• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Wajib Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 mengenai Ketentuan Umum Perpajakan (KUP), Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

1. Kewajiban Wajib Pajak

Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri penghitungan pembayaran dan pelaporan pajak terutangnya. Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Wajib Pajak Orang Pribadi yang wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP adalah:

a. Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

b. Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, yang memperoleh penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

commit to user

c. Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

d. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat usaha berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.

Setelah melakukan pendaftaran dan mendapatkan NPWP, wajib pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung dan membayar pajak, yang selanjutnya melaporkan pajak terutangnya dalam bentuk Surat Pemberitahuan (SPT).

Selain kewajiban pendaftaran, pembayaran dan pelaporan wajib pajak juga mempunyai kewajiban pembukuan. Kewajiban pembukuan telah diatur dalam Undang- Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan no. 28 tahun 2007 pasal 28. Pada prinsipnya Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan. Namun, Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, dikecualikan dari

commit to user

kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan. Pencatatan terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran bruto dan/ atau penerimaan penghasilan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang.

Syarat pembukuan atau pencatatan:

a. Diselenggarakan dengan memerhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.

b. Diselengarakan di Indonesia.

c. Menggunakan huruf latin dan angka Arab.

d. Menggunakan satuan mata uang rupiah dan mata uang asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

e. Disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

f. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan dasar akrual (accrual basis) atau dasar kas (cash basis).

Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak terutang. Sedangkan pencatatan terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/ atau penghasilan bruto.

Sedangkan kewajiban pencatatan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 197/ PMK03/ 2007. pengaturan tersebut meliputi:

commit to user

a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib menyelenggarakan pencatatan adalah:

b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dan c. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan usaha atau pekerjaan

bebas.

d. Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia. e. Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan secara kronologis. f. Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas selama 10 (sepuluh) tahun.

g. Pencatatan harus dapat menggambarkan antara lain:

1) Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau diperoleh.

2) Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pajaknya bersifat final.

h. Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/ atau tempat usaha, pencatatan harus dapat menggambarkan secara jelas

commit to user

untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang bersangkutan.

i. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan Wajib Pajak Orang Pribadi harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban.

2. Hak Wajib Pajak

Wajib Pajak selain mempunyai kewajiban juga mempunyai hak untuk mendapatkan kerahasiaan atas seluruh informasi yang telah disampaikan pada Derektorat Jenderal Pajak dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Berkaitan dengan pembayaran pajak terutang, wajib pajak berhak memperoleh:

a. Pengangsuran pembayaran, apabila wajib pajak mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak mampu membayar pajak sekaligus.

b. Pengurangan PPh pasal 25, apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan keuangan dikarenakan usahanya mengalami kesulitan sehingga tidak mampu membayar angsuran yang sudah ditetapkan sebelumnya. c. Pengurangan PBB, pemberian keringanan pajak yang terutang atas

objek pajak.

d. Pembebasan pajak, apabila wajib pajak mengalami musibah dikarenakan force mayeur seperti bencana alam. Dalam hal ini DJP akan mengeluarkan suatu kebijakan.

e. Pajak Ditanggung Pemerintah. Dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri

commit to user

PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima oleh kontraktor, konsultan dan supplier utama ditanggung pemerintah.

f. Insentif Perusahaan, untuk merangsang investasi.

g. Penundaan Pelaporan SPT Tahunan, apabila Wajib Pajak tidak dapat menyelesaikan atau menyiapkan laporan keuangan tahunan untuk memenuhi batas waktu penyelesaian, Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan paling lama 6 (enam) bulan.

h. Restitusi (pengembalian kelebihan pembayaran pajak), apabila wajib pajak merasa bahwa jumlah pajak atau kredit pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan Wajib Pajak tidak punya hutang pajak lain.

i. Keberatan, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan DJP. Apabila dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak (WP) merasa kurang atau tidak puas atas suatu ketetapan pajak dikarenakan kepadanya atau atas pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga. j. Banding. Apabila hasil proses keberatan dirasa masih belum

memuaskan Wajib Pajak dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak.

k. Peninjauan Kembali, apabila Wajib Pajak tidak atau belum puas dengan putusan Pengadilan Pajak, maka pihak yang bersengketa dapat

commit to user

mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak dan hanya dapat diajukan satu kali.

Dokumen terkait