikan terpadu. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan pendidikan yang dirumuskannya, yakni tujuan pendidikan dalam Islam harus mewujudkan manusia yang baik, yaitu manusia universal (Al-Insan Al-Kamil). Tentang tujuan pendidikan itu sendiri, Al-Attas bahkan dengan tegas menyatakan bahwa hormat dan beribadah kepada Tuhan merupakan sifat wajar manusia.182

Insan kamil yang dimaksud adalah manusia yang bercirikan: Pertama,

manusia yang seimbang, memiliki keterpaduan dua dimensi kepribadian; a) dimensi isoterik vertikal yang intinya tunduk dan patuh kepada Allah, dan b) dimensi eksoterik, dialektikal, horisontal, membawa misi keselamatan bagi lingkungan sosial alamnya. Kedua, manusia seimbang dalam kualitas pikir, zikir dan amalnya.183 Maka untuk menghasilkan manusia seimbang bercirikan tersebut merupakan suatu keniscayaan adanya upaya maksimal dalam mengkondisikan lebih dulu paradigma pendidikan yang terpadu.

Indikasi lain yang mempertegas bahwa paradigma pendidikan yang ditawarkan Al-Attas menghendaki terealisirnya sistem pendidikan terpadu ialah tertuang dalam rumusan sistem pendidikan yang diformulasikannya, dimana tampak sangat jelas upaya Al-Attas untuk mengintegrasikan ilmu dalam sistem pendidikan Islam, artinya Islam harus menghadirkan dan

181

http://www.belajarislam.com/wawasan/sains/338-pemikiran-pendidikan-menurut-sm- naquib-al-attas, ditulis oleh: Ust. Yayat Hidayat. S.Pd.I.

182

Syed Muhammad Naquib Al-Attas, (Ed.) Aims and Objectives of Islamic Education: Islamic Education Series, (London: Hodder and Stoughton dan King Abdul Aziz University, 1979), h. 51.

183

mengajarkan dalam proses pendidikannya tidak hanya ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu rasional, intelek dan filosofis.

Dari deskripsi di atas, dapat dilacak bahwa secara makro orientasi pendidikan Al-Attas adalah mengarah pada pendidikan yang bercorak moral religius yang tetap menjaga prinsip keseimbangan dan keterepaduan sistem. Hal tersebut terlihat dalam konsepsinya tentang ta'dib (adab) yang menurutnya telah mencakup konsep ilmu dan amal. Disitu dipaparkan bahwa setelah manusia dikenalkan akan posisinya dalam tatanan kosmik lewat proses pendidikan, ia diharapkan dapat mengamalkan ilmunya dengan baik di masyarakat berdasarkan adab, etika dan ajaran agama. Dengan bahasa yang berbeda dapat dikatakan bahwa penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi pertimbangan nilai-nilai dan ajaran agama.

Hal itu merupakan indikator bahwa pada dasarnya paradigma pendidikan yang ditawarkan Al-Attas lebih mengacu kepada aspek moral- transendental (afektif) meskipun juga tidak mengabaikan aspek kognitif (sensual–logis) dan psikomotorik (sensual-empiris). Hal ini relevan dengan aspirasi pendidikan Islami, yakni aspirasi yang bernafaskan moral dan agama. Karena dalam taksonomi pendidikan Islami, dikenal adanya aspek transendental, yaitu domain iman disamping tiga domain kognitif, afektif dan psikomotorik yang dikembangkan B.S. Bloom.184 Domain iman amat diperlukan dalam pendidikan Islami, karena ajaran Islam tidak hanya menyangkut hal-hal rasional, tetapi juga menyangkut hal-hal yang

suprarasional, dimana akal manusia tidak akan mampu menangkapnya, kecuali didasari dengan iman, yang bersumber dari wahyu, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadist. Domain iman merupakan titik sentral yang hendak menentukan sikap dan nilai hidup peserta didik, dan dengannya pula menentukan nilai yang dimiliki dan amal yang dilakukan. 185

184

Muhaimin, Konsepsi Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum, (Solo: Ramadhani, 1991), h. 72-73.

185

Zulkarnain Yani, Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam pada Era Global dan Modern (Naquib Al-Attas dan Hasan Langgulung), h. 256-257.

BAB V

PENUTUP

Pengembaraan intelektual Syed Muhammad Naquib Al-Attas merupakan sebuah fenomena menarik untuk dikaji. Al-Attas berangkat dari dunia metafisis menuju kepada dunia empiris. Lain halnya dengan Al-Ghazali yang berangkat dari dunia empiris menuju kepada dunia metafisis. Perbedaan alur pengembaraan ini sangat mungkin dipengaruhi oleh situasi dan kondisi serta tantangan yang dihadapi. Bila Al-Attas berada dalam gemerlapnya dunia modern yang penuh dengan reduksi-reduksi terminologi Islam, maka situasi, kondisi dan tantangan Al-Ghazali berbeda, yakni kondisi politik yang tidak menentu, timbulnya berbagai faham ’sesat’ yang tidak sesuai dengan ajaran sejati Islam dan tantangan lainnya.

Walau bagaimanapun, perbedaan alur pemikiran tersebut telah memberikan warna tersendiri dalam pergulatan pemikiran Islam kontemporer. Warisan intelektual Islam klasik menjadi sebuah wacana romantis yang dijadikan sumber berbagai inspirasi bagi munculnya paradigma pemikiran baru. Bahkan untuk melakukan rekonstruksi pemikiran yang aplicable dan acceptable sebagai pengembangan atau pengayaan khazanah intelektual Islam kontemporer. Sementara pemikiran kontemporer diharapkan mampu mengatasi berbagai problematika umat yang semakin lama bukan semakin mengecil, akan tetapi semakin lama justru semakin kompleks dan membesar. Berbagai tantangan telah menghadang di depan umat.

Bila dilihat secara substantif pemikiran Al-Attas termasuk kategori tradisionalis, jika dianalisis secara metodologis Al-Attas tergolong skripturalis

dan jika ditinjau secara historis tercakup dalam tipologi modernis. Karena itu, menjadi sulit menentukan tipologi pemikirannya. Walaupun demikian, menurut hemat penulis, Al-Attas merupakan ilmuwan yang termasuk tipologi reformis- skriptualis. Sebab, walaupun Al-Attas mendasarkan pemikiran-pemikirannya pada teks-teks klasik, namun telah melakukan reaktualisasi dan reformasi agar sesuai sengan konteks era kontemporer.

Meskipun sumbangan pemikiran yang telah dibangun Al-Attas secara sistemik-ilmiah, namun masih perlu dikembangkan dan dianalisa secara kritis. Dengan upaya tersebut diharapkan akan benar-benar dapat teruji validitasnya sebagai salah satu alat penyelesaian alternatif yang efektif, terutama dalam menjawab berbagai permasalahan umat masa depan yang demikian kompleks.

Maka berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan sebagai berikut:

A. KESIMPULAN

Bagaimanapun hebatnya pemikiran seseorang pasti memiliki kekurangan dan tidak sempurna, tak terkecuali paradigma pendidikan Islam yang diformulasikan oleh Al-Attas. Namun apa yang digagasnya merupakan suatu komoditi berharga bagi pengembangan dunia ilmu pendidikan Islam, baik dalam dataran teoritis maupun praktis. Demikian pula dengan gagasan tentang Islamisasi ilmu pengetahuan adalah ide yang penting untuk diperhatikan secara positif. Hal tersebut bermuara pada tujuan agar menghindarkan umat manusia dari kesesatan disebabkan oleh ilmu yang sudah ada terpola secara filsafat Barat yang sekuler.

Secara akademis pemikiran kritis dan inovatif seperti yang dilakukan Al-Attas, dalam konteks demi kemajuan dunia pendidikan Islam merupakan suatu keniscayaan, conditio sine quanon untuk ditumbuhkembangkan secara terus menerus. Hal tersebut merupakan konsekuensi dan refleksi rasa tanggung jawab manusia yang memiliki fungsi dan tugas utama sebagai Abdullah dan Khalifatullah.

Berdasarkan hasil pemaparan di atas, maka penulis mengambil beberapa point penting sebagai kesimpulan, diantaranya:

1) Al-Attas seorang cendekiawan Muslim yang menguasai banyak disiplin ilmu, meliputi teologi, filsafat dan metafisika, sejarah, sastra, kebudayaan serta pendidikan.

2) Pemikiran pedagogik Islam Al-Attas berisi pandangan-pandangannya mengenai metafisika, ilmu pengetahuan, makna dan tujuan pendidikan, serta kurikulum dan metode pendidikan.

3) Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, kurikulum dan metode pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting, disamping harus memahami masalah metafisika dan ilmu pengetahuan.

4) Kurikulum pendidikan harus menggambarkan manusia dan hakikatnya, sedangkan metode pendidikan yang diusung Al-Attas yaitu metode tauhid, adanya keselarasan “yang obyektif dan yang subyektif”.

5) Pemakaian kata ta’dib untuk konsep pendidikan Islam karena struktur kata

ta’dib lebih komprehensif yaitu mencakup unsur-unsur ‘ilm (ilmu), ta’lim

(instruksi) dan tarbiyah (pembinaan). Pendidikan dimaknai dengan penyemaian dan penanaman adab (ta’dib), sedangkan tujuan pendidikan harus bersifat religius.

6) Menurut Al-Attas pada hakikatnya semua ilmu pengetahuan bersumber dari Tuhan yang ditafsirkan oleh kekuatan fakultas-fakultas manusia, yaitu melalui pancaindera, akal sehat, berita yang benar dan intuisi. Dengan demikian, pengetahuan yang dimiliki oleh manusia merupakan hasil tafsiran terhadap pengetahuan Tuhan. Ilmu tersebut diperoleh dari dua cara: Pertama, sebagai sesuatu yang datang dari Allah SWT, bisa dikatakan bahwa ilmu itu adalah datangnya (hushul) makna sesuatu atau objek ilmu ke dalam jiwa pencari ilmu. Kedua, sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif, ilmu bisa diartikan sebagai datangnya jiwa (wushul) pada makna sesuatu atau objek ilmu.

7) Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan usaha untuk mengislamkan disiplin-disiplin ilmu atau lebih tepat menghasilkan buku-buku pegangan pada level universitas dengan menuang kembali disiplin-disiplin ilmu modern dengan wawasan Islam. Substansi sentral dari program islamisasi

ilmu pengetahuan adalah meletakkan prinsip-prinsip tauhid sebagai landasan filosofis ilmu pengetahuan baik dari segi ontologi, epistemologi dan aksiologi.

8) Implikasi islamisasi ilmu pengetahuan dalam operasionalisasi pendidikan Islam bertujuan dicapainya integrasi sistem pendidikan umum dan pendidikan Islam. Integrasi tersebut harus terwujud dalam formulasi kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan Islam, yaitu semua disiplin ilmu, umum atau agama disatukan dalam bingkai Islam serta adanya tenaga pendidik yang memiliki wawasan Islam yang utuh dan integral serta profesional dalam menggunakan buku-buku pelajaran yang telah diislamkan.

B. SARAN

1) Kepada pihak Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang notabene adalah lembaga pendidikan tinggi Islam yang bersentuhan langsung dengan ilmu agama dan ilmu pengetahuan kontemporer, diharapkan mampu menjadi motor dalam menginternalisasikan nilai-nilai dan istilah-istilah Islam ke berbagai fakultas. Melihat relevansi istilah tarbiyah perspektif Al-Attas yang kurang sesuai dengan istilah pendidikan, maka diharapkan kepada pihak UIN Jakarta agar segera merekontruksi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) menjadi Fakultas Ilmu Ta’dib dan Keguruan (FITK).

2) Kepada para cendekiawan Muslim yang banyak berinteraksi dengan dunia ilmu dan pendidikan, diharapkan menjadi motor penggerak dalam memperjuangkan pendidikan Islam, dan penulis menyampaikan satu harapan agar berpartisipasi dalam menyambut, memahami, dan menyebarluaskan mega proyek islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer yang digagas Al-Attas, karena mengingat betapa pentingnya islamisasi ilmu untuk menyelamatkan manusia dari nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam.

3) Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan yang mengendalikan institusi- institusi pendidikan di bawahnya, harus mengarahkan kebijakannya dalam upaya mendukung pembangunan epistemologi yang sesuai dengan pandangan hidup Muslim. Seperti tidak mendikotomikan lembaga pendidikan Islam, merekontruksi buku-buku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, mengganti istilah-istilah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dengan melibatkan ahli-ahli semantik bahasa Arab, dan lain-lain.

Sebagai penutup skripsi ini, penulis ketengahkan pernyataan Syed Muhammad Naquib Al-Attas tentang konsep teladan. ”Barat memiliki konsep “manusia sekuler” (animal rational) yang tidak punya ruh, bagai lingkaran tanpa titik pusat. Hanya Islam yang memiliki figur manusia universal yaitu pribadi Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Demikianlah telah penulis torehkan, semoga bisa kita pertanggungjawabkan. Fal-haqqu ahaqqu ay-yuttaba’. Ma’as salamah! Happy ending full barokah.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdurrahman, Moeslim, Islam Transformatif, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997

Al-Abrasyi, Moh. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1980

Achmadi, Islam Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 1992

Ahmadi, N. Abu, dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Semarang: Rineka Cipta, 1991

Ambary, Hasan Muarif, et. al., Suplemen Ensiklopedi Islam, Jilid 2, Jakarta: PT. Ichtiar Van Hoeve, 1995

Arifin, Muzayin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987

________, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara, 1991

________, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat; Suatu Pendekatan Filosofis, Pedagogis, Psikososial dan Kultural, Jakarta: Golden Terayon Press, 1988

Ashraf, Ali, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Temprint, 1989

Assegaf, Abd. Rachman, Membangun Format Pendidikan Islam di Era Global, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2004

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, (Ed.) Aims and Objectives of Islamic Education: Islamic Education Series, London: Hodder and Stoughton dan King Abdul Aziz University, 1979

________, Islam dan Filsafat Sains, Bandung: Mizan, 1995

________, Islam dan Sekularisme, Bandung: Pustaka, 1981

________, Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung: Mizan, 1987

________, The Concept of Education in Islam; a Framework for an Islamic Philosophy of Education, Kuala Lumpur: ISTAC, 1999

Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Manuju Millenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999

Bruinessen, Martin Van, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan, 1996

Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996

Daud, Wan Mohd Nor Wan, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Bandung: Mizan, 1998

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2002

Al-Djamali, Fadhil, Menerobos Krisis Pendidikan Islam, Jakarta: Golden Press, 1992

Echols, John M., dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1990

Ekasusilo, Madya, dan RB Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, Semarang: Effar Publishing, 1990

Faisal, Yusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani Press 1995

Fanggidaej, Lenny, Kamus Pendidikan, Jakarta: Restu Agung, 1995

Al-Faruqi, Ismail Raji, Islamiasai Ilmu Pengetahuan, (terj.) Anas Wahyudin, Bandung: Pustaka, 1984

Gholib, Achmad, Teologi dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press

Hidayat, Komaruddin, Agama dan Kegalauan Masyarakat Modern, Jakarta: Mediacita, 2000

Irfan, Mohammad, dan Mastuki HS, Teologi Pendidikan; Tauhid sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2000

Kartanegara, Mulyadhi, Integrasi Ilmu dalam Perspektif Filsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press

Al-Khukli, Muhammad Ali, Qamus al-Tarbiyah, Libanon: Dar al’Ilm li al Malayin, 1981

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1988

Maksum, Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya, Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: al- Ma’arif, 1989

Ma’loup, Louis, Al-Munjid fi Al-Lughoh wa Al-A’lam, Beirut: Dar Al- Masyriq, 1986

Moeliono, Anton., et-al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990

Muhadjir, Noeng, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Suatu Teori Pendidikan, Yogyakarta: Rake Sarasin Press, 1987

Muhaimin, Konsepsi Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum, Solo: Ramadhani, 1991

Mulkhan, Abdul Munir, Paradigma Intelektual Muslim Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, Yogyakarta: Sipress, 1993

Nasution, Harun (ed.), Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Jembatan, 1992

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999

____________, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003

____________, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 2003

_____________,Manajemen Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2003

Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama, 2001

Peorbakawadja, Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1976

Al-Qardawi, M. Yusuf, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Bana, Jakarta: Bulan Bintang, 1980

Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005

Rahardjo, Dawam, Fundamentalisme dalam Muhammad Wahyuni Nafs, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam, Jakarta: Paramadina, 1996

Al-Rasyidin dan Nizar, Samsul, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005

Said, Muh., dalam IAIN Jakarta, Islam dan Pendidikan Nasional, Jakarta: Lembaga Penerbitan IAIN, 1983

_______, Ilmu Pendidikan, Bandung: Penerbit Alumni, 1985

Saleh, Abdurrahman, Didaktika Pendidikan Agama di Sekolah Dasar, Bandung: CV. Pelajar, 1976

Sardar, Ziaudin, Masa Depan Islam, Yogyakarta: Pustaka Salman, 1987

Soebahar, Abdul Halim, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Penerbit Kalam Mulia, 2002

Sukano et.al., Dasar-dasar Pendidikan Sains, Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1981

Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004

Al-Syaibani, Omar Muhammad al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam, Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, 2007

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996

Tim Pustaka Merah Putih, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional,

Yogyakarta: Pustaka Merah Putih, 2007

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2005

Walidin, Warul, Konstelasi Pemikiran Pedagogik Ibnu Khaldun Perspektif Pendidikan Modern, Yogyakarta: Suluh Press, 2005

Wibisono, Abdul Fattah, Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam, Jakarta: Rabbani Press, 2009

Yani, Zulkarnain, Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam pada Era Global dan Modern (Naquib Al-Attas dan Hasan Langgulung), Jakarta: Depag Badan Litbang dan Diklat, 2008

Yusuf, Yunan, “Tauhid Ilmu Solusi untuk Dikotomi”, dalam Hendar Riyadi, Tauhid Ilmu dan Implementasinya dalam Pendidikan, Bandung: Majlis Tarjih Muhammadiyah Jawa Barat, 2000

Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983

Sumber Jurnal:

Abidin, Zainal, Islamisasi Ilmu Pengetahuan dari Konsep Hingga Kritik, Jurnal Nadwa, Vol. 2. No. 2, Oktober 2008

Almanar, M. Abduh, Konsep Pendidikan Islam Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, dalam Jurnal Pendidikan Islam Vol IX. No. 2, 2006

Armas, Adnin, “Westernisasi dan Islamisasi Ilmu,” dalam Jurnal Islamia

tahun I, No. 6, Juli-September, 2005

Hasyim, Rosnaini, “Gagasan Ilmu Pengetahuan kontemporer” dalam jurnal Islamia Tahun I, No. 6 (Juli-September 2006

Mufidah, Luk-luk Nur, Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Implikasinya dalam Penddikan Islam, dalam Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, Vol.5, No. 2, Juli 2005

Romlah, Futiati, Filsafat dan Tasawuf dalam Pendidikan Islam, dalam Al- Tahrir; Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 6 No. 2 Juli 2006

Saiful, Muzani, Pandangan Dunia dan Misi Syed Muhammad Naquib al- Attas, Jurnal Studi-studi Islam, Dzulhijjah Awwal 1412/Juli-Oktober 1991

Solichin, Mohammad Muchlis, Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam, dalam Tadris; Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No.1 2008

Sugiharto, Ugi, “Islam dan sekularsme” dalam Jurnal Islamia Tahun. I, No. 6 Juli-September 2006

Wahab, Rohmalima, Pendidikan Islam dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, dalam Jurnal Pendidikan Islam Conciencia, No. 2 Volume II, Desember 2002

Sumber Internet: http://elhasyimieahmad.multiply.com http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib- uinsuka--wastutinim-2552 http://www.belajarislam.com/wawasan/sains/338-pemikiran-pendidikan- menurut-sm-naquib-al-attas www.jaring.my/istac/staff/staff.htm www.rezaervani.com – http://groups.yahoo.com/group/rezaervani blog.its.ac.id/zainal/2009/02/09/baalawi/. http://forum.psikologi.ugm.ac.id/index.php?topic=13.0

BIOGRAFI PENULIS

Rian Hidayat El-Padary dilahirkan di Serang-Banten pada 18 Juli 1987 adalah seorang pemuda, seorang pria, seorang pembelajar, dan yang pasti seorang pembina di Yayasan Irtiqo Kebajikan (YIK) Ciputat, sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan anak yatim dan dhuafa (www.irtiqo.multiply.com).

Ia dan teman-temannya adalah the founding father billingual class di jurusannya (2008), yakni kelas berbahasa Inggris sebagai bahasa kesehariannya. Selain menjadi mahasiswa ia juga menjadi mahasantri di Ma’had Daar El-Hikam Jakarta. Sebuah pesantren yang berlokasi tidak jauh dari kampus UIN Jakarta.

Dunia akademis dan dunia aktivis ia kawinkan bersama, penulis pernah diamanahi sebagai Ketua Umum Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Jakarta (periode 2008-2009) dan Ketua Dewan Redaksi Sarekat Wirausaha Islam Terpadu (SWIT) cabang Ciputat. Aktivitasnya saat ini ialah membina kaum dhuafa dan yatim piatu di Irtiqo Kebajikan, melatih dan menulis, ia juga aktif menulis berbagai artikel kependidikan dan sastra. Tulisannya beberapa kali pernah menghiasi salah satu koran besar di Indonesia (HU Republika).

Dalam aktivitas kepenulisannya, baru satu buku yang diterbitkan, ‘Seberkas Cahaya’ yang diterbitkan Azka Press (anak cabang penerbit Ganeca Exact) pada 2008 lalu, dan beberapa artikel di Republika dan bulletin. Dan saat ini (Januari 2010), penulis sedang dalam tahap MoU dengan Diva Press (penerbit besar Jogja) untuk menerbitkan dua buku, Menjadi Pembelajar Excellent; Meng-install Nyali Men-charge Motivasi, dan Magic Words; 911 Kata-Kata Inspiratif Dari Para Pujangga Dunia.

Mohon doa ikhwah fillah, ustadz dan ulama, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin, semoga saya bisa terus belajar dan mengajar serta menyajikan karya sebagai amal jariyah sebagaimana pesan Ibnul Jauzy bahwa salah satu amal jariyah terbaik adalah menulis buku. Sebab, meski penulisnya telah mati tetapi insya Allah ilmu bermanfaat yang dituangkannya bisa mengalir sepanjang waktu. Semoga itu semua bisa menjadikan luasnya bangunan rumah kita di surga nanti. Amin.

Ada beberapa prestasi yang pernah diraihnya. Diantaranya, Juara 1 Lomba Pembacaan Berita sewaktu masih di Madrasah Aliyah, Juara 1 Lomba Kepenulisan Artikel sewaktu masih di Madrasah Aliyah, Juara 1 Lomba Cerdas Cermat sewaktu masih di Madrasah Aliyah, Siswa Terbaik Angkatan 2005 Madrasah Aliyah (MA) Al-Khairiyah Serang-Banten, Juara 1 Lomba Cerdas

Dokumen terkait