HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU DIET WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI OBESITAS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Elissa Agustina
019114076
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 23 Februari 2007
Penulis
(Elissa Agustina)
ABSTRAKS
Hubungan antara Efikasi Diri dengan Perilaku Diet Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas.
Elissa Agustina (2007)
Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan yang positif antara efikasi diri dengan perilaku diet wanita dewasa awal yang mengalami obesitas.
. Efikasi diri merupakan keyakinan individu mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan serta mengatasi segala kesulitan dan rintangan yang muncul selama menjalankan program diet. Efikasi diri akan mempengaruhi besarnya usaha yang dikeluarkan wanita obesitas untuk menyukseskan program dietnya. Besarnya usaha yang dikeluarkan wanita obesitas dapat dilihat pada perilaku dietnya. Perilaku diet merupakan perilaku mengatur pola makan yang meliputi perilaku mengatur frekwensi makan, memilih jenis makanan, membatasi jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh dan melakukan variasi makan.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 73 wanita dewasa awal yang memiliki indeks massa tubuh di atas 23,00. Alat yang digunakan sebagai pengumpul data adalah skala efikasi diri dan skala perilaku diet. Data dari hasil uji coba diperoleh reliabilitas 0,9613 untuk skala efikasi diri dan reliabilitas 0,899 untuk skala perilaku diet.
Hasil analisa data menyatakan bahwa sebaran data normal dan memiliki korelasi yang linear. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan taraf signifikansi 0,01. dan menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,669 dengan p=0,00 (p<0,01). Artinya ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan perilaku diet wanita dewasa awal yang mengalami obesitas. Semakin tinggi efikasi diri dalam menjalankan program diet, maka semakin tinggi pula perilaku diet yang dimiliki oleh wanita obesitas. Semakin rendah efikasi diri dalam menjalankan program diet maka semakin rendah pula perilaku diet yang dimiliki oleh wanita obesitas
ABSTRACTS
Correlation Between Self Efficacy And Dieting Behaviour on Young Adult Obese Women
Elissa Agustina (2007)
This research was a correlation research. The purpose of this research was to find out the correlation between self efficacy with dieting behaviour on young adult obese women.
Self efficacy was individual’s belief about their ability to arrange and perform series of action needed and overcome all barriers the dieting programme. Self efficacy would influence how big effort young adult obese women to made dieting programme to success. The effort could be seen from their dieting behaviour. Dieting behaviour was behaviour to arrange eating pattern including behaviour to arrange frequency of eating, choose kinds of food, restrict amount food and do variation food.
The Subjects of this research were 73 young adult obese women who had body mass indeks above 23,00.The data collection tools were the scale of self efficacy and the scale of dieting behaviour. The reliability coefficient of self efficacy scale was 0,9613 and the reliability coefficient of dieting behaviour scale was 0,899.
The result of data analysis declared that the data distribution is normal and had linear correlation . The data analysis used product moment with significant standard 0,01 and resulted correlation coefficient between self efficacy and dieting behaviour 0,669 with p =0,00. It meant there was positive correlation between self efficacy with dieting behaviour on young adult obese women. The higher self efficacy, the higher dieting behaviour on young adult obese women was. The lower self efficacy, the more lower dieting behaviour on young adult obese women was.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas setiap kebaikan,
kasih, kesetiaan, berkat-berkat, dan mukjisat yang selalu baru sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan
banyak kesulitan dan kendala yang dihadapi. Namun semuanya itu dapat dilewati
berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini perkenankan saya untuk
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Eddy Suhartono, S.Psi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma. “Terima kasih buat keramahan dan senyum
yang tulus ya pak”
2. Ibu Sylvia,. S.Psi., M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih
ya bu, dah ngajarin arti sebuah kemandirian seorang wanita…thanks juga buat waktunya dan senyumnya yang manis. God bless
3. Ibu Agnes.IE., S.Psi., Psi., M.Si dan Bapak Agung Santoso, S.Psi selaku
dosen penguji . Terimakasih atas saran-saran positif yang telah diberikan
sehingga menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik
4. Bapak Agung Santoso, S.Psi yang telah membimbing dalam proses
analisis data. Ma kasih ya pak, buat kuliah satu sks nya…God bless
5. Dosen-dosen Psikologi yang telah mendidik dan mengajar penulis selama
menempuh bangku perkuliahan.
6. Seluruh staff Fakultas psikologi: mas Gandung, mbak Nanik, mas doni,
pak Gi, dan mas Muji. Pa Gi, makasih ya buat senyumannya, bikin
semangat deh…
7. Seluruh subjek penelitianku “Wanita Dewasa Awal yang Mengalami
Obesitas”. Semangat…semangat,kalian pasti bisa kurus.
8. Orang tuaku. Papa dan mama yang udah sabar menunggu kelulusanku dan
memberikan kasih sayang selama hidupku.
9. Buat mas Ruben dan Daniel. Saudaraku yang paling ganteng…terima kasi
buat setiap moment yang ada dalam hidupku. Semuanya pasti ada hikmahnya
10.Tante Martha. Tanteku yang selalu mengajarkan bagaimana caranya
menjadi wanita yang kuat , tegar, optimis dan yang utama adalah
bagaimana menjadi psikolog buat diri sendiri
11.Buat Kak Ferry….terima kasih dah menerima diriku apa adanya,
mengajarkanku bagaimana cara menghargai dan bersabar untuk proses perubahan untuk menjadi yang lebih baik.
12.Buat Yosi. Miss Com…ma kasih dah ngajarin aku untuk jadi volunteer by
research
13.Buat sahabatku : Ola, ratna (miss GB), elvin (miss Pucha), desy (miss
Tukis), ida , rani….ma kasih buat keceriaan dan pelajaran hidupnya.
14.Buat teman-teman 01 : Dian, Belu yang udah ngasih semangat untuk aq
maju ujian…
15.Buat seluruh anak “wisma Manunggal”. Mali..mali…mali heboh
euy…Diballik semua kegilaan kalian, salut deh kalian tetep jadi
mahasiswa teladan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak
kekuranannya, oleh sebabnya penulis dengan hati menerima masukan
dan kritik yang membangun.
Yogyakarta, 23 Februari 2007
Penulis,
(Elissa Agustina)
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Persetujuan Pembimbing
Halaman Pengesahan
Halaman Persembahan
Lembar Keaslian karya ………..i
Abstraks ………..ii
Abstracts ………..iii
Kata Pengantar ……….iv
Daftar Isi ………..vi
Daftar Grafik ………..x
Daftar Gambar ………..xi
Daftar Skema ………...xii
Daftar Tabel ………...xiii
Daftar Lampiran ………...xiv
Bab I Pendahuluan ………1
A. Latar Belakang Masalah ………1
B. Rumusan Masalah ………5
C. Tujuan Penelitian ………6
D. Manfaat Penelitian ………6
1. Manfaat Teoritis ………6
2. Manfaat Praktis ………6
Bab II Landasan Teori ………7
A. Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas ………....7
1. Pengertian wanita Dewasa Awal ………7
2 Pengertian Obesitas……….8
3. Pengertian Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas….10 B. Perilaku diet ………11
1. Pengertian Perilaku Diet ………11
2. Indikator-Indikator Perilaku Diet ………13
C. Efikasi Diri ………17
1. Pengertian Efikasi Diri ………17
2. Peranan-Peranan Efikasi Diri Dalam Menjalankan Diet……….18
3. Dimensi-Dimensi Efikasi Diri ………24
D. Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Perilaku Diet Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas ………26
E. Hipotesa ………28
Bab III Metodelogi Penelitian ………30
A. Jenis Penelitian ………30
B. Identifikasi Variabel Dalam Penelitian………...30
C. Definisi Operasional Penelitian ………30
D Subjek Penelitian ………34
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ………35
F. Validitas dan Reliabilitas ………44
G. Metode Analisis Data ………46
Bab IV Hasil dan Pembahasan ………47
A. Persiapan Penelitian ………47
1. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur ………47
2. Uji Coba Alat Ukur ………48
a. Skala Efikasi Diri ………48
a.1 Analisis aitem ………48
a.2. Estimasi Validitas dan Reliabilitas …………53
b. Skala Perilaku Diet ………54
b.1 Analisis Aitem ………54
b.2 Estimasi Validitas dan Reliabilitas ………58
B. Pelaksanaan Penelitian ………59
C. Hasil Penelitian ………59
1. Deskripsi Data penelitian ………59
a. Identitas Subjek ………59
b. Distribusi Indeks Massa tubuh ………... …… 60
c. Distribusi tingkat Ekonomi ………....61
d Distribusi Pekerjaan Subjek ………62
e. Deskripsi Statistik Data penelitian ………62
2. Analisa data ………66
a. Uji Normalitas ………67
b. Uji Linearitas ………68
c. Uji Hipotesis ………69
D. Pembahasan ………70
Bab V Penutup ………74
A. Kesimpulan ………74
B Saran ………74
1. Bagi Wanita Yang Mengalami Obesitas………74
2. Bagi Klinik Gizi ………74
3. Bagi Peneliti Selanjutnya …………...75
DAFTAR PUSTAKA ………
Daftar Grafik
Grafik.4.1 Grafik Curve Estimation Variabel Efikasi Diri & Perilaku Diet
Daftar Gambar
Gambar. 2.1 Pengaturan Pola Makan Berdasarkan Piramida Makanan , Roche
Indonesia (2000).
Daftar Skema
Skema .2.1 : Skema Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Perilaku Diet
Wanita Dewasa Awal Yang mengalami Obesitas
Daftar Tabel
Tabel. 2.1. Tabel Kategorisasi Indeks Masa tubuh
Tabel .2.2 Tabel Pilihan Jenis Makanan yang Dianjurkan dan Tidak
dianjurkan Bagi Tubuh.
Tabel. 3.1 Tabel Spesifikasi Aitem Skala Efikasi
Tabel .3.2 Tabel Spesifikasi Aitem Skala Perilaku Diet
Tabel .4.1 Distribusi Aitem Skala Efikasi Diri Sebelum Try Out
Tabel 4.2 Distribusi Aitem Skala Efikasi Diri Setelah Try Out
Tabel .4.3 Distribusi Aitem Skala Perilaku Diet Sebelum Try Out
Tabel .4.4 Distribusi Aitem Skala Perilaku Diet Setelah Try Out
Tabel .4.5 Tabel Identitas Usia Subjek
Tabel 4.6 Distribusi Indeks Massa Tubuh
Tabel. 4.7 Tabel Tingkat Ekonomi Subjek
Tabel . 4.8 Tabel Pekerjaan Subjek
Tabel . 4.9 Deskripsi Statistik Data Penelitian
Tabel. 4.10 Tabel Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik
Tabel . 4.11 Tabel Norma Kategorisasi Skor Variabel Efikasi Diri &Perilaku
Diet
Tabel . 4.12 Tabel Kategorisasi Skor Variabel Efikasi Diri & Perilaku Diet
Tabel . 4.13 Tabel Rangkuman Data Efikasi Diri & Perilaku Diet
Tabel . 4.14 Tabel Uji Normalitas
Daftar Lampiran
Lampiran A
Format Skala Efikasi Diri dengan Metode Interval Tampak Setara
Format skala Efikasi Diri dan Perilaku Diet
Nilai dari Masing-masing Item
Lampiran B Tabulasi Uji coba
Analisis Item Koefisien Korelasi ≥ 0,30 Analisis Item Penuh
Uji Hipotesis Penelitian
Lampiran C
Hasil Wawancara dengan Ahli Gizi
Lampiran D
Surat Pengantar Penelitian Dari Fakultas
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Obesitas atau masalah kegemukan merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab kematian di Indonesia (Purwati et al., 2002). Menurut Suitor dan Hunter (dalam Sarafino, 1990) seseorang
dikatakan menderita obesitas apabila mereka memiliki kelebihan berat sebanyak 20 % dari berat normal.
Departemen kesehatan menyatakan bahwa jumlah penderita
obesitas di Indonesia terus mengalami peningkatan yang berarti. Pada tahun 2000 Depkes menyatakan bahwa 4,7% atau 9,7 juta penduduk
Indonesia mengalami masalah obesitas (Roche Indonesia, 2000). Data terbaru dari hasil penelitian Himpunan Studi Obesitas Indonesia
menyatakan bahwa pada tahun 2004, jumlah penderita obesitas telah mencapai 20,18 % dari jumlah penduduk di Indonesia (Nurfikria, 2007).
Peningkatan jumlah penderita obesitas di Indonesia merupakan salah satu indikasi bahwa masalah obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus.
Menurut Dariyo (2003) masalah obesitas dapat menyerang setiap orang di segala usia dari anak-anak hingga lanjut usia. Salah satu
kelompok yang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap masalah
yang memiliki rentang umur antara 18-40 tahun (Hurlock, 1999).
Munculnya masalah obesitas pada wanita dewasa awal dapat dipicu oleh beberapa faktor seperti kesalahan pola makan di masa lalu, kebebasan
finansial untuk membeli setiap makanan yang diinginkan dan beban stres
yang dialami oleh wanita dewasa awal berkaitan dengan tugas
perkembangannya yaitu pekerjaan (Nurfikria, 2007).
Beberapa ahli kesehatan menyatakan bahwa masalah obesitas yang dialami oleh wanita akan menimbulkan masalah kesehatan yang lebih
serius daripada kegemukan yang dialami oleh kaum pria (Kuntari, 2006).
Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian dari Women Health Institute yang menyatakan bahwa 44% wanita yang mengalami obesitas
akan memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap penyakit jantung dan
mengalami kematian di tahun pertama (Pikiran-rakyat, 2006). Disamping
itu, masalah obesitas juga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang lain seperti resiko diabetes, gangguan kesuburan, gangguan produksi sel
telur, gangguan mendengkur dan serangan asma (Witjaksono, dalam
Nurfikria, 2007).
Dariyo (2003) menyatakan bahwa masalah obesitas yang dialami oleh wanita dewasa awal juga menimbulkan masalah psikologis seperti
perasaan gundah , stres, depresi, rasa percaya diri dan cemas. Berdasarkan
bahaya-bahaya tersebut, maka masalah obesitas yang dialami oleh wanita dewasa awal dapat dikategorikan sebagai masalah kesehatan kronis dan
Salah satu cara yang dapat ditempuh wanita obesitas untuk mengatasi masalah kegemukan adalah dengan menjalankan diet yang
seimbang (Pikiran-rakyat, 2006). Diet merupakan suatu perencanaan atau
pengaturan pola makanan, minuman yang bertujuan untuk menurunkan
berat badan maupun menjaga kesehatan (Dariyo, 2003). Hal tersebut
didukung oleh pendapat dari Papalia, Olds dan Feldman;Turner&Helms
(dalam Dariyo, 2003) yang menyatakan bahwa diet adalah cara
membentuk atau mencapai proporsi berat badan dan taraf kesehatan yang
seimbang melalui pengaturan pola makan, minum dan aktifitas fisik.
Berdasarkan uraian diatas yang dimaksud dengan perilaku diet adalah
perilaku yang ditempuh seseorang untuk menurunkan berat badannya
dengan cara memodifikasi jumlah asupan makanan dan melakukan
pengaturan fisik.
Pada kenyataannya, melakukan program diet untuk menurunkan
berat badan bukanlah hal yang mudah terutama bagi wanita yang
mengalami masalah obesitas. Wanita yang mengalami obesitas cenderung memandang program diet sebagai sesuatu yang menyiksa (Iping, 2000).
Hal ini disebabkan program diet yang harus dijalankan dalam jangka
waktu yang panjang dan hasilnya baru dapat dilihat secara bertahap
(Roche Indonesia, 2000). Dampak dari pengaturan pola makan yang
berlangsung secara terus-menerus dan lama dapat membuat orang yang
Kejenuhan ini terjadi karena dalam melakukan pengaturan pola
makan/diet, makanan yang dimakan adalah makanan yang kurang lezat,
tidak menarik dan kurang disukai oleh pelaku diet (Taylor, 1995). Selain
itu pelaku diet juga diharuskan menahan rasa lapar dan melakukan
pantangan terhadap berbagai jenis makanan (Iping, 2000). Pendapat di
atas didukung dengan hasil survey pra penelitian peneliti terhadap dua puluh lima wanita obesitas. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dua puluh tiga wanita obesitas menyatakan bahwa mereka ingin memiliki tubuh yang lebih langsing, namun mereka malas menjalankan diet.
Beberapa alasan yang membuat mereka malas menjalankan diet adalah
ingin “menikmati hidup”, membosankan, butuh kedisipilinan yang tinggi,
pernah gagal, banyak godaan dan berat badan susah turun. Oleh sebab itu,
banyak wanita yang mengalami obesitas menjadi frustrasi, tidak bersemangat dan cenderung menghindari program diet (Iping, 2004).
Menurut Mackechnie (2005), salah satu kunci utama kesuksesan
dalam menjalankan diet adalah motivasi yang kuat untuk tetap
menjalankan program diet yang telah ditentukan. Salah satu faktor yang
dapat meningkatkan motivasi adalah keyakinan bahwa seseorang
memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu atau lebih dikenal dengan
istilah efikasi diri (Bandura & Ozer, dalam Kraken, 2002). Efikasi diri
merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimilikinya
untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan
muncul selama menjalankan tugas tersebut (Bandura, dalam Cloninger,
2004). Hal tersebut juga didukung oleh pendapat dari ( Bandura, 1997;
Maddux, 1995; Salovey, Rothman, Detweiler, & Steward, 2000) yang
menyatakan bahwa efikasi diri dapat digunakan untuk memprediksi
perilaku hidup sehat seperti mengontrol berat badan (dalam Aronson,
2005).
Bandura (dalam Feist&Feist, 2006) juga menyatakan bahwa efikasi
diri yang dimiliki oleh individu akan berpengaruh pada pemilihan perilaku
untuk mengejar tujuan yang diinginkan. Perilaku yang tepat dalam
mencapai tujuan yang diinginkan yaitu menurunkan berat badan adalah
perilaku diet/ perilaku memodifikasi jumlah asupan makanan.
Berdasarkan pendapat ahli yaitu Mackechnie yang menyatakan
bahwa motivasi merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam
menjalankan diet dan motivasi ini dapat digerakan oleh efikasi diri maka
penulis tertarik untuk melihat apakah ada hubungan yang positif antara
efikasi diri dengan perilaku diet wanita dewasa awal yang mengalami
obesitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang positif antara efikasi diri
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang positif antara efikasi
diri dengan perilaku diet wanita dewasa awal yang mengalami obesitas.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi baru pada
ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi sosial tentang hubungan
antara efikasi diri terhadap perilaku diet yang dominan dilakukan oleh
wanita.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi wanita
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada wanita obesitas mengenai peranan efikasi terhadap program diet.
b. Bagi Klinik gizi&diet
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan informasi baru pada
klinik diet mengenai peranan efikasi diri guna menunjang
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas 1. Pengertian Wanita Dewasa Awal
Istilah dewasa awal berasal dari istilah adult yang memiliki arti “telah menjadi dewasa”. Masa dewasa awal (adult) adalah masa yang memiliki rentang umur antara 18-40 tahun. Pada masa dewasa awal,
setiap individu termasuk wanita telah mengalami berbagai macam,
kematangan fisik maupun psikologis(Mappiare, 1983). Kematangan
fisik ditandai dengan keadaan fisik wanita dewasa awal telah mencapai
puncak kekuatan, energi dan ketekunan yang prima. Kematangan
psikologis yang dimiliki oleh wanita ditandai dengan adanya orientasi
pada tugas, tujuan yang jelas, pengendalian perasaan, keobjektifan,
penerimaan kritik dari orang lain dan pertanggung jawaban terhadap
usaha-usaha pribadi.
Mappiare (1983) menyatakan pada masa dewasa awal, wanita juga
memiliki minat yang tinggi terhadap penampilannya yang meliputi
tinggi badan, berat badan dan raut wajah. Tingginya minat wanita
dewasa awal terhadap penampilan disebabkan karena penampilan fisik
yang menarik merupakan potensi yang sangat menguntungkan dan dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan
Pendapat yang serupa juga diungkapkan Hurlock (1999) yang
menyatakan bahwa penampilan yang menarik memegang peranan yang
penting dalam dunia usaha, pergaulan sosial, professional. Bagi wanita
yang sudah berkeluarga, penampilan yang menarik merupakan
penunjang dalam status perkawinannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka definisi wanita dewasa
awal adalah wanita yang memiliki rentang umur antara 18 hingga 40
tahun.
2. Pengertian Obesitas
Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana berat badan mengalami penumpukan yang berlebihan, sehingga
berat badan individu tersebut jauh di atas normal dan dapat
membahayakan kesehatan (Roche Indonesia, 2000;Pikiran Rakyat,
2006). Ahli lain Suitor & Hunter (dalam Sarafino, 1990) menambahkan
bahwa individu dikatakan obesitas bila memiliki kelebihan berat badan lebih dari 20 % dari berat badan normal.
Prawiro (dalam Asih & Setiasih, 2004) menyatakan bahwa
salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat obesitas
yang dialami oleh individu adalah dengan menggunakan standar BMI
(body mass indeks) atau IMT (indeks massa tubuh) yang diperoleh dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan
Indeks massa tubuh (IMT) = berat badan (kg) _______________
Tinggi badan (m)²
Menurut WHO (dalam Roche Indonesia, 2000) kategorisasi berat
badan orang Asia berdasarkan indeks masa tubuh adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Tabel Kategorisasi Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT (kg/m2) Resiko Penyakit Penyerta Underweight < 18,5 Rendah (tetapi resiko
terhadap masalah klinis lain meningkat)
Normal 18,5-22,9 Rata-rata Obesitas > 23
At Risk 23,0 – 24,9 Meningkat Obese I 25,0 – 29,9 Sedang Obese II > 30,0 Berbahaya
Berdasarkan hal tersebut maka cara menghitung indeks massa
tubuh adalah sebagai berikut
Contoh menghitung IMT
Seorang wanita yang memiliki tinggi badan 160 dan berat badan
65. Maka nilai IMT nya adalah
IMT = 65 ______ (1,6)²
= 25,3
Hasil indeks massa tubuh 25,3 maka berat badan wanita termasuk dalam
kategori obesitas tingkat I.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang definisi
obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan sebesar 20 % dari berat badan normal dan ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh
secara berlebihan. Kondisi ini ditandai dengan indeks masa tubuh di atas
23,00
3. Pengertian Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas
. Dariyo (2003) menyatakan bahwa pada masa dewasa awal,
wanita memiliki kerentanan terhadap masalah kesehatan yaitu masalah
kegemukan atau obesitas. Wanita dewasa awal yang berisiko mengalami masalah obesitas adalah wanita dewasa awal yang berusia di atas 20 tahun. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor seperti : pola hidup wanita
dewasa awal yang cenderung kurang memperhatikan segi kesehatan,
kebebasan finansial untuk membeli setiap makanan yang diinginkan,
serta stress yang diakibatkan oleh beban kerja (Witjaksono, dalam
Nurfikria, 2007) .
Prawiro (dalam Asih & Setiasih, 2004) menyatakan bahwa wanita
yang mengalami masalah obesitas /kegemukan akan ditandai dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) yang lebih besar dari 23,00. Selanjutnya
Prawiro menggolongkan kategorisasi berat badan individu yang
mengalami obesitas yaitu:a) obesitas ringan (IMT = 23-24,9), b)
Berdasarkan uraian tersebut maka definisi wanita dewasa awal
yang mengalami obesitas adalah wanita yang berusia 20-40 tahun dan memiliki masalah kelebihan berat badan yang ditandai dengan indeks
massa tubuh di atas 23,00.
B. Perilaku Diet
1. Pengertian Perilaku Diet
Istilah diet berasal dari bahasa Yunani, diatia dan bahasa Perancis
diete yang berarti cara hidup. Definisi diet dari tim kedokteran (dalam Hartantri, 1998) adalah kebiasaan yang diperbolehkan dalam hal
makanan dan minuman yang dikonsumsi individu setiap hari. Diet
merupakan salah satu aspek gaya hidup yang dapat mempengaruhi
munculnya resiko kesehatan seperti kematian akibat kangker ataupun
cardiovascular (WHO, dalam Wardle et al., 1997).
Menurut Straw (dalam Taylor ,1995) diet juga merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan berat badan yaitu
dengan cara membatasi jumlah kalori yang masuk dan memantau setiap
makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pembatasan jumlah kalori yang
masuk ke dalam tubuh akan didasarkan pada pengetahuan mengenai
nilai kalori makanan dan karakteristik makanan tersebut. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Herman &Polivy, Laessle dkk, Wadden dkk,
individu dan berlangsung secara terus menerus dengan tujuan
menurunkan berat badan dan menjaga keseimbangan berat badan.
Ahli lain yaitu Papalia,Olds,&Turner, 1998; Turner & Helms, 1995
(dalam Dariyo, 2003) menambahkan bahwa definisi diet adalah cara
membentuk atau mencapai proporsi berat badan dan taraf kesehatan
yang seimbang melalui pengaturan pola makan, minum dan aktivitas
fisik. Pengaturan pola makan dikatakan baik apabila pola makan tersebut
tetap memperhatikan kandungan semua gizi yang diperlukan oleh tubuh
seperti kandungan karbohidrat, lemak, protein, vitamin mineral dll dan
jumlah kalori yang terkandung dalam suatu makanan (Purwati et al., 2002). Kumanyika et al. (2000) menambahkan pola diet yang baik akan melibatkan pemilihan makanan dan bagaimana proses persiapan dari
makanan tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti menarik kesimpulan
bahwa definisi perilaku diet adalah perilaku mengatur pola makan,
membatasi jumlah kalori dan memantau jumlah makanan yang masuk ke
dalam tubuh yang dilakukan oleh individu dan berlangsung secara terus
menerus dengan tujuan menurunkan dan menjaga keseimbangan berat
badan.
2. Indikator-Indikator Perilaku Diet
Pola diet yang baik adalah pola diet yang terdiri dari berbagai
variasi makanan. Hal ini bertujuan supaya individu mendapatkan variasi
yang memadai bagi tubuhnya. Pelaku diet dapat melakukan variasi
makanan yaitu dengan cara memperhatikan lima kelompok makanan
utama pada Piramida yang dapat memenuhi semua zat gizi yang
dibutuhkan (Roche Indonesia, 2000).
Gambar 2.1
Pengaturan Pola Makan Berdasarkan Piramida Makanan Roche Indonesia (2000)
Menurut Straw (dalam Taylor ,1995) pola diet dapat dilakukan
dengan cara membatasi jumlah kalori yang masuk dan memantau setiap
makanan yang masuk ke dalam tubuh. Jumlah kalori yang harus
dikurangi adalah 500 hingga 1000 kalori per hari. Pembatasan jumlah
kalori dan pemantauan makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat
dilakukan dengan cara mengurangi jumlah porsi makanan yang akan
dikonsumsi oleh pelaku diet (Purwati et al., 2002).
Disamping itu pola diet juga yang sehat juga berkaitan dengan
pengaturan frekwensi makan yang meliputi frekwensi makan pagi,
frekwensi makan dalam satu hari, frekwensi mengkonsumsi makanan
garam (Steptoe & Wardle, 1996). Almatsier (2004) menyatakan bahwa
individu yang memiliki pola diet yang baik akan mengkonsumsi 3 kali
makanan utama porsi kecil dalam sehari, mengkonsumsi buah dan
sayuran-sayuran 3-4 porsi dalam sehari, dan mengkonsumsi makan pagi
setiap hari dalam seminggu. Purwati et al. (2002) menambahkan frekwensi mengkonsumsi camilan yang dianjurkan adalah frekwensi
yang serendah mungkin atau justru lebih baik dihindari. Begitu pula
dengan frekwensi penggunaan garam yang baik adalah frekwensi yang
rendah. Hal ini disebabkan karena pengurangan penggunaan garam dapat
mengurangi resiko kangker lambung.
Menurut Almatsier (2004), perilaku makan yang baik juga
dipengaruhi oleh pemilihan jenis makanan, baik yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan bagi tubuh. Pilihan makanan ini berkaitan
tinggi-rendahnya jumlah kalori yang terkandung dalam suatu makanan. Jenis
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dapat dilihat dalam tabel
Tabel 2.2
Pilihan Jenis Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Bagi Tubuh
Sumber makanan Bahan makanan yang dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan Karbohidrat Beras terutama beras
tumbuk, beras merah, pasta macaroni, roti tinggi serat, sereal, ubi, kentang, jagung, talas,
Protein hewani ikan, unggas tanpa kulit, daging tanpa lemak, putih telur, susu skim, yoghurt rendah lemak, manis, keju, es krim. Protein nabati tempe, tahu dan
kacang-kacangan.
Buah semua buah dalam matahari dan wijen; margarine tanpa garam yang dibuat dari minyak tidak jenuh ganda; mayones dan salad dressing tanpa garam yang dibuat dari minyak tidak jenuh ganda
(Sumber : penuntun Diet, Instalasi Gizi Perjan RS Dr Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisian Indonesia, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan
mengenai indikator perilaku diet yang sehat adalah
1. Melakukan pengaturan frekwensi yang meliputi frekwensi makan
pagi, frekwensi makan dalam sehari, frekwensi makan camilan,
frekwensi makan daging, buah dan garam.
2. Memilih jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh yang meliputi
usaha mengkonsumsi makanan sehat yang dianjurkan bagi
kesehatan tubuh.
3. Membatasi makanan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini meliputi
4. Melakukan variasi makanan. Hal ini bertujuan agar tubuh
memperoleh berbagai nutrisi berbeda yang diperlukan oleh tubuh
C. Efikasi Diri
1. Pengertian Efikasi Diri
Istilah efikasi diri pertama kali dikemukakan oleh Bandura (1986).
Bandura (dalam Cloninger, 2004) menyatakan definisi dari efikasi diri
adalah perkiraan individu tentang kemampuan yang dimilikinya untuk
mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu dan mengatasi rintangan yang
muncul selama mengerjakan tugas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
efikasi diri merupakan penilaian diri individu terhadap kemampuan yang
dimilikinya.
Bandura (dalam Smet, 1994;Feist&Feist, 2006) menambahkan
bahwa efikasi diri juga berbicara mengenai keyakinan individu bahwa ia
mampu mengontrol seluruh bagian hidupnya baik perilaku maupun
lingkungannya. Individu yang memiliki efikasi diri yang positif akan
mempercayai bahwa mereka mampu melakukan sesuatu, memiliki
potensi untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginannya dan
lebih sukses dibandingkan individu yang memiliki efikasi diri negatif.
Individu yang memiliki efikasi diri yang negatif akan mempercayai
bahwa mereka tidak mampu melakukan apapun. Akibatnya mereka pun
Pendapat di atas serupa juga dengan pendapat dari Pervin (dalam
Smet, 1994) yang menyatakan bahwa efikasi diri merupakan persepsi
kemampuan individu untuk melakukan sejumlah aktivitas tertentu.
Persepsi mengenai efikasi diri akan mempengaruhi perilaku-perilaku
tertentu yang dapat mengarahkan pada keberhasilan (Pervin, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, maka definisi dari efikasi diri adalah
perkiraan individu mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk
mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan serta
mengatasi segala rintangan dan kesulitan yang muncul dalam melakukan
suatu tugas tertentu. Efikasi diri dalam penelitian ini adalah efikasi diri
dalam menjalankan diet. Hal ini berbicara mengenai keyakinan individu
mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk mengatur dan
melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan serta mengatasi
segala kesulitan dan rintangan yang muncul selama menjalankan
program diet.
2. Peranan-Peranan Efikasi DiriDalam Menjalankan Program Diet
Dalam mengadopsi perilaku hidup sehat, efikasi diri dibagi
menjadi dua yaitu action self efficacy dan coping self efficacy.
a. Action Self Efficacy
Action self efficacy berbicara mengenai keyakinan individu pada saat belum terjadi tindakan. Action self efficacy akan memberikan perbedaan pada saat sebelum terjadinya tindakan
Berdasarkan hal tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa
action self efficacy akan memberikan peranan terhadap proses kognitif, motivasi dan perilaku.
1. Proses Kognitif
Menurut Baggozi & Edward (dalam Schwarzer & Renner,
2000) individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan
membayangkan kesuksesan dari sebuah tugas yang berkaitan
dengan perilaku hidup sehat. Begitu pula sebaliknya, individu
yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung
membayangkan kesulitan dan kegagalan dari sebuah tugas.
Pendapat di atas sejalan dengan pendapat dari Krueger dan
Dickson (dalam Bandura, 1997) yang menyatakan bahwa
individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan
membayangkan skenario kesuksesan yang merupakan
pembimbing positif bagi sebuah tindakan. Hal tersebut juga
didukung oleh sejumlah penelitian dari (Bandura, 1986;
Corbin, 1972; Feitz&Landers, 1983; Kazdin, 1978) yang
menyatakan bahwa stimulasi kognitif yang positif mengenai
sebuah keberhasilan dalam menjalankan perilaku tertentu maka
hal tersebut dapat meningkatkan perilaku tersebut dalam
kehidupan nyata (dalam Bandura, 1997) Lain halnya dengan
individu yang memiliki efikasi diri yang negatif, mereka
datang. Menurut Powel (dalam Bandura, 1997) proses kognitif
yang negatif bahwa individu tersebut memiliki kekurangan
ataupun gambaran mengenai bagaimana mereka melakukan
kesalahan merupakan cara yang baik untuk mengurangi
motivasi dan prestasi yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa efikasi diri akan berpengaruh terhadap pola
pemikiran yang dapat meningkatkan atau menurunkan
performance. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan memiliki perspektif tentang masa depannya, begitu pula
sebaliknya (Bandura&Wood, 1989; Locke&Latham, 1990,
dalam Bandura, 1997).
2. Motivasi
Menurut Baggozi&Edward (dalam Schwarzer&Renner,
2000) efikasi diri akan menimbulkan tindakan antisipasi
berbagai macam strategi untuk menyukseskan perilaku hidup
sehat termasuk program diet. Bandura (1997) menyatakan
munculnya tindakan antisipasi yang dimiliki oleh individu akan
digerakkan oleh motivasi kognitif, sedangkan motivasi tersebut
digerakan oleh efikasi diri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa efikasi diri memainkan peranan yang penting dalam
dan menuntun diri individu pada tindakan antisipasi melalui
sebuah pelatihan pemikiran. Pelatihan pemikiran ini melibatkan
keyakinan mengenai apa yang dapat mereka lakukan, antisipasi
kemungkinan hasil yang negatif dan positif dari berbagai
strategi yang berbeda dan perencanaan berbagai tindakan untuk
merealisasikan masa depan yang bernilai (Bandura, 1997).
3. Perilaku
Menurut Baggozi&Edward (dalam Schwarzer&Renner,
2000) efikasi diri akan mempengaruhi inisiatif individu untuk
mengadopsi perilaku hidup sehat. Individu yang memiliki
efikasi diri yang tinggi akan segera mengambil inisiatif untuk
mengadopsi perilaku hidup sehat misalnya menjalankan
program diet. Begitu pula sebaliknya, individu yang memiliki
efikasi diri yang rendah akan menangguh-nangguhkan adopsi
perilaku hidup sehat misalkan program diet
Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Pervin (2005) dan
Seydel (dalam Smet, 1994) yang menyatakan bahwa efikasi
yang dimiliki oleh individu akan menimbulkan keputusan
untuk menyelesaikan pemasalahan yang dialaminya misalkan
kegemukan dan menimbulkan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan perilaku hidup sehat ataupun perilaku
ketaatan rekomendasi medis misalkan menjalankan program
Ahli lain yaitu Senecal (2001) menyatakan bahwa efikasi
diri merupakan hal yang penting dalam pengaturan pola makan
/ diet yang dijalankan oleh individu. Efikasi diri yang tinggi
akan menyebabkan individu tersebut mengindahkan hal
berdiet. Namun efikasi diri yang rendah akan menyebabkan
individu menghindari pemecahan masalah kesehatan.
Akibatnya memiliki motivasi yang rendah untuk mengikuti
program yang berkaitan dengan kesehatan seperti diet (Rolf &
Johnson, dalam Smet, 1994; Bandura et al., dalam Pervin, 2005)
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa efikasi diri akan berpengaruh pada pemilihan perilaku
untuk mengejar tujuan yang diinginkan (Bandura, dalam
Feist&Feist, 2006).
b. Coping Self Efficacy
Coping Self Efficacy berbicara mengenai keyakinan individu mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk mengatasi
rintangan yang muncul selama mengadopsi perilaku hidup sehat.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menarik kesimpulan bahwa
efikasi diri memberikan peranan pada usaha dan ketekunan yang
1. Besarnya usaha dan ketekunan
Menurut Bagozzi&Edward (dalam Schwarzer&Renner,
2000) efikasi diri yang dimiliki invidu akan mempengaruhi
besarnya usaha dan ketekunan yang dikeluarkan oleh individu
untuk mengatasi rintangan dan kesulitan yang mungkin muncul
selama mengadopsi perilaku hidup sehat termasuk program
diet.
Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan
mengeluarkan berbagai macam usaha dan memiliki ketekunan
yang tinggi untuk mengatasi berbagai kesulitan yang mungkin
muncul selama menjalankan program diet. Apabila mereka
mengalami kegagalan maka mereka akan segera mengejar
kembali tujuan yang telah ditentukan. Namun individu yang
memiliki efikasi diri yang rendah cenderung mengeluarkan
sedikit usaha dan mudah menyerah apabila mengalami
kesulitan yang mungkin muncul selama menjalankan program
diet.
Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Bandura (dalam
Smet, 1994) yang menyatakan bahwa efikasi diri yang dimiliki
oleh individu akan mempengaruhi setiap perubahan yang
terjadi selama mengadopsi perilaku hidup sehat termasuk
program diet. Perubahan ini meliputi perubahan kebiasaan yang
dengan perilaku hidup sehat, b) besarnya usaha yang
dikeluarkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, c)
seberapa baik perubahan dipelihara.
Besar- kecilnya usaha dan perubahan yang dimiliki oleh
individu selama menjalankan program diet dapat dilihat dari
perilaku dietnya. Holiis et al. menambahkan (dalam Taylor, 1995) bahwa efikasi diri yang rendah akan berhubungan erat
dengan perilaku diet yang kurang baik.
3. Dimensi- Dimensi Efikasi Diri
Menurut Bandura (1997) efikasi diri yang dimiliki oleh
individu dapat berubah pada tiap dimensi yang berbeda juga.
Dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Level
Efikasi diri yang dimiliki oleh tiap individu dapat berbeda
pada tiap level nya. Ada yang terbatas pada tugas yang mudah, meluas pada tugas yang agak sulit, kemudian mencakup pada
tugas yang lebih sulit lagi. Berdasarkan pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa dimensi level berbicara tentang tingkat tantangan dan kesulitan tugas yang diyakini individu akan
mampu diatasinya. Efikasi diri yang dimiliki oleh tiap individu
b. Generality
Efikasi diri yang dimiliki oleh individu juga berbeda bila
dilihat dari dimensi generality. Dimensi generality berbicara tentang luas bidang tugas. Generality ini mencakup derajat kesamaan tugas, bagaimana kemampuan kita diekspresikan,
kesamaan karakteristik orang yang dihadapi, dan ciri-ciri situasi
yang dihadapinya. Pengukuran terhadap dimensi ini dapat
dilakukan dengan cara memeriksa luas daerah kegiatan dan
situasi yang akan berkaitan dengan efikasi diri yang dimiliki oleh
individu.
c. Strength
Dimensi yang terakhir dalam efikasi diri adalah dimensi
strength. Efikasi diri yang negatif pada diri individu akan membuat orang tersebut mudah diombang-ambingkan oleh
peristiwa yang kurang mendukung. Lain halnya dengan individu
yang memiliki efikasi diri positif, mereka akan tetap bertahan
dengan usaha yang yang telah dipilihnya meskipun mereka
menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan. Selanjutnya efikasi
diri yang positif pada diri individu akan membuatnya terus
bertekun dan mengarahkan usaha usahanya pada hal-hal yang
menghasilkan kesuksesan.
kemampuan yang dimilikinya atau derajat kemantapan individu
yang dimiliki individu terhadap keyakinan dan harapan yang
telah dibuatnya.
D. Hubungan Efikasi Diri Dengan Perilaku Diet Wanita Dewasa Awal Yang Mengalami Obesitas
Efikasi diri merupakan perkiraan individu tentang kemampuan
yang dimilikinya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan
yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu dan mengatasi
rintangan yang muncul selama melaksanakan tugas tersebut (Bandura,
dalam Cloninger, 2004). Efikasi diri yang dimiliki oleh individu dapat
didigunakan untuk memprediksi perilaku hidup sehat termasuk
mengontrol berat badan (Bandura, Maddux, Salovey, Rothman,
Detweiler, & Steward (dalam Aronson, 2005). Salah satu cara yang
dianjurkan untuk mengontrol berat badan adalah dengan melakukan
program diet (purwati, 2002).
Keyakinan diri yang dimiliki wanita obesitas akan mendorong munculnya suatu keputusan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
dialaminya yaitu masalah kelebihan berat dan keputusan yang berkaitan
dengan perilaku hidup sehat dan perilaku ketaatan rekomendasi medis
yaitu melakukan program diet. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik
akan menimbulkan inisiatif untuk mengadopsi program diet. Wanita
obesitas yang memiliki efikasi diri tinggi akan mengindahkan program diet. Namun wanita obesitas yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung menghindari penyelesaian masalah kegemukan yang
dialaminya. Akibatnya mereka memiliki motivasi yang rendah untuk
terlibat dalam program diet (Seydel, dalam Smet, 1994; Bandura et al., dalam Pervin, 2005; Baggozi&Edward, dalam Schwarzer&Renner, 2000).
Pada saat wanita obesitas menjalankan program diet, efikasi diri memberikan peranan pada besarnya usaha, perubahan dan ketekunan yang
dikeluarkan untuk menyukseskan program dietnya. Wanita obesitas yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mengeluarkan berbagai usaha untuk
menyukseskan program dietnya. Namun wanita obesitas yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung mengeluarkan sedikit usaha untuk
menyukseskan program dietnya (Baggozi&Edward, dalam
Schwarzer&Renner, 2000)..
Besar-kecilnya usaha dan perubahan yang dimiliki oleh wanita
obesitas untuk menyukseskan program diet dapat terlihat dari perilaku dietnya. Perilaku diet adalah perilaku mengatur pola makan, membatasi
jumlah kalori dan memantau jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh
yang dilakukan oleh individu dan berlangsung secara terus menerus
dengan tujuan menurunkan dan menjaga keseimbangan berat badan.
pemilihan jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh, pembatasan
makanan yang masuk ke dalam tubuh dan variasi makanan yang dilakukan
oleh wanita obesitas.
Semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki oleh wanita obesitas
maka semakin besar perilaku diet yang dikeluarkan untuk menyukseskan
program dietnya. Semakin rendah efikasi diri yang dimiliki oleh wanita
obesitas maka semakin sedikit perilaku diet yang dikeluarkan untuk menyukseskan program dietnya.
E Hipotesa
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengasumsikan hipotesis dari
penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan
Skema 2.1
Hubungan antara Efikasi dengan Perilaku Diet
Efikasi Diri
Pengambilan Keputusan untuk Mengatasi Masalah Kesehatan
Menimbulkan Inisiatif untuk mengadopsi perilaku hidup sehat dan terlibat dalam perawatan kesehatan yaitu program diet.
Usaha, Ketekunan dan Perubahan Untuk Mencapai Tujuan yang diinginkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian
korelasional bertujuan untuk menghubungkan satu variabel dengan
variabel yang lain tanpa melakukan manipulasi terhadap variabel
tersebut. Adapun caranya adalah melalui penghitungan statistik yaitu
dengan menemukan koefisien korelasi antara variabel-variabel tadi.
(Latipun, 2002).
B. Identifikasi Variabel Dalam Penelitian
Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel bebas adalah efikasi diri
2. Variabel tergantung adalah perilaku diet.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan keyakinan wanita dewasa awal yang
untuk menurunkan berat badan. Menurut Bandura (1997), efikasi diri
dilihat dari 3 dimensi yang berbeda, dimana hal tersebut akan
berpengaruh pada kinerja individu. Dimensi yang dimaksud di atas
yaitu:
a. Level
Mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini individu
akan mampu diatasinya. Dalam penelitian ini dimensi level
mengacu pada tingkat tantangan dan kesulitan dalam
serangkaian tugas-tugas yang diperlukan untuk mensukseskan
program diet yang bertujuan untuk penurunan berat badan.
b. Generality
Dimensi ini mengacu pada variasi situasi, kondisi, dan
emosi yang berkaitan dengan efikasi diri wanita obesitas
dalam usahanya menurunkan berat badan melalui program diet.
Variasi situasi, kondisi, dan emosi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kondisi bila wanita tersebut mengalami
kondisi emosi yang negatif atau ketidak nyamanan fisik,
kondisi bila wanita tersebut mengalami tekanan sosial untuk
makan seperti di sebuah pesta, rumah kerabat, kantin,
restaurant favorit, kondisi bila wanita tersebut melakukan
kegiatan tertentu, serta kondisi bila di depan wanita tersebut
c. Strength
Dimensi ini mengacu pada kekuatan dari keyakinan
individu mengenai kemampuan yang dimilikinya. Dalam
penelitian ini dimensi strength mengacu pada derajat kemantapan wanita obesitas mengenai kemampuannya untuk menjalankan serangkain tugas-tugas yang diperlukan untuk
mensukseskan program diet yang bertujuan untuk menurunkan
berat badannya. Dimensi strength dalam penelitian ini juga berkaitan dengan tingkat level dari suatu program diet yang dijalankan oleh wanita obesitas.
Pengukuran dimensi strength akan digunakan sebagai pengukuran terhadap derajat kemantapan individu terhadap
kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan tugas tertentu.
Pengukuran dimensi strength pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyajikan skala efikasi diri yang terdiri dari
berbagai macam level dan menggunakan anchor berupa kata sifat yaitu sangat tidak mampu-sangat yakin mampu.
Selanjutnya subjek diminta untuk menilai/merating kekuatan dari keyakinan mengenai kemampuannya untuk menjalankan
diet dan mencapai berat badan yang ideal dalam rentang pilihan
jawaban 1-10.
Tingkat efikasi diri individu tercermin melalui skor total
skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi efikasi diri
yang dimiliki subjek untuk melakukan serangkaian tugas-tugas
yang diperlukan untuk mensukseskan program diet. Semakin
rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah
efikasi diri yang dimiliki subjek untuk melakukan serangkaian
tugas-tugas yang diperlukan untuk menyukseskan program
diet.
2. Perilaku Diet
Perilaku diet adalah perilaku pengaturan pola makan dan
minum, yang dilakukan oleh individu agar memiliki berat badan
yang ideal dan mencapai bentuk tubuh yang ideal. Perilaku diet
dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala perilaku
diet yang didasarkan pada indikator-indikator perilaku diet.
Indikator-indikator perilaku diet meliputi:
a. Melakukan pengaturan frekwensi makan yang meliputi
frekwensi makan pagi, frekwensi makan dalam sehari,
frekwensi makan camilan, frekwensi makan daging, buah dan
garam.
b. Memilih jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh yang
meliputi usaha mengkonsumsi makanan yang dianjurkan bagi
kesehatan tubuh.
c. Membatasi makanan yang meliputi usaha membatasi jumlah
d. Melakukan variasi makanan. Hal ini bertujuan agar tubuh
memperoleh berbagai nutrisi berbeda yang diperlukan oleh
tubuh.
Hasil total dalam skala ini diperoleh dengan cara
menjumlah seluruh pilihan jawaban subjek. Semakin tinggi skor
yang diperoleh subjek maka semakin tinggi perilaku diet yang
dimiliki oleh subjek. Semakin rendah skor yang diperoleh subjek
maka semakin rendah perilaku diet yang dimiliki subjek.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa awal
yang mengalami masalah obesitas yang dipilih dengan Purposive sampling. Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah
1. Wanita yang berumur 20- 40 tahun.
Alasan pemilihan umur subjek didukung oleh pernyataan ahli
kesehatan yaitu dr Fiastuti Witjaksono,M.S.SpGK dari RS MMC
Jakarta (dalam Nurfikria, 2007) yang menyatakan bahwa
kerentanan masalah obesitas pada wanita dewasa awal di mulai di atas usia 20 tahun. Hal ini di picu oleh beberapa faktor seperti pola
makan yang kurang sehat, adanya kebebasan finansial untuk
membeli dan mengkonsumsi setiap makanan yang dinginkan, stres
2. Memiliki masalah berat badan (obesitas). Cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan wanita obesitas yang sesuai dengan kriteria adalah sebagai berikut:
a. Mencari wanita dewasa awal yang secara penampilan fisik
mengalami masalah obesitas.
b. Mengukur perbandingan antara berat badan subjek (kg)
dengan tinggi badan subjek (m)². Setelah mendapatkan hasil
perbandingan tersebut, maka kita akan mengetahui tingkat
IMT yang dimiliki oleh wanita tersebut. Apabila IMT nya
lebih dari 23, 00 maka wanita tersebut dapat dikategorikan
sebagai wanita obesitas.
3. Memiliki keinginan untuk menurunkan berat badan dan sedang
menjalankan diet.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
alat ukur berupa skala. Pertama-tama dibuat definisi terhadap konstrak
yang telah dipilih berdasarkan suatu teori yang mendasarinya.
Kemudian melakukan pembatasan kawasan ukur berdasarkan konstrak
teoritik yang dipakai dengan cara menguraikan komponen-komponen
atau faktor-faktor yang berasal dari dimensi atau aspek yang tercakup
dalam definisi tersebut. Selanjutnya dimensi –dimensi ini dapat
digunakan sebagai dasar perumusan indikator perilaku yang operasional.
(Azwar, 2002). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
efikasi diri dan skala perilaku diet.
1. Skala Efikasi diri
a. Dimensi efikasi diri
Skala ini bertujuan untuk mengungkap seberapa besar
tingkat efikasi diri yang dimiliki subjek. Penyusunan aitem-aitem
pada skala ini mengacu pada dimensi efikasi diri yaitu level, generality, dan strenght. Dalam satu aitem terkandung tiga dimensi efikasi diri. Ketiga dimensi tersebut adalah level (taraf kesulitan tugas), generality (variasi bidang tugas), dan strength (derajat kemantapan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya)
(Bandura,1997).
Identifikasi terhadap dimensi level dapat dilakukan dengan mengukur tingkat tantangan dan kesukaran yang dihadapi oleh
individu dalam mencapai kesuksesan dari suatu tugas. Bandura
(1997) menganjurkan bahwa dalam pembuatan skala efikasi diri,
peneliti harus meminta pendapat dari ahli dalam bidang tersebut
untuk mengetahui bagaimana individu dapat mencapai sebuah
kesuksesan dalam menjalankan tugas tertentu. Pendapat ahli ini
akan digunakan sebagai indikator-indikator dari efikasi diri.
Ahli yang berkompeten dalam penelitian adalah ahli gizi.
Dalam wawancara tersebut, ahli gizi diminta untuk memberikan
menyukseskan program diet dari yang paling berat dan paling
ringan bagi wanita yang mengalami obesitas. Menurut wawancara yang di lakukan tanggal 5 Oktober 2006, ahli gizi menyatakan
bahwa serangkaian tugas-tugas yang diperlukan untuk
menyukseskan program diet adalah sebagai berikut : (a) melakukan
pengaturan pola makan rendah kalori, (b) membatasi konsumsi
makanan yang berlemak, (c) mengontrol nafsu makan yang
berlebihan dan (d) mengatasi godaan makanan yang ada di sekitar
kita. Hasil wawancara juga merupakan indikator dari efikasi
diri.(hasil wawancara dapat di lihat pada halaman lampiran).
Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan para ahli
gizi, ahli gizi juga menyatakan bahwa setiap tugas-tugas dari
program diet memiliki tingkat tantangan dan kesulitan (dimensi
level ) yang berbeda bagi tiap individu. Hal ini bergantung pada pengalaman pola makan yang selama ini telah diterapkan oleh
pasien. Berdasarkan hal tersebut untuk mengetahui tingkat level
dari masing-masing program diet maka peneliti juga akan mencari
skor dari masing-masing aitem melalui penskalaan stimulus
dengan metoda interval tampak setara.
Langkah-langkah dalam penskalaan metoda interval
tampak setara adalah (1) menentukan objek sikap, (2)
Menghimpun sekelompok pernyataan mengenai objek sikap, (3)
harga skala dari masing-masing pernyataan, (5) menghitung
penyebaran rating para subjek, (6)memilih sejumlah pernyataan yang skalanya berjarak sama, (7)mencetak instrumen dan
menerapkan instrumen (Thurstone, dalam Suryabrata 2000).
Dimensi generality dalam penelitian ini diungkap melalui
survey pra penelitian yang dilakukan terhadap wanita obesitas. Dalam survey pra penelitian tersebut, wanita obesitas diberikan beberapa pertanyaan yang berupa pertanyaan terbuka seputar
kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap program diet yang
pernah dijalankannya.
Berdasarkan hasil survey pra penelitian maka diketahui variasi kondisi yang berkaitan dengan program diet meliputi
:kondisi bila wanita tersebut mengalami kondisi emosi yang negatif
atau ketidak nyamanan fisik, kondisi bila wanita tersebut
mengalami tekanan sosial untuk makan seperti di sebuah pesta,
rumah kerabat, kantin, restaurant favorit, kondisi bila wanita
tersebut melakukan kegiatan tertentu, serta kondisi bila di depan
wanita tersebut menghadapi berbagai makanan yang lezat .
Dimensi strength dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur seberapa kuat penilaian mereka mengenai kemampuan
yang dimilikinyauntuk menjalankan tugas yang berkaitan dengan
Berdasarkan karakteristik dan fungsinya, maka indikator
efikasi diri dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu
action self efficacy dan coping self efficacy. Action self efficacy
akan terlihat pada indikator keyakinan melakukan pengaturan pola
makan rendah kalori, dan keyakinan menghentikan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang berlemak. Coping self efficacy akan terlihat pada indikator keyakinan mengontrol nafsu makan yang
berlebihan dan keyakinan menolak godaan makanan yang ada di
sekitar kita.
Berikut ini skala efikasi diri akan dijabarkan dalam suatu
Tabel 3. 1
Tabel spesifikasi aitem skala efikasi diri
Dimensi Indikator Aitem Prosenta
se
Total
b. Format aitem dan skoring
Aitem ini disusun berdasarkan skala yang telah ditetapkan
oleh Bandura. Jenis skala yang digunakan oleh Bandura untuk
menyusun skala efikasi diri adalah jenis skala yang
menggunakan Anchor. Anchor dapat diartikan sebagai kondisi-kondisi sebagai dasar subjek. Anchor yang digunakan adalah
anchor yang berupa kata sifat yaitu sangat tidak mampu- sangat mampu.
Berdasarkan aitem tersebut, subjek diminta untuk mengukur
atau merating mengenai seberapa kuat keyakinannya atas kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan tugas dengan
tingkat kesulitan yang berbeda dalam rentang jawaban 1 hingga
10. Angka 1 menunjukkan ketidakyakinan terhadap kemampuan
yang dimiliki, sedangkan angka 10 menunjukkan keyakinan yang
tinggi terhadap kemampuan yang dimilikinya.
Nilai yang diperoleh subjek merupakan hasil perkalian antara
nilai dari masing-masing aitem dan skor subjek (dimensi
strength). Total dari skala efikasi diri akan diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor pada setiap aitem yang merupakan hasil
dari kemantapan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya
dan dibagi dengan total aitem (Bandura, 1997). Nilai total
diri subjek dan secara kolektif pada keseluruhan objek yang
diteliti.
2. Skala Perilaku diet
a. Indikator-Indikator Perilaku Diet
Skala ini digunakan untuk mengungkap tinggi-rendahnya
perilaku diet yang dimiliki subjek. Aitem-aitem dalam penelitian
ini disusun berdasarkan indikator-indikator dari perilaku diet yang
merupakan kesimpulan beberapa pendapat ahli mengenai
panduan-panduan dalam menjalankan diet.
Indikator tersebut meliputi: a) melakukan pengaturan
frekwensi makanan, b) memilih jenis makanan yang masuk ke
dalam tubuh, c) membatasi makanan yang masuk ke dalam tubuh,
d) melakukan variasi makanan.
Berikut ini skala perilaku diet akan dijabarkan pada suatu
Tabel 3.2
Tabel Spesifikasi Aitem Skala Perilaku Diet
Aitem No Indikator Sub indikator
b .Format aitem dan skoring
Aitem- aitem dalam skala ini disusun dengan menggunakan
skala Likert. Skala perilaku diet ini terdiri pernyataan yang yang bersifat favorabel dengan empat pilihan jawaban yang memiliki nilai sebagai berikut :SS (sangat sesuai)=4, S (sesuai)=3 , TS
(tidak sesuai) =2, STS (sangat tidak sesuai)=1.
Disamping itu, skala ini juga terdiri dari pernyataan yang
bersifat unfavorabel dengan empat pilihan jawaban dengan skor sebagai berikut: SS (sangat sesuai) =1, S (sesuai)=2, TS (tidak
sesuai)=3, STS (sangat tidak sesuai)= 4.
Nilai total akan diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor
pada setiap aitem yang diperoleh oleh subjek. Skor total yang
diperoleh subjek merupakan gambaran atas tinggi dan rendahnya
perilaku diet subjek dan secara kolektif pada keseluruhan objek
yang diteliti.
F. Validitas dan Realibilitas Alat Ukur
1. Estimasi Validitas
Estimasi validitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat dalam melakukan fungsi
ukurnya. Dalam penelitian ini estimasi validitas yang dilakuan
adalah estimasi validitas isi pada setiap aitem dalam skala ukur.
Estimasi terhadap validitas isi dilakukan dengan pengujian
aitem-aitem tes mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan isi
objek yang hendak diukur atau dengan kata lain dilakukan dengan
melihat apakah butir-butir dalam tes telah ditulis sesuai dengan
blue printnya (Azwar, 1999). Estimasi validitas isi dalam penelitian
ini dilakukan oleh professional judgement yaitu dosen pembimbing.
Seleksi aitem dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan daya beda atau daya diskriminasi. Daya diskriminasi
adalah sejauh mana aitem dapat membedakan antara invidu yang
memiliki atribut yang diukur. Daya diskriminasi diperoleh dengan
bantuan SPSS 11,5 (Azwar, 2002)
2.. Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat
mengukur sesuatu secara konsisten dari waktu-waktu
(Nurgiyantoro,dkk., 2004). Koefisien reliabilitas memiliki rentang
antara 0 sampai 1,00. Semakin mendekati angka 1,00, semakin
tinggi angka koefisien reliabilitasnya. Begitu pula sebaliknya,
semakin mendekati angka 0 , semakin rendah koefisien korelasinya
(Azwar, 2003).
Estimasi reliabilitas pada penelitian ini adalah dengan
penelitian ini karena teknik ini dapat digunakan untuk menguji
intrumen yang berupa skala maupun esai dan subjek dalam
penelitian ini hanya dikenai satu kali pengukuran. Estimasi
reliabilitas skala dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan
program SPSS 11,5.
G. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur (try out)
Pelaksanaan uji coba alat ukur dilakukan sebanyak dua kali.
Uji coba variabel efikasi diri dilakukan sebanyak dua kali. Uji coba
yang pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2006
sampai dengan 11 Desember 2006 .
Uji coba yang pertama bertujuan untuk mencari tingkat
kesulitan dari masing-masing aitem yang merupakan dimensi level
efikasi diri. Jumlah subjek dalam uji coba kedua adalah 30 orang.
Ketiga puluh orang yang terlibat dalam uji coba yang pertama
disebut juga dengan judging group. Berdasarkan hasil uji coba yang pertama, peneliti memperoleh rentang nilai yang berkisar
antara 2 hingga 6. Nilai yang merupakan perkiraan judging group
dapat dilihat pada lembar lampiran.
Uji coba yang kedua dilakukan tanggal 16 Desember 2006
sampai dengan tanggal 5 Januari 2007. Penelitian ini dilakukan di
beberapa tempat di Yogyakarta dengan kriteria subjek yaitu wanita
dewasa awal berusia 20-40 yang mengalami masalah kegemukan
Langkah –langkah uji coba alat ukur adalah :a) mencari
wanita-wanita yang secara fisik mengalami masalah berat badan,
b) selanjutnya wanita tersebut ditunjukkan surat ijin penelitian dan
diberikan satu buku skala yang terdiri dari 2 macam skala yaitu
skala efikasi diri dan skala perilaku diet, c) memberikan petunjuk
pengisian identitas dan pengisian skala. Peneliti meminta subjek
untuk mengisi skala ini sesuai dengan keyakinannya untuk
melakukan tugas-tugas dalam skala tersebut,d) pengisian skala
dilakukan di rumah masing-masing dengan alasan kenyamanan
subjek, e) setelah skala dikembalikan, peneliti menghitung
kategorisasi berat badan subjek dan kelengkapan subjek, f) Skala
yang memenuhi syarat kategorisasi berat badan dan kelengkapan
pengisian akan diolah lebih lanjut dengan program SPSS 11,5
Jumlah subjek dalam uji coba alat ukur adalah 92 orang,
namun hanya 73 skala yang dikembalikan. Berdasarkan alasan
kelangkaan subjek, peneliti menggunakan hasil uji coba ( try out) sebagai data hasil penelitian atau sering disebut dengan istilah try out terpakai.
2. Uji Coba Alat Ukur a. Skala Efikasi Diri
1 Analisis Aitem
Analisa aitem adalah pengukuran yang bertujuan
membedakan antara kelompok individu yang memiliki dan
tidak memiliki atribut yang hendak diukur. Pengukuran ini
menggunakan SPSS versi 11,5 dengan melakukan korelasi
antara aitem-aitem yang diuji dengan skor total subjek yang
diuji (Azwar, 2003)
Jumlah aitem dalam skala efikasi diri adalah 52
buah yang bersifat favorabel. Penyebaran jumlah aitem dalam tiap dimensi dan indikator dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.1
Distribusi Aitem Skala Efikasi Diri Sebelum Try Out
Dimensi Indikator Aitem Prosenta
se
Total
Keyakinan untuk melakukan
pengaturan pola makan
rendah kalori meskipun di
hadapkan dengan kesulitan
makanan yang ada di sekitar