• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visualisasi Wayang Kulit Purwa Kreasi Baru Ciptaan Ki Margono, S.Sn Selama berkreativitas seni, sudah banyak sekali bentuk-bentuk wayang

kulit purwa kreasi baru yang diciptakan oleh Ki Margono, S.Sn, bahkan sudah lengkap satu kotak yang ia beri nama “Wayang Kulit Purwa Rai Wong” yang terdiri dari enam kriteria kelompok/ penggolongan wayang kulit purwa ditinjau dari aspek Seni Rupa.

Untuk meneliti kesemuanya tersebut tidaklah mungkin bagi peneliti, karena adanya keterbatasan waktu, pengetahuan, dan lain sebagainya. Untuk itu peneliti hanya akan mengambil enam wayang kulit purwa kreasi baru Ki Margono, S.Sn yang dianggap sudah mewakili dari keenam kriteria/penggolongan wayang kulit purwa ditinjau dari aspek Seni Rupa tersebut, yakni:

1. Golongan wayang kulit purwa ekspresif dekoratif

Wayang kulit purwa ekspresif dekoratif maksudnya adalah bentuk wayang kulit purwa yang tercipta karena cetusan (ekspresi) dari angan-angan senimannya, yang dituangkan dalam bentuk hiasan dekor /hiasan bidang. Oleh karena itu hasil penciptaan dari segala bentuk wayang kulit purwa apa saja selalu disesuaikan dengan apa saja perilaku tokoh yang dibayangkan dalam angan-angan senimannya. Misalnya: orang yang baik, divisualkan badannya lurus/gagah perkasa, mukanya tajam, warnanya hitam, mulutnya tertutup/tersenyum dan seterusnya. Sedangkan orang yang jahat, untuk mulutnya lebar/gusen, warna mukanya merah dan seterusnya. Wayang kulit purwa ekspresif dekoratif ini berdasarkan perlengkapan perabot dan pakaiannya dapat diklasifikasikan lagi menurut kelasnya, yakni:

- Golongan Dewa - Golongan Putran - Golongan Pendeta - Golongan Raksasa - Golongan Satria - Golongan Punggawa - Golongan Raja - Golongan Putri

Dalam penelitian ini diambil satu tokoh, yakni Raden Bima Sena yang mewakili dari golong Satria. Dipilih tokoh Raden Bima Sena dengan alasan karena: Raden Bima Sena merupakan salah satu tokoh yang commit to user

menjadi icon dalam cerita wayang kulit purwa, dengan begitu semua orang akan lebih cepat mengenal siapa tokoh Bima Sena dibanding dengan tokoh-tokoh lainnya, sehingga bila ada perubahan sedikit saja dalam bentuk tokoh tersebut, orang akan cepat tahu.

2. Golongan wayang kulit purwa ekspresif dekoratif humoris karikatur

Maksudnya juga termasuk wayang kulit purwa yang bentuk ekspresif dekoratif, namun menggambarkan tokoh-tokoh yang bentuknya sudah lucu. Bentuk-bentuk wayang kulit purwa yang seperti ini juga dibedakan menjadi lima golongan, yakni:

- Humoris karikaturis pengikut Ksatria, yaitu Semar, Gareng, Petruk, Bagong.

- Humoris karikaturis pengikut Raksasa, yaitu: Togok, Sarawito. - Humoris karikaturis pengikut Dewa, yaitu: Patuk dan Temboro. - Humoris karikaturis pengikut Pendeta, yaitu: Cantrik Janaloka. - Humoris karikaturis Wanita, yaitu Cangik dan Limbuk.

Dalam penelitian ini diambil satu tokoh, yakni Petruk. Dipilih tokoh Petruk dengan alasan karena terdapat perubahan-perubahan yang cukup signifikan pada tokoh tersebut, baik dari segi bentuk fisik wayang kulit purwanya maupun dari segi makna simboliknya.

3. Golongan wayang kulit purwa yang menggambarkan kelompok atau suatu kompleks yang menggambarkan kelompok pasukan atau kompleks tumbuh-tumbuhan, binatang dan bangunan, yaitu: Perampokan (Ampyakan) dan Gunungan.

Dalam penelitian ini diambil satu bentuk, yakni bentuk Gunungan. Dipilih bentuk Gunungan karena bentuk ini mengandung makna simbolik yang sangat sakral.

4. Wayang kulit purwa yang melukiskan atau menggambarkan binatang dan kendaraan, seperti: kuda, kereta kencana, gajah, naga, burung garuda, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini diambil satu bentuk binatang, yakni bentuk Burung Garuda. Dipilih bentuk Burung Garuda karena bentuk ini paling sering tampil diantara kelompok golongan ini.

5. Wayang kulit purwa yang melukiskan senjata seperti: panah, keris, gada, alugara, senjata cakra, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini diambil satu bentuk senjata, yakni bentuk senjata Cakra. Dipilih bentuk Senjata Cakra karena makna simboliknya diubah drastis dari makna klasiknya.

6. Wayang kulit purwa yang melukiskan roh halus berupa siluman, setan, seperti: Jurumeya, Jarameya Keblok, dsb.

Dalam penelitian ini diambil satu tokoh setanan. Dipilih tokoh Setanan karena tokoh ini paling digemari penonton dan paling banyak di buat oleh Ki Margono, S.Sn.

Berikut ini contoh-contoh wayang kulit purwa kreasi baru (wayang kulit purwa rai wong) hasil karya ciptaannya:

a. Contoh wayang kulit purwa ekspresif dekoratif:

Gambar 4. 19. Wayang Kulit Purwa Raden Bima Sena (Klasik)

(Dokumentasi: Retna Kusuma Dewi, 2013)

Gambar 4. 20. Wayang Kulit Purwa Raden Bima Sena Kreasi Baru (Karya Ki Margono, S.Sn)

b. Contoh wayang kulit purwa ekspresif dekoratif humoris karikatur:

Gambar 4. 21. Wayang Kulit Purwa Petruk (Klasik) (Dokumentasi: Retna Kusuma Dewi, 2013)

Gambar 4. 22. Wayang Kulit Purwa Petruk Kreasi Baru (Karya Ki Margono, S.Sn)

c. Contoh wayang kulit purwa yang menggambarkan kompleks tumbuh-tumbuhan:

Gambar 4. 23. Wayang Kulit Purwa Gunungan (Klasik) (Dokumentasi: Retna Kusuma Dewi, 2013)

Gambar 4. 24. Wayang Kulit Purwa Gunungan Kreasi Baru (Karya Ki

Margono, S.Sn)

d. Contoh wayang kulit purwa yang menggambarkan binatang:

Gambar 4. 25. Wayang Kulit Purwa Garuda (Klasik) (Dokumentasi: Retna Kusuma Dewi, 2013)

Gambar 4. 26. Wayang Kulit Purwa Garuda Kreasi Baru (Karya Ki Margono, S.Sn)

e. Contoh wayang kulit purwa yang menggambarkan senjata:

Gambar 4. 27. Boneka Wayang Kulit Senjata Cakra (Klasik) (Dokumentasi: Retna Kusuma Dewi, 2013)

Gambar 4. 28. Wayang Kulit Purwa Senjata Cakra Kreasi Baru (Karya Ki Margono, S.Sn)

(Dokumentasi: Retna Kusuma Dewi, 2013)

f. Contoh wayang kulit purwa yang menggambarkan setanan:

Gambar 4. 29. Wayang Kulit Purwa Setanan (Klasik) (Dokumentasi: Retna Kusuma Dewi, 2013)

Gambar 4. 30. Wayang Kulit Purwa Setanan Kreasi Baru (Karya Ki Margono, S.Sn)

E. Makna Simbolik Wayang Kulit Purwa Rai Wong Karya Ki Margono, S.Sn

Seperti telah diungkapkan di atas bahwa wayang kulit purwa diciptakan oleh nenek moyang kita pada mulanya adalah sebagai sarana atau alat untuk mengungkapkan kebutuhan batin nenek moyang kita, oleh karena itu semua bentuk-bentuk wayang kulit purwa yang diciptakan akan mengandung makna-makna simbolik, baik itu sejak jaman pra sejarah hingga jaman sekarang ini.

Hal ini didukung oleh pendapat dari S. Haryanto yang menyatakan bahwa: evolusi bentuk wayang kulit purwa secara kronologis dapat dikatakan sebagai berikut:

1. Jaman Pra Majapahit sampai menjelang abad XIII

Pada jaman itu wayang kulit purwa masih berbentuk dekoratif tapi primitif, simbolik dan spiritual.

2. Jaman Majapahit (1292 – 1478)

Lahirnya wayang Beber sebagai pendahulu wayang kulit purwa. Wayang kulit purwa pada masa itu masih berbentuk profil watak dan pribadi tertentu. 3. Jaman Demak (1478 – 1546) dan Jaman Pajang (1546 – 1586)

Pada jaman ini bentuk wayang kulit purwa mulai berkembang pesat, namun tetap disesuaikan dengan ajaran Islam. Biarpun dibatasi dengan ajaran-ajaran Islam, namun tidak melupakan segi artistik dan daya cipta senimannya. Semuanya itu berdasarkan kreativitas para pencipta yang menggambarkan watak tokoh-tokoh manusia.

4. Jaman Kerajaan Mataram (1586 – 1680) hingga sekarang

Pada jaman ini penggemar wayang kulit purwa semakin banyak dan fanatik dari berbagai daerah dengan berbagai macam alasan, daerah yang satu tidak mau wayang kulit purwanya sama bentuk dan coraknya dengan wayang kulit purwa daerah lain, misal: wayang kulit purwa daerah kedu, Banyumas, Yogyakarta, Surakarta, dan lain-lain. Semua wayang kulit purwa tersebut di buat berbeda/mempunyai ciri khas sendiri-sendiri dan makna simbolik sendiri-sendiri. (S. Haryanto, 1991 : 30).

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bukan hanya pada lakon yang diceritakan dalam pagelaran saja yang menggambarkan falsafah dan makna-makna simbolik, tetapi juga dalam wayang kulit purwanya bahkan sejak jaman Demak wayang kulit purwa diciptakan dengan maksud sebagai lambang watak manusia.

Dalam dunia pewayangan watak lemah-lembut, kasar, angkara murka, lucu dan yang lain, masing-masing mempunyai gambaran yang khusus. Dengan kata lain tiap-tiap bentuk wayang kulit purwa mengandung arti perlambang tersendiri. Bentuk tiap tokoh wayang kulit purwa merupakan tipe tiap-tiap manusia dengan wataknya masing-masing. (Suwaji Bastomi, 1996 : 10).

Perlambang yang tersirat di dalam bentuk tiap tokoh wayang kulit purwa dapat diungkap melalui:

1) Mata. Bentuk mata “thelengan” memberi kesan watak tegas. Bentuk mata “liyepan” memberi kesan watak lembut dan sebagainya.

2) Hidung. Bentuk hidung tidak jelas menunjukkan perwatakan jika tidak dikaitkan dengan bentuk mata.

3) Mulut. Bentuk mulut “ngablak” memberi kesan watak galak dan lain sebagainya.

4) Warna muka. Tiap warna yang dipulaskan pada muka wayang kulit purwa mengandung arti perlambang. Secara umum warna mengandung arti sebagai berikut:

- Hitam adalah lambang ketenangan, kesungguhan, kejujuran.

- Merah adalah lambang kemarahan, keberanian, ketamakan dan kemurkaan.

- Putih adalah lambang kesucian dan kelembutan. - Kuning adalah lambang keremajaan dan kebesaran.

- Merah jingga adalah lambang kemarahan dan kemauan keras. - Merah jambu adalah lambang pengecut dan emosional.

- Biru muda adalah lambang lemah pendirian dan setengah bodoh. 5) Wanda. Wanda wayang kulit purwa diartikan wujud atau dapur, yaitu wujud

Secara garis besar tokoh wayang kulit purwa yang jumlahnya lebih dari seratus itu dapat dipilah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok tokoh wayang kulit purwa yang melambangkan watak baik dan kelompok wayang kulit purwa yang melambangkan kejahatan. Wayang kulit purwa yang melambangkan kebaikan ditempatkan pada bagian sebelah kanan dalang, artinya yang baik itu dikanankan (Jawa: ditengenake atau pradaksina), sedangkan wayang kulit purwa yang melambangkan kejahatan ditempatkan pada bagian sebelah kiri dalang (Jawa: dikiwakake atau bala kiwa/ala). Kesimpulan, wayang kulit purwa adalah lambang budi. Penciptaan bentuk-bentuk wayang kulit purwa didasarkan pada pengetahuan tipologi dan karakterologi. (Suwaji Bastomi, 1996 : 11).

Ki Margono S.Sn dalam mencipta wayang kulit purwa kreasi barunya ternyata juga tak lepas dari tujuan dan maksud-maksud tertentu, seperti halnya penciptaan wayang kulit purwa terdahulu. Ia berusaha menambahkan ataupun merubah makna simbolik pada bagian-bagian tertentu dari wayang kulit purwa klasik yang sudah ada dengan makna simbolik baru yang disesuaikan dengan kondisi jaman pada saat sekarang ini.

Berikut makna-makna simbolik tersebut:

Dokumen terkait