• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Landasan Teori

A. Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas

Istilah dewasa awal berasal dari istilah adult yang memiliki arti “telah menjadi dewasa”. Masa dewasa awal (adult) adalah masa yang memiliki rentang umur antara 18-40 tahun. Pada masa dewasa awal, setiap individu termasuk wanita telah mengalami berbagai macam, kematangan fisik maupun psikologis(Mappiare, 1983). Kematangan fisik ditandai dengan keadaan fisik wanita dewasa awal telah mencapai puncak kekuatan, energi dan ketekunan yang prima. Kematangan psikologis yang dimiliki oleh wanita ditandai dengan adanya orientasi pada tugas, tujuan yang jelas, pengendalian perasaan, keobjektifan, penerimaan kritik dari orang lain dan pertanggung jawaban terhadap usaha-usaha pribadi.

Mappiare (1983) menyatakan pada masa dewasa awal, wanita juga memiliki minat yang tinggi terhadap penampilannya yang meliputi tinggi badan, berat badan dan raut wajah. Tingginya minat wanita dewasa awal terhadap penampilan disebabkan karena penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang sangat menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya (Mathes & Khan, dalam Hurlock, 1999).

Pendapat yang serupa juga diungkapkan Hurlock (1999) yang menyatakan bahwa penampilan yang menarik memegang peranan yang penting dalam dunia usaha, pergaulan sosial, professional. Bagi wanita yang sudah berkeluarga, penampilan yang menarik merupakan penunjang dalam status perkawinannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka definisi wanita dewasa awal adalah wanita yang memiliki rentang umur antara 18 hingga 40 tahun.

2. Pengertian Obesitas

Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana berat badan mengalami penumpukan yang berlebihan, sehingga berat badan individu tersebut jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan (Roche Indonesia, 2000;Pikiran Rakyat, 2006). Ahli lain Suitor & Hunter (dalam Sarafino, 1990) menambahkan bahwa individu dikatakan obesitas bila memiliki kelebihan berat badan lebih dari 20 % dari berat badan normal.

Prawiro (dalam Asih & Setiasih, 2004) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat obesitas

yang dialami oleh individu adalah dengan menggunakan standar BMI (body mass indeks) atau IMT (indeks massa tubuh) yang diperoleh dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan ( m)² .

Indeks massa tubuh (IMT) = berat badan (kg) _______________

Tinggi badan (m)²

Menurut WHO (dalam Roche Indonesia, 2000) kategorisasi berat badan orang Asia berdasarkan indeks masa tubuh adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tabel Kategorisasi Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT (kg/m2) Resiko Penyakit Penyerta Underweight < 18,5 Rendah (tetapi resiko

terhadap masalah klinis lain meningkat) Normal 18,5-22,9 Rata-rata Obesitas > 23 At Risk 23,0 – 24,9 Meningkat Obese I 25,0 – 29,9 Sedang Obese II > 30,0 Berbahaya

Berdasarkan hal tersebut maka cara menghitung indeks massa tubuh adalah sebagai berikut

Contoh menghitung IMT

Seorang wanita yang memiliki tinggi badan 160 dan berat badan 65. Maka nilai IMT nya adalah

IMT = 65 ______ (1,6)²

= 25,3

Hasil indeks massa tubuh 25,3 maka berat badan wanita termasuk dalam kategori obesitas tingkat I.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang definisi

obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan sebesar 20 % dari berat badan normal dan ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Kondisi ini ditandai dengan indeks masa tubuh di atas 23,00

3. Pengertian Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas

. Dariyo (2003) menyatakan bahwa pada masa dewasa awal, wanita memiliki kerentanan terhadap masalah kesehatan yaitu masalah kegemukan atau obesitas. Wanita dewasa awal yang berisiko mengalami masalah obesitas adalah wanita dewasa awal yang berusia di atas 20 tahun. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor seperti : pola hidup wanita dewasa awal yang cenderung kurang memperhatikan segi kesehatan, kebebasan finansial untuk membeli setiap makanan yang diinginkan, serta stress yang diakibatkan oleh beban kerja (Witjaksono, dalam Nurfikria, 2007) .

Prawiro (dalam Asih & Setiasih, 2004) menyatakan bahwa wanita yang mengalami masalah obesitas /kegemukan akan ditandai dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) yang lebih besar dari 23,00. Selanjutnya Prawiro menggolongkan kategorisasi berat badan individu yang mengalami obesitas yaitu:a) obesitas ringan (IMT = 23-24,9), b)

Berdasarkan uraian tersebut maka definisi wanita dewasa awal yang mengalami obesitas adalah wanita yang berusia 20-40 tahun dan memiliki masalah kelebihan berat badan yang ditandai dengan indeks massa tubuh di atas 23,00.

B. Perilaku Diet

1. Pengertian Perilaku Diet

Istilah diet berasal dari bahasa Yunani, diatia dan bahasa Perancis

diete yang berarti cara hidup. Definisi diet dari tim kedokteran (dalam Hartantri, 1998) adalah kebiasaan yang diperbolehkan dalam hal makanan dan minuman yang dikonsumsi individu setiap hari. Diet merupakan salah satu aspek gaya hidup yang dapat mempengaruhi munculnya resiko kesehatan seperti kematian akibat kangker ataupun

cardiovascular (WHO, dalam Wardle et al., 1997).

Menurut Straw (dalam Taylor ,1995) diet juga merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan berat badan yaitu dengan cara membatasi jumlah kalori yang masuk dan memantau setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pembatasan jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh akan didasarkan pada pengetahuan mengenai nilai kalori makanan dan karakteristik makanan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Herman &Polivy, Laessle dkk, Wadden dkk, Wilson (dalam Stice et al, 2005) yang menyatakan bahwa diet merupakan usaha membatasi makanan yang sengaja dilakukan oleh

individu dan berlangsung secara terus menerus dengan tujuan menurunkan berat badan dan menjaga keseimbangan berat badan.

Ahli lain yaitu Papalia,Olds,&Turner, 1998; Turner & Helms, 1995 (dalam Dariyo, 2003) menambahkan bahwa definisi diet adalah cara membentuk atau mencapai proporsi berat badan dan taraf kesehatan yang seimbang melalui pengaturan pola makan, minum dan aktivitas fisik. Pengaturan pola makan dikatakan baik apabila pola makan tersebut tetap memperhatikan kandungan semua gizi yang diperlukan oleh tubuh seperti kandungan karbohidrat, lemak, protein, vitamin mineral dll dan jumlah kalori yang terkandung dalam suatu makanan (Purwati et al., 2002). Kumanyika et al. (2000) menambahkan pola diet yang baik akan melibatkan pemilihan makanan dan bagaimana proses persiapan dari makanan tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa definisi perilaku diet adalah perilaku mengatur pola makan, membatasi jumlah kalori dan memantau jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh yang dilakukan oleh individu dan berlangsung secara terus menerus dengan tujuan menurunkan dan menjaga keseimbangan berat badan.

2. Indikator-Indikator Perilaku Diet

Pola diet yang baik adalah pola diet yang terdiri dari berbagai variasi makanan. Hal ini bertujuan supaya individu mendapatkan variasi kandungan gizi yang cukup baik dan nutrisi yang berbeda dalam jumlah

yang memadai bagi tubuhnya. Pelaku diet dapat melakukan variasi makanan yaitu dengan cara memperhatikan lima kelompok makanan utama pada Piramida yang dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan (Roche Indonesia, 2000).

Gambar 2.1

Pengaturan Pola Makan Berdasarkan Piramida Makanan Roche Indonesia (2000)

Menurut Straw (dalam Taylor ,1995) pola diet dapat dilakukan dengan cara membatasi jumlah kalori yang masuk dan memantau setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh. Jumlah kalori yang harus dikurangi adalah 500 hingga 1000 kalori per hari. Pembatasan jumlah kalori dan pemantauan makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah porsi makanan yang akan dikonsumsi oleh pelaku diet (Purwati et al., 2002).

Disamping itu pola diet juga yang sehat juga berkaitan dengan pengaturan frekwensi makan yang meliputi frekwensi makan pagi, frekwensi makan dalam satu hari, frekwensi mengkonsumsi makanan camilan dalam sehari, frekwensi mengkonsumsi daging, buah dan

garam (Steptoe & Wardle, 1996). Almatsier (2004) menyatakan bahwa individu yang memiliki pola diet yang baik akan mengkonsumsi 3 kali makanan utama porsi kecil dalam sehari, mengkonsumsi buah dan sayuran-sayuran 3-4 porsi dalam sehari, dan mengkonsumsi makan pagi setiap hari dalam seminggu. Purwati et al. (2002) menambahkan frekwensi mengkonsumsi camilan yang dianjurkan adalah frekwensi yang serendah mungkin atau justru lebih baik dihindari. Begitu pula dengan frekwensi penggunaan garam yang baik adalah frekwensi yang rendah. Hal ini disebabkan karena pengurangan penggunaan garam dapat mengurangi resiko kangker lambung.

Menurut Almatsier (2004), perilaku makan yang baik juga dipengaruhi oleh pemilihan jenis makanan, baik yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi tubuh. Pilihan makanan ini berkaitan tinggi-rendahnya jumlah kalori yang terkandung dalam suatu makanan. Jenis makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.2

Pilihan Jenis Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Bagi Tubuh

Sumber makanan Bahan makanan yang dianjurkan

Bahan makanan yang tidak dianjurkan Karbohidrat Beras terutama beras

tumbuk, beras merah, pasta macaroni, roti tinggi serat, sereal, ubi, kentang, jagung, talas, kue buatan sendiri.

Produk makanan jadi seperti pie, cake, croissant, pastries, biscuit, krakers berlemak dan kue berlemak.

Protein hewani ikan, unggas tanpa kulit, daging tanpa lemak, putih telur, susu skim, yoghurt rendah lemak, keju rendah lemak.

daging gemuk, daging kambing babi, jeroan, otak, sosis, sardine, kuning telur, susu berlemak, susu kental manis, keju, es krim. Protein nabati tempe, tahu dan

kacang-kacangan.

Kacang digoreng, makanan yang digoreng dengan minyak jenuh seperti minyak kelapa dan minyak kelapa sawit ataupun dimasak dengan santan

Sayuran semua sayur segar, dikukus, disetup, tumis menggunakan minyak jagung atau kedelai.

sayuran yang dimasak dengan mentega, minyak kelapa sawit dan santan kental.

Buah semua buah dalam keadaan segar atau bentuk jus

buah yang diawetkan dengan seperti buah kaleng.

Lemak minyak jagung, kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan wijen; margarine tanpa garam yang dibuat dari minyak tidak jenuh ganda; mayones dan salad dressing tanpa garam yang dibuat dari minyak tidak jenuh ganda

Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit; mentega, margarine, kelapa, santan, krim, lemak babi, bacon, kokoa, mentega, mayones, dan dressing

dibuat dari telur.

(Sumber : penuntun Diet, Instalasi Gizi Perjan RS Dr Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisian Indonesia, 2004).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan mengenai indikator perilaku diet yang sehat adalah

1. Melakukan pengaturan frekwensi yang meliputi frekwensi makan pagi, frekwensi makan dalam sehari, frekwensi makan camilan, frekwensi makan daging, buah dan garam.

2. Memilih jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh yang meliputi usaha mengkonsumsi makanan sehat yang dianjurkan bagi kesehatan tubuh.

3. Membatasi makanan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini meliputi membatasi jumlah kalori makanan yang masuk ke dalam tubuh.

4. Melakukan variasi makanan. Hal ini bertujuan agar tubuh memperoleh berbagai nutrisi berbeda yang diperlukan oleh tubuh

Dokumen terkait