• Tidak ada hasil yang ditemukan

 Alarm Current

@24V DC 470Ω 40mA 40mA 35mA

 Area Convered 40 m² (3~20m)  Ambient Temperature 0°C ~ +55°C  Material Fire- proof  plastic  Dimension 111mm(Dia)×45m(H) Weight About  130g Color White

3. Kombinasi Smoke dan Heat detector

Kombinasi smoke dan heat detector  adalah detector  yang memiliki fungsi ganda yaitu 1 detector   yang mampu bekerja untuk mendeteksi  smoke  dan heat  berupa asap dan panas. Detektor ini bekerja dengan sistem konvensional yang terhubung ke  Main Control  Fire Alarm. Gambar Kombinasi Smoke dan  Heat detector  (ROR) dapat dilihat pada gambar 3.14 di bawah ini. [3]

Gambar 3.14 Kombinasi Smoke dan Heat detector  (ROR)

Jenis detector kombinasi sangat effesiensi dalam fungsinya agar tidak terlalu banyak detector yang akan di pasang di area tersebut. Untuk itu kombinasi detector  sangat cocok untuk di ruangan laboratorium dan kantin.

3.5.3 Jenis Kabel Fire Alarm System

Dalam proses instalasi kabel  fire alarm, kabel yang digunakan untuk instalasi fire alarm adalah jenis kabel NYA yang pemasangannya di dalam pipa konduit. Selain itu digunakan kabel berinti NYM dan NYY dimana dapat digunakan pada sirkuit deteksi konvensional sistem alarm kebakaran dan mendeteksi loop pada sistem addressable. Kabel dari ukuran penampang yang digunakan tidak boleh lebih kecil dari 0,6 mm. Untuk sistem alarm dan catu daya

harus menggunakan kabel dengan ukuran penampang tidak boleh lebih kecil dari 1,5 mm.

Untuk pengawasan langsung ke detektor, biasanya dipergunakan kabel fleksibel dengan ketentuan tidak boleh lebih panjang dari 1,5 m. Bagaimana pun, dalam pemasangan kabel sistem deteksi dan alarm kebakaran harus dilakukan sesuai instalasi tegangan rendah sesuai SNI 04-0225-2000, tentang : “Persyaratan umum instalasi listrik”. Penampang kabel yang digunakan, sebaiknya dipilih sedemikian rupa sehingga pada beban kerja maksimum, penurunan tegangan yang terjadi pada titik terjauh dari panel kontrol tidak lebih dari 5%.

Untuk mencegah terjadinya arus lebih atau sudah terjadinya kebakaran di ruangan atau zona tersebut maka diperlukan jenis kabel yang tahan terhadap  panasnya api, agar proses sistem fire alarm tetap berjalan. Jenis kabel ini disebut

kabel FRC ( Fire Resistance Cable) yang mempunyai fungsi tahan terhadap api. Gambar kabel FRC dapat dilihat pada gambar 3.15 di bawah ini. [4]

Gambar 3.15 Kabel FRC

Jenis kabel ini cocok digunakan di sistem  fire alarm konvensional namun harga dari kabel ini sangat terjangkau. Kabel FRC ini mempunyai beberapa lapisan seperti, PVC shealth, PVC inner shealth, XLPE insulation, Mica tape, dan Copper conductor .

3.5.4 Peralatan Pendukung

Peralatan pendukung ini sangat berperan dalam penggunaan  fire alarm. Peralatan ini yang akan dipasangkan di setiap titik-titik yang di rencanakan dan di  pasang sesuai dengan standar pemasangan NFPA 72. Alat ini secara visual terlihat di dalam ruangan oleh penghuni yang berada pada r uangan tersebut agar penghuni tersebut bisa segera evakuasi dan terdengar suara sirine alarm.

1. Terminal Box Fire Alarm (TBFA)

Fungsi Terminal Box Fire Alarm  adalah untuk memudahkan pemeriksaan (Troubleshooting ) dan pemeliharaan ( Maintenance). Pusat penggabungan terminal kabel yang disesuaikan dari beberapa zona untuk memudahkan dalam instalasi wearing sistem fire alarm dan menghemat kabel. Gambar Terminal Box Fire Alarm (TBFA) dapat di lihat pada gambar 3.16 di bawah ini. [ 4]

Gambar 3.16 Terminal Box Fire Alarm (TBFA) 2. Manual Call Point (MCP)

Fungsi Manual Call Point  adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran ( Fire Bell ) secara manual dengan cara memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain untuk alat ini adalah  Emergency Break Glass.

Gambar Manual Call Point  (MCP) dapat dilihat pada gambar 3.17 di bawah ini. [3]

Gambar 3.17 Manual Call Point

Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah lokasi penempatannya. Terbaik jika unit ini diletakkan di lokasi yang:

1) Sering terlihat oleh banyak orang,

2) Terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan, 3) Mudah dijangkau.

Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru. Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji dapat melakukan komunikasi dengan penjaga di Panel Control   Room  dengan memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP. Seketika

telepon di panel akan aktif, sehingga bisa saling berkomunikasi. Adapun spesifikasi dari Manual Call Point  berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.5 di bawah ini. [2]

Tabel 3.5 Spesifikasi Manual Call Point  Dimension : 88 (W) x 88 (H) x 55 (D) mm Casing   : ABS Plastic Current  Ratings : 12/24V DC ~ 10A 48V DC ~ 3A 250V AC ~ 10A

Connections : Terminal- Max 2.5mm² Cable  Resettable Form Side

Colour Choices :  Red , White, Yellow, Green, Blue  Net/Gross Weight  : 160/184g

Optional  Features : LED, Resistor,  Blocking   Diode,  Double Switch,  Polycarbonate

Cover , Custom Imprint 

3. Indicator Lamp

 Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif tidaknya sistem fire alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran. Maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya  power pada panel atau menunjukkan trouble  atau kebakaran. Gambar   Indicator  Lamp dapat dilihat pada gambar 3.18 di bawah ini. [3]

Gambar 3.18 Indicator Lamp

Di dalam Indicator Lamp berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip. Adapun spesifikasi dari  Indicator  Lamp berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.6 di bawah ini. [2]

Tabel 3.6 Spesifikasi Indicator Lamp

Type : HS-FL3

 Lamp Type : LED

 Rated Voltage/Current   : AC / DC 24V / 8,5 mA  Material  : PC Fire Proof  Plastic

Weight  :  Approx 55g

Colour :  Red

4. Fire Bell

 Fire  Bell   akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari  panel  Fire  Alarm  adalah 24VDC. Gambar   Fire bell Around   dapat dilihat pada

Gambar 3.19 Fire Bell  Round 

 Fire Bell   24VD banyak dipakai saat ini, versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan  Fire  Bell   (pada tipe Gong) adalah kedudukan  piringan bell   terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak  pas, maka bunyi bell   menjadi tidak nyaring. Atur kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring. Adapun spesifikasi dari Fire  Bell Round  berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.7 di bawah ini. [2]

Tabel 3.7 Spesifikasi Fire Bell Supply Voltage : 24V DC

Working Tolerance : 20V –  28V DC Standby Current : Nil

 Alarm Current : 0.05 Amps  Decibel  Rating 1 meter : 103 Db

Sizes : 4” (100mm) Ø

6” (150mm) Ø 8” (200mm) Ø

5. Electronic Sounder (Alarm Sirine)

 Electronic sounder   adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai sirine alarm  berupa suara yang di kendalikan oleh MCFA. Tegangan output yang keluar dari dari panel fire alarm adalah 24VDC, suara yang dihasilkan mempunyai frekuensi kurang lebih 3Db. Gambar  Electronic Sounder ( Alarm Sirine) dapat dilihat pada gambar 3.20 di bawah ini. [3]

Gambar 3.20 Electronic Sounder 

 Electronic sounder   dipasang outdoor, di daerah terbuka, parkir atau tempat lainnya, lengkap dengan tiang. Mempunyai frekuensi yang cukup sehingga dapat terdengar dengan jelas di dalam bangunan atau tempat lainnya. Adapun spesifikasi dari Electronic Sounder ( Alarm Sirine) berdasarkan data sheet, seperti  pada tabel 3.8 di bawah ini. [2]

Tabel 3.8 Spesifikasi Electronic Sounder

 Dimension : 95 (W) x 100 (H) x 99 (D) mm Casing  : ABS Plastic or  Polycarbonate Operating Current  : 13mA@24V DC

Operating Voltage : 9V –  28V DC

Sound Output  : 100± 3dB@24V DC

Colour  : Signal  Red 

3.5.5 Baterai

Baterai merupakan suatu komponen elektronika yang menyimpan energi dalam bentuk senyawa kimia atau sel elektrokimia maupun untuk menyimpan tenaga listrik arus searah ( DC ) yang dapat diisi (charge) setelah energi yang digunakan. Fungsi battery  digunakan untuk memberikan daya atau energi agar alat elektronik bisa berfungsi. Pada pusat pembangkit listrik, sumber arus searah (DC) digunakan terutama untuk:

1. Menjalankan Main Control  Fire Alarm (MCFA) 2. Mentripkan PMT apabila terjadi gangguan. 3. Melayani keperluan alat-alat fire alarm. 4. Memasok keperluan instalasi alarm darurat.

5. Sebagai backup  sistem  fire alarm  jika terjadi pemadaman listrik tenaga AC

3.5.5.1 Baterai Aki

Baterai Aki merupakan salah satu jenis baterai yang menggunakan asam timbal ( Lead  Acid ) sebagai bahan kimia. Aki banyak sekali jenisnya seiring  banyaknya penemuan-penemuan baru baik dari jenis bahan kimianya maupun konstruksinya, sehingga penggunaannya berbeda-beda. Jika salah dalam  penerapannya berakibat perangkat tidak berfungsi dengan baik, bisa jadi lebih

fatal, dapat merusak aki itu sendiri dan perangkat rusak karenanya. Ada 2 jenis  baterai aki yaitu  Flooded Lead Acid Battery  (FLA) dan Valve-Regulated Lead

 Acid  (VLRA). Gambar  Battery Valve-Regulated Lead Acid (VLRA) dapat dilihat  pada gambar 3.21 di bawah ini. [6]

Gambar 3.21 Battery Valve-Regulated Lead Acid (VLRA)

3.5.5.2 Rangkaian Seri Dan Daya Pada Baterai

Hampir semua peralatan electronika portable  menggunakan baterai sebagai sumber dayanya. Untuk mendapatkan tegangan yang diinginkan, biasanya kita merangkai baterai dalam bentuk rangkaian seri. Rangkaian seri bertujuan untuk dapat menghidupkan peralatan  Main Control Fire Alarm  (MCFA) dan  peralatan pendukung lainnya. Karena peralatan tersebut dihidupkan pada kondisi tegangan 24VDC. Jadi dibutuhkan rangkaian seri baterai yang akan meningkatkan tegangan (voltage) output   baterai sedangkan arus (current)  listriknya (ampere) akan tetap sama. Dalam menentukan tegangan total baterai dan daya baterai  perunit dapat menggunakan persamaan 3.3 berikut :

4 3 2 1+ V  + V   + V  VT = V  ... (3.1) Dimana :

V1 = Tegangan baterai unit 1 V2 = Tegangan baterai unit 2

Dan seterusnya tegangan baterai di tambah jika di perlukan dalam  perencanaannya. Untuk mendapatkan energi listrik pada baterai per unit, dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan 3.3 berikut :

I V

=

  ... (3.2)

Dimana :

  = Energi listrik (Joule) V = Tegangan baterai (Volt) I = Arus baterai (Ampere hours) t = Waktu (detik)

3.5.5.3 Penggunaan Baterai Pada Fire Alarm

Dalam penggunaan baterai pada  fire alam  ini bertujuan sebagai  power  suplly sekunder dan menyimpan cadangan semua kebutuhan daya DC pada sistem  fire alarm, berupa  Main Control Fire Alarm, detector , dan peralatan pendukung  pada  fire alarm. baterai juga akan menggantikan sumber daya AC jika terjadi gangguan listrik pada PLN sebelum genset dihidupkan pada panel LVMDP. Penggunaan baterai pada fire alarm ada 2 fungsi yaitu:

1. Standby Current

Standby current   pada saat  fire alarm  berupa  Main Control Fire Alarm, detector   dan peralatan pendukungnya bekerja siaga atau tidak ada yang mengindentifikasi akan terjadinya kebakaran namun tetap aktif dan arus yang dialiri akan normal.

2. Alarm Current

 Alarm current   adalah bekerjanya semua peralatan pada sistem  fire alarm  berupa  Main Control Fire Alarm, detector , bell  alarm, indicator  alarm, electrical  horn  sirine  dan semua kebutuhan pada  fire alarm  yang mengindentfikasi terjadinya kebakaran.

Oleh karena itu dalam menentukan kapasitas baterai pada fire alarm itu harus di rencanakan pada saat kondisi  standby  dan pada saat kondisi alarm  bekerja. maka digunakan persamaan (3.3) sebagai berikut: [2] \

T2))

(I2

D

+

I1)

((T1

1,25

=

C

... (3.3) Keterangan :

C = kapasitas minimum baterai (Ah)

1,20 = faktor penuaan yang memungkinkan 20% per tahun se lama 4 tahun. T1 = masa siaga baterai dalam jam.

T2 = waktu alarm berjam-jam (biasanya 0,5) atau 30 menit. I1 = beban siaga baterai di ampere.

I2 = beban alarm baterai di ampere.

Adapun spesifikasi dari baterai berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.9 di  bawah ini. [2]

Tabel 3.9 Spesifikasi Baterai

Model : TPL 12800

 Nominal Voltage : 12

 Nominal Capacity (7.5hr/Ah) : 7.5 Weight  ( Approx.kg) : 36  Internal  Resistance Approx. (mΩ) :  4.50  Dimension :  Height  (h) mm  Length (i) mm Width (w) mm 257 513 113  Max. Charging Current (A) : 24.00  Max Discharge Current 5 sec (A) : 800

Terminal Type : 12

3.6 Uninteruptible Power Supply (UPS)

Uninteruptible Power Supply merupakan sistem penyedia daya listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai benteng dari kegagalan daya serta kerusakan sistem dan hardware. Uninteruptible Power Supply  (UPS) akan menjadi sistem yang sangat penting dan sangat diperlukan pada banyak  perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, jasa informasi, penyedia jasa internet

dan lain-lain. Dapat dibayangkan berapa besar kerugian yang timbul akibat kegagalan daya listrik jika sistem tersebut tidak dilindugi dengan Uninteruptible  Power Supply  (UPS). Gambar Uninteruptible Power Supply (UPS) dapat dilihat  pada gambar 3.22 di bawah ini. [7]

Gambar 3.22 Uninteruptible Power Supply (UPS)

3.7 Data Perencanaan Fire Alarm

Langkah awal dalam perencanaan sistem  fire alarm  adalah melihat dari sebuah denah yang terletak di PT. Nalco Indonesia berupa gambar denah arsitektur bisa di lihat pada gambar 3.23 di bawah. [2]

Untuk mengetahui gambar denah arsitektur lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 61.

3.7.1 Obyek Rancangan

PT. Nalco Indonesia akan di rancang sistem fire alarm pada ruangan laboratorium dan ruangan kantin. Detail ruangan laboratorium dan ruangan kantin diperlihatkan pada tabel 3.10 sebagai berikut. [2]

Tabel 3.10 Detail ruangan laboratorium dan ruangan kantin

GEDUNG PANJANG LEBAR LUAS TINGGI

LABORATORIUM 24 9 216 ² 3

KANTIN 24 9 216 ² 3

3.7.2 Skematik Sistem Distribusi Fire Alarm 2 Zones

Sistem Fire Alarm ini menggunakan sistem konvensional yang berkerja  berdasarkan hanya kontak biasa saja (tanpa pengalamatan) yang terhubung

melalui kabel. Di bawah ini merupakan gambar diagram sistem dist ribusi fire alarm (konvensional ) 2 zones di ruangan laboratorium dan kantin dapat di lihat  pada gambar 3.24 di bawah ini. [2]

Gambar 3.24 Diagram Sistem Distribusi Fire Alarm (Konvensional)

Untuk mengetahui diagram sistem distribusi fire alarm lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 62.

3.7.3 Instalasi Skematik Single Line Diagram

Setelah mengetahui gambar denah pada ruangan laboratorium dan ruangan kantin, Maka dibuatkan gambar instalasi jalur diagram satu garis pada ruangan

laboratorium dan ruangan kantin. Berikut ini gambar skematik  single line diagram  fire alarm ruangan laboratorium dapat di lihat pada gambar 3.25 di bawah ini. [2]

Gambar 3.25 Skematik Single Line Diagram Fire Alarm Ruangan Laboratorium

Untuk mengetahui gambar skematik single line diagram fire alarm ruangan laboratorium lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 3 hala man 63. Di bawah ini merupakan gambar skematik single line diagram fire alarm ruangan kantin dapat di lihat pada gambar 3.26 di bawah [2]

Gambar 3.26 Skematik Single Line Diagram Fire Alarm Ruangan Kantin

Untuk mengetahui gambar skematik single line diagram fire alarm ruangan kantin lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 64.

3.7.4 Schedule Kebutuhan Peralatan Sistem Fire Alarm 2 Zones

Setelah ditentukan gambar perencanaan skematik sistem distribusi  fire alarm dan skematik  single line diagram fire alarm pada kedua ruangan tersebut. Maka perlu dibuatkan schedule kebutuhan peralatan sistem  fire alarm 2  zones tersebut. Di bawah ini merupakan gambar schedule kebutuhan peralatan  fire alarm 2 zones dapat di lihat pada gambar 3.27 di bawah [2]

Dokumen terkait