• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Konsep Kimia

4. Sel Volta

Sel galvani (sel volta) merupakan sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik yang disebabkan oleh terjadinya reaksi redoks yang spontan (Brady, 2010, hlm. 206). Contoh dari sel volta yaitu sel Daniell yang digunakan sebagai sumber listrik. Ketika sel Daniell digunakan sebagai sumber listrik terjadi perubahan dari Zn menjadi Zn2+ yang larut.

Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e- (reaksi oksidasi) Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s) (reaksi reduksi)

Dalam hal ini, massa Zn mengalami pengurangan, sedangkan elektroda Cu bertambah massanya, karena terjadi pengendapan Cu dari Cu2+ dalam larutan. Ketika sel Daniell dihubungkan dengan galvanometer, terjadi arus

elektron dari tembaga ke seng. Oleh karena itu logam seng bertindak sebagai kutub negatif dan logam tembaga sebagai kutub positif. Bersamaan dengan itu pada larutan dalam sel tersebut terjadi arus positif dari kiri ke kanan sebagai akibat dari mengalirnya sebagian ion Zn2+ (karena dalam larutan sebelah kiri terjadi kelebihan ion Zn2+ dibandingkan dengan ion SO42- yang ada. Reaksi total yang terjadi pada sel Daniell adalah Cu2+(aq) + Zn(s) → Cu(s) + Zn2+(aq). Reaksi tersebut merupakan reaksi redoks spontan (Chang, 2004, hlm. 197).

5. Potensial Elektroda

Potensial elektroda, E1/2sel, adalah potensial setengah-reaksi sebagai reduksi dengan elektroda hidrogen standar. Ketika mengukur potensial reduksi dalam keadaan standar, yaitu pada suhu 25OC, konsentrasi 1,00 M untuk semua jenis larutan, dan tekanan 1 atm untuk semua gas, maka disebut dengan potensial reduksi standar (Melati, 2012, hlm. 224). Jadi pada keadaan standar, potensial reduksi dari elektroda hidrogen ditetapkan sebagai nol.

Lambang dari potensial reduksi standar adalah Eo, superskrip “o” menyatakan kondisi keadaan-standar (Chang, 2004, hlm. 199). Jika potensial reduksi dihubungkan dengan dua setengah-sel, maka reaksi dengan potensial reduksi yang lebih positif berlangsung sebagai reaksi reduksi dan potensial reduksi yang kurang positif dipaksa untuk memberikan elektron (sebagai reaksi oksidasi). Jika kedua setengah-sel digabungkan untuk membentuk sel volta, maka reduksi menjadi katoda dan oksidasi menjadi anoda. Untuk itu dapat ditulis:

Eosel = Eokatede (reduksi) – Eoanode (oksidasi)

(Oxtoby, dkk., 2001, hlm. 384).

6. Sel Elektrolisis

Elektrolisis artinya penguraian suatu zat akibat arus listrik. Sedangkan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia dimana energi listrik digunakan agar reaksi redoks tidak spontan dapat terjadi (Whitten, dkk., 1981, hlm. 771).

32

Tempat berlangsungnya reaksi reduksi dan oksidasi dalam sel elektrolisis sama seperti sel volta, yaitu di anoda berlangsung reaksi oksidasi dan di katoda berlangsung secara reduksi. Perbedaan sel elektrolisis dan sel volta terletak pada kutub elektroda. Pada sel volta, anoda (-) dan katoda (+), sedangkan pada sel elektrolisis sebaliknya, anoda (+) dan katoda (-) (Brady, 2010, hlm. 191-192).

7. Hukum Faraday

Penelitian Michael Faraday menunjukkan hubungan kuantitatif langsung antara jumlah zat yang bereaksi di katoda dan anoda dengan muatan listrik total yang melewati sel. Hukum faraday pertama menyatakan bahwa jumlah perubahan kimia yang dihasilkan sebanding dengan besarnya muatan listrik yang melewati suatu sel elektrolisis, kemudian hukum faraday kedua menyatakan bahwa sejumlah tertentu arus listrik menghasilkan jumlah ekivalen yang sama dari benda apa saja dalam suatu elektrolisis. Kedua hukum ini yang mendasari stoikiometri proses elektrokimia. Secara ekperimen telah diperoleh bahwa 1 mol elektron mengandung muatan listrik sebesar 96.500 coulomb. Jumlah muatan ini disebut tetapan Faraday (F).

Dengan menerapkan stoikiometri, jika mol elektron yang terlibat dalam reaksi diketahui maka bisa ditentukan mol atau massa zat di katoda dan anoda (Petrucci, 1985, hlm. 33).

8. Korosi

Korosi adalah proses redoks dimana logam teroksidasi oleh oksigen (O2) pada keadaan lembab (mengandung air). Dalam kehidupan sehari-hari, korosi sering terjadi pada besi, yang lebih sering dikenal dengan nama pengkaratan. Faktor-faktor yang dapat mempercepat terjadinya korosi adalah keberadaan garam (garam yang larut menghasilkan elektrolit yang menaikkan aliran muatan menuju larutan), keasaman yang tinggi, dan polusi udara dari belerang oksida. Metode yang sangat penting untuk melindungi logam yaitu dengan proses yang disebut pasivasi, dimana lapisan tipis oksida akan

terbentuk ketika logam direaksikan dengan zat pengoksidasi kuat sehingga mencegah reaksi elektrokimia lebih lanjut (Oxtoby, dkk., 2001, hlm. 400).

C. Penelitian yang Relevan

Awaliyah (2013) dalam penelitian yang sejenis menemukan bahwa dari tiga buah buku yang dianalisisnya ditemukan bahwa buku A (kurikulum KTSP) terdapat 3,78 % ingatan kognitif, 79,24 % pertanyaan mengarah pada berpikir konvergen, 13,20 % pertanyaan mengarah pada berpikir divergen, 3,78 % pertanyaan mengarah pada berpikir evaluatif. Adapun buku B dan buku C adalah buku yang berbeda yang masih ditulis oleh penulis yang sama dan kurikulum yang sama pula. Jenis pertanyaan yang dikembangkan oleh buku B dan buku C berdasarkan klasifikasi QCSS, yaitu sama-sama lebih mengembangkan pertanyaan tertutup yang bersifat konvergen, tetapi jumlah presentasenya berbeda.

Suartini (2006) dalam penelitian yang sejenis menemukan bahwa dari empat buah buku yang dianalisisnya ditemukan bahwa buku II (kurikulum 2004) terdapat 13,6% ingatan kognitif, 58,4 % pertanyaan mengarah pada berpikir konvergen, 22,4 % pertanyaan mengarah pada berpikir divergen, 5,6

% pertanyaan mengarah pada berpikir evaluatif. Adapun buku ke IV (kurikulum 1994) yang masih ditulis oleh penulis yang sama namun kurikulum yang berbeda datanya adalah sebagai berikut. 8,0 % pertanyaan ternasuk dalam ingatan kognitif, 72,8 % pertanyaan mengarah pada berpikir konvergen, 18,0 % mengarah pada berpikir divergen, dan 21,2 % pertanyaan mengarah pada berpikir evaluatif. Buku I dan buku III adalah buku yang sama, dengan penulis yang sama pula namun kurikulum yang berbeda. Jenis pertanyaan yang dikembangkan oleh buku I dan buku III berdasarkan klasifikasi QCSS, yaitu sama-sama lebih mengembangkan pertanyaan tertutup yang bersifat konvergen, tetapi jumlah presentasenya berbeda.

Penurunan presentase terbesar terjadi pada pertanyaan berpikir konvergen yaitu 4,1 %.

34

Hasil penelitian Nursaidah (2001) menemukan bahwa dari keempat buku paket Biologi SMA yang dianalisis secara keseluruhan cenderung mengembangkan pertanyaan berpikir konvergen menurut QCSS.

Hasil penelitian Danili dan Reid (2005) menunjukkan bahwa salah satu karakter berpikir yang dapat mempengaruhi performa siswa dalam penyelesaian masalah yaitu karakter berpikir divergen dan konvergen.

D. Kerangka Berpikir

Buku teks pada dasarnya bukanlah hal yang memberikan informasi-informasi tentang ilmu pengetahuan yang ada. Lebih dari itu, buku teks merupakan bahan ajar yang dapat membangun potensi siswa selain aspek kognitif. Biasanya siswa jarang sekali untuk membaca buku teks pelajaran untuk memahami lebih lanjut pelajaran di rumah. Bahkan buku teks yang dibeli terkadang hanya menjadi bawaan wajib ke sekolah tetapi tidak dilirik lebih lanjut. Siswa melirik buku teks hanya pada saat mengerjakan tugas yang ada dalam buku teks. Hal ini bisa dikarenakan isi dari buku teks tersebut tidak menarik minat siswa untuk membacanya.

Menganalisis isi buku teks sangat penting untuk memperbaiki pendidikan kita. Konten yang memungkinkan siswa untuk tertarik membaca buku teks adalah pertanyaan pada buku teks tersebut. Buku teks dengan konten pertanyaan yang mampu menggali kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dapat memberikan gambaran lebih baik pada siswa. Selain menjadikan siswa mau membaca informasi yang terdapat dalam buku teks tersebut, kemampuan berpikir kritis dan kreatif juga bisa membantu siswa dalam menyelesaikan permasalaham-permasalahan kehidupan lainnya. Dalam hal ini, pertanyaan yang terdapat dalam buku teks belum dipastikan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Secara sederhana pemikiran yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir

Berdasarkan Gambar 2.1, dapat dijelaskan bahwa buku teks pelajaran merupakan salah satu sumber belajar dalam mencapai tujuan kurikulum.

Kalangan manapun baik guru maupun siswa di dalam atau di luar pembelajaran tidak akan terlepas dari buku teks pelajaran. Hal ini tidak lain karena buku teks pelajaran merupakan jembatan komunikasi dalam rangka penyampaian pengetahuan dan nilai dari seorang guru kepada siswa.

Sehingga dalam pemilihan buku teks pelajaran, guru mata pelajaran sudah seharusnya memperhatikan kriteria buku teks yang akan dijadikan panduan pembelajaran di kelas sesuai selera masing-masing guru, selama buku

Mengetahui gambaran tentang pertanyaan yang dapat menstimulus kemampuan berpikir siswa yang terdapat pada buku teks

Guru mata pelajaran kimia sebagian besar tidak memperhatikan buku teks yang dijadikan sumber utama pembelajaran siswa

Pertanyaan dalam buku teks harus sesuai dengan Kompetensi Dasar kurikulum 2013

Buku teks seharusnya menyajikan pertanyaan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa

Analisis pertanyaan pada konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia

Analisis pertanyaan berdasarkan QCSS dan kesesuaian dengan kurikulum 2013

36

tersebut sudah diizinkan beredar oleh Depdiknas. Namun sebagian besar guru mata pelajaran tidak memperhatikan buku teks yang dijadikan sumber utama pembelajaran siswa.

Salah satu kriteria buku mata pelajaran supaya dapat meningkatkan proses berpikir pembacanya yaitu dengan menyajikan pertanyaan-pertanyaan.

Pertanyaan yang dirancang dengan baik dan berlangsung secara berkesinambungan dapat mengembangkan aktivitas mental dan kemampuan berpikir siswa secara terarah. Selain itu, pertanyaan dalam buku teks pelajaran dapat membantu guru dalam membuat pertanyaan. Dengan demikian, buku teks seharusnya menyajikan pertanyaan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Pertanyaan pada buku teks harus sesuai dengan Kompetensi Dasar kurikulum 2013, karena buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti. Berlakunya kurikulum 2013 merupakan pengembangan dan perbaikan terhadap kurikulum sebelumnya. Selain berbasis kompetensi, dalam kurikulum 2013 juga mengedepankan pendidikan berkarakter yang bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan (Mulyasa, 2015, hlm. 7). Di dalam kurikulum 2013 siswa diajak untuk meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya untuk berpikir kritis, objektif dan mampu mencari solusi dari permasalahan yang mereka hadapi (Mulyasa, 2015, hlm. 164). Konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia pada mata pelajaran kimia kurikulum 2013 dijabarkan dalam dua Kompetensi Inti (KI) dan enam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi ini akan mudah dicapai jika siswa telah memiliki keterampilan tingkat tinggi (high order thingking). Selain itu, konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia sarat dengan pertanyaan menalar yang penyelesaiannya memerlukan kemampuan yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikir atau kemampuan intelektual tingkat tinggi. Melihat konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia membutuhkan kemampuan tingkat tinggi maka dalam buku teks mata pelajaran kimia hendaknya memuat

pertanyaan-pertanyaan level tingkat tinggi untuk melatih proses berpikir siswa.

Dengan demikian, peneliti menduga buku teks yang dijadikan panduan siswa belajar seharusnya sudah memperhatikan jenis-jenis pertanyaan yang ada di dalamnya. Cara berpikir siswa itu akan lebih tereksplorasi secara optimal jika pertanyaan yang disajikan bersifat terbuka. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis pertanyaan pada buku teks mata pelajaran kimia dalam konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia sangat penting. Untuk mengetahui jenis pertanyaan apa yang cenderung dikembangkan oleh penulis buku teks pelajaran tersebut, dan sudah sesuai atau tidakkah pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum 2013. Maka perlu dilakukan analisis berdasarkan QCSS dan kesesuaian terhadap kurikulum 2013, sehingga dapat diketahui pertanyaan yang dapat menstimulus kemampuan berpikir siswa.

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017, pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 8 September sampai dengan 20 September 2016. Adapun tempat penelitiannya dilaksanakan di 12 SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Moleong (2012, hlm. 11) salah satu karakteristik yang dimiliki oleh penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan bukan dalam bentuk angka-angka melainkan berupa kata-kata atau gambar. Sumber dari penelitian ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam buku teks Kimia SMA kelas XII konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia.

Data yang diperoleh kemudian disusun, dan dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah analisis dokumen atau isi (content analyze) yaitu teknik penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data (Arikunto, 2007, hlm. 244).

C. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian yang dilakukan dibagi atas tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan, meliputi:

(3) Studi kepustakaan untuk merumuskan masalah

(4) Penyusunan proposal penelitian yang kemudian dilakukan seminar proposal.

(5) Perbaikan proposal penelitian, dan dilanjutkan dengan pembagian dosen pembibing.

(6) Penyusunan instrumen penelitian berupa lembar observasi (diadopsi dari Awaliyah (2013, hlm. 42), Subiyanto (1988, hlm. 83-84), dan Blosser dalam Smith dan Barrow (1996, hlm. 7-8).

(7) Mengkomunikasikan dengan dosen pembimbing dan ahli mengenai instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan, meliputi :

a. Melakukan survei ke SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan, untuk memperoleh informasi mengenai buku yang direkomendasikan guru sebagai sumber utama pembelajaran kepada siswa.

b. Mengambil sampel dengan teknik simple random sampling.

c. Menentukan konsep yang akan dianalisis. Adapun konsep yang diambil adalah reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia.

Pengambilan konsep ini didasarkan karena dalam KI dan KD serta pada penelitian Awaliyah (2013, hlm. 77-78) materi ini termasuk materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga membutuhkan cara berpikir divergen dalam pemecahan pertanyaannya.

3. Tahap Akhir, meliputi : a. Pengkodean data

1) Pengkodean buku; penulis buku 1 diberi kode A, penulis buku 2 diberi kode B, dan penulis buku 3 diberi kode C.

2) Pengkodean pertanyaan; pertanyaan-pertanyaan pada bagian latihan diberi kode L, pada bagian tugas diberi kode T, pada bagian evaluasi diberi kode E dan pada bagian praktikum diberi kode P. Umpamanya kode 1/2/L/A artinya pertanyaan yang terdapat pada buku 1 bagian latihan nomor 1 indikator 2. Untuk pengkodean indikator kurikulum 2013 dapat dilihat pada Lampiran 4 (hlm. 76-78).

40

3) Pengkodean halaman; petunjuk halaman diberi kode dengan inisial H..., misalnya H. 43 berarti pertanyaan berada pada halaman 43.

4) Pengklasifikasian berdasarkan QCSS (Tabel 3.1), dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, dan 7 (hlm. 79-158).

5) Memetakan pertanyaan-pertanyaan dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk buku pelajaran kimia kurikulum 2013 (Lampiran 8, 9, dan 10, hlm. 159-182).

6) Peneliti dibantu oleh pengamat I, pengamat II dan pengamat III untuk melakukan penilaian terhadap pertanyaan yang terdapat pada buku teks kimia yang digunakan sebagai sampel menggunakan lembar klasifikasi pertanyaan berdasarkan QCSS (Lampiran 12, 13, dan 14, hlm. 184-213).

7) Hasil analisis pengamat I, pengamat II dan pengamat III disepakati dengan menggunakan tabel Koefisien Kesepakatan (KK). Reabilitas pengamat perlu dilakukan agar tidak terjadi subjektivitas peneliti.

b. Analisis pertanyaan pada buku teks mata pelajaran kimia SMA kelas XII yang dipilih berdasarkan QCSS.

1) Mengolah data dengan menghitung jumlah pertanyaan yang muncul, dan masuk ke dalam tingkat berapakah pertanyaan tersebut menurut QCSS.

2) Menghitung presentase tiap kategori.

3) Menghitung persentase tiap buku.

c. Penarikan kesimpulan berdasarkan analisis data.

d. Penyusunan laporan penelitian.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2013, hlm. 173). Populasi dalam penelitian ini adalah semua buku teks mata

pelajaran kimia kelas XII kurikulum 2013 yang digunakan di SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan (Lampiran 1, hlm. 73).

2. Sampel

Sampel merupakan salah satu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012, hlm. 118). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel secara acak (random), dimana semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012, hlm.

120). Sampel yang diambil dalam penelitian ini, hanya terbatas pada buku teks pelajaran kimia kelas XII kurikulum 2013 yang digunakan di SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan. Hasil survei menunjukkan bahwa buku teks mata pelajaran kimia kelas XII yang paling banyak digunakan di SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan adalah :

1. Buku terbitan Bailmu karangan Sri Rahayu Ningsih dkk.

2. Buku terbitan Erlangga karangan Unggul Sudarmo.

3. Buku terbitan Quadra karangan Astrid Triastari.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Wawancara ditujukan kepada guru mata pelajaran kimia kelas XII IPA, dengan tujuan untuk mengetahui buku teks kimia kurikulum 2013 apa yang direkomendasikan kepada siswa sebagai bahan panduan pembelajaran dan panduan dalam mengerjakan soal. Selain itu, mengetahui cara pihak sekolah menentukan buku teks kimia kurikulum 2013 yang kelak akan direkomendasikan kepada siswa. Setelah itu dilakukan penentuan buku teks kimia kurikulum 2013 yang akan dijadikan sampel, dan pengkodean terhadap buku yang akan dianalisis.

Tahap berikutnya adalah studi dokumen. Dokumen yang dimaksud adalah pertanyaan-pertanyaan terdapat pada buku teks kimia materi reaksi

42

oksidasi-reduksi dan elektrokimia yang digunakan sebagai panduan pembelajaran di SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan.

F. Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan sebuah alat untuk mengumpulkan data. Alat tersebut selanjutnya disebut sebagai instrumen. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2013, hlm. 306). Menurut Nasution dalam Sugiyono (2013, hlm. 306) dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah wawancara dan lembar observasi.

1) Wawancara

Menurut Esterberg (2002, hlm. 317) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dimana peneliti telah menyiapkan pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Pedoman wawancara dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2 (hlm. 74) dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3 (hlm 75).

2) Lembar Observasi

Menurut Nasution (1995, hlm. 310) observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Mengingat fokus penelitian yang akan dilaksanakan adalah analisis pertanyaan berdasarkan Question Category System for Science (QCSS), maka instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai instrumen pengklasifikasian jenis pertanyaan berupa lembar observasi analisis pertanyaan berdasarkan kategori pertanyaan dalam sains (QCSS).

Lembar observasi pada penelitian ini sesuai dengan pengklasifikasian menurut Subiyanto (1988, hlm. 77-84) yang diadopsi dari jurnal internasional oleh Blosser dalam Smith dan Barrow (1996, hlm. 7-8), yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.

44 Tabel 3.2 Lembar Analisis Klasifikasi Pertanyaan Berdasarkan QCSS

No.

Indikator Kurikulum

2013

Pertanyaan (kode soal/

kode buku)

Jawaban

KLASIFIKASI PERTANYAAN BERDASARKAN QCSS Pertanyaan Tertutup Pertanyaan Terbuka

Ingatan

Kognitif Berpikir Konvergen Berpikir

Divergen Berpikir Evaluatif

1 2 1 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2 3 4

JUMLAH PRESENTASE (%)

Keterangan: Ingatan Kognitif 1. Menghafal

2. Mengamati atau mengidentifikasi

Berpikir Divergen

1. Mengemukakan pendapat 2. Meramalkan secara terbuka

3. Menyimpulkan

Berpikir Konvergen 1. Mengasosiasi 2. Merumuskan kembali 3. Menerapkan

4. Mensintesis

5. Meramalkan secara tertutup 6. Mengambil keputusan kritis

Berpikir Evaluatif

1. Membuktikan kebenaran 2. Membuat rancangan bangun 3. Mengambil keputusan A 4. Mengambil keputusan B

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa analisis deskriptif dengan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan berupa triangulasi penyidik, yaitu memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya (Moleong, 2009, hlm. 331).

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan jenis pertanyaan yang digunakan. Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan dinamika kemajuan dan kecendrungan kuantitatif dari jenis pertanyaan yang digunakan berdasarkan aktivitas berpikir siswa yang diharapkan. Teknik analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis kuantitatif sederhana, berupa frekuensi dan persentase. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Membuat Format Data

a. Format I berisi tentang nomor urut soal, kode pertanyaan dan penyelesaian.

b. Format II untuk menuliskan kode indikator dan klasifikasi pertanyaan berdasarkan QCSS.

c. Memasukkan data ke dalam format I.

d. Analisis pertanyaan pada tiga buah buku teks pelajaran kimia SMA kelas XII yang dipilih berdasarkan QCSS.

e. Memasukkan hasil analisis mengenai klasifikasi pertanyaan berdasarkan QCSS tersebut ke dalam format berikutnya. Jenis pertanyaan dibedakan menjadi pertanyaan tertutup (closed question) dan pertanyaan terbuka (open question). Tingkat kedua, pertanyaan dibagi menjadi empat cara berpikir, yaitu (a) ingatan kognitif (cognitive memory), (b) berpikir konvergen (divergent thinking), (c) berpikir divergen (divergent thinking), (d) berpikir evaluatif (evaluatif thinking). Hasilnya terdapat pada Lampiran 5, 6 dan 7 (hlm. 79-158).

46

f. Menghitung persentase pertanyaan untuk setiap kategori dengan rumus:

𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡× 100%

2. Menentukan Reliabilitas Pengamat

Reabilitas pengamat perlu dilakukan agar tidak terjadi subjektivitas peneliti, hal ini juga dilakukan untuk menghubungkan cara berpikir pengamat I, pengamat II dan pengamat III. Data yang diperoleh dari daftar yang dibuat oleh Pengamat I dikombinasikan atau disesuaikan dengan Pengamat II dan pengamat III. Daftar tersebut berupa lembar analisis klasifikasi berdasarkan QCSS. Peneliti hanya membubuhkan tanda cheklist (√) pada kolom yang tersedia. Adapun format yang digunakan adalah “ya” atau “tidak”. Hasil yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam tabel kontingensi kesepakatan. Untuk mengukur toleransi pengamatan, maka akan digunakan teknik pengetesan reabilitas pengamatan (Arikunto, 2013, hlm. 243). Tabel 3.2 adalah tabel penilaian antara peneliti, pengamat I, pengamat II, dan pengamat II.

Tabel 3.2 Penilaian Pengamat I, Pengamat II dan Pengamat III

No

Kode soal/kode buku Kode Indikator Kurikulum 2013

Indikator QCSS

Pengamat I Pengamat II Pengamat III

Tk.

I

Tk.

II Tk.

III

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Kemudian hasil penilaian pengamat I, pengamat II dan pengamat III dipetakan dalam tabel kontingensi kesepakatan pada Tabel 3.3. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil nilai koefisien kesepakatan.

Tabel 3.3 Kontingensi Kesepakatan

Pengamat I

Pengamat II dan III Pengamat II Pengamat III

Jumlah

Ya Tidak Tidak

Ya Tidak Jumlah

Setelah data penilaian antar pengamat I, pengamat II dan pengamat III didapat, maka dapat ditentukan koefisien kesepakatan antar pengamat.

3. Menentukan Koefisien Kesepakatan Pengamat

Untuk menentukan toleransi perbedaan hasil pengamatan, digunakan teknik pengetesan reliabilitas pengamatan. Rumus yang paling banyak digunakan dikemukakan oleh H. J. X. Fernandes yang telah dimodifikasi oleh Arikunto (2013, hlm. 244), yaitu :

𝐾𝐾 = 2𝑆 𝑁1+ 𝑁2 Dengan keterangan :

KK = koefisien kesepakatan

S = sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama.

N1 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I.

N1 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I.

Dokumen terkait