BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret sampai juni 2020
3.2 Peralatan dan Bahan Penelitian 3.2.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dirangkum ke dalam Tabel 3.1 sampai Tabel 3.5 :
Tabel 3.1. Peralatan Proses Pengujian Penetrasi Aspal
No Nama Alat Fungsi
1 Electric Laboratory Penetration Test
Sebagai penusuk aspal padat untuk mengukur nilai penentrasinya.
2 Jarum penetrasi Sebagai pengujian mutu aspal harus memenuhi kriteria tersebut diatas disertai dengan hasil pengujian dari pihak yang berwenang
3 Cawan Sebagai cetakan aspal padatyang terbuat dari logam kuningan.
4 Wadah Perendam Sebagai tempat perendaman aspal sebelum diuji, agar suhu aspal turun terlebih dahulu.
5 Lampu Untuk alat penerang saat melakukan uji penetrasi.
Tabel 3.2. Peralatan Proses Pengujian Titik Lembek
No Nama Alat Fungsi
1 Bola Baja Sebagai beban dalam uji titik lembek
2 Cincin Kuningan Sebagai tempat untuk meletakkan aspal yang akan diuji
3 Termometer Sebagai alat yang digunakan untuk mengukur suhu.
4 Dudukan benda uji Sebagai meletakkan benda uji yang telah diletakkan dalam cincin kuningan
18
5 Electric Ring And Ball Softening Point Apparatus BT-106B
Sebagai memanaskan benda uji yang sedang diuji.
6 Kain lap Sebagai membersihkan cincin kuningan, bola baja, termometer dan meja.
7 Stopwatch Sebagai mengukur waktu ketika proses pengujian titik lembek aspal.
8 Kawat kassa sebagai alas tabung ukur ketika dalam proses pemanasan.
9 Tabung ukur sebagai wadah yang berisi air es untuk merendam aspal
10 Penjepit Sebagai mengangkat benda yang panas
Tabel 3.3. Peralatan Proses Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar No Nama Alat Fungsi
19
Tabel 3.4. Peralatan Proses Pengujian Berat Jenis Aspal
No Nama Alat Fungsi
1 Neraca Ohauss Sebagai alat ukur massa benda dengan ketelitian 0,0001 gram.
2 Pecnometer Sebagai alat yang digunakan sebagai wadah menimbang aspal dan juga aquades.
3 Piring seng sebagai alas ketika menuangkan aspal cair ke dalam cincin kuningan
Tabel 3.5. Peralatan Proses pengujian Daktilitas Aspal
No Nama Alat Fungsi
1 Ductility Testing Machine Sebagai mesin untuk melakukan pengujian pada aspal.
2 Cetakan sebagai wadah pencetak untuk melakukan pengujian aspal.
3 oven Sebagai memanaskan aspal agar
mudah dibersihkan dari cetakan pengujian aspal.
4 Pisau Sebagai meratakan permukaan
aspal dalam cetakan sebelum
20
dilakukan pengujian 3.2.2 Bahan
Bahan pengujian dalam penelitian ini adalah : 1. Aspal pen 60/70
2. Styrofoam 3. Xylene 4. Air kapur 5. Minyak Tanah 6. Aquadest
3.2 Prosedur Penelitian 3.3.1 Preparasi Styrofoam
1. Styrofoam bekas dihancurkan sehingga menjadi bagian-bagian yang kecil kemudian dibuat kedalam variasi 0,5%, 1%, 1,5%, 2% dan masing- masing di larutkan dengan xylene 10ml
3.3.2 Penelitian Utama
a. Pencampuran aspal dengan Styrofoam
1. Aspal pen 60-70 dipanaskan diatas kompor yang telah diberi penangas hingga suhu 150oC sambil diaduk dengan kecepatan 250 rpm. Setelah aspal mencair masukkan larutan styrofoam sedikit demi sedikit sambil tetap diaduk. Aspal dan styrofoam diaduk selama 30 menit. Tiap 10 menit dilihat kehomogenannya hingga tidak terjadi penumpukan styrofoam diwadah pemanasan. Lalu masukan kedalam cawan dan cetakan setiap pengujian, lalu di dinginkan dengan ruangan terbuka selama 1,5 jam dan direndam didalam bak perendam pada suhu 25oC selama 3 jam.
21
1. Penetrasi
Cawan penetrasi yang berisikan aspal dimasukan kedalam wadah air, lalu pasang jarum penetrasi pada alat dan atur hingga jarum penetrasi menyentuh permukaan aspal, kemudian tekan tombol mulai pada alat tes penetrasi, tunggu hingga selesai alat bekerja kemudian turunkan tuas ditas jarum penetrasi, lalu baca hasil tes penetrasi kemudian bersihkan kembali ujung jarum penetrasi dan ulangi hal yang sama di 5 titik yang berbeda pada permukaan aspal dan catat hasil data yang diperoleh.
2. Titik Lembek
Isi bekker glass dengan aquades sebanyak 300 ml, kemudian masukan es batu kedalam bekker glass, kemudian tunggu hingga suhu turun sampai 5oC, lalu letakan cincin kuningan kedudukan pengujian titik lembek, lalu posisikan bekker glass diatas alat Electric Ring And Ball Softening Point Apparatus BT-160B, kemudian letakan termometer pada alat uji titik lembek, kemudian hidupkan alat Electric Ring And Ball Softening Point Apparatus BT-160B, lalu hitung waktu penaikan suhu, dimulai dari 5oC lalu 10oC, 15oC, 20oC, 25oC, 30oC, 35oC, 40oC, 45oC, 50oC, dan catat suhu ketika bola 1 dan bola 2 lepas dari cicin kuningan.
3. Titik Nyala dan Bakar
Letakan cawan uji titik nyala dan bakar kealat Electrick Cleveland Open Cup Flash And Fire Point Tester BT-140B, yang telah terpasang thermometer, lali hidupkan alat Electrick Cleveland Open Cup Flash And Fire Point Tester BT-140B, kemudian hidupkan sumbu penyala sambil diayun perlahan-lahan, dan baca suhu hingga terjadi percikan api dan sampai aspal terbakar seutuhnya.
4. Berat Jenis Aspal
Ukur massa pecnometer kosong, kemudian isi aspal hingga ¾ bagian pecnometer, dan didiamkan pada suhu 25oC hingga 30 menit, kemudian ukur massa pecnometer berisikan aspal, lalu isi aquades hingga pecnometer penuh, kemudian ditimbang massa penometer berisikan aspal dan aquades, dan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai massa jenis aspal.
5. Daktilitas Aspal
22
Lepaskan aspal dari cetakan untuk uji daktilitas aspal, lalu letakan aspal pada alat Ductility Testing Machine, kemudian alat Ductility Testing Machine dihidupkan, lalu amati hingga aspal putus dan catat panjang aspal putus saat pengujian daktilitas aspal.
Tabel 3.1 Komposisi Bahan Baku
Berikut merupakan diagram alir dari penelitian tentang Pengaruh Penambahan Styrofoam Bekas Terhadap Karakteristik Aspal pen 60-70
Aspal 800g
Direndam dalam air Sampel Aspal
23
Gambara 3.1 Diagram alir pencampuran Aspal dengan Styrofoam BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Material aspal yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu aspal penetrasi 60/70.
Dari keseluruhan persyaratan sifat fisik aspal, yang dapat dilakukan adalah sebanyak 4 (Empat) variasi
4.1.1 Hasil Pengujian Penetrasi
Uji penetrasi dilakukan untuk menentukan tingkat kekerasan aspal menggunakan beban jarum penetrasai 100 gr, selama 5 detik kedalam aspal.
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan didapat data sebagai berikut:
Tabel 4.1. Hasil uji Penetrasi aspal pen 60/70 dengan Styrofoam
No
24
Menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan Styrofoam yang dicampurkan pada aspal mengakibatkan terjadinya
Nilai Penetrasi Terhadap Campuran Aspal dengan Styrofoam
Komposisi campuran Aspal dengan Styrofoam (%)
Penetrasi (mm)
Gambar 4.1. Grafik hubungan antara nilai penetrasi campuran aspal dengan styrofoam
4.1.2 Hasil Pengujian Titik Lembek
Uji ini dilakukan untuk mengetahui suhu minimal dari aspal untuk menjadi lembek dan mengalami deformasi atau pelelehan akibat perubahan suhu.
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan didapat data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil uji Titik Lembek aspal pen 60/70 dengan Styrofoam
No Sampe
l
Komposisi Bahan Waktu (s) Hasil Titik Lembek (oC) Styrofoam sebanyak 0,5% sampai 2 % berdampak pada penaikan nilai titik lembek menjadi 48°C sampai 53°C.
25
Nilai Titik Lembek Terhadap Campuran Aspal dengan Styrofoam
Komposisi campuran Aspal dengan Styrofoam (%)
Titik lembek (OC)
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara nilai titik lembek campuran aspal dengan styrofoam
4.1.3 Hasil Pengujian Titik nyala dan Titik Bakar
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat data hasil pengujian titik nyala dan titik bakar sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil uji Titik Nyala dan Bakar aspal pen 60/70 dengan Styrofoam
No Styrofoam sebanyak 0,5% sampai 2% berdampak pada penaikan nilai titik nyala menjadi 255°C sampai 266°C. Lalu pada nilai titik bakar aspal adalah 250°C. Penambahan Styrofoam sebanyak 0,5% sampai 2% berdampak pada penaikan nilai titik nyala menjadi 285°C sampai 300°C.
26
Nilai Titik Nyala dan Titik Bakar Terhadap Campuran Aspal dengan Styrofoam
Komposisi campuran Aspal dengan Styrofoam (%)
Titik Nyala (OC)
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara nilai titik nyala dan titik bakar terhadap campuran aspal dengan styrofoam
4.1.4 Hasil Pengujian Daktilitas
Daktilitas adalah kemampuan dari bahan untuk mengalami perubahan bentuk yang bersifat plastis akibat adanya gaya tarik secara terus-menerus tanpa terjadinya retak. Dari uji daktilitas bahan aspal dengan cara ditarik menggunakan alat daktilitas hingga putus didapatkan data nilai daktilitas sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil uji Daktilitas aspal pen 60/70 dengan Styrofoam
No
Menunjukkan bahwa Panjang bak pengujian dalam penelitian ini adalah 152 cm. Standar minimal nilai daktilitas yang dipersyaratkan adalah 100 cm.
Berikut hasil pengujian daktilitas penambahan Styrofoam adalah 110 cm sampai 140 cm.
27
0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00%
0 50 100 150
Nilai Daktilitas Terhadap Campuran Aspal dengan Styrofoam
Komposisi campuran Aspal dengan Styrofoam (%)
Daktilitas (cm)
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara nilai Daktilitas campuran aspal dengan styrofoam
4.1.5 Hasil Pengujian Berat Jenis
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara kerapatan campuran aspal dan kerapatan air dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Berikut adalah hasil perhitungan berat jenis sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil uji Berat Jenis aspal pen 60/70 dengan Styrofoam
No Sampe
l
Komposisi Bahan Hasil (gr/ml) Aspal (g) Styrofoam (%)
J1 800 0 1
J2 800 0,5 1,0855
J3 800 1 1,0189
J4 800 1,5 0,9861
J5 800 2 0,9810
Menunjukkan bahwa Nilai Massa jenis aspal merupakan massa jenis yang tertinggi, yakni sebesar 1 gr/ml. Terlihat bahwa penambahan Styrofoam mengakibatkan nilai Massa jenis akan semakin rendah.
28
Nilai Berat Jenis Terhadap Campuran Aspal dengan Styrofoam
Komposisi campuran Aspal dengan Styrofoam (%)
Berat Jenis (gr/ml)
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara nilai Berat Jenis campuran aspal dengan styrofoam
Tabel 4.6 Data Berat jenis Aspal 800 gr + Styrofoam 0,5 %
No Nama Alat Hasil pengujian
Berat Jenis (gr)
1 Berat Picnometer + Aspal 48,1801
2 Berat Picnometer Kosong 31,6054
3 Berat Aspal a 16.5747
4 Berat Picnometer + Air 56,8201
5 Berat Picnometer Kosong 31,6054
6 Berat Air b 25,2147
7 Berat Picnometer + Aspal + Air 58,1258
8 Berat Picnometer + Aspal 48,1801
9 Berat Air c 9,9457
10 Isi Aspal b-c 15,269
11 Berat Jenis = Berat Aspal/ Isi Aspal 1,0855
Tabel 4.7 Data Berat jenis Aspal 800 gr + Styrofoam 1 %
No Nama Alat Hasil pengujian
Berat Jenis (gr)
1 Berat Picnometer + Aspal 48,7205
2 Berat Picnometer Kosong 32,3911
3 Berat Aspal a 16,3294
29
4 Berat Picnometer + Air 57,1626
5 Berat Picnometer Kosong 32,3911
6 Berat Air b 24,7715
7 Berat Picnometer + Aspal + Air 57,4656
8 Berat Picnometer + Aspal 48,7205
9 Berat Air c 8,7451
10 Isi Aspal b-c 16,0264
11 Berat Jenis = Berat Aspal/ Isi Aspal 1,0189
Tabel 4.8 Data Berat jenis Aspal 800 gr + Styrofoam 1,5 %
No Nama Alat Hasil pengujian
Berat Jenis (gr)
1 Berat Picnometer + Aspal 48,6803
2 Berat Picnometer Kosong 32,3876
3 Berat Aspal a 16.2927
4 Berat Picnometer + Air 57,5172
5 Berat Picnometer Kosong 32,3876
6 Berat Air b 25,1296
7 Berat Picnometer + Aspal + Air 57,2888
8 Berat Picnometer + Aspal 48,6803
9 Berat Air c 8,6085
10 Isi Aspal b-c 16,5211
11 Berat Jenis = Berat Aspal/ Isi Aspal 0,9861
Tabel 4.9 Data Berat jenis Aspal 800 gr + Styrofoam 2 %
No Nama Alat Hasil pengujian
Berat Jenis (gr)
1 Berat Picnometer + Aspal 48,5676
2 Berat Picnometer Kosong 32,3208
3 Berat Aspal a 16.2468
4 Berat Picnometer + Air 57,4431
5 Berat Picnometer Kosong 32,3208
6 Berat Air b 25,1223
7 Berat Picnometer + Aspal + Air 57,1288
8 Berat Picnometer + Aspal 48,5676
30
9 Berat Air c 8,5612
10 Isi Aspal b-c 16,5611
11 Berat Jenis = Berat Aspal/ Isi Aspal 0,9810
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu perubahan karakteristik aspal tambah styroform bekas.
1. Penambahan styrofoam ke dalam aspal cenderung akan menurunkan nilai penetrasi aspal yang berarti aspal menjadi lebih lunak. Nilai sifat fisik aspal sebagai berikut : Nilai pengujian Penetrasi pada campuran kadar 0% sampai 2% adalah sebesar 60mm sampai 73mm. Nilai pengujian titik lembek pada kadar campuran 0% sampai 2% adalah sebesar 48oC sampai 53oC. lalu mengalami kenaikan pada kadar 2%. Nilai pengujian titik nyala pada kadar campuran 0% sampai 2% adalah sebesar 200oC sampai 268oC. Nilai pengujian titik bakar sebesar 250oC sampai 300oC. Seiring bertambahnya suhu maka semakin cepat naik titik nyala dan bakarnya. Nilai pengujian daktilitas pada kadar campuran 0% sampai 2% adalah sebesar 100cm sampai 130cm. Nilai pengujian masa jenis pada kadar campuran 0% sampai 2%
adalah sebesar 1 gr/ml sampai 0,9810gr/ml mengalami nilai penurunan terhadap penambahan kadar styrofoam.
2. Penelitian ini yang merupakan penelitian dasar untuk melihat kemampuan campuran aspal dengan bahan polimer dimana pada penelitian ini adalah styrofoam. Hasil penelitian menunjukkan semakin banyak persentase styrofoam pada aspal akan semakin meningkatkan kinerja campuran Dengan penggunaan styrofoam.
31
5.2 Saran
1. Sebaiknya variasi styrofoam diperbanyak, sehingga didapat nilai sampel dengan hasil yang lebih baik.
2. Sebaiknya pada penelitan selanjutnya pelarutan styrofoam dilakukan penambahan suatu zat lain (BPO) lagi agar tidak terjadi cairan
3. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya pada pencampuran komposisi dan variasi agar lebih memperhatikan agar hasil pengujiannya lebih akurat
4. Dalam pembuatan benda uji dapat ditambah kuantitasnya, agar data yang didapatkan dapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Abinaya, S., dkk. An Experimental Study on the Properties of Extuded Polystyrene Waste Polymer Modified Bitumen for Flexible Pavment. International
Research Journal of Engineering and Technology (IRJET) Volume 3 issue VI, June 2016 No. ISSN: 2395-0056.
Aquina, H., dkk., 2014. Pengaruh Substitusi Styrofoam Ke Dalam Aspal Penetrasi 60/70 Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Porus. Jurnal Teknik Sipil Vol.
3, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Agustus 2014. D.I. Aceh.
Baker M., dkk. 2016. Production of Sustainable Asphalt Mixes Using Recycled Ploystyrene, International Journal of Applied Enviromental Sciences. Vol 11.
No. ISSN: 0973- 6077
Bani, M. B., dkk. Production of Sustainable Asphalt Mixes Using Recycled
Polystyrene. International Journal of Applied Environmental Sciences Volume 11, april 2016 No. ISSN 0973-6077
British Standard (BS), 2005. Bituminous mixtures – Test methods for hot mix asphalt, Part 25: Cyclic compression test, BS EN 12697-25:2005.
Diansari, S. 2016. AspalModifikasi dengan Penambahan Plastik Low LiniearDensity Poly Ethylene (LLDPE) Ditinjau Dari Karakteristik Marshall danUji Penetrasi Pada Lapisan Aspal Beton (AC-BC).Skripsi. Universitas Lampung.
Lampung.Hal. 39-45
Enieb, M.,andDiab, A. 2017. Characteristics of Asphalt Binder and
Mixture Containingnanosilica.International Journal of Pavement Research
32
And Technology. Vol. 10. No.1. Pp.148–157.
Isra S. J., dkk. Benefit of Using Expanded Polystyrene Packing Material o Improve Pavment Mixture Properties. International Journal of Science and Technology (APRN) Volume 2, November 2012 No. ISSN 2225-7217
JACOBSON, G., McLEAN, S. (2003). Biological monitoring of low level
occupational xylene exposure and the role of recent exposure. Ann Occup Hyg47(4). p. 331-336.
Kunhua, W., Chuming, F., Tao, L., Yanmei, Y., Xin, Y., Xiaoming, Z., ... & Xun, L.
(2012). Novel Non-Toxic Xylene Substitute (SBO) for Histology.African Journal of Traditional, .
Listiani, A., dkk 2012. Evaluation of Expanded Polystrene (EPS) Plastic Waste Utilizaton as an Asphalt Subtitution Material in Asphalt Concrete Wearing Course. International Journal for research in Applied Science. No. ISSN: 965.
LUNBERG, I dan SOLLENBERG. J., (1986). Correlation of Xylene Exposure and Methyl Hippuric Acid Excretion in Urine Among Paint Industry Workers.
Scand J Work Environ Health 12(2). 149-153.
Mashuri, 2010, Karakteristik Aspal Sebagai Bahan Pengikat yang Ditambahkan Styrofoam, Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1 Februari 2010
Permana, R. 2009. StudiSifat-Sifat Reologi Aspal yang Dimodifikasi LimbahTasPlastik.Simposium XII FSTPT. Universitas Kristen Petra Surabaya.Surabaya.Hal. 1-12.
Saleh, S.M, Anggraini. R dan Aquina.H, 2014. Karakteristik Campuran Aspal Porus dengan Substitusi Styrofoam pada Aspal Penetrasi 60/70, Jurnal Teknik Sipil, ISSN 0853-2982, Vol. 21 No. 3.
Sitanggang. YL., 2010. Pengaruh Penggunaan Styrofoam Sebagai Bahan Tambah Terhadap Karakteristik Beton Aspal.Tugas Akhir Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Sukirman, S., 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Penerbit: Granit, Jakarta, Indonesia
33
Sukirman, S., 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit: Nova, Bandung, Indonesia
Soandrijanie L, J.F. 2011. Pengaruh Styrofoam Terhadap Stabilitas Dan Nilai Marhall Beton Aspal, Seminar Nasional-1 BMPTTSSI - KoNTekS5, USU, Medan-14 Oktober 2011.
Soehartono, 2014, Teknologi Aspal dan Penggunaan dalam Konstruksi Perkerasan Jalan, Penerbit: Andi, Yogyakarta, Indonesia
The Asphalt Institute (1997), Performonce Graded Asphalt Binder Specification and Testing, Superpave Series No.1 (SP-1) Lexington USA
LAMPIRAN A
BAHAN DAN PERALATAN
BAHAN
Gambar 1. Aspal Gambar 2. Xylene
Gambar 3. Aquades Gambar 4. Styrofoam
ALAT
34
Gambar 1. Penetrometer Gambar 2. Termometer
Gambar 3. Pisau Gambar 4. Neraca Digital
Gambar 5. Beaker Glass 250 mL Gambar 6. Beaker Glass 1000 mL
35
Gambar 7. Oven Gambar 8. Wadah
Gambar 9. Kapur Gambar 10. Es Kristal
Gambar 11. Minyak Tanah Gambar 12. Electric Laboratory Penetration Tes
36
Gambar 13. Electric Ring and Ball Gambar 14.
Electric Cleveland Open Cup
Softening Point Apparatus Flash and Fire Point Tester
Gambar 15. Bak Perendaman Gambar 16. Sarung Tangan
Gambar 16. Bola Mimis Gambar 17. Lampu
37
Gambar 18. Ductility Testing Machine Gambar 19. Wadah bersaring
Gammbar 20. Cawan titik nyala Gambar 21. Cincin Kuningan dan titik bakar
Gambar 22. Cetakan Daktilitas
38