• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU DIET WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI OBESITAS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU DIET WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI OBESITAS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU DIET WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI OBESITAS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Elissa Agustina

019114076

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

dan daftar pustaka, sebaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 23 Februari 2007

Penulis

(Elissa Agustina)

(5)

ABSTRAKS

Hubungan antara Efikasi Diri dengan Perilaku Diet Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas.

Elissa Agustina (2007)

Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan yang positif antara efikasi diri dengan perilaku diet wanita dewasa awal yang mengalami obesitas.

. Efikasi diri merupakan keyakinan individu mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan serta mengatasi segala kesulitan dan rintangan yang muncul selama menjalankan program diet. Efikasi diri akan mempengaruhi besarnya usaha yang dikeluarkan wanita obesitas untuk menyukseskan program dietnya. Besarnya usaha yang dikeluarkan wanita obesitas dapat dilihat pada perilaku dietnya. Perilaku diet merupakan perilaku mengatur pola makan yang meliputi perilaku mengatur frekwensi makan, memilih jenis makanan, membatasi jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh dan melakukan variasi makan.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 73 wanita dewasa awal yang memiliki indeks massa tubuh di atas 23,00. Alat yang digunakan sebagai pengumpul data adalah skala efikasi diri dan skala perilaku diet. Data dari hasil uji coba diperoleh reliabilitas 0,9613 untuk skala efikasi diri dan reliabilitas 0,899 untuk skala perilaku diet.

Hasil analisa data menyatakan bahwa sebaran data normal dan memiliki korelasi yang linear. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan taraf signifikansi 0,01. dan menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,669 dengan p=0,00 (p<0,01). Artinya ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan perilaku diet wanita dewasa awal yang mengalami obesitas. Semakin tinggi efikasi diri dalam menjalankan program diet, maka semakin tinggi pula perilaku diet yang dimiliki oleh wanita obesitas. Semakin rendah efikasi diri dalam menjalankan program diet maka semakin rendah pula perilaku diet yang dimiliki oleh wanita obesitas

(6)

ABSTRACTS

Correlation Between Self Efficacy And Dieting Behaviour on Young Adult Obese Women

Elissa Agustina (2007)

This research was a correlation research. The purpose of this research was to find out the correlation between self efficacy with dieting behaviour on young adult obese women.

Self efficacy was individual’s belief about their ability to arrange and perform series of action needed and overcome all barriers the dieting programme. Self efficacy would influence how big effort young adult obese women to made dieting programme to success. The effort could be seen from their dieting behaviour. Dieting behaviour was behaviour to arrange eating pattern including behaviour to arrange frequency of eating, choose kinds of food, restrict amount food and do variation food.

The Subjects of this research were 73 young adult obese women who had body mass indeks above 23,00.The data collection tools were the scale of self efficacy and the scale of dieting behaviour. The reliability coefficient of self efficacy scale was 0,9613 and the reliability coefficient of dieting behaviour scale was 0,899.

The result of data analysis declared that the data distribution is normal and had linear correlation . The data analysis used product moment with significant standard 0,01 and resulted correlation coefficient between self efficacy and dieting behaviour 0,669 with p =0,00. It meant there was positive correlation between self efficacy with dieting behaviour on young adult obese women. The higher self efficacy, the higher dieting behaviour on young adult obese women was. The lower self efficacy, the more lower dieting behaviour on young adult obese women was.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas setiap kebaikan,

kasih, kesetiaan, berkat-berkat, dan mukjisat yang selalu baru sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan

banyak kesulitan dan kendala yang dihadapi. Namun semuanya itu dapat dilewati

berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu, pada kesempatan ini perkenankan saya untuk

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Eddy Suhartono, S.Psi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma. “Terima kasih buat keramahan dan senyum

yang tulus ya pak”

2. Ibu Sylvia,. S.Psi., M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih

ya bu, dah ngajarin arti sebuah kemandirian seorang wanita…thanks juga buat waktunya dan senyumnya yang manis. God bless

3. Ibu Agnes.IE., S.Psi., Psi., M.Si dan Bapak Agung Santoso, S.Psi selaku

dosen penguji . Terimakasih atas saran-saran positif yang telah diberikan

sehingga menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik

4. Bapak Agung Santoso, S.Psi yang telah membimbing dalam proses

analisis data. Ma kasih ya pak, buat kuliah satu sks nya…God bless

5. Dosen-dosen Psikologi yang telah mendidik dan mengajar penulis selama

menempuh bangku perkuliahan.

6. Seluruh staff Fakultas psikologi: mas Gandung, mbak Nanik, mas doni,

pak Gi, dan mas Muji. Pa Gi, makasih ya buat senyumannya, bikin

semangat deh…

7. Seluruh subjek penelitianku “Wanita Dewasa Awal yang Mengalami

Obesitas”. Semangat…semangat,kalian pasti bisa kurus.

8. Orang tuaku. Papa dan mama yang udah sabar menunggu kelulusanku dan

memberikan kasih sayang selama hidupku.

(8)

9. Buat mas Ruben dan Daniel. Saudaraku yang paling ganteng…terima kasi

buat setiap moment yang ada dalam hidupku. Semuanya pasti ada hikmahnya

10.Tante Martha. Tanteku yang selalu mengajarkan bagaimana caranya

menjadi wanita yang kuat , tegar, optimis dan yang utama adalah

bagaimana menjadi psikolog buat diri sendiri

11.Buat Kak Ferry….terima kasih dah menerima diriku apa adanya,

mengajarkanku bagaimana cara menghargai dan bersabar untuk proses perubahan untuk menjadi yang lebih baik.

12.Buat Yosi. Miss Com…ma kasih dah ngajarin aku untuk jadi volunteer by

research

13.Buat sahabatku : Ola, ratna (miss GB), elvin (miss Pucha), desy (miss

Tukis), ida , rani….ma kasih buat keceriaan dan pelajaran hidupnya.

14.Buat teman-teman 01 : Dian, Belu yang udah ngasih semangat untuk aq

maju ujian…

15.Buat seluruh anak “wisma Manunggal”. Mali..mali…mali heboh

euy…Diballik semua kegilaan kalian, salut deh kalian tetep jadi

mahasiswa teladan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekuranannya, oleh sebabnya penulis dengan hati menerima masukan

dan kritik yang membangun.

Yogyakarta, 23 Februari 2007

Penulis,

(Elissa Agustina)

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Persetujuan Pembimbing

Halaman Pengesahan

Halaman Persembahan

Lembar Keaslian karya ………..i

Abstraks ………..ii

Abstracts ………..iii

Kata Pengantar ……….iv

Daftar Isi ………..vi

Daftar Grafik ………..x

Daftar Gambar ………..xi

Daftar Skema ………...xii

Daftar Tabel ………...xiii

Daftar Lampiran ………...xiv

Bab I Pendahuluan ………1

A. Latar Belakang Masalah ………1

B. Rumusan Masalah ………5

C. Tujuan Penelitian ………6

D. Manfaat Penelitian ………6

1. Manfaat Teoritis ………6

(10)

2. Manfaat Praktis ………6

Bab II Landasan Teori ………7

A. Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas ………....7

1. Pengertian wanita Dewasa Awal ………7

2 Pengertian Obesitas……….8

3. Pengertian Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas….10 B. Perilaku diet ………11

1. Pengertian Perilaku Diet ………11

2. Indikator-Indikator Perilaku Diet ………13

C. Efikasi Diri ………17

1. Pengertian Efikasi Diri ………17

2. Peranan-Peranan Efikasi Diri Dalam Menjalankan Diet……….18

3. Dimensi-Dimensi Efikasi Diri ………24

D. Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Perilaku Diet Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas ………26

E. Hipotesa ………28

Bab III Metodelogi Penelitian ………30

A. Jenis Penelitian ………30

B. Identifikasi Variabel Dalam Penelitian………...30

C. Definisi Operasional Penelitian ………30

D Subjek Penelitian ………34

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ………35

(11)

F. Validitas dan Reliabilitas ………44

G. Metode Analisis Data ………46

Bab IV Hasil dan Pembahasan ………47

A. Persiapan Penelitian ………47

1. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur ………47

2. Uji Coba Alat Ukur ………48

a. Skala Efikasi Diri ………48

a.1 Analisis aitem ………48

a.2. Estimasi Validitas dan Reliabilitas …………53

b. Skala Perilaku Diet ………54

b.1 Analisis Aitem ………54

b.2 Estimasi Validitas dan Reliabilitas ………58

B. Pelaksanaan Penelitian ………59

C. Hasil Penelitian ………59

1. Deskripsi Data penelitian ………59

a. Identitas Subjek ………59

b. Distribusi Indeks Massa tubuh ………... …… 60

c. Distribusi tingkat Ekonomi ………....61

d Distribusi Pekerjaan Subjek ………62

e. Deskripsi Statistik Data penelitian ………62

2. Analisa data ………66

a. Uji Normalitas ………67

b. Uji Linearitas ………68

(12)

c. Uji Hipotesis ………69

D. Pembahasan ………70

Bab V Penutup ………74

A. Kesimpulan ………74

B Saran ………74

1. Bagi Wanita Yang Mengalami Obesitas………74

2. Bagi Klinik Gizi ………74

3. Bagi Peneliti Selanjutnya …………...75

DAFTAR PUSTAKA ………

(13)

Daftar Grafik

Grafik.4.1 Grafik Curve Estimation Variabel Efikasi Diri & Perilaku Diet

(14)

Daftar Gambar

Gambar. 2.1 Pengaturan Pola Makan Berdasarkan Piramida Makanan , Roche

Indonesia (2000).

(15)

Daftar Skema

Skema .2.1 : Skema Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Perilaku Diet

Wanita Dewasa Awal Yang mengalami Obesitas

(16)

Daftar Tabel

Tabel. 2.1. Tabel Kategorisasi Indeks Masa tubuh

Tabel .2.2 Tabel Pilihan Jenis Makanan yang Dianjurkan dan Tidak

dianjurkan Bagi Tubuh.

Tabel. 3.1 Tabel Spesifikasi Aitem Skala Efikasi

Tabel .3.2 Tabel Spesifikasi Aitem Skala Perilaku Diet

Tabel .4.1 Distribusi Aitem Skala Efikasi Diri Sebelum Try Out

Tabel 4.2 Distribusi Aitem Skala Efikasi Diri Setelah Try Out

Tabel .4.3 Distribusi Aitem Skala Perilaku Diet Sebelum Try Out

Tabel .4.4 Distribusi Aitem Skala Perilaku Diet Setelah Try Out

Tabel .4.5 Tabel Identitas Usia Subjek

Tabel 4.6 Distribusi Indeks Massa Tubuh

Tabel. 4.7 Tabel Tingkat Ekonomi Subjek

Tabel . 4.8 Tabel Pekerjaan Subjek

Tabel . 4.9 Deskripsi Statistik Data Penelitian

Tabel. 4.10 Tabel Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik

Tabel . 4.11 Tabel Norma Kategorisasi Skor Variabel Efikasi Diri &Perilaku

Diet

Tabel . 4.12 Tabel Kategorisasi Skor Variabel Efikasi Diri & Perilaku Diet

Tabel . 4.13 Tabel Rangkuman Data Efikasi Diri & Perilaku Diet

Tabel . 4.14 Tabel Uji Normalitas

(17)

Daftar Lampiran

Lampiran A

Format Skala Efikasi Diri dengan Metode Interval Tampak Setara

Format skala Efikasi Diri dan Perilaku Diet

Nilai dari Masing-masing Item

Lampiran B Tabulasi Uji coba

Analisis Item Koefisien Korelasi ≥ 0,30 Analisis Item Penuh

Uji Hipotesis Penelitian

Lampiran C

Hasil Wawancara dengan Ahli Gizi

Lampiran D

Surat Pengantar Penelitian Dari Fakultas

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Obesitas atau masalah kegemukan merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab kematian di Indonesia (Purwati et al., 2002). Menurut Suitor dan Hunter (dalam Sarafino, 1990) seseorang

dikatakan menderita obesitas apabila mereka memiliki kelebihan berat sebanyak 20 % dari berat normal.

Departemen kesehatan menyatakan bahwa jumlah penderita

obesitas di Indonesia terus mengalami peningkatan yang berarti. Pada tahun 2000 Depkes menyatakan bahwa 4,7% atau 9,7 juta penduduk

Indonesia mengalami masalah obesitas (Roche Indonesia, 2000). Data terbaru dari hasil penelitian Himpunan Studi Obesitas Indonesia

menyatakan bahwa pada tahun 2004, jumlah penderita obesitas telah mencapai 20,18 % dari jumlah penduduk di Indonesia (Nurfikria, 2007).

Peningkatan jumlah penderita obesitas di Indonesia merupakan salah satu indikasi bahwa masalah obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus.

Menurut Dariyo (2003) masalah obesitas dapat menyerang setiap orang di segala usia dari anak-anak hingga lanjut usia. Salah satu

kelompok yang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap masalah

(19)

yang memiliki rentang umur antara 18-40 tahun (Hurlock, 1999).

Munculnya masalah obesitas pada wanita dewasa awal dapat dipicu oleh beberapa faktor seperti kesalahan pola makan di masa lalu, kebebasan

finansial untuk membeli setiap makanan yang diinginkan dan beban stres

yang dialami oleh wanita dewasa awal berkaitan dengan tugas

perkembangannya yaitu pekerjaan (Nurfikria, 2007).

Beberapa ahli kesehatan menyatakan bahwa masalah obesitas yang dialami oleh wanita akan menimbulkan masalah kesehatan yang lebih

serius daripada kegemukan yang dialami oleh kaum pria (Kuntari, 2006).

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian dari Women Health Institute yang menyatakan bahwa 44% wanita yang mengalami obesitas

akan memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap penyakit jantung dan

mengalami kematian di tahun pertama (Pikiran-rakyat, 2006). Disamping

itu, masalah obesitas juga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang lain seperti resiko diabetes, gangguan kesuburan, gangguan produksi sel

telur, gangguan mendengkur dan serangan asma (Witjaksono, dalam

Nurfikria, 2007).

Dariyo (2003) menyatakan bahwa masalah obesitas yang dialami oleh wanita dewasa awal juga menimbulkan masalah psikologis seperti

perasaan gundah , stres, depresi, rasa percaya diri dan cemas. Berdasarkan

bahaya-bahaya tersebut, maka masalah obesitas yang dialami oleh wanita dewasa awal dapat dikategorikan sebagai masalah kesehatan kronis dan

(20)

Salah satu cara yang dapat ditempuh wanita obesitas untuk mengatasi masalah kegemukan adalah dengan menjalankan diet yang

seimbang (Pikiran-rakyat, 2006). Diet merupakan suatu perencanaan atau

pengaturan pola makanan, minuman yang bertujuan untuk menurunkan

berat badan maupun menjaga kesehatan (Dariyo, 2003). Hal tersebut

didukung oleh pendapat dari Papalia, Olds dan Feldman;Turner&Helms

(dalam Dariyo, 2003) yang menyatakan bahwa diet adalah cara

membentuk atau mencapai proporsi berat badan dan taraf kesehatan yang

seimbang melalui pengaturan pola makan, minum dan aktifitas fisik.

Berdasarkan uraian diatas yang dimaksud dengan perilaku diet adalah

perilaku yang ditempuh seseorang untuk menurunkan berat badannya

dengan cara memodifikasi jumlah asupan makanan dan melakukan

pengaturan fisik.

Pada kenyataannya, melakukan program diet untuk menurunkan

berat badan bukanlah hal yang mudah terutama bagi wanita yang

mengalami masalah obesitas. Wanita yang mengalami obesitas cenderung memandang program diet sebagai sesuatu yang menyiksa (Iping, 2000).

Hal ini disebabkan program diet yang harus dijalankan dalam jangka

waktu yang panjang dan hasilnya baru dapat dilihat secara bertahap

(Roche Indonesia, 2000). Dampak dari pengaturan pola makan yang

berlangsung secara terus-menerus dan lama dapat membuat orang yang

(21)

Kejenuhan ini terjadi karena dalam melakukan pengaturan pola

makan/diet, makanan yang dimakan adalah makanan yang kurang lezat,

tidak menarik dan kurang disukai oleh pelaku diet (Taylor, 1995). Selain

itu pelaku diet juga diharuskan menahan rasa lapar dan melakukan

pantangan terhadap berbagai jenis makanan (Iping, 2000). Pendapat di

atas didukung dengan hasil survey pra penelitian peneliti terhadap dua puluh lima wanita obesitas. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dua puluh tiga wanita obesitas menyatakan bahwa mereka ingin memiliki tubuh yang lebih langsing, namun mereka malas menjalankan diet.

Beberapa alasan yang membuat mereka malas menjalankan diet adalah

ingin “menikmati hidup”, membosankan, butuh kedisipilinan yang tinggi,

pernah gagal, banyak godaan dan berat badan susah turun. Oleh sebab itu,

banyak wanita yang mengalami obesitas menjadi frustrasi, tidak bersemangat dan cenderung menghindari program diet (Iping, 2004).

Menurut Mackechnie (2005), salah satu kunci utama kesuksesan

dalam menjalankan diet adalah motivasi yang kuat untuk tetap

menjalankan program diet yang telah ditentukan. Salah satu faktor yang

dapat meningkatkan motivasi adalah keyakinan bahwa seseorang

memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu atau lebih dikenal dengan

istilah efikasi diri (Bandura & Ozer, dalam Kraken, 2002). Efikasi diri

merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimilikinya

untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan

(22)

muncul selama menjalankan tugas tersebut (Bandura, dalam Cloninger,

2004). Hal tersebut juga didukung oleh pendapat dari ( Bandura, 1997;

Maddux, 1995; Salovey, Rothman, Detweiler, & Steward, 2000) yang

menyatakan bahwa efikasi diri dapat digunakan untuk memprediksi

perilaku hidup sehat seperti mengontrol berat badan (dalam Aronson,

2005).

Bandura (dalam Feist&Feist, 2006) juga menyatakan bahwa efikasi

diri yang dimiliki oleh individu akan berpengaruh pada pemilihan perilaku

untuk mengejar tujuan yang diinginkan. Perilaku yang tepat dalam

mencapai tujuan yang diinginkan yaitu menurunkan berat badan adalah

perilaku diet/ perilaku memodifikasi jumlah asupan makanan.

Berdasarkan pendapat ahli yaitu Mackechnie yang menyatakan

bahwa motivasi merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam

menjalankan diet dan motivasi ini dapat digerakan oleh efikasi diri maka

penulis tertarik untuk melihat apakah ada hubungan yang positif antara

efikasi diri dengan perilaku diet wanita dewasa awal yang mengalami

obesitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang positif antara efikasi diri

(23)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang positif antara efikasi

diri dengan perilaku diet wanita dewasa awal yang mengalami obesitas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi baru pada

ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi sosial tentang hubungan

antara efikasi diri terhadap perilaku diet yang dominan dilakukan oleh

wanita.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi wanita

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada wanita obesitas mengenai peranan efikasi terhadap program diet.

b. Bagi Klinik gizi&diet

Hasil penelitian ini di harapkan memberikan informasi baru pada

klinik diet mengenai peranan efikasi diri guna menunjang

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas 1. Pengertian Wanita Dewasa Awal

Istilah dewasa awal berasal dari istilah adult yang memiliki arti “telah menjadi dewasa”. Masa dewasa awal (adult) adalah masa yang memiliki rentang umur antara 18-40 tahun. Pada masa dewasa awal,

setiap individu termasuk wanita telah mengalami berbagai macam,

kematangan fisik maupun psikologis(Mappiare, 1983). Kematangan

fisik ditandai dengan keadaan fisik wanita dewasa awal telah mencapai

puncak kekuatan, energi dan ketekunan yang prima. Kematangan

psikologis yang dimiliki oleh wanita ditandai dengan adanya orientasi

pada tugas, tujuan yang jelas, pengendalian perasaan, keobjektifan,

penerimaan kritik dari orang lain dan pertanggung jawaban terhadap

usaha-usaha pribadi.

Mappiare (1983) menyatakan pada masa dewasa awal, wanita juga

memiliki minat yang tinggi terhadap penampilannya yang meliputi

tinggi badan, berat badan dan raut wajah. Tingginya minat wanita

dewasa awal terhadap penampilan disebabkan karena penampilan fisik

yang menarik merupakan potensi yang sangat menguntungkan dan dapat

dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan

(25)

Pendapat yang serupa juga diungkapkan Hurlock (1999) yang

menyatakan bahwa penampilan yang menarik memegang peranan yang

penting dalam dunia usaha, pergaulan sosial, professional. Bagi wanita

yang sudah berkeluarga, penampilan yang menarik merupakan

penunjang dalam status perkawinannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka definisi wanita dewasa

awal adalah wanita yang memiliki rentang umur antara 18 hingga 40

tahun.

2. Pengertian Obesitas

Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana berat badan mengalami penumpukan yang berlebihan, sehingga

berat badan individu tersebut jauh di atas normal dan dapat

membahayakan kesehatan (Roche Indonesia, 2000;Pikiran Rakyat,

2006). Ahli lain Suitor & Hunter (dalam Sarafino, 1990) menambahkan

bahwa individu dikatakan obesitas bila memiliki kelebihan berat badan lebih dari 20 % dari berat badan normal.

Prawiro (dalam Asih & Setiasih, 2004) menyatakan bahwa

salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat obesitas

yang dialami oleh individu adalah dengan menggunakan standar BMI

(body mass indeks) atau IMT (indeks massa tubuh) yang diperoleh dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan

(26)

Indeks massa tubuh (IMT) = berat badan (kg) _______________

Tinggi badan (m)²

Menurut WHO (dalam Roche Indonesia, 2000) kategorisasi berat

badan orang Asia berdasarkan indeks masa tubuh adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1

Tabel Kategorisasi Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT (kg/m2) Resiko Penyakit Penyerta Underweight < 18,5 Rendah (tetapi resiko

terhadap masalah klinis lain meningkat)

Normal 18,5-22,9 Rata-rata Obesitas > 23

At Risk 23,0 – 24,9 Meningkat Obese I 25,0 – 29,9 Sedang Obese II > 30,0 Berbahaya

Berdasarkan hal tersebut maka cara menghitung indeks massa

tubuh adalah sebagai berikut

Contoh menghitung IMT

Seorang wanita yang memiliki tinggi badan 160 dan berat badan

65. Maka nilai IMT nya adalah

IMT = 65 ______ (1,6)²

(27)

= 25,3

Hasil indeks massa tubuh 25,3 maka berat badan wanita termasuk dalam

kategori obesitas tingkat I.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang definisi

obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan sebesar 20 % dari berat badan normal dan ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh

secara berlebihan. Kondisi ini ditandai dengan indeks masa tubuh di atas

23,00

3. Pengertian Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas

. Dariyo (2003) menyatakan bahwa pada masa dewasa awal,

wanita memiliki kerentanan terhadap masalah kesehatan yaitu masalah

kegemukan atau obesitas. Wanita dewasa awal yang berisiko mengalami masalah obesitas adalah wanita dewasa awal yang berusia di atas 20 tahun. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor seperti : pola hidup wanita

dewasa awal yang cenderung kurang memperhatikan segi kesehatan,

kebebasan finansial untuk membeli setiap makanan yang diinginkan,

serta stress yang diakibatkan oleh beban kerja (Witjaksono, dalam

Nurfikria, 2007) .

Prawiro (dalam Asih & Setiasih, 2004) menyatakan bahwa wanita

yang mengalami masalah obesitas /kegemukan akan ditandai dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) yang lebih besar dari 23,00. Selanjutnya

Prawiro menggolongkan kategorisasi berat badan individu yang

mengalami obesitas yaitu:a) obesitas ringan (IMT = 23-24,9), b)

(28)

Berdasarkan uraian tersebut maka definisi wanita dewasa awal

yang mengalami obesitas adalah wanita yang berusia 20-40 tahun dan memiliki masalah kelebihan berat badan yang ditandai dengan indeks

massa tubuh di atas 23,00.

B. Perilaku Diet

1. Pengertian Perilaku Diet

Istilah diet berasal dari bahasa Yunani, diatia dan bahasa Perancis

diete yang berarti cara hidup. Definisi diet dari tim kedokteran (dalam Hartantri, 1998) adalah kebiasaan yang diperbolehkan dalam hal

makanan dan minuman yang dikonsumsi individu setiap hari. Diet

merupakan salah satu aspek gaya hidup yang dapat mempengaruhi

munculnya resiko kesehatan seperti kematian akibat kangker ataupun

cardiovascular (WHO, dalam Wardle et al., 1997).

Menurut Straw (dalam Taylor ,1995) diet juga merupakan salah

satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan berat badan yaitu

dengan cara membatasi jumlah kalori yang masuk dan memantau setiap

makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pembatasan jumlah kalori yang

masuk ke dalam tubuh akan didasarkan pada pengetahuan mengenai

nilai kalori makanan dan karakteristik makanan tersebut. Hal ini sejalan

dengan pendapat dari Herman &Polivy, Laessle dkk, Wadden dkk,

(29)

individu dan berlangsung secara terus menerus dengan tujuan

menurunkan berat badan dan menjaga keseimbangan berat badan.

Ahli lain yaitu Papalia,Olds,&Turner, 1998; Turner & Helms, 1995

(dalam Dariyo, 2003) menambahkan bahwa definisi diet adalah cara

membentuk atau mencapai proporsi berat badan dan taraf kesehatan

yang seimbang melalui pengaturan pola makan, minum dan aktivitas

fisik. Pengaturan pola makan dikatakan baik apabila pola makan tersebut

tetap memperhatikan kandungan semua gizi yang diperlukan oleh tubuh

seperti kandungan karbohidrat, lemak, protein, vitamin mineral dll dan

jumlah kalori yang terkandung dalam suatu makanan (Purwati et al., 2002). Kumanyika et al. (2000) menambahkan pola diet yang baik akan melibatkan pemilihan makanan dan bagaimana proses persiapan dari

makanan tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti menarik kesimpulan

bahwa definisi perilaku diet adalah perilaku mengatur pola makan,

membatasi jumlah kalori dan memantau jumlah makanan yang masuk ke

dalam tubuh yang dilakukan oleh individu dan berlangsung secara terus

menerus dengan tujuan menurunkan dan menjaga keseimbangan berat

badan.

2. Indikator-Indikator Perilaku Diet

Pola diet yang baik adalah pola diet yang terdiri dari berbagai

variasi makanan. Hal ini bertujuan supaya individu mendapatkan variasi

(30)

yang memadai bagi tubuhnya. Pelaku diet dapat melakukan variasi

makanan yaitu dengan cara memperhatikan lima kelompok makanan

utama pada Piramida yang dapat memenuhi semua zat gizi yang

dibutuhkan (Roche Indonesia, 2000).

Gambar 2.1

Pengaturan Pola Makan Berdasarkan Piramida Makanan Roche Indonesia (2000)

Menurut Straw (dalam Taylor ,1995) pola diet dapat dilakukan

dengan cara membatasi jumlah kalori yang masuk dan memantau setiap

makanan yang masuk ke dalam tubuh. Jumlah kalori yang harus

dikurangi adalah 500 hingga 1000 kalori per hari. Pembatasan jumlah

kalori dan pemantauan makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat

dilakukan dengan cara mengurangi jumlah porsi makanan yang akan

dikonsumsi oleh pelaku diet (Purwati et al., 2002).

Disamping itu pola diet juga yang sehat juga berkaitan dengan

pengaturan frekwensi makan yang meliputi frekwensi makan pagi,

frekwensi makan dalam satu hari, frekwensi mengkonsumsi makanan

(31)

garam (Steptoe & Wardle, 1996). Almatsier (2004) menyatakan bahwa

individu yang memiliki pola diet yang baik akan mengkonsumsi 3 kali

makanan utama porsi kecil dalam sehari, mengkonsumsi buah dan

sayuran-sayuran 3-4 porsi dalam sehari, dan mengkonsumsi makan pagi

setiap hari dalam seminggu. Purwati et al. (2002) menambahkan frekwensi mengkonsumsi camilan yang dianjurkan adalah frekwensi

yang serendah mungkin atau justru lebih baik dihindari. Begitu pula

dengan frekwensi penggunaan garam yang baik adalah frekwensi yang

rendah. Hal ini disebabkan karena pengurangan penggunaan garam dapat

mengurangi resiko kangker lambung.

Menurut Almatsier (2004), perilaku makan yang baik juga

dipengaruhi oleh pemilihan jenis makanan, baik yang dianjurkan dan

tidak dianjurkan bagi tubuh. Pilihan makanan ini berkaitan

tinggi-rendahnya jumlah kalori yang terkandung dalam suatu makanan. Jenis

makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dapat dilihat dalam tabel

(32)

Tabel 2.2

Pilihan Jenis Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Bagi Tubuh

Sumber makanan Bahan makanan yang dianjurkan

Bahan makanan yang tidak dianjurkan Karbohidrat Beras terutama beras

tumbuk, beras merah, pasta macaroni, roti tinggi serat, sereal, ubi, kentang, jagung, talas,

Protein hewani ikan, unggas tanpa kulit, daging tanpa lemak, putih telur, susu skim, yoghurt rendah lemak, manis, keju, es krim. Protein nabati tempe, tahu dan

kacang-kacangan.

(33)

Buah semua buah dalam matahari dan wijen; margarine tanpa garam yang dibuat dari minyak tidak jenuh ganda; mayones dan salad dressing tanpa garam yang dibuat dari minyak tidak jenuh ganda

(Sumber : penuntun Diet, Instalasi Gizi Perjan RS Dr Cipto

Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisian Indonesia, 2004).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan

mengenai indikator perilaku diet yang sehat adalah

1. Melakukan pengaturan frekwensi yang meliputi frekwensi makan

pagi, frekwensi makan dalam sehari, frekwensi makan camilan,

frekwensi makan daging, buah dan garam.

2. Memilih jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh yang meliputi

usaha mengkonsumsi makanan sehat yang dianjurkan bagi

kesehatan tubuh.

3. Membatasi makanan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini meliputi

(34)

4. Melakukan variasi makanan. Hal ini bertujuan agar tubuh

memperoleh berbagai nutrisi berbeda yang diperlukan oleh tubuh

C. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Istilah efikasi diri pertama kali dikemukakan oleh Bandura (1986).

Bandura (dalam Cloninger, 2004) menyatakan definisi dari efikasi diri

adalah perkiraan individu tentang kemampuan yang dimilikinya untuk

mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan

untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu dan mengatasi rintangan yang

muncul selama mengerjakan tugas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

efikasi diri merupakan penilaian diri individu terhadap kemampuan yang

dimilikinya.

Bandura (dalam Smet, 1994;Feist&Feist, 2006) menambahkan

bahwa efikasi diri juga berbicara mengenai keyakinan individu bahwa ia

mampu mengontrol seluruh bagian hidupnya baik perilaku maupun

lingkungannya. Individu yang memiliki efikasi diri yang positif akan

mempercayai bahwa mereka mampu melakukan sesuatu, memiliki

potensi untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginannya dan

lebih sukses dibandingkan individu yang memiliki efikasi diri negatif.

Individu yang memiliki efikasi diri yang negatif akan mempercayai

bahwa mereka tidak mampu melakukan apapun. Akibatnya mereka pun

(35)

Pendapat di atas serupa juga dengan pendapat dari Pervin (dalam

Smet, 1994) yang menyatakan bahwa efikasi diri merupakan persepsi

kemampuan individu untuk melakukan sejumlah aktivitas tertentu.

Persepsi mengenai efikasi diri akan mempengaruhi perilaku-perilaku

tertentu yang dapat mengarahkan pada keberhasilan (Pervin, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, maka definisi dari efikasi diri adalah

perkiraan individu mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk

mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan serta

mengatasi segala rintangan dan kesulitan yang muncul dalam melakukan

suatu tugas tertentu. Efikasi diri dalam penelitian ini adalah efikasi diri

dalam menjalankan diet. Hal ini berbicara mengenai keyakinan individu

mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk mengatur dan

melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan serta mengatasi

segala kesulitan dan rintangan yang muncul selama menjalankan

program diet.

2. Peranan-Peranan Efikasi DiriDalam Menjalankan Program Diet

Dalam mengadopsi perilaku hidup sehat, efikasi diri dibagi

menjadi dua yaitu action self efficacy dan coping self efficacy.

a. Action Self Efficacy

Action self efficacy berbicara mengenai keyakinan individu pada saat belum terjadi tindakan. Action self efficacy akan memberikan perbedaan pada saat sebelum terjadinya tindakan

(36)

Berdasarkan hal tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa

action self efficacy akan memberikan peranan terhadap proses kognitif, motivasi dan perilaku.

1. Proses Kognitif

Menurut Baggozi & Edward (dalam Schwarzer & Renner,

2000) individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan

membayangkan kesuksesan dari sebuah tugas yang berkaitan

dengan perilaku hidup sehat. Begitu pula sebaliknya, individu

yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung

membayangkan kesulitan dan kegagalan dari sebuah tugas.

Pendapat di atas sejalan dengan pendapat dari Krueger dan

Dickson (dalam Bandura, 1997) yang menyatakan bahwa

individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan

membayangkan skenario kesuksesan yang merupakan

pembimbing positif bagi sebuah tindakan. Hal tersebut juga

didukung oleh sejumlah penelitian dari (Bandura, 1986;

Corbin, 1972; Feitz&Landers, 1983; Kazdin, 1978) yang

menyatakan bahwa stimulasi kognitif yang positif mengenai

sebuah keberhasilan dalam menjalankan perilaku tertentu maka

hal tersebut dapat meningkatkan perilaku tersebut dalam

kehidupan nyata (dalam Bandura, 1997) Lain halnya dengan

individu yang memiliki efikasi diri yang negatif, mereka

(37)

datang. Menurut Powel (dalam Bandura, 1997) proses kognitif

yang negatif bahwa individu tersebut memiliki kekurangan

ataupun gambaran mengenai bagaimana mereka melakukan

kesalahan merupakan cara yang baik untuk mengurangi

motivasi dan prestasi yang dimilikinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa efikasi diri akan berpengaruh terhadap pola

pemikiran yang dapat meningkatkan atau menurunkan

performance. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan memiliki perspektif tentang masa depannya, begitu pula

sebaliknya (Bandura&Wood, 1989; Locke&Latham, 1990,

dalam Bandura, 1997).

2. Motivasi

Menurut Baggozi&Edward (dalam Schwarzer&Renner,

2000) efikasi diri akan menimbulkan tindakan antisipasi

berbagai macam strategi untuk menyukseskan perilaku hidup

sehat termasuk program diet. Bandura (1997) menyatakan

munculnya tindakan antisipasi yang dimiliki oleh individu akan

digerakkan oleh motivasi kognitif, sedangkan motivasi tersebut

digerakan oleh efikasi diri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa efikasi diri memainkan peranan yang penting dalam

(38)

dan menuntun diri individu pada tindakan antisipasi melalui

sebuah pelatihan pemikiran. Pelatihan pemikiran ini melibatkan

keyakinan mengenai apa yang dapat mereka lakukan, antisipasi

kemungkinan hasil yang negatif dan positif dari berbagai

strategi yang berbeda dan perencanaan berbagai tindakan untuk

merealisasikan masa depan yang bernilai (Bandura, 1997).

3. Perilaku

Menurut Baggozi&Edward (dalam Schwarzer&Renner,

2000) efikasi diri akan mempengaruhi inisiatif individu untuk

mengadopsi perilaku hidup sehat. Individu yang memiliki

efikasi diri yang tinggi akan segera mengambil inisiatif untuk

mengadopsi perilaku hidup sehat misalnya menjalankan

program diet. Begitu pula sebaliknya, individu yang memiliki

efikasi diri yang rendah akan menangguh-nangguhkan adopsi

perilaku hidup sehat misalkan program diet

Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Pervin (2005) dan

Seydel (dalam Smet, 1994) yang menyatakan bahwa efikasi

yang dimiliki oleh individu akan menimbulkan keputusan

untuk menyelesaikan pemasalahan yang dialaminya misalkan

kegemukan dan menimbulkan pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan perilaku hidup sehat ataupun perilaku

ketaatan rekomendasi medis misalkan menjalankan program

(39)

Ahli lain yaitu Senecal (2001) menyatakan bahwa efikasi

diri merupakan hal yang penting dalam pengaturan pola makan

/ diet yang dijalankan oleh individu. Efikasi diri yang tinggi

akan menyebabkan individu tersebut mengindahkan hal

berdiet. Namun efikasi diri yang rendah akan menyebabkan

individu menghindari pemecahan masalah kesehatan.

Akibatnya memiliki motivasi yang rendah untuk mengikuti

program yang berkaitan dengan kesehatan seperti diet (Rolf &

Johnson, dalam Smet, 1994; Bandura et al., dalam Pervin, 2005)

Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa efikasi diri akan berpengaruh pada pemilihan perilaku

untuk mengejar tujuan yang diinginkan (Bandura, dalam

Feist&Feist, 2006).

b. Coping Self Efficacy

Coping Self Efficacy berbicara mengenai keyakinan individu mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk mengatasi

rintangan yang muncul selama mengadopsi perilaku hidup sehat.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menarik kesimpulan bahwa

efikasi diri memberikan peranan pada usaha dan ketekunan yang

(40)

1. Besarnya usaha dan ketekunan

Menurut Bagozzi&Edward (dalam Schwarzer&Renner,

2000) efikasi diri yang dimiliki invidu akan mempengaruhi

besarnya usaha dan ketekunan yang dikeluarkan oleh individu

untuk mengatasi rintangan dan kesulitan yang mungkin muncul

selama mengadopsi perilaku hidup sehat termasuk program

diet.

Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan

mengeluarkan berbagai macam usaha dan memiliki ketekunan

yang tinggi untuk mengatasi berbagai kesulitan yang mungkin

muncul selama menjalankan program diet. Apabila mereka

mengalami kegagalan maka mereka akan segera mengejar

kembali tujuan yang telah ditentukan. Namun individu yang

memiliki efikasi diri yang rendah cenderung mengeluarkan

sedikit usaha dan mudah menyerah apabila mengalami

kesulitan yang mungkin muncul selama menjalankan program

diet.

Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Bandura (dalam

Smet, 1994) yang menyatakan bahwa efikasi diri yang dimiliki

oleh individu akan mempengaruhi setiap perubahan yang

terjadi selama mengadopsi perilaku hidup sehat termasuk

program diet. Perubahan ini meliputi perubahan kebiasaan yang

(41)

dengan perilaku hidup sehat, b) besarnya usaha yang

dikeluarkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, c)

seberapa baik perubahan dipelihara.

Besar- kecilnya usaha dan perubahan yang dimiliki oleh

individu selama menjalankan program diet dapat dilihat dari

perilaku dietnya. Holiis et al. menambahkan (dalam Taylor, 1995) bahwa efikasi diri yang rendah akan berhubungan erat

dengan perilaku diet yang kurang baik.

3. Dimensi- Dimensi Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997) efikasi diri yang dimiliki oleh

individu dapat berubah pada tiap dimensi yang berbeda juga.

Dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Level

Efikasi diri yang dimiliki oleh tiap individu dapat berbeda

pada tiap level nya. Ada yang terbatas pada tugas yang mudah, meluas pada tugas yang agak sulit, kemudian mencakup pada

tugas yang lebih sulit lagi. Berdasarkan pernyataan di atas dapat

disimpulkan bahwa dimensi level berbicara tentang tingkat tantangan dan kesulitan tugas yang diyakini individu akan

mampu diatasinya. Efikasi diri yang dimiliki oleh tiap individu

(42)

b. Generality

Efikasi diri yang dimiliki oleh individu juga berbeda bila

dilihat dari dimensi generality. Dimensi generality berbicara tentang luas bidang tugas. Generality ini mencakup derajat kesamaan tugas, bagaimana kemampuan kita diekspresikan,

kesamaan karakteristik orang yang dihadapi, dan ciri-ciri situasi

yang dihadapinya. Pengukuran terhadap dimensi ini dapat

dilakukan dengan cara memeriksa luas daerah kegiatan dan

situasi yang akan berkaitan dengan efikasi diri yang dimiliki oleh

individu.

c. Strength

Dimensi yang terakhir dalam efikasi diri adalah dimensi

strength. Efikasi diri yang negatif pada diri individu akan membuat orang tersebut mudah diombang-ambingkan oleh

peristiwa yang kurang mendukung. Lain halnya dengan individu

yang memiliki efikasi diri positif, mereka akan tetap bertahan

dengan usaha yang yang telah dipilihnya meskipun mereka

menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan. Selanjutnya efikasi

diri yang positif pada diri individu akan membuatnya terus

bertekun dan mengarahkan usaha usahanya pada hal-hal yang

menghasilkan kesuksesan.

(43)

kemampuan yang dimilikinya atau derajat kemantapan individu

yang dimiliki individu terhadap keyakinan dan harapan yang

telah dibuatnya.

D. Hubungan Efikasi Diri Dengan Perilaku Diet Wanita Dewasa Awal Yang Mengalami Obesitas

Efikasi diri merupakan perkiraan individu tentang kemampuan

yang dimilikinya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan

yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu dan mengatasi

rintangan yang muncul selama melaksanakan tugas tersebut (Bandura,

dalam Cloninger, 2004). Efikasi diri yang dimiliki oleh individu dapat

didigunakan untuk memprediksi perilaku hidup sehat termasuk

mengontrol berat badan (Bandura, Maddux, Salovey, Rothman,

Detweiler, & Steward (dalam Aronson, 2005). Salah satu cara yang

dianjurkan untuk mengontrol berat badan adalah dengan melakukan

program diet (purwati, 2002).

Keyakinan diri yang dimiliki wanita obesitas akan mendorong munculnya suatu keputusan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang

dialaminya yaitu masalah kelebihan berat dan keputusan yang berkaitan

dengan perilaku hidup sehat dan perilaku ketaatan rekomendasi medis

yaitu melakukan program diet. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik

(44)

akan menimbulkan inisiatif untuk mengadopsi program diet. Wanita

obesitas yang memiliki efikasi diri tinggi akan mengindahkan program diet. Namun wanita obesitas yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung menghindari penyelesaian masalah kegemukan yang

dialaminya. Akibatnya mereka memiliki motivasi yang rendah untuk

terlibat dalam program diet (Seydel, dalam Smet, 1994; Bandura et al., dalam Pervin, 2005; Baggozi&Edward, dalam Schwarzer&Renner, 2000).

Pada saat wanita obesitas menjalankan program diet, efikasi diri memberikan peranan pada besarnya usaha, perubahan dan ketekunan yang

dikeluarkan untuk menyukseskan program dietnya. Wanita obesitas yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mengeluarkan berbagai usaha untuk

menyukseskan program dietnya. Namun wanita obesitas yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung mengeluarkan sedikit usaha untuk

menyukseskan program dietnya (Baggozi&Edward, dalam

Schwarzer&Renner, 2000)..

Besar-kecilnya usaha dan perubahan yang dimiliki oleh wanita

obesitas untuk menyukseskan program diet dapat terlihat dari perilaku dietnya. Perilaku diet adalah perilaku mengatur pola makan, membatasi

jumlah kalori dan memantau jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh

yang dilakukan oleh individu dan berlangsung secara terus menerus

dengan tujuan menurunkan dan menjaga keseimbangan berat badan.

(45)

pemilihan jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh, pembatasan

makanan yang masuk ke dalam tubuh dan variasi makanan yang dilakukan

oleh wanita obesitas.

Semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki oleh wanita obesitas

maka semakin besar perilaku diet yang dikeluarkan untuk menyukseskan

program dietnya. Semakin rendah efikasi diri yang dimiliki oleh wanita

obesitas maka semakin sedikit perilaku diet yang dikeluarkan untuk menyukseskan program dietnya.

E Hipotesa

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengasumsikan hipotesis dari

penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan

(46)

Skema 2.1

Hubungan antara Efikasi dengan Perilaku Diet

Efikasi Diri

Pengambilan Keputusan untuk Mengatasi Masalah Kesehatan

Menimbulkan Inisiatif untuk mengadopsi perilaku hidup sehat dan terlibat dalam perawatan kesehatan yaitu program diet.

Usaha, Ketekunan dan Perubahan Untuk Mencapai Tujuan yang diinginkan

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian

korelasional bertujuan untuk menghubungkan satu variabel dengan

variabel yang lain tanpa melakukan manipulasi terhadap variabel

tersebut. Adapun caranya adalah melalui penghitungan statistik yaitu

dengan menemukan koefisien korelasi antara variabel-variabel tadi.

(Latipun, 2002).

B. Identifikasi Variabel Dalam Penelitian

Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Variabel bebas adalah efikasi diri

2. Variabel tergantung adalah perilaku diet.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efikasi Diri

Efikasi diri merupakan keyakinan wanita dewasa awal yang

(48)

untuk menurunkan berat badan. Menurut Bandura (1997), efikasi diri

dilihat dari 3 dimensi yang berbeda, dimana hal tersebut akan

berpengaruh pada kinerja individu. Dimensi yang dimaksud di atas

yaitu:

a. Level

Mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini individu

akan mampu diatasinya. Dalam penelitian ini dimensi level

mengacu pada tingkat tantangan dan kesulitan dalam

serangkaian tugas-tugas yang diperlukan untuk mensukseskan

program diet yang bertujuan untuk penurunan berat badan.

b. Generality

Dimensi ini mengacu pada variasi situasi, kondisi, dan

emosi yang berkaitan dengan efikasi diri wanita obesitas

dalam usahanya menurunkan berat badan melalui program diet.

Variasi situasi, kondisi, dan emosi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kondisi bila wanita tersebut mengalami

kondisi emosi yang negatif atau ketidak nyamanan fisik,

kondisi bila wanita tersebut mengalami tekanan sosial untuk

makan seperti di sebuah pesta, rumah kerabat, kantin,

restaurant favorit, kondisi bila wanita tersebut melakukan

kegiatan tertentu, serta kondisi bila di depan wanita tersebut

(49)

c. Strength

Dimensi ini mengacu pada kekuatan dari keyakinan

individu mengenai kemampuan yang dimilikinya. Dalam

penelitian ini dimensi strength mengacu pada derajat kemantapan wanita obesitas mengenai kemampuannya untuk menjalankan serangkain tugas-tugas yang diperlukan untuk

mensukseskan program diet yang bertujuan untuk menurunkan

berat badannya. Dimensi strength dalam penelitian ini juga berkaitan dengan tingkat level dari suatu program diet yang dijalankan oleh wanita obesitas.

Pengukuran dimensi strength akan digunakan sebagai pengukuran terhadap derajat kemantapan individu terhadap

kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan tugas tertentu.

Pengukuran dimensi strength pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyajikan skala efikasi diri yang terdiri dari

berbagai macam level dan menggunakan anchor berupa kata sifat yaitu sangat tidak mampu-sangat yakin mampu.

Selanjutnya subjek diminta untuk menilai/merating kekuatan dari keyakinan mengenai kemampuannya untuk menjalankan

diet dan mencapai berat badan yang ideal dalam rentang pilihan

jawaban 1-10.

Tingkat efikasi diri individu tercermin melalui skor total

(50)

skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi efikasi diri

yang dimiliki subjek untuk melakukan serangkaian tugas-tugas

yang diperlukan untuk mensukseskan program diet. Semakin

rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah

efikasi diri yang dimiliki subjek untuk melakukan serangkaian

tugas-tugas yang diperlukan untuk menyukseskan program

diet.

2. Perilaku Diet

Perilaku diet adalah perilaku pengaturan pola makan dan

minum, yang dilakukan oleh individu agar memiliki berat badan

yang ideal dan mencapai bentuk tubuh yang ideal. Perilaku diet

dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala perilaku

diet yang didasarkan pada indikator-indikator perilaku diet.

Indikator-indikator perilaku diet meliputi:

a. Melakukan pengaturan frekwensi makan yang meliputi

frekwensi makan pagi, frekwensi makan dalam sehari,

frekwensi makan camilan, frekwensi makan daging, buah dan

garam.

b. Memilih jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh yang

meliputi usaha mengkonsumsi makanan yang dianjurkan bagi

kesehatan tubuh.

c. Membatasi makanan yang meliputi usaha membatasi jumlah

(51)

d. Melakukan variasi makanan. Hal ini bertujuan agar tubuh

memperoleh berbagai nutrisi berbeda yang diperlukan oleh

tubuh.

Hasil total dalam skala ini diperoleh dengan cara

menjumlah seluruh pilihan jawaban subjek. Semakin tinggi skor

yang diperoleh subjek maka semakin tinggi perilaku diet yang

dimiliki oleh subjek. Semakin rendah skor yang diperoleh subjek

maka semakin rendah perilaku diet yang dimiliki subjek.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa awal

yang mengalami masalah obesitas yang dipilih dengan Purposive sampling. Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah

1. Wanita yang berumur 20- 40 tahun.

Alasan pemilihan umur subjek didukung oleh pernyataan ahli

kesehatan yaitu dr Fiastuti Witjaksono,M.S.SpGK dari RS MMC

Jakarta (dalam Nurfikria, 2007) yang menyatakan bahwa

kerentanan masalah obesitas pada wanita dewasa awal di mulai di atas usia 20 tahun. Hal ini di picu oleh beberapa faktor seperti pola

makan yang kurang sehat, adanya kebebasan finansial untuk

membeli dan mengkonsumsi setiap makanan yang dinginkan, stres

(52)

2. Memiliki masalah berat badan (obesitas). Cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan wanita obesitas yang sesuai dengan kriteria adalah sebagai berikut:

a. Mencari wanita dewasa awal yang secara penampilan fisik

mengalami masalah obesitas.

b. Mengukur perbandingan antara berat badan subjek (kg)

dengan tinggi badan subjek (m)². Setelah mendapatkan hasil

perbandingan tersebut, maka kita akan mengetahui tingkat

IMT yang dimiliki oleh wanita tersebut. Apabila IMT nya

lebih dari 23, 00 maka wanita tersebut dapat dikategorikan

sebagai wanita obesitas.

3. Memiliki keinginan untuk menurunkan berat badan dan sedang

menjalankan diet.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

alat ukur berupa skala. Pertama-tama dibuat definisi terhadap konstrak

yang telah dipilih berdasarkan suatu teori yang mendasarinya.

Kemudian melakukan pembatasan kawasan ukur berdasarkan konstrak

teoritik yang dipakai dengan cara menguraikan komponen-komponen

atau faktor-faktor yang berasal dari dimensi atau aspek yang tercakup

dalam definisi tersebut. Selanjutnya dimensi –dimensi ini dapat

digunakan sebagai dasar perumusan indikator perilaku yang operasional.

(53)

(Azwar, 2002). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

efikasi diri dan skala perilaku diet.

1. Skala Efikasi diri

a. Dimensi efikasi diri

Skala ini bertujuan untuk mengungkap seberapa besar

tingkat efikasi diri yang dimiliki subjek. Penyusunan aitem-aitem

pada skala ini mengacu pada dimensi efikasi diri yaitu level, generality, dan strenght. Dalam satu aitem terkandung tiga dimensi efikasi diri. Ketiga dimensi tersebut adalah level (taraf kesulitan tugas), generality (variasi bidang tugas), dan strength (derajat kemantapan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya)

(Bandura,1997).

Identifikasi terhadap dimensi level dapat dilakukan dengan mengukur tingkat tantangan dan kesukaran yang dihadapi oleh

individu dalam mencapai kesuksesan dari suatu tugas. Bandura

(1997) menganjurkan bahwa dalam pembuatan skala efikasi diri,

peneliti harus meminta pendapat dari ahli dalam bidang tersebut

untuk mengetahui bagaimana individu dapat mencapai sebuah

kesuksesan dalam menjalankan tugas tertentu. Pendapat ahli ini

akan digunakan sebagai indikator-indikator dari efikasi diri.

Ahli yang berkompeten dalam penelitian adalah ahli gizi.

Dalam wawancara tersebut, ahli gizi diminta untuk memberikan

(54)

menyukseskan program diet dari yang paling berat dan paling

ringan bagi wanita yang mengalami obesitas. Menurut wawancara yang di lakukan tanggal 5 Oktober 2006, ahli gizi menyatakan

bahwa serangkaian tugas-tugas yang diperlukan untuk

menyukseskan program diet adalah sebagai berikut : (a) melakukan

pengaturan pola makan rendah kalori, (b) membatasi konsumsi

makanan yang berlemak, (c) mengontrol nafsu makan yang

berlebihan dan (d) mengatasi godaan makanan yang ada di sekitar

kita. Hasil wawancara juga merupakan indikator dari efikasi

diri.(hasil wawancara dapat di lihat pada halaman lampiran).

Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan para ahli

gizi, ahli gizi juga menyatakan bahwa setiap tugas-tugas dari

program diet memiliki tingkat tantangan dan kesulitan (dimensi

level ) yang berbeda bagi tiap individu. Hal ini bergantung pada pengalaman pola makan yang selama ini telah diterapkan oleh

pasien. Berdasarkan hal tersebut untuk mengetahui tingkat level

dari masing-masing program diet maka peneliti juga akan mencari

skor dari masing-masing aitem melalui penskalaan stimulus

dengan metoda interval tampak setara.

Langkah-langkah dalam penskalaan metoda interval

tampak setara adalah (1) menentukan objek sikap, (2)

Menghimpun sekelompok pernyataan mengenai objek sikap, (3)

(55)

harga skala dari masing-masing pernyataan, (5) menghitung

penyebaran rating para subjek, (6)memilih sejumlah pernyataan yang skalanya berjarak sama, (7)mencetak instrumen dan

menerapkan instrumen (Thurstone, dalam Suryabrata 2000).

Dimensi generality dalam penelitian ini diungkap melalui

survey pra penelitian yang dilakukan terhadap wanita obesitas. Dalam survey pra penelitian tersebut, wanita obesitas diberikan beberapa pertanyaan yang berupa pertanyaan terbuka seputar

kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap program diet yang

pernah dijalankannya.

Berdasarkan hasil survey pra penelitian maka diketahui variasi kondisi yang berkaitan dengan program diet meliputi

:kondisi bila wanita tersebut mengalami kondisi emosi yang negatif

atau ketidak nyamanan fisik, kondisi bila wanita tersebut

mengalami tekanan sosial untuk makan seperti di sebuah pesta,

rumah kerabat, kantin, restaurant favorit, kondisi bila wanita

tersebut melakukan kegiatan tertentu, serta kondisi bila di depan

wanita tersebut menghadapi berbagai makanan yang lezat .

Dimensi strength dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur seberapa kuat penilaian mereka mengenai kemampuan

yang dimilikinyauntuk menjalankan tugas yang berkaitan dengan

(56)

Berdasarkan karakteristik dan fungsinya, maka indikator

efikasi diri dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu

action self efficacy dan coping self efficacy. Action self efficacy

akan terlihat pada indikator keyakinan melakukan pengaturan pola

makan rendah kalori, dan keyakinan menghentikan kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang berlemak. Coping self efficacy akan terlihat pada indikator keyakinan mengontrol nafsu makan yang

berlebihan dan keyakinan menolak godaan makanan yang ada di

sekitar kita.

Berikut ini skala efikasi diri akan dijabarkan dalam suatu

(57)

Tabel 3. 1

Tabel spesifikasi aitem skala efikasi diri

Dimensi Indikator Aitem Prosenta

se

Total

(58)

b. Format aitem dan skoring

Aitem ini disusun berdasarkan skala yang telah ditetapkan

oleh Bandura. Jenis skala yang digunakan oleh Bandura untuk

menyusun skala efikasi diri adalah jenis skala yang

menggunakan Anchor. Anchor dapat diartikan sebagai kondisi-kondisi sebagai dasar subjek. Anchor yang digunakan adalah

anchor yang berupa kata sifat yaitu sangat tidak mampu- sangat mampu.

Berdasarkan aitem tersebut, subjek diminta untuk mengukur

atau merating mengenai seberapa kuat keyakinannya atas kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan tugas dengan

tingkat kesulitan yang berbeda dalam rentang jawaban 1 hingga

10. Angka 1 menunjukkan ketidakyakinan terhadap kemampuan

yang dimiliki, sedangkan angka 10 menunjukkan keyakinan yang

tinggi terhadap kemampuan yang dimilikinya.

Nilai yang diperoleh subjek merupakan hasil perkalian antara

nilai dari masing-masing aitem dan skor subjek (dimensi

strength). Total dari skala efikasi diri akan diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor pada setiap aitem yang merupakan hasil

dari kemantapan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya

dan dibagi dengan total aitem (Bandura, 1997). Nilai total

(59)

diri subjek dan secara kolektif pada keseluruhan objek yang

diteliti.

2. Skala Perilaku diet

a. Indikator-Indikator Perilaku Diet

Skala ini digunakan untuk mengungkap tinggi-rendahnya

perilaku diet yang dimiliki subjek. Aitem-aitem dalam penelitian

ini disusun berdasarkan indikator-indikator dari perilaku diet yang

merupakan kesimpulan beberapa pendapat ahli mengenai

panduan-panduan dalam menjalankan diet.

Indikator tersebut meliputi: a) melakukan pengaturan

frekwensi makanan, b) memilih jenis makanan yang masuk ke

dalam tubuh, c) membatasi makanan yang masuk ke dalam tubuh,

d) melakukan variasi makanan.

Berikut ini skala perilaku diet akan dijabarkan pada suatu

(60)

Tabel 3.2

Tabel Spesifikasi Aitem Skala Perilaku Diet

Aitem No Indikator Sub indikator

(61)

b .Format aitem dan skoring

Aitem- aitem dalam skala ini disusun dengan menggunakan

skala Likert. Skala perilaku diet ini terdiri pernyataan yang yang bersifat favorabel dengan empat pilihan jawaban yang memiliki nilai sebagai berikut :SS (sangat sesuai)=4, S (sesuai)=3 , TS

(tidak sesuai) =2, STS (sangat tidak sesuai)=1.

Disamping itu, skala ini juga terdiri dari pernyataan yang

bersifat unfavorabel dengan empat pilihan jawaban dengan skor sebagai berikut: SS (sangat sesuai) =1, S (sesuai)=2, TS (tidak

sesuai)=3, STS (sangat tidak sesuai)= 4.

Nilai total akan diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor

pada setiap aitem yang diperoleh oleh subjek. Skor total yang

diperoleh subjek merupakan gambaran atas tinggi dan rendahnya

perilaku diet subjek dan secara kolektif pada keseluruhan objek

yang diteliti.

F. Validitas dan Realibilitas Alat Ukur

1. Estimasi Validitas

Estimasi validitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat dalam melakukan fungsi

ukurnya. Dalam penelitian ini estimasi validitas yang dilakuan

adalah estimasi validitas isi pada setiap aitem dalam skala ukur.

Estimasi terhadap validitas isi dilakukan dengan pengujian

(62)

aitem-aitem tes mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan isi

objek yang hendak diukur atau dengan kata lain dilakukan dengan

melihat apakah butir-butir dalam tes telah ditulis sesuai dengan

blue printnya (Azwar, 1999). Estimasi validitas isi dalam penelitian

ini dilakukan oleh professional judgement yaitu dosen pembimbing.

Seleksi aitem dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan daya beda atau daya diskriminasi. Daya diskriminasi

adalah sejauh mana aitem dapat membedakan antara invidu yang

memiliki atribut yang diukur. Daya diskriminasi diperoleh dengan

bantuan SPSS 11,5 (Azwar, 2002)

2.. Estimasi Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability yang menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat

mengukur sesuatu secara konsisten dari waktu-waktu

(Nurgiyantoro,dkk., 2004). Koefisien reliabilitas memiliki rentang

antara 0 sampai 1,00. Semakin mendekati angka 1,00, semakin

tinggi angka koefisien reliabilitasnya. Begitu pula sebaliknya,

semakin mendekati angka 0 , semakin rendah koefisien korelasinya

(Azwar, 2003).

Estimasi reliabilitas pada penelitian ini adalah dengan

(63)

penelitian ini karena teknik ini dapat digunakan untuk menguji

intrumen yang berupa skala maupun esai dan subjek dalam

penelitian ini hanya dikenai satu kali pengukuran. Estimasi

reliabilitas skala dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan

program SPSS 11,5.

G. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur (try out)

Pelaksanaan uji coba alat ukur dilakukan sebanyak dua kali.

Uji coba variabel efikasi diri dilakukan sebanyak dua kali. Uji coba

yang pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2006

sampai dengan 11 Desember 2006 .

Uji coba yang pertama bertujuan untuk mencari tingkat

kesulitan dari masing-masing aitem yang merupakan dimensi level

efikasi diri. Jumlah subjek dalam uji coba kedua adalah 30 orang.

Ketiga puluh orang yang terlibat dalam uji coba yang pertama

disebut juga dengan judging group. Berdasarkan hasil uji coba yang pertama, peneliti memperoleh rentang nilai yang berkisar

antara 2 hingga 6. Nilai yang merupakan perkiraan judging group

dapat dilihat pada lembar lampiran.

Uji coba yang kedua dilakukan tanggal 16 Desember 2006

sampai dengan tanggal 5 Januari 2007. Penelitian ini dilakukan di

beberapa tempat di Yogyakarta dengan kriteria subjek yaitu wanita

dewasa awal berusia 20-40 yang mengalami masalah kegemukan

(65)

Langkah –langkah uji coba alat ukur adalah :a) mencari

wanita-wanita yang secara fisik mengalami masalah berat badan,

b) selanjutnya wanita tersebut ditunjukkan surat ijin penelitian dan

diberikan satu buku skala yang terdiri dari 2 macam skala yaitu

skala efikasi diri dan skala perilaku diet, c) memberikan petunjuk

pengisian identitas dan pengisian skala. Peneliti meminta subjek

untuk mengisi skala ini sesuai dengan keyakinannya untuk

melakukan tugas-tugas dalam skala tersebut,d) pengisian skala

dilakukan di rumah masing-masing dengan alasan kenyamanan

subjek, e) setelah skala dikembalikan, peneliti menghitung

kategorisasi berat badan subjek dan kelengkapan subjek, f) Skala

yang memenuhi syarat kategorisasi berat badan dan kelengkapan

pengisian akan diolah lebih lanjut dengan program SPSS 11,5

Jumlah subjek dalam uji coba alat ukur adalah 92 orang,

namun hanya 73 skala yang dikembalikan. Berdasarkan alasan

kelangkaan subjek, peneliti menggunakan hasil uji coba ( try out) sebagai data hasil penelitian atau sering disebut dengan istilah try out terpakai.

2. Uji Coba Alat Ukur a. Skala Efikasi Diri

1 Analisis Aitem

Analisa aitem adalah pengukuran yang bertujuan

(66)

membedakan antara kelompok individu yang memiliki dan

tidak memiliki atribut yang hendak diukur. Pengukuran ini

menggunakan SPSS versi 11,5 dengan melakukan korelasi

antara aitem-aitem yang diuji dengan skor total subjek yang

diuji (Azwar, 2003)

Jumlah aitem dalam skala efikasi diri adalah 52

buah yang bersifat favorabel. Penyebaran jumlah aitem dalam tiap dimensi dan indikator dapat dilihat pada tabel

(67)

Tabel 4.1

Distribusi Aitem Skala Efikasi Diri Sebelum Try Out

Dimensi Indikator Aitem Prosenta

se

Total

Keyakinan untuk melakukan

pengaturan pola makan

rendah kalori meskipun di

hadapkan dengan kesulitan

makanan yang ada di sekitar

Gambar

Grafik.4.1
Gambar. 2.1 Pengaturan Pola Makan Berdasarkan Piramida Makanan , Roche
Tabel 2.1 Tabel Kategorisasi Indeks Massa Tubuh
Gambar 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah memberikan jawaban yang pada intinya alasan-alasan yang dikemukakan oleh Pemohon telah

- bahwa saya/kami dengan ini mengerti bahwa SMA Sampoerna (Sampoerna Academy), Kampus Bogor berhak untuk menghentikan bantuan pendidikan program Sampoerna Academy

(1) Penilaian Tahap I terhadap administrasi di bidang penyelenggaraan kinerja lalu lintas dan angkutan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dilakukan oleh

3.Kualitas barang lebih baik  Tidak boleh ada tambahan biaya , pembeli berhak menerima maupun menolak... Waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo .. pembeli harus menerimanya

RANO

Tujuan utama yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah mendapatkan gambar desain 3D dan prototype suvenir tempat kartu nama dengan memanfaatkan kolaborasi

ukuran panjang dan lebar lapangan. Pada cara 1, siswa menentukan ukuran panjang 750 meter dan ukuran lebar 500 meter. Siswa menuliskan ukuran panjang dan lebar 750 meter

Subjek dari penelitian ini adalah siswa yang belajar keterampilan bahasa Jerman dengan menggunakan teknik bermain peran.Oleh karena itu,desain penelitian ini