• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN SISTEM FIRE ALARM DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KONVENSIONAL DI PT NALCO INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN SISTEM FIRE ALARM DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KONVENSIONAL DI PT NALCO INDONESIA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

11 11 3.1

3.1 Sistem Sistem Fire Fire AlarmAlarm  Fire

 Fire protection systprotection systemem atau disebut dengan sistem atau disebut dengan sistem fire  fire alarmalarm adalah suatu adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, kemudian memberi peringatan (

kemudian memberi peringatan (warning warning ) dalam sistem evakuasi dan) dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan sistem instalasi pemadam ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan sistem instalasi pemadam kebakaran (

kebakaran ( fire fighting system fire fighting system).). Peralatan utama dari sistem

Peralatan utama dari sistem  fire  fire alarmalarm  ini adalah  ini adalah  Main  Main Control Control FireFire  Alarm

 Alarm  (MCFA) atau disebut dengan  (MCFA) atau disebut dengan  Fire  Fire Alarm Alarm Control Control Panel Panel   (FACP) yang  (FACP) yang  berfungsi

 berfungsi sebagai sebagai penerima penerima sinyal sinyal masukan masukan ((input signal input signal ) semua) semua detector detector   dan  dan  pendeteksi

 pendeteksi lainnya, lainnya, untuk untuk memberikan memberikan sinyal sinyal keluaran keluaran ((output signal output signal ) melalui) melalui komponen keluaran sesuai dengan sistem yang telah diterapkan.

komponen keluaran sesuai dengan sistem yang telah diterapkan.

3.2

3.2 Peranan Peranan Dan Dan Standarisasi Standarisasi Fire Fire AlarmAlarm Pada suatu

Pada suatu bangunan bangunan gedung, gedung, perananperanan fire alarm fire alarm adalah untuk mendeteksi adalah untuk mendeteksi dan merasakan beberapa percikan dan asap tebal yang mengakibatkan dan merasakan beberapa percikan dan asap tebal yang mengakibatkan gejala-gejala kebakaran atau menangani sedini mungkin tingkat kebakaran. Kecerdasan gejala kebakaran atau menangani sedini mungkin tingkat kebakaran. Kecerdasan teknologi

teknologi  fire  fire alarmalarm  membuat peranan  membuat peranan  fire  fire alarmalarm  menjadi sebuah unggulan  menjadi sebuah unggulan kelengkapan suatu bangunan gedung dalam mengatisipasi terjadinya kebakaran. kelengkapan suatu bangunan gedung dalam mengatisipasi terjadinya kebakaran.

Dalam standarisasi pada sebuah instalasi

Dalam standarisasi pada sebuah instalasi  fire  fire alarmalarm  di seluruh dunia  di seluruh dunia adalah mengacu pada standarisasi NFPA 72 (

adalah mengacu pada standarisasi NFPA 72 ( National  National Fire Fire ProtectionProtection  Association

 Association), namun sebagian negara juga ada yang mengacu pada IPS E-SF-260), namun sebagian negara juga ada yang mengacu pada IPS E-SF-260  Engineering

(2)

 Iranian Petroleum Standard 

 Iranian Petroleum Standard , selain itu masih banyak standarisasi dunia yang bisa, selain itu masih banyak standarisasi dunia yang bisa diakui.

diakui.

Di Indonesia sendiri memiliki standarisasi

Di Indonesia sendiri memiliki standarisasi  fire  fire alarmalarm  yaitu Standar  yaitu Standar  Nasional

 Nasional Indonesia Indonesia (SNI). (SNI). SNI SNI membahas membahas tentang tentang instalasiinstalasi  fire  fire alarmalarm  dan  dan dikeluarkan dalam SNI

03-3986-dikeluarkan dalam SNI 03-3986-1995 y1995 yakni makni membahas embahas berkaitan “Instalasi berkaitan “Instalasi alarmalarm keb

kebakaran automatik”. Selanjutnya,akaran automatik”. Selanjutnya,  pada SNI 03-3985-2000 membahas tentang  pada SNI 03-3985-2000 membahas tentang “Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi pada

“Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi pada fire alarm fire alarm untuk mencegah bahaya kebakaran pada bangunan”. Namun secara garis besar untuk mencegah bahaya kebakaran pada bangunan”. Namun secara garis besar isinya mengadopsi dari NFPA 72. Sehingga acuan utama untuk standarisasi isinya mengadopsi dari NFPA 72. Sehingga acuan utama untuk standarisasi instalasi

instalasi fire  fire alarmalarm di Indonesia adalah SNI dan NFPA 72. Berikut ini data sheet di Indonesia adalah SNI dan NFPA 72. Berikut ini data sheet  penempatan detektor

 penempatan detektor disesuaikan disesuaikan dengan fungsi dengan fungsi ruangan seperti ruangan seperti pada tapada tabel bel 3.1 3.1 didi  bawah ini. [4]

 bawah ini. [4]

Tabel 3.1 Penempatan Detektor Disesuaikan Dengan Fungsi Ruangan Tabel 3.1 Penempatan Detektor Disesuaikan Dengan Fungsi Ruangan

(3)

 Iranian Petroleum Standard 

 Iranian Petroleum Standard , selain itu masih banyak standarisasi dunia yang bisa, selain itu masih banyak standarisasi dunia yang bisa diakui.

diakui.

Di Indonesia sendiri memiliki standarisasi

Di Indonesia sendiri memiliki standarisasi  fire  fire alarmalarm  yaitu Standar  yaitu Standar  Nasional

 Nasional Indonesia Indonesia (SNI). (SNI). SNI SNI membahas membahas tentang tentang instalasiinstalasi  fire  fire alarmalarm  dan  dan dikeluarkan dalam SNI

03-3986-dikeluarkan dalam SNI 03-3986-1995 y1995 yakni makni membahas embahas berkaitan “Instalasi berkaitan “Instalasi alarmalarm keb

kebakaran automatik”. Selanjutnya,akaran automatik”. Selanjutnya,  pada SNI 03-3985-2000 membahas tentang  pada SNI 03-3985-2000 membahas tentang “Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi pada

“Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi pada fire alarm fire alarm untuk mencegah bahaya kebakaran pada bangunan”. Namun secara garis besar untuk mencegah bahaya kebakaran pada bangunan”. Namun secara garis besar isinya mengadopsi dari NFPA 72. Sehingga acuan utama untuk standarisasi isinya mengadopsi dari NFPA 72. Sehingga acuan utama untuk standarisasi instalasi

instalasi fire  fire alarmalarm di Indonesia adalah SNI dan NFPA 72. Berikut ini data sheet di Indonesia adalah SNI dan NFPA 72. Berikut ini data sheet  penempatan detektor

 penempatan detektor disesuaikan disesuaikan dengan fungsi dengan fungsi ruangan seperti ruangan seperti pada tapada tabel bel 3.1 3.1 didi  bawah ini. [4]

 bawah ini. [4]

Tabel 3.1 Penempatan Detektor Disesuaikan Dengan Fungsi Ruangan Tabel 3.1 Penempatan Detektor Disesuaikan Dengan Fungsi Ruangan

(4)

3.3

3.3 Jenis Jenis Sistem Sistem Fire Fire AlarmAlarm Sistem

Sistem fire alarm fire alarm pada umumnya ada 3 jenis sistem yang biasa digunakan, pada umumnya ada 3 jenis sistem yang biasa digunakan, yaitu sistem konvensional (

yaitu sistem konvensional (non addresablenon addresable), sistem semi), sistem semi addressableaddressable, sistem, sistem full  full  adressable

adressable.. 1.

1. Sistem KonvensionalSistem Konvensional Pada sistem ini

Pada sistem ini Main Control Fire  Main Control Fire AlarmAlarm (MCFA) menerima sinyal masukan (MCFA) menerima sinyal masukan langsung dari semua detektor (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa langsung dari semua detektor (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa  pengalamatan

 pengalamatan dan dan langsung langsung memerintahkan memerintahkan komponen komponen keluaran keluaran ((output output ) untuk) untuk merespon masukan (

merespon masukan (input input ) tersebut. Sistem ini umumnya digunakan pada) tersebut. Sistem ini umumnya digunakan pada  bangunan

 bangunan atau atau area area supervisi supervisi berskala berskala kecil, kecil, seperti seperti perumahan, perumahan, pertokoan,pertokoan,  perkantoran,

 perkantoran, laboratorium laboratorium dan dan lain-lain. lain-lain. Sistem Sistem konvensional konvensional ((non addresablenon addresable)) merupakan sistem yang bekerja berdasarkan kontak biasa. Sistem ini merupakan sistem yang bekerja berdasarkan kontak biasa. Sistem ini menggunakan kabel isi dua untuk semua jenis detektornya. Kabel yang dipakai menggunakan kabel isi dua untuk semua jenis detektornya. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM atau NYMHY (kecuali dinyatakan lain oleh umumnya kabel listrik NYM atau NYMHY (kecuali dinyatakan lain oleh konsultan).

konsultan). Kabel di Kabel di dalam dalam pipa condpipa conduit seperti uit seperti EGA EGA atau Clipsal. atau Clipsal. Pada inPada instalasistalasi yang cukup kritis kerap dipakai kabel tahan api atau FRC (

yang cukup kritis kerap dipakai kabel tahan api atau FRC ( Fire Resistance Cable Fire Resistance Cable)) dengan berbagai ukuran,

dengan berbagai ukuran, misalnya 2×0,75 mm² atau 2×1,misalnya 2×0,75 mm² atau 2×1,5 mm², 5 mm², khususnya untukkhususnya untuk kabel yang menuju panel

kabel yang menuju panel  fire fire alarmalarm atau ke sumber listrik 220V. Gambar sistem atau ke sumber listrik 220V. Gambar sistem konvensional (

(5)

Gambar 3.1 Sistem Konvensional

Gambar 3.1 Sistem Konvensional (non addressable(non addressable)) 2.

2. Sistem Semi AddressableSistem Semi Addressable

Pada sistem ini dilakukan pengelompokan pada

Pada sistem ini dilakukan pengelompokan pada detector detector   dan alat penerima  dan alat penerima masukan (

masukan (input input ) berdasarkan area pengawasan () berdasarkan area pengawasan ( supervisory area supervisory area). Masing-masing). Masing-masing zona dikendalikan (baik

zona dikendalikan (baik input input   maupun  maupun output output ) oleh zona kontroler yang) oleh zona kontroler yang mempunyai

mempunyai addressaddress yang spesifik. Pada saat yang spesifik. Pada saat detector detector  atau alat penerima masukan atau alat penerima masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O) berdasar zona lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O) berdasar zona kontroler yang mengumpulkannya.

kontroler yang mengumpulkannya.

Dalam kontruksinya tiap zona dapat terdiri dari: Dalam kontruksinya tiap zona dapat terdiri dari: 1) Satu lantai dalam bangunan atau gedung. 1) Satu lantai dalam bangunan atau gedung.

2) Beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah gedung. 2) Beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah gedung. 3) Beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tadi di sebuah gedung. 3) Beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tadi di sebuah gedung. Pada display MCFA (

Pada display MCFA ( Main  Main Control Control Fire Fire AlarmAlarm) akan terbaca alamat zona) akan terbaca alamat zona yang terjadi gejala kebakaran, sehingga dengan demikian tindakan yang harus yang terjadi gejala kebakaran, sehingga dengan demikian tindakan yang harus

(6)

diambil dapat di lokalisir hanya pada zona tersebut. Gambar sistem semi addressable dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini. [3]

Gambar 3.2 Sistem Semi Addressable 3. Sistem Full Addressable

 Full Addressable  merupakan pengembangan dari sistem semi addressable. Pada sistem ini semua detector   dan peralatan input   maupun output   mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan mengalami kebakaran.

Sistem addressable  kebanyakan digunakan untuk instalasi  fire alarm di gedung bertingkat, seperti hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan  paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam hal alamat (address).

Pada sistem ini setiap detektor memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel

(7)

 bisa menginformasikan deteksi berasal dari detektor yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi berasal dari zone atau loop, tanpa bisa memastikan detektor mana yang mendeteksi, sebab 1 loop  atau  zone  bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detektor, bahkan terkadang lebih. Agar bisa menginformasikan alamat ip, maka diperlukan sebuah detektor dari jenis addressable  atau sebuah module  yang disebut dengan control module. Gambar sistem full addressable dapat dilihat pada gambar 3.3 di bawah ini. [3]

(8)

3.4 Instalasi Fire Alarm Konvensional

Pada umumnya perancangan instalasi  fire alarm  konvensional pada detector  ada 3 tipe yang biasa digunakan, yaitu :

1. 2-wire type 2. 3-wire type 3. 4-wire type 1. 2-Wire type

Pada sistem 2-wire, nama terminal pada detektornya adalah L (+) dan LC (-). Kabel ini dihubungkan dengan panel  fire alarm pada terminal yang berlabel L dan C juga. Tergantung dari jumlah Loop nya, maka pada terminal   fire alarm sering ditulis L1, L2, L3 dan seterusnya. Hubungan antar detektor satu dengan lainnya dilakukan secara paralel, dengan syarat tidak boleh bercabang. Artinya, harus ada titik awal dan ada titik akhir. Gambar 2-wire type  dapat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini. [3]

Gambar 3.4 2-Wire Type

Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End of Line (EOL). Di titik ini detektor  fire alarm  terakhir dipasang dan di sini pula satu loop dinyatakan  berakhir ( stop). Pada detektor terakhir ini dipasang satu buah EOL resistor atau

(9)

 Main Control Fire Alarm. Jumlahnya hanya satu EOL pada setiap loop. Oleh sebab itu bisa dikatakan, bahwa 1 loop = 1 zone yang “ditutup” oleh resistor End  Of  Line (EOL resistor).

2. 3-Wire type

3-wire type digunakan apabila dikehendaki agar satu atau beberapa detektor memiliki output   masing-masing yang berupa lampu indikator deteksi. Contoh aplikasinya, seperti untuk mengidentifikasi kamar-kamar hotel, rumah sakit, ruangan panel, ruangan genset dan lainnya. Gambar 3-wire type dapat dilihat pada gambar 3.5 di bawah ini. [3]

Gambar 3.5 3-Wire Type

Sebuah lampu indicator yang disebut  Remote Indicating Lamp dipasang tepat di atas pintu bagian luar setiap kamar dan akan menyala pada saat detektor di ruangan itu mendeteksi. Dengan begitu, maka lokasi deteksi kebakaran dapat diketahui dengan pasti oleh orang yang berada di luar ruangan melalui nyala lampu.

3. 4-

Wi re type

4-wire type  umumnya digunakan pada  smoke detector   12V agar bisa dihubungkan dengan panel alarm rumah menggunakan sumber 12V DC untuk menyuplai tegangan ke sensor yang salah satunya bisa berupa  smoke detector  tipe

(10)

4-wire  ini. Terdapat 2 kabel yang dipakai sebagai suplai yaitu: +12V dan -12V, sedangkan dua sisanya adalah relay NO - NC yang dihubungkan dengan terminal  bertanda zone dan C pada panel fire alarm. [3]

Gambar 4-wire type dapat dilihat pada gambar 3.6 di bawah ini. [3]

Gambar 3.6 4-Wire Type

Selain itu tipe 4-wire ini bisa dipakai apabila ada satu atau beberapa detector ditugaskan untuk men-trigger   peralatan lain saat terjadi kebakaran, seperti, mematikan saklar mesin pabrik, menghidupkan mesin pompa air, mengaktifkan  penyemprot air (spinkler) dan sebagainya. Detector 4-wire type memiliki rentang

tegangan antara 12VDC sampai dengan 24VDC. [3]

3.5 Peralatan Fire Alarm Sistem Konvensional

Peralatan  fire alarm  sistem konvensional ini sangat komplek atau tidak terlalu banyak dibandingkan dengan peralatan  fire alarm sistem semi addressable maupun sistem  full addressable yang pada dasar nya memiliki alamat (address). Pada umumnya peralatan  fire alarm  sistem konvensional berupa  Main Control  Fire Alarm (MCFA), alat deteksi (detector ), peralatan pendukung fire alarm, jenis

(11)

3.5.1 Main Control Fire Alarm (MCFA)

 Main Control Fire Alarm  disebut sebagai Conventional Fire Alarm Control Panel . Karena panel tersebut adalah sebagai pusat pengendali kontrol semua sistem dan merupakan inti dari semua jenis sistem fire alarm konvensional. Oleh sebab itu lokasi dan penempatannya harus direncanakan dengan baik, terlebih pada sistem fire alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi yang berpotensial menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak berkepentingan. Perlu di waspadai kendati bukan merupakan alat keselamatan, namun sistem  fire alarm  ini sangat bersangkutan  jiwa manusia, sehingga kekeliruan sekecil apapun dihindari sejak dini. Gambar  Main Control Fire Alarm (Conventional Panel Alarm) dapat dilihat pada gambar

3.7 di bawah ini. [3]

Gambar 3.7 Main Control Fire Alarm (Conventional Panel Alarm) Conventional Fire Alarm Control Panel  ini memiliki kapasitas zone, yaitu: 4 Zone, 8 Zone, 16 Zone, dan seterusnya. Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain itu pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan

(12)

aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya:

1. Indikator daya AC

LED hijau yang menyala saat catu daya AC berada dalam batas yang  benar. LED kuning berkedip di bawah kondisi bertenaga baterai. Ternyata akan stabil saat tombol mute  ditekan. Jika indikator ini gagal menyala dalam kondisi normal, segera lakukan sistem pelayanan.

2. Indikator Baterai

LED hijau yang menyala saat catu daya baterai berada dalam batas yang  benar. LED kuning yang berkedip adalah untuk menunjukkan baterai rendah atau tidak ada kondisi baterai pada CK1000. Ternyata stabil saat tombol mute  ditekan. Jika indikator ini gagal menyala dalam kondisi normal, segera dilakukan sistem pelayanan.

3. Indikator Mute

LED kuning yang menyala untuk menunjukkan bahwa kondisi alarm atau  fault  ada pada sistem, tapi sounder  piezo telah diberhentikan.

4. Indikator Silence

LED kuning yang menyala untuk menunjukkan bahwa kondisi alarm ada di sistem, namun perangkat peralatan pemberitahuan telah diberhentikan. 5. Indikator Alarm Kebakaran

LED merah menyala saat kondisi alarm kebakaran sistem terdeteksi. 6. Indikator Fault 

(13)

LED kuning yang menyala untuk menunjukkan bahwa ada kesalahan sistem atau kondisi tidak normal dan sistem alarm kebakaran mungkin tidak berfungsi. Ternyata stabil saat tombol diam atau ditekan.

7. Indikator Supervisory

LED merah yang menyala untuk menunjukkan perlunya tindakan sehubungan dengan pengawasan atau perawatan alat penyiram, sistem  pemadam atau sistem pelindung lainnya yang terhubung di terminal  pengawas.

8. Indikator Activate

LED merah yang berkedip saat masuk langsung mengaktifkan mode. Dalam mode ini, sirkuit alat pemberitahuan ( sound 1  –  sound 4 output ) dapat diaktifkan secara langsung oleh manual. LED merah yang menyala untuk menunjukkan suara apapun yang terdengar telah diaktifkan.

9. Indikator Zone disable

LED kuning yang menyala untuk menunjukkan bahwa satu atau beberapa zona alarm telah dinonaktifkan. LED kesalahan zona yang dinonaktifkan  juga akan menyala. Saat memasuki mode program, lampu kilat LED

menunjukkan fitur program. 10. Indikator Sound disable

LED kuning yang menyala untuk menunjukkan bahwa satu atau lebih alat  pengenal sirkuit ( sound 1  –  sound 4 Output ) telah dinonaktifkan. LED

kuning suara yang dinonaktifkan akan menyala. Saat memasuki mode  program, lampu kilat LED menunjukkan fitur program.

(14)

LED merah yang menyala untuk menunjukkan bahwa panel berjalan dalam mode manual. Dalam mode manual,  All  Notification  Appliance Circuits ( sound 1 –  sound 4 output ) telah dinonaktifkan, namun  sound  1 - sound  4 Output  dapat diaktifkan secara manual.

12. LED Otomatis

LED hijau yang menyala untuk menunjukkan bahwa panel berjalan dalam mode otomatis. Dalam mode otomatis semua pemberitahuan terdengar dari (keluaran sound 1) telah diaktifkan yang dapat diaktifkan oleh alarm zona.  zone 1 –  zone 4 mengaktifkan sound 1.

13. Indikator Sound  1

LED merah yang menyala untuk menunjukkan bahwa sirkuit alat  pemberitahuan yang sesuai ( sound  1 output ) akan diaktifkan. LED kuning yang menyala untuk menunjukkan bahwa sirkuit alat pemberitahuan yang sesuai ( sound  1 output ) telah dinonaktifkan atau salah.

14. Indikator Alarm Zone 1 sampai Zone 4

LED merah yang berkedip untuk menunjukkan bahwa ada alarm di zona yang sesuai. Ternyata stabil saat tombol mute ditekan.

15. Indikator Fault  Zone 1 sampai Zone 4

LED kuning yang berkedip untuk menunjukkan bahwa ada kesalahan atau kondisi abnormal pada zona yang sesuai. Ternyata stabil saat tombol mute ditekan. Gambar  Indicator LED  Main Control Fire Alarm Conventional dapat dilihat pada gambar 3.8 di bawah ini. [4]

(15)

Gambar 3.8 Indicator LED Main Control Fire Alarm Conventional Control Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena secara teknis sudah beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan adalah pengawasan dan pemeliharaan oleh pekerja yang memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Control Panel Fire  Alarm di suplai dari tegangan AC : 90-270 VAC, 50 Hz, 2,3 amps, dengan ukuran kawat kabel minimal 14 AWG (2,0 mm²) dengan insulasi 600V dan untuk suplai dari tegangan DC : 24VDC bisa menggunakan tambahan cadangan battery backup dan UPS . Main Control  Fire Alarm ini bisa dihubungkan dengan annuciator dan module relay atau kombinasi dari empat modul melalui port komunikasi Rs485. Gambar Board Main Control Fire Alarm Conventional  dapat dilihat pada gambar 3.9 di bawah ini. [4]

(16)

Gambar 3.9 Board Main Control Fire Alarm Conventional 

Adapun spesifikasi dari  Main Control Fire Alarm Conventional  berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.2 di bawah ini. [2]

Tabel 3.2 Spesifikasi Main Control Fire Alarm Conventional 

AC Power

AC 90-270 VAC, 50 Hz, 2.3 amps

Wire size: minimum #14 AWG (2.0 mm2) with 600V insulation

Battery 

 (

lead acid only 

)

 Maximum Charging Circuit : Normal  Flat Charge — 27.6V @ 0.8 amp  Maximum Charger Capacity: 18 Amp Hour battery

 Sound Output Device Circuits

General Alarm Zones 1 through 4 Operation: All zones Class B

 Normal Operating Voltage: Nominal 24 VDC (ripple = 100 mV maximum)  Alarm Current: 15 mA threshold

(17)

Short Circuit Current: 42 mA maximum  Maximum Loop Resistance: 100 ohm  End-of-Line Resistor: 4.7K  , ½ watt

 Detector Loop Current is sufficient to ensure operation of two alarmed detectors per zone

Standby Current: 7.26 Ma

Three Relays Output

 Relay contact rating: 2.0 amps @ 30 VDC (resistive), 2.0 amps @ 30 VAC (resistive)

Nonresettable

24

VDC Power

 Maximum ripple voltage: 10 mVRMS Operating Voltage nominal 24 volt

Total DC current available from this output is up to 500 mA

 Recommended maximum Standby current is 150 Ma

3.5.2. Jenis Deteksi Fire Alarm (Detector)

 Detector  atau disebut dengan alat pendeteksi kebakaran merupakan sebuah alat pengindra api yang mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda dari masing-masing jenis alat deteksi. Alat ini sangat berperan terhadap pendeteksi kebakaran secara dini. Ada beberapa jenis deteksi  fire alarm  yaitu:  smoke detector ,  ROR detector ( Rate Of Rise), dan kombinasi  smoke detector   dan heat  detector

1. Smoke Detector

Smoke detector   mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki  partikel-partikel yang lama semakin memenuhi ruangan  smoke detector  ( smoke

(18)

ini ( smoke density) telah melewati ambang batas (threshold ) maka rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka  smoke detector  memerlukan tegangan. Pada tipe 2-wire tegangan ini disuplai dari  Fire Alarm Control Panel   bersamaan dengan sinyal, sehingga menggunakan 2 kabel. Sedangkan pada tipe 4-wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC nya di supply dari  Fire Alarm Control Panel   biasa, sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150 mm² untuk ketinggian plafon 4m. Gambar Smoke detector dapat dilihat pada gambar 3.10 di  bawah ini. [3]

Gambar 3.10 Smoke Detector Jenis Smoke Detector  :

1. Ionisation Smoke Detector

Detektor jenis ini merupakan detektor paling murah namun sangat  berisiko. Cara kerja  smoke detector   dari ion ini adalah adanya ionisasi udara yang mengandung oksigen dan nitrogen dengan bahan radioaktif  berupa americium-24. Bahan ini merupakan sumber partikel alfa. Ruang

ionisasi terdiri dari 2 plat yang terpisah sejauh beberapa centimeter . Baterai akan menghantarkan tegangan pada plat yang menjadikannya  bersifat positif dan negatif. Partikel alfa akan dilepaskan secara steady oleh

(19)

sehingga terjadi ionisasi terhadap oksigen dan nitrogen. Oksigen nitrogen akan tertarik pada pelat bermuatan negatif , dan elektron akan ditarik ke  plat posotof, menghasilkan listrik yang sangat kecil dan searah. Ketika

asap masuk ke dalam ruang ionisasi maka partikel-partikel pada asap akan menghalangi terjadinya ionisasi. Kejadian ini dapat memicu alarm kebakaran Gambar  Ionisation Smoke detector dapat dilihat pada gambar 3.11 di bawah ini. [5]

Gambar 3.11  Ionisation Smoke detector  2. Photoelectric Type Smoke Detector (Optical)

 Photoelectric Type Smoke Detector   bekerja berdasarkan kepekatan asap. Penghamburan cahaya yang dihasilkan oleh detektor ini akan pudar sehingga dapat memicu alarm. Alarm akan berbunyi jika bias cahaya dari sistem sangat pudar artinya asap yang menutupi cahaya sangat pekat,  berbeda apabila penghamburan cahaya yang dihasilkan masih pekat, hal ini menandakan asap yang menghalangi sistem kecil. Gambar  Photoelectric Smoke detector dapat dilihat pada gambar 3.12 di bawah ini.

(20)

Gambar 3.12 Photoelectric Smoke detector

Adapun spesifikasi dari  Photoelectric Smoke Detector  berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.3 di bawah ini. [2]

Tabel 3.3 Spesifikasi Photoelectric Smoke Detector 

Specifications EVCA-P

 Detector Element Light Emitting Diode

 LED Visual Indicator Red LED iluminates in an alarm condition

Operating Voltage 12 VDC to 32 VDC

System Voltage 24 VDC

Stand-by Current 30 µA ave. @ 24 VDC

 Alarm Current 68 Ma MAX . 47.5 mA @ 24 VDC

 Area Convered 80 m² (3~20m)

Sensitivity 1.78%/Ft. To 36%/Ft

Operating Temperature -10°C to +55°C (14 °F to 131 °F) Storage Temperature -20 °C to +60 °C (-4 °F to 140 °F)  Relative Humidity ≤ RH 95% non-condensing 

 Material ABS

(21)

head only)

Ø 104 mm × H 48 mm ( Detector  head and  EVA-UB4 Base)

Weight 118g ( Detector head only)

183g ( Detector head and   EVA-UB4)

Standard UL268

2. Heat Detector (ROR) Rate Of Rise

 Heat detector   adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR yang paling  banyak digunakan saat ini, karena ekonomis dan aplikasinya luas. Area

deteksi sensor bisa mencapai 50 mm² untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan untuk plafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30 mm². Ketinggian pemasangan maksimal tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena detector   ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55℃ - 63℃  sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell  kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran tidak sempat meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik, dan lainnya. Gambar  Heat detector ( ROR) dapat dilihat pada gambar 3.13 di bawah ini. [3]

(22)

Gambar 3.13 Heat detector ( ROR)

Prinsip kerja ROR  Heat  detector   memanfaatkan teknologi thermacouple dan thermistor yang responsif dengan panas. Fungsi dari thermistor ini sendiri adalah medeteksi arus konveksi dan radiasi sedangkan thermocouple lainnya mendeteksi respon dari suhu lingkungan sekitarnya. Adapun spesifikasi dari  Heat detector  berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.4 di bawah ini. [2]

Tabel 3.4 Spesifikasi Heat detector 

 Model AHR-871

Type 2-wire 3-wire 4-wire

 Alarm Contact  N/A N/A 0.8A@30V DC

0.4A@125V AC Voltage Range 12 –  30V DC

 Alarm Current

@24V DC 470Ω 40mA 40mA 35mA

 Area Convered 40 m² (3~20m)  Ambient Temperature 0°C ~ +55°C  Material Fire- proof  plastic  Dimension 111mm(Dia)×45m(H) Weight About  130g Color White

(23)

3. Kombinasi Smoke dan Heat detector

Kombinasi smoke dan heat detector  adalah detector  yang memiliki fungsi ganda yaitu 1 detector   yang mampu bekerja untuk mendeteksi  smoke  dan heat  berupa asap dan panas. Detektor ini bekerja dengan sistem konvensional yang terhubung ke  Main Control  Fire Alarm. Gambar Kombinasi Smoke dan  Heat detector  (ROR) dapat dilihat pada gambar 3.14 di bawah ini. [3]

Gambar 3.14 Kombinasi Smoke dan Heat detector  (ROR)

Jenis detector kombinasi sangat effesiensi dalam fungsinya agar tidak terlalu banyak detector yang akan di pasang di area tersebut. Untuk itu kombinasi detector  sangat cocok untuk di ruangan laboratorium dan kantin.

3.5.3 Jenis Kabel Fire Alarm System

Dalam proses instalasi kabel  fire alarm, kabel yang digunakan untuk instalasi fire alarm adalah jenis kabel NYA yang pemasangannya di dalam pipa konduit. Selain itu digunakan kabel berinti NYM dan NYY dimana dapat digunakan pada sirkuit deteksi konvensional sistem alarm kebakaran dan mendeteksi loop pada sistem addressable. Kabel dari ukuran penampang yang digunakan tidak boleh lebih kecil dari 0,6 mm. Untuk sistem alarm dan catu daya

(24)

harus menggunakan kabel dengan ukuran penampang tidak boleh lebih kecil dari 1,5 mm.

Untuk pengawasan langsung ke detektor, biasanya dipergunakan kabel fleksibel dengan ketentuan tidak boleh lebih panjang dari 1,5 m. Bagaimana pun, dalam pemasangan kabel sistem deteksi dan alarm kebakaran harus dilakukan sesuai instalasi tegangan rendah sesuai SNI 04-0225-2000, tentang : “Persyaratan umum instalasi listrik”. Penampang kabel yang digunakan, sebaiknya dipilih sedemikian rupa sehingga pada beban kerja maksimum, penurunan tegangan yang terjadi pada titik terjauh dari panel kontrol tidak lebih dari 5%.

Untuk mencegah terjadinya arus lebih atau sudah terjadinya kebakaran di ruangan atau zona tersebut maka diperlukan jenis kabel yang tahan terhadap  panasnya api, agar proses sistem fire alarm tetap berjalan. Jenis kabel ini disebut

kabel FRC ( Fire Resistance Cable) yang mempunyai fungsi tahan terhadap api. Gambar kabel FRC dapat dilihat pada gambar 3.15 di bawah ini. [4]

Gambar 3.15 Kabel FRC

Jenis kabel ini cocok digunakan di sistem  fire alarm konvensional namun harga dari kabel ini sangat terjangkau. Kabel FRC ini mempunyai beberapa lapisan seperti, PVC shealth, PVC inner shealth, XLPE insulation, Mica tape, dan Copper conductor .

(25)

3.5.4 Peralatan Pendukung

Peralatan pendukung ini sangat berperan dalam penggunaan  fire alarm. Peralatan ini yang akan dipasangkan di setiap titik-titik yang di rencanakan dan di  pasang sesuai dengan standar pemasangan NFPA 72. Alat ini secara visual terlihat di dalam ruangan oleh penghuni yang berada pada r uangan tersebut agar penghuni tersebut bisa segera evakuasi dan terdengar suara sirine alarm.

1. Terminal Box Fire Alarm (TBFA)

Fungsi Terminal Box Fire Alarm  adalah untuk memudahkan pemeriksaan (Troubleshooting ) dan pemeliharaan ( Maintenance). Pusat penggabungan terminal kabel yang disesuaikan dari beberapa zona untuk memudahkan dalam instalasi wearing sistem fire alarm dan menghemat kabel. Gambar Terminal Box Fire Alarm (TBFA) dapat di lihat pada gambar 3.16 di bawah ini. [ 4]

Gambar 3.16 Terminal Box Fire Alarm (TBFA) 2. Manual Call Point (MCP)

Fungsi Manual Call Point  adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran ( Fire Bell ) secara manual dengan cara memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain untuk alat ini adalah  Emergency Break Glass.

(26)

Gambar Manual Call Point  (MCP) dapat dilihat pada gambar 3.17 di bawah ini. [3]

Gambar 3.17 Manual Call Point

Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah lokasi penempatannya. Terbaik jika unit ini diletakkan di lokasi yang:

1) Sering terlihat oleh banyak orang,

2) Terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan, 3) Mudah dijangkau.

Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru. Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji dapat melakukan komunikasi dengan penjaga di Panel Control   Room  dengan memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP. Seketika

telepon di panel akan aktif, sehingga bisa saling berkomunikasi. Adapun spesifikasi dari Manual Call Point  berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.5 di bawah ini. [2]

(27)

Tabel 3.5 Spesifikasi Manual Call Point  Dimension : 88 (W) x 88 (H) x 55 (D) mm Casing   : ABS Plastic Current  Ratings : 12/24V DC ~ 10A 48V DC ~ 3A 250V AC ~ 10A

Connections : Terminal- Max 2.5mm² Cable  Resettable Form Side

Colour Choices :  Red , White, Yellow, Green, Blue  Net/Gross Weight  : 160/184g

Optional  Features : LED, Resistor,  Blocking   Diode,  Double Switch,  Polycarbonate

Cover , Custom Imprint 

3. Indicator Lamp

 Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif tidaknya sistem fire alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran. Maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya  power pada panel atau menunjukkan trouble  atau kebakaran. Gambar   Indicator  Lamp dapat dilihat pada gambar 3.18 di bawah ini. [3]

(28)

Gambar 3.18 Indicator Lamp

Di dalam Indicator Lamp berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip. Adapun spesifikasi dari  Indicator  Lamp berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.6 di bawah ini. [2]

Tabel 3.6 Spesifikasi Indicator Lamp

Type : HS-FL3

 Lamp Type : LED

 Rated Voltage/Current   : AC / DC 24V / 8,5 mA  Material  : PC Fire Proof  Plastic

Weight  :  Approx 55g

Colour :  Red

4. Fire Bell

 Fire  Bell   akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari  panel  Fire  Alarm  adalah 24VDC. Gambar   Fire bell Around   dapat dilihat pada

(29)

Gambar 3.19 Fire Bell  Round 

 Fire Bell   24VD banyak dipakai saat ini, versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan  Fire  Bell   (pada tipe Gong) adalah kedudukan  piringan bell   terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak  pas, maka bunyi bell   menjadi tidak nyaring. Atur kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring. Adapun spesifikasi dari Fire  Bell Round  berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.7 di bawah ini. [2]

Tabel 3.7 Spesifikasi Fire Bell Supply Voltage : 24V DC

Working Tolerance : 20V –  28V DC Standby Current : Nil

 Alarm Current : 0.05 Amps  Decibel  Rating 1 meter : 103 Db

Sizes : 4” (100mm) Ø

6” (150mm) Ø 8” (200mm) Ø

(30)

5. Electronic Sounder (Alarm Sirine)

 Electronic sounder   adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai sirine alarm  berupa suara yang di kendalikan oleh MCFA. Tegangan output yang keluar dari dari panel fire alarm adalah 24VDC, suara yang dihasilkan mempunyai frekuensi kurang lebih 3Db. Gambar  Electronic Sounder ( Alarm Sirine) dapat dilihat pada gambar 3.20 di bawah ini. [3]

Gambar 3.20 Electronic Sounder 

 Electronic sounder   dipasang outdoor, di daerah terbuka, parkir atau tempat lainnya, lengkap dengan tiang. Mempunyai frekuensi yang cukup sehingga dapat terdengar dengan jelas di dalam bangunan atau tempat lainnya. Adapun spesifikasi dari Electronic Sounder ( Alarm Sirine) berdasarkan data sheet, seperti  pada tabel 3.8 di bawah ini. [2]

Tabel 3.8 Spesifikasi Electronic Sounder

 Dimension : 95 (W) x 100 (H) x 99 (D) mm Casing  : ABS Plastic or  Polycarbonate Operating Current  : 13mA@24V DC

Operating Voltage : 9V –  28V DC

Sound Output  : 100± 3dB@24V DC

Colour  : Signal  Red 

(31)

3.5.5 Baterai

Baterai merupakan suatu komponen elektronika yang menyimpan energi dalam bentuk senyawa kimia atau sel elektrokimia maupun untuk menyimpan tenaga listrik arus searah ( DC ) yang dapat diisi (charge) setelah energi yang digunakan. Fungsi battery  digunakan untuk memberikan daya atau energi agar alat elektronik bisa berfungsi. Pada pusat pembangkit listrik, sumber arus searah (DC) digunakan terutama untuk:

1. Menjalankan Main Control  Fire Alarm (MCFA) 2. Mentripkan PMT apabila terjadi gangguan. 3. Melayani keperluan alat-alat fire alarm. 4. Memasok keperluan instalasi alarm darurat.

5. Sebagai backup  sistem  fire alarm  jika terjadi pemadaman listrik tenaga AC

3.5.5.1 Baterai Aki

Baterai Aki merupakan salah satu jenis baterai yang menggunakan asam timbal ( Lead  Acid ) sebagai bahan kimia. Aki banyak sekali jenisnya seiring  banyaknya penemuan-penemuan baru baik dari jenis bahan kimianya maupun konstruksinya, sehingga penggunaannya berbeda-beda. Jika salah dalam  penerapannya berakibat perangkat tidak berfungsi dengan baik, bisa jadi lebih

fatal, dapat merusak aki itu sendiri dan perangkat rusak karenanya. Ada 2 jenis  baterai aki yaitu  Flooded Lead Acid Battery  (FLA) dan Valve-Regulated Lead

(32)

 Acid  (VLRA). Gambar  Battery Valve-Regulated Lead Acid (VLRA) dapat dilihat  pada gambar 3.21 di bawah ini. [6]

Gambar 3.21 Battery Valve-Regulated Lead Acid (VLRA)

3.5.5.2 Rangkaian Seri Dan Daya Pada Baterai

Hampir semua peralatan electronika portable  menggunakan baterai sebagai sumber dayanya. Untuk mendapatkan tegangan yang diinginkan, biasanya kita merangkai baterai dalam bentuk rangkaian seri. Rangkaian seri bertujuan untuk dapat menghidupkan peralatan  Main Control Fire Alarm  (MCFA) dan  peralatan pendukung lainnya. Karena peralatan tersebut dihidupkan pada kondisi tegangan 24VDC. Jadi dibutuhkan rangkaian seri baterai yang akan meningkatkan tegangan (voltage) output   baterai sedangkan arus (current)  listriknya (ampere) akan tetap sama. Dalam menentukan tegangan total baterai dan daya baterai  perunit dapat menggunakan persamaan 3.3 berikut :

4 3 2 1+ V  + V   + V  VT = V  ... (3.1) Dimana :

(33)

V1 = Tegangan baterai unit 1 V2 = Tegangan baterai unit 2

Dan seterusnya tegangan baterai di tambah jika di perlukan dalam  perencanaannya. Untuk mendapatkan energi listrik pada baterai per unit, dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan 3.3 berikut :

I V

=

  ... (3.2)

Dimana :

  = Energi listrik (Joule)

V = Tegangan baterai (Volt) I = Arus baterai (Ampere hours) t = Waktu (detik)

3.5.5.3 Penggunaan Baterai Pada Fire Alarm

Dalam penggunaan baterai pada  fire alam  ini bertujuan sebagai  power  suplly sekunder dan menyimpan cadangan semua kebutuhan daya DC pada sistem  fire alarm, berupa  Main Control Fire Alarm, detector , dan peralatan pendukung  pada  fire alarm. baterai juga akan menggantikan sumber daya AC jika terjadi gangguan listrik pada PLN sebelum genset dihidupkan pada panel LVMDP. Penggunaan baterai pada fire alarm ada 2 fungsi yaitu:

1. Standby Current

Standby current   pada saat  fire alarm  berupa  Main Control Fire Alarm, detector   dan peralatan pendukungnya bekerja siaga atau tidak ada yang mengindentifikasi akan terjadinya kebakaran namun tetap aktif dan arus yang dialiri akan normal.

(34)

2. Alarm Current

 Alarm current   adalah bekerjanya semua peralatan pada sistem  fire alarm  berupa  Main Control Fire Alarm, detector , bell  alarm, indicator  alarm, electrical  horn  sirine  dan semua kebutuhan pada  fire alarm  yang mengindentfikasi terjadinya kebakaran.

Oleh karena itu dalam menentukan kapasitas baterai pada fire alarm itu harus di rencanakan pada saat kondisi  standby  dan pada saat kondisi alarm  bekerja. maka digunakan persamaan (3.3) sebagai berikut: [2] \

T2))

(I2

D

+

I1)

((T1

1,25

=

C

  ... (3.3) Keterangan :

C = kapasitas minimum baterai (Ah)

1,20 = faktor penuaan yang memungkinkan 20% per tahun se lama 4 tahun. T1 = masa siaga baterai dalam jam.

T2 = waktu alarm berjam-jam (biasanya 0,5) atau 30 menit. I1 = beban siaga baterai di ampere.

I2 = beban alarm baterai di ampere.

Adapun spesifikasi dari baterai berdasarkan data sheet, seperti pada tabel 3.9 di  bawah ini. [2]

(35)

Tabel 3.9 Spesifikasi Baterai

Model : TPL 12800

 Nominal Voltage : 12

 Nominal Capacity (7.5hr/Ah) : 7.5 Weight  ( Approx.kg) : 36  Internal  Resistance Approx. (mΩ) :  4.50  Dimension :  Height  (h) mm  Length (i) mm Width (w) mm 257 513 113  Max. Charging Current (A) : 24.00  Max Discharge Current 5 sec (A) : 800

Terminal Type : 12

3.6 Uninteruptible Power Supply (UPS)

Uninteruptible Power Supply merupakan sistem penyedia daya listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai benteng dari kegagalan daya serta kerusakan sistem dan hardware. Uninteruptible Power Supply  (UPS) akan menjadi sistem yang sangat penting dan sangat diperlukan pada banyak  perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, jasa informasi, penyedia jasa internet

dan lain-lain. Dapat dibayangkan berapa besar kerugian yang timbul akibat kegagalan daya listrik jika sistem tersebut tidak dilindugi dengan Uninteruptible  Power Supply  (UPS). Gambar Uninteruptible Power Supply (UPS) dapat dilihat  pada gambar 3.22 di bawah ini. [7]

(36)

Gambar 3.22 Uninteruptible Power Supply (UPS)

3.7 Data Perencanaan Fire Alarm

Langkah awal dalam perencanaan sistem  fire alarm  adalah melihat dari sebuah denah yang terletak di PT. Nalco Indonesia berupa gambar denah arsitektur bisa di lihat pada gambar 3.23 di bawah. [2]

(37)

Untuk mengetahui gambar denah arsitektur lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 61.

3.7.1 Obyek Rancangan

PT. Nalco Indonesia akan di rancang sistem fire alarm pada ruangan laboratorium dan ruangan kantin. Detail ruangan laboratorium dan ruangan kantin diperlihatkan pada tabel 3.10 sebagai berikut. [2]

Tabel 3.10 Detail ruangan laboratorium dan ruangan kantin

GEDUNG PANJANG LEBAR LUAS TINGGI

LABORATORIUM 24 9  216 ² 3 

KANTIN 24 9  216 ² 3 

3.7.2 Skematik Sistem Distribusi Fire Alarm 2 Zones

Sistem Fire Alarm ini menggunakan sistem konvensional yang berkerja  berdasarkan hanya kontak biasa saja (tanpa pengalamatan) yang terhubung

melalui kabel. Di bawah ini merupakan gambar diagram sistem dist ribusi fire alarm (konvensional ) 2 zones di ruangan laboratorium dan kantin dapat di lihat  pada gambar 3.24 di bawah ini. [2]

(38)

Gambar 3.24 Diagram Sistem Distribusi Fire Alarm (Konvensional)

Untuk mengetahui diagram sistem distribusi fire alarm lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 62.

3.7.3 Instalasi Skematik Single Line Diagram

Setelah mengetahui gambar denah pada ruangan laboratorium dan ruangan kantin, Maka dibuatkan gambar instalasi jalur diagram satu garis pada ruangan

(39)

laboratorium dan ruangan kantin. Berikut ini gambar skematik  single line diagram  fire alarm ruangan laboratorium dapat di lihat pada gambar 3.25 di bawah ini. [2]

Gambar 3.25 Skematik Single Line Diagram Fire Alarm Ruangan Laboratorium

Untuk mengetahui gambar skematik single line diagram fire alarm ruangan laboratorium lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 3 hala man 63. Di bawah ini merupakan gambar skematik single line diagram fire alarm ruangan kantin dapat di lihat pada gambar 3.26 di bawah [2]

(40)

Gambar 3.26 Skematik Single Line Diagram Fire Alarm Ruangan Kantin

Untuk mengetahui gambar skematik single line diagram fire alarm ruangan kantin lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 64.

3.7.4 Schedule Kebutuhan Peralatan Sistem Fire Alarm 2 Zones

Setelah ditentukan gambar perencanaan skematik sistem distribusi  fire alarm dan skematik  single line diagram fire alarm pada kedua ruangan tersebut. Maka perlu dibuatkan schedule kebutuhan peralatan sistem  fire alarm 2  zones tersebut. Di bawah ini merupakan gambar schedule kebutuhan peralatan  fire alarm 2 zones dapat di lihat pada gambar 3.27 di bawah [2]

Gambar

Tabel 3.1 Penempatan Detektor Disesuaikan Dengan Fungsi RuanganTabel 3.1 Penempatan Detektor Disesuaikan Dengan Fungsi Ruangan
Tabel 3.1 Penempatan Detektor Disesuaikan Dengan Fungsi RuanganTabel 3.1 Penempatan Detektor Disesuaikan Dengan Fungsi Ruangan
Gambar 3.1 Sistem Konvensional
Gambar 3.2 Sistem Semi Addressable 3. Sistem Full Addressable
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan sains teknologi masyarakat

Pendidik meminta setiap kelompok mencatatkan informasi yang ingin diketahui dari topik bacaan pada kolom W1. Pendidik memberikan pertanyaan yang ingin diketahui dari topik bacaan

Hasil analisis menunjukkan bahwa hujan pemicu gerakan tanah di lokasi penelitian memiliki nilai kritikal minimum intensitas sebesar 40,59 mm/jam dengan durasi minimum

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abeeleh (2009), jenis tikus Sprague Dawley (SD) lebih peka terhadap injeksi streptozotocin secara intraperitoneal, dibandingkan dengan

Apabila nilai bobot awal terlalu besar, maka input ke setiap lapisan sembunyi atau lapisan output akan jatuh pada daerah dimana turunan fungsi sigmoidnya sangat

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah k-nearest neighbor untuk mendapatkan klasifikasi dari gambar rontgen pasien kemudian akan dikonversikan ke dalam

diletakkan sesuai dengan komposisi yang telah diperhitungkan, maka terlihatlah bentuk yang menyerupai “monitor dengan element ceklist dan topi toga”