ABSTRAK
Novi Indriani, 2017. Penelitian Desain Mengenai Keliling Lingkaran Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Pada Siswa Kelas V SD Budya Wacana Yogyakarta. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan lintasan belajar siswa dan pemahaman siswa untuk menemukan kembali nilai phi dan cara menentukan keliling lingkaran yang berkembang dari bentuk informal ke bentuk formal di kelas V melalui Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang didesain untuk siswa kelas V.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Budya Wacana Yogyakarta pada bulan November dan Desember 2016. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian desain. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Budya Wacana Yogyakarta pada semester I tahun ajaran 2016 – 2017. Tahap - tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah desain awal, ujicoba dan pelaksanaan pembelajaran. Langkah analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Reliabilitas data diukur melalui deskripsi dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan lintasan belajar siswa yang memuat tiga konteks untuk membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan mengenai keliling lingkaran. Konteks tersebut adalah PORSENI KELAS VI, PORSENI TAHUN DEPAN dan PORSENI KELAS III. Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan mengenai lintasan belajar siswa dan proses berpikir siswa dalam memahami konsep keliling lingkaran.
vii
ABSTRACT
Novi Indriani, 2017. Design Research Of Circle’s Circumference Using Realistic Mathematic Approach In 5th Grade Student At Budya Wacana Elementary School Yogyakarta. Thesis. Master Program in Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta
This study aims to produce student’s learning pathways and understanding to rediscover the value of phi and how to determine the circumference of the circle that evolves from the informal to the formal form in the class V through Hypothetical Learning Trajectory (HLT) which is designed for students at grade V.
This research was conducted at SD Budya Wacana Yogyakarta in November and December 2016. The type of research is design research. The research subject were the students of grade V SD Budya Wacana Yogyakarta in the first semester of the academic year 2016 - 2017. The steps in this research were the initial design, the test and the implementation of the learning. Step analysis of data is data reduction, data presentation and conclusion or verification. Data reliability is measured through a description of the learning process.
In this study, the researcher develops a student learning path containing three contexts to help students constructing knowledge about the circumference of the circle. The context is PORSENI CLASS VI, PORSENI NEXT YEAR and PORSENI CLASS III. In this study, researchers describe the trajectory of students and the thinking process of students in understanding the concept of the circumference of the circle.
PENELITIAN DESAIN MENGENAI KELILING LINGKARAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS V
SD BUDYA WACANA YOGYAKARTA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Magister Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Novi Indriani
NIM : 151442020
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ingatlah akan masa lalu, sesudah kamu menerima terang. Kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik
waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang
diperlakukan sedemikian
(Ibrani 10 : 32 – 33)
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Bapak dan Ibuku tercinta
Suamiku tercinta, Petrus Tukija
Adikku Dwi Adi Tya Rini dan Theodosius Marwan Irnaka Ananda Nara Tyaga Vikojayanta
vi ABSTRAK
Novi Indriani, 2017. Penelitian Desain Mengenai Keliling Lingkaran Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Pada Siswa Kelas V SD Budya Wacana Yogyakarta. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan lintasan belajar siswa dan pemahaman siswa untuk menemukan kembali nilai phi dan cara menentukan keliling lingkaran yang berkembang dari bentuk informal ke bentuk formal di kelas V melalui Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang didesain untuk siswa kelas V.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Budya Wacana Yogyakarta pada bulan November dan Desember 2016. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian desain. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Budya Wacana Yogyakarta pada semester I tahun ajaran 2016 – 2017. Tahap - tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah desain awal, ujicoba dan pelaksanaan pembelajaran. Langkah analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Reliabilitas data diukur melalui deskripsi dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan lintasan belajar siswa yang memuat tiga konteks untuk membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan mengenai keliling lingkaran. Konteks tersebut adalah PORSENI KELAS VI, PORSENI TAHUN DEPAN dan PORSENI KELAS III. Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan mengenai lintasan belajar siswa dan proses berpikir siswa dalam memahami konsep keliling lingkaran.
ABSTRACT
Novi Indriani, 2017. Design Research Of Circle’s Circumference Using Realistic Mathematic Approach In 5th Grade Student At Budya Wacana Elementary School Yogyakarta. Thesis. Master Program in Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta
This study aims to produce student’s learning pathways and understanding to rediscover the value of phi and how to determine the circumference of the circle that evolves from the informal to the formal form in the class V through Hypothetical Learning Trajectory (HLT) which is designed for students at grade V.
This research was conducted at SD Budya Wacana Yogyakarta in November and December 2016. The type of research is design research. The research subject were the students of grade V SD Budya Wacana Yogyakarta in the first semester of the academic year 2016 - 2017. The steps in this research were the initial design, the test and the implementation of the learning. Step analysis of data is data reduction, data presentation and conclusion or verification. Data reliability is measured through a description of the learning process.
In this study, the researcher develops a student learning path containing three contexts to help students constructing knowledge about the circumference of the circle. The context is PORSENI CLASS VI, PORSENI NEXT YEAR and PORSENI CLASS III. In this study, researchers describe the trajectory of students and the thinking process of students in understanding the concept of the circumference of the circle.
DAFTAR PUBLIKASI HASIL PENELITIAN TESIS
Sebagian hasil tesis ini telah dipresentasikan dalam konferensi internasional
dan/atau dipublikasikan dalam jurnal internasional sebagai berikut :
N. Indriani dan H. Julie, “ Developing Learning Based Instrustion on The Circle’s Circumference of Grade V with Realistics Mathematics Education (RME) “ , AIP Conference Proceedings, Nomor Artikel ME 22, Tahun 2017, (terindeks scopus, Artikel sedang dalam proses penerbitan).
Selain itu, sebagian hasil lain sedang dalam persiapan untuk dikembangkan
menjadi artikel ilmiah yang disusun oleh dosen pembimbing (Hongki Julie) dan
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat
rahmat dan kasih-Nya sehingga tesis dengan judul “ Penelitian Desain Mengenai
Keliling Lingkaran Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik Pada Siswa Kelas VI SD Budya Wacana Yogyakarta” ini dapat penulis
selesaikan. Penulis menyusun tesis ini untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Magister Pendidikan
Matematika.
Selama penyusunan tesis ini penulis telah melalui berbagai macam kesulitan
yang dialami. Akan tetapi semua itu telah dapat penulis lalui dengan adanya
dukungan dari banyak pihak sehingga kesulitan yang penulis alami dapat teratasi.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan sepenuh hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada beberapa pihak yang telah membantu,
diantaranya :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa menjaga, menguatkan dan
menyertai setiap perjalanan penulis dalam penyusunan tesis ini hingga
selesai.
2. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan berupa beasiswa
kepada penulis untuk menempuh Program Magister Pendidikan Matematika
3. Kedua orangtua penulis yaitu Bapak Antonius Suradi dan Ibu Margaretha
Sumarni yang senantiasa memberi dukungan lewat doa, memberi semangat,
kasih sayang, perhatian dari awal studi sampai selesai penyusunan tesis ini.
4. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku dosen pembimbing tesis yang dengan
kesabaran hati bersedia membimbing penulis dari awal penyusunan hingga
penyelesaian tesis ini. Terima kasih atas segala dukungan, kritik maupun
saran selama ini.
5. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma yang
telah mengesahkan penulisan tesis ini.
6. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan Matematika yang telah bersedia memberikan bimbingan,
masukan dan saran selama penulis menjalani studi di Universitas Sanata
Dharma.
7. Bapak Dr.Yansen Marpaung, selaku dosen penguji tesis yang telah
memberikan saran yang baik dan membangun untuk penulis.
8. Segenap dosen Magister Pendidikan Matematika, khususnya dosen – dosen
yang telah mengajar, mendidik, membagikan ilmu kepada penulis sehingga
penulis kaya akan ilmu pengetahuan terkait dengan matematika selama masa
kuliah.
9. Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Nasional Budya Wacana dan SD Budya
Wacana yang telah memberikan izin dan kesempatan pada penulis untuk
xii
10. Keluarga kecil penulis yaitu Petrus Tukija, S.S., Ananda Nara Tyaga
Vikojayanta dan Ananda Jovita Nathania Vikijayanti yang telah membantu
dan mendampingi penulis dengan segenap hati selama kuliah dan pada saat
penyusunan tesis sampai selesai.
11. Adik Veronika Dwi Adi Tya Rini dan Theodosius Marwan Irnaka yang telah
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
12. Segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karena telah
memberikan pelayanan yang baik selama penulis meminjam referensi untuk
belajar selama kuliah dan selama penyusunan tesis ini.
13. Segenap staf Sekretariat JPMIPA yang telah membantu memberikan
pelayanan.
14. Teman – teman S2 Angkatan 2015 dan 2016 yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
DAFTAR PUBLIKASI HASIL PENELITIAN TESIS ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Batasan Masalah ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II : LANDASAN TEORI ... 9
xiv
1. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik ... 9
2. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik ... 14
3. Rambu – Rambu Pembelajaran Matematika Realistik ... 22
4. Langkah – Langkah Pembelajaran Matematika Realistik ... 23
5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik ... 25
B. Teori Yang Terkait Dengan Pembelajaran Matematika Realistik ... 28
1. Teori Piaget ... 28
2. Teori Vygotsky ... 28
3. Teori Bruner ... 29
4. Teori Ausubel ... 30
C. Penelitian Desain (Design Research) ... 30
1. Pengertian dan Karakteristik Penelitian Desain ... 30
2. Fungsi Penelitian Desain ... 32
3. Hasil dari Penelitian Desain ... 32
4. Langkah – Langkah Penelitian Desain ... 33
D. Keliling Lingkaran ... 36
1. Pengertian Lingkaran ... 36
2. Unsur – Unsur Lingkaran ... 36
3. Keliling Lingkaran ... 38
E. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 39
1. Penelitian Komang Agus Artawan ... 39
2. Penelitian Ika Retno Fitriyanti ... 40
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 44
A. Metode Penelitian dan Jenis Penelitian ... 44
B. Subyek Penelitian ... 48
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
D. Metode Pengumpulan Data ... 48
E. Hipotesis Alur Belajar ... 50
F. Desain Pembelajaran serta Diagram Alir Pembelajaran ... 51
G. Teknik Analisis Data dan Reliabilitas Data ... 52
1. Teknik Analisis Data ... 52
2. Reliabilitas Data ... 53
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Desain Awal ... 54
B. Pelaksanaan Ujicoba ... 56
1. Pembelajaran Pertama ... 56
2. Pembelajaran Kedua ... 102
C. Pelaksanaan Penelitian Pembelajaran ... 118
1. Pembelajaran Pertama ... 119
2. Pembelajaran Kedua ... 138
3. Pembelajaran Ketiga ... 158
D. Refleksi Penulis ... 177
BAB V : PENUTUP ... 181
A. Kesimpulan ... 181
xvi
DAFTAR PUSTAKA ... 183
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan Guru (Desain Pembelajaran) Ujicoba
Lampiran 2. Panduan Guru (Desain Pembelajaran ) Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa ( 3 Konteks)
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa Keliling Lingkaran
Lampiran 5. Hasil Pekerjaan Siswa pada Ujicoba Pembelajaran
Lampiran 6. Hasil Pekerjaan Siswa pada Penelitian Pembelajaran
Lampiran 7. Transkrip Wawancara pada Ujicoba Pembelajaran
Lampiran 8. Transkrip Wawancara pada Penelitian Pembelajaran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia
untuk menggunakan akal pikiran / rasional mereka sebagai jawaban dalam
menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang. Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara(UU No.20 Tahun 2003).
Salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Melalui pendidikan yang baik, kita akan mudah mengikuti
perkembangan jaman di masa yang akan datang, khususnya perkembangan dalam
bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang semakin dirasakan
memiliki peran penting terhadap perkembangan bidang – bidang ilmu lain seperti
ekonomi serta informasi dan teknologi (IPTEK). Di era globalisasi, IPTEK
berkembang sangat pesat dan kegiatan ekonomi semakin terbuka bebas antar
negara seperti terlihat pada Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) dan ASEAN Free
Trade Area (AFTA) 2015. Hal ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas karena salah satu
(2011) adalah arus bebas tenaga kerja terampil. Salah satu jalan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan.
Matematika sebagai salah satu ilmu pendidikan telah banyak berkembang
dewasa ini. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menemukan dan menggunakan rumus matematika yang dapat
menunjang pemahaman konsep siswa dalam kaitannya dengan kehidupan sehari –
hari.
Belajar matematika tidak hanya cukup mengenal konsep, namun juga
dapat mempergunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah, baik
masalah yang berhubungan dengan matematika ataupun masalah yang dijumpai
dalam kehidupan sehari – hari. Akan tetapi sangatlah disayangkan, banyak siswa
di sekolah yang tidak menyukai matematika karena dianggap sebagai pelajaran
yang sulit untuk dipahami sebab matematika selalu dihubungkan dengan angka
dan rumus. Matematika menjadi pelajaran yang dirasa kurang bermakna.
Pembelajaran matematika akan terasa lebih bermakna apabila dikaitkan
dengan situasi real dalam kehidupan nyata anak dengan ide – ide matematika.
Menurut Van den Heuvel-Panhuizen (2000), jika anak belajar matematika terpisah
dari pengalaman mereka sehari – hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat
mengaplikasikan matematika baik dalam ilmu lain maupun dalam kehidupan
sehari – hari. Pendapat tersebut juga dikemukakan oleh Freudhental bahwa suatu
ilmu akan bermakna bagi siswa jika proses belajar melibatkan masalah realistik
Sebuah realita yang terjadi di SD Budya Wacana Yogyakarta dalam
sebuah tes pendalaman materi dari UPT Yogyakarta Wilayah Utara pada hari
Selasa 05 April 2016, secara keseluruhan siswa kelas VI mengalami kesalahan
dalam menyelesaikan soal menghitung keliling bangun datar yang terdiri dari
¾
lingkaran dan dua jari – jari seperti tampak pada gambar berikut jika diketahui.
Berikut ini soal yang diberikan :
Hitunglah keliling bangun datar yang terdiri dari lingkaran dan dua jari – jari seperti tampak pada gambar di bawah ini, jika diketahui panjang jari – jari lingkaran 40 cm !
Penulis mengamati bahwa kesalahan siswa terjadi dikarenakan dalam proses
mengerjakan soal, siswa langsung menerapkan rumus keliling lingkaran yang ada,
tanpa memaknai pertanyaan soal. Siswa mengerjakan soal yakni dengan
menghitung keliling ¾ lingkaran langsung menggunakan rumus ¾ dikalikan phi
dikalikan diameter lingkaran. Siswa tidak memperhatikan bahwa untuk
mengerjakan keliling ¾ lingkaran haruslah diperhatikan pula panjang garis yang
membatasi bidang lingkaran (jari – jari lingkaran).
Dengan kasus yang terjadi tersebut, selanjutnya penulis melakukan
observasi dan wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran matematika di
SD Budya Wacana Yogyakarta untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan, penulis mendapatkan hasil bahwa dalam
pembelajaran matematika dengan materi keliling lingkaran dimulai dengan guru
langsung memberikan rumus pada siswa, memberikan contoh soal dan
penyelesaiannya. Akan tetapi soal yang diberikan masih bersifat sederhana dan
belum merupakan soal aplikasi yang rumit. Selanjutnya siswa diberikan latihan
soal yang mirip dengan contoh soal dan siswa mengerjakan latihan soal tersebut.
Siswa hanya menggunakan rumus keliling lingkaran tanpa diajak memahami
konsep dan cara memperoleh rumus tersebut. Siswa tidak mengetahui bagaimana
proses memperoleh nilai phi dan bagaimana penerapan mengenai materi keliling
lingkaran ini akan dapat digunakan dalam kehidupan sehari – hari.
Penulis juga melakukan prapenelitian dengan memberikan tes uji coba
pada siswa untuk mengetahui secara lebih jelas bagaimana proses pengerjaan soal
yang dilakukan oleh siswa. Tes uji coba ini diberikan pada 11 siswa kelas VI SD
Budya Wacana tahun ajaran 2015/2016 pada tanggal 16 April 2016. Tes uji coba
ini memuat 6 buah soal yang terdiri dari 1 buah soal mengenai keliling persegi
panjang dan 5 buah soal mengenai keliling lingkaran. Soal mengenai keliling
lingkaran meliputi keliling 1 lingkaran,
½
lingkaran,¾
lingkaran danmembandingkan keliling manakah yang lebih besar antara 1 lingkaran dengan
¾
lingkaran.
Dari tes ujicoba yang diberikan tersebut, siswa mengerjakan soal dengan
terlebih dahulu menggambar bangun lingkaran sesuai dengan ukuran yang
diketahui pada soal. Siswa mengerjakan soal dengan menerapkan rumus keliling
lingkaran utuh, siswa dapat mengerjakan dengan tepat. Pada soal menghitung
keliling
½
lingkaran dan¾
lingkaran, siswa mengerjakan dengan menerapkanrumus keliling lingkaran tanpa ikut memperhitungkan panjang garis yang
membatasi lingkaran, sehingga secara keseluruhan siswa mengalami kesalahan
pada pengerjaan soal ini. Pada soal berikutnya yaitu membandingkan keliling 1
lingkaran dengan
¾
lingkaran, siswa memilih lebih besar keliling 1 lingkaran.Dari hasil pekerjaan siswa tersebut, tampak bahwa pada umumnya siswa kurang
menguasai konsep keliling lingkaran khususnya pada lingkaran yang tidak utuh.
Siswa tidak dapat menyelesaikan soal latihan menghitung keliling lingkaran
dengan benar ketika soal dikembangkan menjadi
½
lingkaran atau¼
lingkaranatau
¾
lingkaran. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari 11 orang siswa,hanya 1 siswa yang mendapat nilai tuntas. Kalau dilihat dari kategori ketuntasan
klasikal hanya mencapai 9,09 % sedangkan yang tidak tuntas mencapai 90,91 %.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mencoba mengangkat
permasalahan tersebut guna membantu siswa lebih memahami konsep mengenai
keliling lingkaran dengan terlebih dahulu membantu siswa untuk mengetahui nilai
phi dan menentukan cara menghitung keliling lingkaran menggunakan pendekatan
pembelajaran matematika realistik. Proses penemuan kembali nilai phi dilakukan
dengan bimbingan guru sebagai orang dewasa secara bertahap. Penulis membuat
desain pembelajaran yang akan diimplementasikan di kelas V SD Budya Wacana
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah lintasan belajar siswa untuk menemukan kembali nilai phi
dan cara menentukan keliling lingkaran yang berkembang dari bentuk
informal ke bentuk formal di kelas V ?
2. Bagaimanakah pemahaman siswa dalam menemukan kembali nilai phi dan
cara menentukan keliling lingkaran melalui Hypothetical Learning
Trajectory ( HLT ) yang didesain untuk siswa kelas V ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menghasilkan lintasan belajar siswa untuk menemukan kembali nilai phi
dan cara menentukan keliling lingkaran yang berkembang dari bentuk
informal ke bentuk formal di kelas V.
2. Mengetahui pemahaman siswa dalam menemukan kembali nilai phi dan
cara menentukan keliling lingkaran melalui Hypothetical Learning
Trajectory (HLT) yang didesain untuk siswa kelas V.
D. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah yang diuraikan pada latar belakang tersebut serta
mengingat keterbatasan waktu, maka penelitian ini dibatasi pada :
2. Topik yang akan diteliti yaitu mengenai menemukan kembali nilai phi dan
cara menentukan keliling lingkaran melalui Hypothetical Learning
Trajectory (HLT) yang didesain oleh peneliti.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
a. Peneliti mendapatkan pengalaman untuk mendalami dan melakukan
penelitian desain dalam merancang lintasan belajar bagi siswa untuk
menemukan kembali nilai phi dan cara menentukan keliling lingkaran.
b. Peneliti mendapatkan pengalaman untuk menganalisa lintasan belajar
tersebut terhadap proses berpikir siswa.
2. Bagi guru Sekolah Dasar
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman untuk dapat
menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik guna
menemukan kembali nilai phi dan cara menentukan keliling lingkaran.
b. Penelitian ini sebagai pengalaman baru untuk dapat menentukan
metode pembelajaran yang tepat.
3. Bagi pemerhati pendidikan
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan sumbangan
wawasan untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran
b. Sebagai bahan acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
1. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran matematika realistik (PMR) merupakan suatu
pendekatan pembelajaran matematika yang diawali dari Realistic
Mathematics Education (RME) yang telah dikembangkan di Netherland sejak tahun 1970. Sekitar tahun 1971, Freudenthal memperkenalkan suatu
pendekatan baru dalam pembelajaran matematika yang akhirnya dikenal
dengan nama Realistic Mathematics Education (RME). Dalam Bahasa
Indonesia adalah Pendidikan Matematika Realistik atau secara operasional
disebut sebagai Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Menurut
Freudhental, matematika merupakan aktivitas manusia ( mathematics as a
human activity) dan harus dikaitkan dengan realita (De Lange, 1999 ; Gravemeijer, 1994).
Menurut Zainurie (2007) pembelajaran matematika realistik adalah
matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan
pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah realistik
digunakan sebagai sumber munculnya konsep – konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Pembelajaran matematika realistik di
kelas berorientasi pada karakteristik Realistic Mathematics Education
(RME), sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan
formal. Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep – konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari – hari atau masalah dalam bidang lain.
Realistic Mathematics Education (RME) atau Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang
diawali dengan masalah realistik untuk mengarahkan peserta didik dalam
memahami suatu konsep matematika. Soedjadi (2001: 2) mengemukakan
bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik pada
dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami
peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika
sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika yang lebih baik daripada
masa yang telah lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal – hal yang nyata atau kongkret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat
membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah
lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga
maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan dalam
hal ini disebut juga kehidupan sehari – hari.
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di Indonesia
yang dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan
realitas dan pengalaman peserta didik sebagai titik awal pembelajaran.
mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep – konsep matematika atau pengetahuan matematika formal, selanjutnya peserta
didik diberi kesempatan mengaplikasikan konsep – konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari – hari atau masalah di bidang lain ( Rifka Nurulislamidiana, 2013 ).
PMRI merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan
aktivitas insani, dalam pembelajarannya digunakan konteks yang sesuai
dengan situasi di Indonesia. Dasar filosofi yang digunakan dalam PMRI
adalah konstruktivisme, yaitu dalam memahami suatu konsep matematika
siswa membangun sendiri pemahaman dan pengertiannya. Karakteristik
dari pendekatan ini adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk mengkonstruksi atau membangun pemahaman dan
pengertiannya tentang konsep yang baru dipelajarinya.
Menurut Zulkardi (2000) PMRI adalah pendekatan pembelajaran yang
bertitik tolak dari hal – hal yang “real” bagi siswa, menekankan ketrampilan “proses of doing mathematics”, berdiskusi, berkolaborasi,
berargumentasi dengan teman sekelas sehingga dapat menemukan sendiri
dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan
masalah baik secara individu maupun kelompok.
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia mulai diujicobakan di
Indonesia pada tahun 2002. Pada awalnya terdapat empat Universitas yang
terlibat dalam pengembangan PMRI yaitu UPI Bandung, UNY
universitas tersebut melakukan ujicoba pada dua Sekolah Dasar (SD) dan
satu MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri). Ujicoba tersebut dilaksanakan
mulai kelas satu dan ujicoba sudah sampai pada kelas 6. Untuk melengkapi
proses pembelajaran telah disusun perangkat pembelajaran yang terdiri
dari Buku Guru, Buku Siswa dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang
disusun oleh TIM PMRI dari keempat Universitas tersebut.
Menurut Gravemeijer (1994 : 90 - 91) dalam pembelajaran
matematika dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik terdapat
tiga prinsip utama yaitu :
1) Penemuan kembali terbimbing (guided reinvention) dan matematisasi
progresif (progressive mathematization).
Menurut prinsip reinvention bahwa dalam pembelajaran matematika
perlu diupayakan agar siswa mempunyai pengalaman dalam
menemukan sendiri berbagai konsep, prinsip atau prosedur dengan
bimbingan guru.
2) Fenomenologi didaktis (didactical phenomenology).
Yang dimaksud fenomenologi didaktis adalah para siswa dalam
mempelajari konsep, prinsip atau materi lain yang terkait dengan
matematika bertolak dari masalah realistik yang mempunyai berbagai
kemungkinan solusi atau setidaknya dari masalah yang dapat
3) Mengembangkan model – model sendiri (self – developed model). Yang dimaksud mengembangkan model adalah dalam mempelajari
konsep, prinsip atau materi lain yang terkait dengan matematika,
dengan melalui masalah realistik, siswa perlu mengembangkan
sendiri model atau cara menyelesaikan masalah tersebut. Model – model atau cara tersebut dimaksudkan sebagai wahana untuk
mengembangkan proses berpikir siswa dari proses berpikir yang
paling dikenal siswa ke arah proses berpikir yang lebih formal.
Dalam pembelajaran, proses yang diharapkan terjadi adalah siswa
dapat membuat model situasi yang dekat dengan siswa, kemudian dengan
proses generalisasi dan formalisasi model situasi diubah ke dalam model
tentang masalah (model of). Selanjutnya dengan proses matematisasi
horizontal, model tentang masalah berubah menjadi model untuk (model
for). Setelah itu dengan proses matematisasi vertikal model untuk berubah menjadi model pengetahuan matematika formal.
Menurut Ahmad Fauzan (2003) pendekatan pembelajaran matematika
realistik dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut :
1) Matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari – hari sehingga memecahkan masalah realistik merupakan hal yang esensial
dalam pembelajaran.
2) Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika (doing
3) Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan konsep – konsep matematika di bawah bimbingan orang dewasa (guru).
4) Proses pembelajaran berlangsung secara interaktif dimana siswa
menjadi fokus dari semua aktivitas di kelas. Kondisi ini mengubah
otoritas guru yang semula sebagai validator, menjadi seorang
pembimbing dan motivator.
2. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik
De Lange (1987:75) menjabarkan 5 karakteristik pembelajaran
matematika realistik yakni :
1) Digunakan konteks nyata untuk dieksplorasi
Maksudnya dalam kegiatan pembelajaran matematika dimulai dari
masalah – masalah nyata (real) yang dekat dengan siswa atau sering
dijumpai siswa sehari – hari. Dari masalah nyata tersebut kemudian siswa menyatakan ke dalam bahasa matematika selanjutnya siswa
menyelesaikan masalah itu dengan alat – alat yang ada dalam matematika, kemudian siswa membahasakan lagi jawaban yang
diperoleh ke dalam bahasa sehari – hari.
2) Digunakannya instrumen vertikal, seperti misalnya model, skema – skema, diagram – diagram, simbol – simbol dan sebagainya.
Yang dimaksud model dalam hal ini berkaitan dengan model situasi
3) Digunakan proses konstruktif dalam pembelajaran
Dalam hal ini siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, proses
penyelesaian soal atau masalah realistik yang dihadapi, yang menjadi
awal dari proses matematisasi berikutnya. Dalam pembelajaran,
siswalah yang aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, bukan
guru yang menjelaskan kepada siswa tentang pengertian atau konsep
matematika.
4) Adanya interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa yang satu
dengan siswa yang lain serta antara siswa dengan guru.
Dalam proses pembelajaran diharapkan terjadi interaksi antara guru
dengan siswa. Selain itu diharapkan terjadi pula interaksi antara
siswa dengan siswa yaitu dalam mengkonstruksi pengetahuan
mereka saling berdiskusi dan mengajukan argumentasi dalam
menyelesaikan masalah. Jika siswa menemui kesulitan, siswa
menanyakan kepada guru sehingga terjadi interaksi antara siswa
dengan guru.
5) Terdapat keterkaitan (intertwining) di antara berbagai materi
pelajaran untuk mendapatkan struktur materi secara matematis.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika
realistik, guru mengarahkan siswa menggunakan berbagai situasi dan
kesempatan untuk menemukan kembali konsep matematika dengan
caranya sendiri, konsep matematika diharapkan muncul dari proses
konteks dan secara perlahan siswa mengembangkan alat dan pemahaman
matematika ke tingkat yang lebih tinggi. Konteks dalam pembelajaran
matematika realistik merujuk pada situasi dimana soal ditempatkan
sedemikian hingga siswa dapat menciptakan aktivitas matematika dan
melatih ataupun menerapkan pengetahuan matematika yang dimilikinya.
Konteks dapat pula berupa matematika itu sendiri sepanjang siswa dapat
merasakannya sebagai hal yang real.
Frans Moerland (2003) memvisualisasikan proses matematisasi dalam
pembelajaran matematika realistik sebagai proses pembentukan gunung es
(iceberg). Proses pembentukan gunung es di laut selalu dimulai dari
bagian dasar di bawah permukaan laut dan seterusnya sampai akhirnya
terbentuk puncak gunung es yang muncul di atas permukaan laut. Bagian
dasar gunung es lebih luas daripada puncaknya, dengan demikian
konstruksi gunung es tersebut menjadi kokoh dan stabil. Proses ini nampak
pada proses matematisasi dalam matematika realistik, yaitu dalam
pembelajaran selalu diawali dengan matematisasi horizontal kemudian
meningkat sampai matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal lebih
ditekankan untuk membentuk konstruksi matematika yang kokoh sehingga
matematisasi vertikal lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan matematisasi
Tingkatan ini oleh Frans Moerlands digambarkan dalam diagram
sebagai berikut :
Gambar 1. Diagram Frans Moerland
Dalam pembelajaran matematika realistik, siswa melakukan dua
matematisasi yaitu matematisasi vertikal dan matematisasi horisontal.
Siswa belajar matemetika dengan diawali dari masalah – masalah realistik.
Matematisasi horisontal adalah proses penyelesaian soal realistik dari
dunia nyata. Siswa mencoba menyelesaikan soal dari dunia nyata dengan
cara mereka sendiri dan menggunakan bahasa dan simbol mereka sendiri.
Sedangkan matematisasi vertikal adalah proses formalisasi konsep
matematika. Siswa mencoba menyusun prosedur umum yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan soal – soal sejenis secara langsung tanpa bantuan konteks. Dalam istilah Freudenthal (dalam Van den
ke dalam dunia simbol, sedangkan matematisasi vertikal berarti bergerak
di dalam dunia simbol itu sendiri. Dengan kata lain menghasilkan konsep,
prinsip atau model matematika dari masalah realistik sehari – hari termasuk matematisasi horisontal, sedangkan menghasilkan konsep,
prinsip atau model matematika dari matematika itu sendiri termasuk
matematisasi vertikal.
Berdasarkan matematisasi vertikal dan horisontal, pendekatan dalam
pendidikan matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu :
a. Pendekatan mekanistik.
Adalah suatu pendekatan tradisional dan didasarkan pada apa yang
diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke
yang lebih kompleks). Dalam pendekatan ini, manusia dianggap
sebagai mesin. Kedua jenis matematisasi tidak digunakan.
b. Pendekatan empiristik.
Adalah suatu pendekatan di mana konsep – konsep matematika tidak
diajarkan dan diharapkan siswa dapat menemukan melalui
matematisasi horisontal.
c. Pendekatan strukturalistik.
Adalah pendekatan yang menggunakan sistem formal, misalnya
pengajaran penjumlahan cara panjang perlu didahului dengan nilai
d. Pendekatan realistik.
Adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik
sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi
horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan
mengkonstruksi konsep matematika.
Secara sederhana dua proses matematisasi yang berupa siklus dimana
dunia nyata tidak hanya sebagai sumber matematisasi tetapi juga sebagai
tempat untuk mengaplikasikan kembali matematika(De Lange, 1987 :72).
Secara sederhana alur pikir proses pembelajaran matematika realistik dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Alur pikir proses PMR
Dalam pembelajaran matematika realistik, pengintegrasian unit – unit matematika adalah esensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan
keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada
pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya
diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks dan tidak hanya aritmetika,
Menurut Sutarto Hadi (2005), berdasarkan karakteristik tersebut,
pembelajaran matematika realistik mempunyai konsepsi tentang siswa
sebagai berikut :
1) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide – ide
matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya.
2) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk
pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.
3) Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang
meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan
kembali dan penolakan.
4) Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri
berasal dari seperangkat ragam pengalaman.
5) Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu
memahami dan mengerjakan matematika.
Sutarto Hadi (2005) menyebutkan bahwa peran guru dalam
pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut :
1) Guru hanya sebagai fasilitator belajar.
2) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif.
3) Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
menyumbang pada proses belajar dirinya dan secara aktif membantu
4) Guru tidak terpancang pada materi yang termasuk dalam kurikulum
melainkan aktif mengkaitkan kurikulum dengan dunia real baik fisik
maupun sosial.
Pembelajaran matematika realistik mempunyai konsepsi bahwa
pengajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran matematika
realistik meliputi aspek – aspek berikut (De Lange, 1995 dalam Sutarto Hadi) :
1) Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah yang “real” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya
sehingga siswa terlibat dalam pelajaran secara bermakna.
2) Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.
3) Siswa mengembangkan atau menciptakan model – model simbolik secara informal terhadap persoalan / masalah yang diajukan.
4) Pengajaran berlangsung secara interaktif : siswa menjelaskan dan
memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami
jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban teman,
menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang
lain dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh
Sejalan dengan paradigma baru pendidikan sebagaimana yang
dikemukakan oleh Zamroni (2000), pada aspek perilaku diharapkan siswa
mempunyai ciri – ciri :
1) Di kelas aktif dalam diskusi, mengajukan pertanyaan dan gagasan
serta aktif dalam mencari bahan pelajaran yang mendukung materi
yang dipelajari.
2) Mampu bekerjasama dengan membuat kelompok – kelompok belajar. 3) Bersifat demokratis yakni berani menyampaikan gagasan,
mempertahankan gagasan dan sekaligus berani pula menerima
gagasan orang lain.
4) Memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
3. Rambu – Rambu Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut M. Asikin (2010) untuk mendesain suatu model
pembelajaran berdasarkan pembelajaran matematika realistik, model
tersebut harus merepresentasikan karakteristik pembelajaran matematika
realistik baik pada tujuan, materi, metode dan evaluasi. Rambu – rambu pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut :
1) Tujuan haruslah mencakup ketiga level tujuan dalam pembelajaran
matematika realistik yakni lower level, middle level dan higher order
level. Tujuan terakhir menekankan pada kemampuan berargumentasi, berkomunikasi dan pembentukan sikap kritis.
2) Desain suatu ‘open material’ yang berangkat dari suatu situasi dalam
3) Aktivitas siswa diatur sehingga mereka dapat berinteraksi dengan
sesamanya, diskusi, negosiasi dan kolaborasi.
4) Materi evaluasi dibuat dalam bentuk „open question‟ yang memancing siswa untuk menjawab secara bebas dan menggunakan
beragam strategi atau beragam jawaban (free productions).
4. Langkah – langkah Pembelajaran Matematika Realistik
Karakteristik pembelajaran matematika realistik dijabarkan menjadi
langkah – langkah operasional dalam pembelajaran. Langkah – langkah pembelajaran matematika realistik (dalam Zulkardi, 2002) yaitu :
1) Memahami Masalah Realistik
Pendidik memberikan masalah realistik dan meminta peserta didik
untuk memahami masalah tersebut. Pada tahap ini, karakteristik
pembelajaran matematika realistik yang muncul adalah menggunakan
masalah realistik dan interaksi.
2) Menyelesaikan Masalah Realistik
Peserta didik mendeskripsikan masalah realistik, melakukan
interpretasi terhadap aspek matematika yang ada pada masalah yang
dimaksud dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Pendidik
diharapkan tidak perlu terlalu membantu peserta didik dalam
menyelesaikan soal, sebelum peserta didik memperoleh penyelesaian
sendiri. Pada langkah ini, karakteristik pembelajaran matematika
berbasis masalah yang muncul adalah menggunakan model dan
3) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Pendidik membentuk kelompok dan meminta kelompok tersebut
untuk bekerjasama mendiskusikan penyelesaian masalah yang telah
diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan dan
berdiskusi). Peserta didik dilatih untuk mengeluarkan ide – ide yang dimiliki. Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang
muncul pada tahap ini adalah penggunaan ide atau kontribusi peserta
didik dan interaksi antar peserta didik, interaksi antara pendidik
dengan peserta didik dan interaksi antara peserta didik dengan sumber
belajar.
4) Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas, pendidik mengarahkan peserta didik untuk
menarik kesimpulan tentang konsep atau definisi, teorema, prinsip
atau prosedur matematika yang terkait dengan masalah realistik yang
baru diselesaikan. Karakteristik pembelajaran matematika realistik
yang muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi (interactivity)
antara peserta didik dengan pendidik dan kontribusi peserta didik.
Dari uraian langkah - langkah pembelajaran matematika realistik di
atas, karakteristik yang kelima dari pembelajaran matematika
realistik yaitu intertwining tidak ditunjukkan secara eksplisit dalam setiap
langkah - langkah pembelajaran matematika realistik namun secara
implisit karakteristik tersebut sudah muncul pada setiap langkah - langkah
matematika artinya konsep-konsep matematika saling terkait satu sama
lain.
Adapun langkah – langkah pembelajaran pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) menurut Suharta (2005 : 5) adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Langkah – langkah Pembelajaran Matematika
Realistik
No. Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Memberikan siswa masalah realistik.
Secara mandiri / kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi informal.
2. Merespon secara positif jawaban siswa.
Diberi kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif.
6. Memberikan tugas rumah. Mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru.
5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut Suwarsono (dalam Muafieq:2011-online) terdapat beberapa
Beberapa kelebihan dari pembelajaran matematika realistik antara lain
sebagai berikut :
1) Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas
kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan
sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan kegunaan pada umumnya
bagi manusia.
2) Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas
kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang
dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh
mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut.
3) Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas
kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak
harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu dengan yang lain.
4) Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas
dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika,
proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan orang harus
menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep -
konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu
(misalnya guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses
Beberapa kelemahan dalam penerapan pendekatan pembelajaran
matematika realistik antara lain sebagai berikut :
1) Pencarian soal yang realistik tidak selalu mudah.
2) Penilaian dalam pembelajaran matematika realistik lebih rumit
daripada dalam pembelajaran konvensional.
3) Pemilihan alat peraga harus cermat sehingga membantu proses
berpikir siswa.
4) Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar (40- 45 orang).
5) Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
6) Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.
Cara untuk mengatasi kelemahan pembelajaran matematika realistik
dapat dilakukan upaya – upaya antara lain :
1) Memotivasi semua siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Memberikan bimbingan kepada siswa yang memerlukan.
3) Memberikan waktu yang cukup untuk menemukan dan memahami
konsep.
4) Menggunakan alat peraga yang sesuai sehingga dapat membantu
B. Teori Yang Terkait Dengan Pembelajaran Matematika Realistik
Beberapa teori terkait dengan pembelajaran matematika realistik
antara lain adalah : teori Piaget, teori Vygotsky, teori Bruner dan teori
Ausubel. Masing – masing teori akan dijelaskan di bawah ini. 1. Teori Piaget
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan
menginterpretasikan obyek dan kejadian – kejadian di sekitarnya. Piaget
memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas (Suharto,2012:23).
Berdasarkan teori Piaget, pendekatan dalam pembelajaran matematika
realistik sangat terkait dengan teori tersebut, karena pembelajaran
matematika realistik memfokuskan pada proses berpikir peserta didik,
bukan sekedar memfokuskan pada hasil. Dalam pembelajaran matematika
realistik mengutamakan peran peserta didik berinisiatif untuk menemukan
sendiri jawaban dari masalah realistik yang diberikan. Selain itu peserta
didik dituntut aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan karakteristik pembelajaran matematika realistik yang keempat
(interaktivitas).
2. Teori Vygotsky
Teori perkembangan sosiokultural Vygotsky menekankan adanya
pengaruh budaya terhadap perkembangan kognitif anak. Anak akan
bila ia menguasai alat dan bahasa. Salah satu alat dan bahasa tersebut
adalah matematika. Pengembangan alat dan bahasa matematika
dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya. Hal ini berarti bahwa
perkembangan pemikiran matematika anak juga dipengaruhi oleh
interaksi sosial dalam konteks budaya dimana ia dibesarkan.
3. Teori Bruner
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar. Dalam teori belajarnya Jerome S.Bruner berpendapat bahwa
kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat
menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Bruner
berpendapat bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi 3 tahap
yaitu :
1) Tahap informasi, bahwa dalam tiap pelajaran kita memperoleh
sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita
miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, adapula
informasi itu yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui
sebelumnya.
2) Tahap transformasi, kita menganalisa berbagai informasi yang kita
pelajari itu dan mengubah atau mentransformasikannya ke dalam
bentuk informasi yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat
3) Tahap evaluasi, kita menilai hingga manakah pengetahuan yang kita
peroleh dan transformasikan itu dapat digunakan untuk memahami
gejala – gejala lain atau memecahkan permasalahan yang kita hadapi.
4. Teori Ausubel
Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk
mencari hukum belajar yang bermakna. Pengertian belajar bermakna
menurut Ausubel ada dua jenis belajar yaitu : belajar bermakna
(meaningfull learning ) dan belajar menghafal (rote learning). Belajar
bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang
yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha
menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang
dibaca tanpa makna.
C. PENELITIAN DESAIN (DESIGN RESEARCH)
1. Pengertian dan karakteristik Penelitian Desain
Ketika sebuah penelitian menempatkan proses desain sebagai bagian
yang penting, maka penelitian tersebut dapat dikatakan sebagai penelitian
desain. Setiap model penelitian memiliki karakteristik masing – masing, termasuk design research. Walaupun memiliki beberapa karakteristik
yang sama dengan model penelitian lain, design research memiliki
Design-Based Research Collective 2003; Reeves et al.2005; van den Akker 1999,
dalam van den Akker et al, 2006:5) :
a. Interventionist : bertujuan untuk merancang suatu intervensi dalam dunia nyata.
b. Iterative : penelitian menggabungkan pendekatan siklikal (daur) yang meliputi perancangan, evaluasi dan revisi.
c. Process oriented : model kotak hitam pada pengukuran input – output diabaikan, tetapi difokuskan pada pemahaman dan pengembangan
model intervensi.
d. Utility oriented : keunggulan dari rancangan diukur untuk bisa digunakan secara praktis oleh pengguna.
e. Theory oriented : rancangan dibangun berdasarkan pada preposisi teoritis kemudian dilakukan pengujian lapangan untuk memberikan
kontribusi pada teori.
Berdasarkan karakteristik tersebut, berikut ini adalah salah satu
definisi educational design research yang diberikan oleh Barab dan
Squire (2004, van den Akker et al., 2006 : 5), yaitu : „serangkaian
pendekatan, dengan maksud untuk menghasilkan teori – teori baru, artefak dan model praktis yang menjelaskan dan berpotensi berdampak
pada pembelajaran dengan pengaturan yang alami (naturalistic)‟.
Menurut Plomp (2007: 13), design research adalah : „suatu kajian sistematis tentang merancang, mengembangkan dan mengevaluasi
produk dan system) sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang
kompleks dalam praktik pendidikan, yang juga bertujuan untuk
memajukan pengetahuan kita tentang karakteristik dari intervensi – intervensi tersebut serta proses perancangan dan pengembangannya‟. 2. Fungsi Penelitian Desain
Fungsi Penelitian Desain adalah merancang / mengembangkan suatu
intervensi (seperti program, strategi dan materi pembelajaran, produk dan
sistem) dengan tujuan untuk memecahkan masalah pendidikan yang
kompleks dan untuk mengembangkan pengetahuan (teori) tentang suatu
karakteristik dari intervensi serta proses perancangan dari intervensi serta
proses perancangan dan pengembangan tersebut (Plomp,2007 :12).
3. Hasil dari Penelitian Desain
Menurut Plomp (2007:20 -22), ada tiga hasil yang bisa diperoleh dari
penelitian desain, yaitu :
1) Prinsip desain dan teori intervensi
Penelitian desain bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan
tentang apakah dan kenapa suatu intervensi bekerja dalam konteks
tertentu. Dalam penelitian desain, hasil penelitian tidak dapat
digeneralisasi dari sampel ke populasi.
2) Model Intervensi
dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran atau
pendidikan secara empiris.
3) Pengembangan Profesi
Penelitian desain dilakukan secara kolaboratif dan kolegaliatif oleh
para peneliti dan praktisi pendidikan di lapangan. Kolaborasi praktis
yang dilakukan dapat bermanfaat untuk mengatasi berbagai
permasalahan pembelajaran dan pendidikan dengan cepat dan tepat.
4. Langkah – langkah Penelitian Desain
Langkah – langkah pelaksanaan penelitian desain menurut Model Gravemeijer dan Cobb (2006), diantaranya yaitu :
1) Preparing for the experiment / preparation and design phase (Bakker,2004). Tujuan utama tahap ini adalah memformulasikan teori pembelajaran local (local instructional theory) yang dielaborasi dan
diperbaiki selama pelaksanaan eksperimen. Hal – hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
a) Menganalisis tujuan yang ingin dicapai misalnya tujuan
pembelajaran.
b) Menentukan dan menetapkan kondisi awal penelitian.
c) Mendiskusikan konjektur dari local instructional theory yang
akan dikembangkan.
d) Menentukan karakteristik kelas dan peran guru.
2) Design experiment
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan desain eksperimen yang
dilakukan setelah semua persiapan dilakukan. Pada tahap ini
dikumpulkan data yang diperlukan meliputi proses pembelajaran yang
terjadi di kelas serta proses berpikir siswa baik dari perspektif sosial
yang mencakup norma sosial kelas, sosio-matematik dan praktik
matematik di kelas maupun perspektif psikologi mencakup pandangan
(beliefs) tentang peran sendiri di kelas serta tentang aktivitas
matematika, pandangan dan nilai matematik secara khusus, serta
konsepsi dan aktivitas matematika.
3) Restrospective Analysis
Tujuan tahap ini adalah menganalisis data yang telah diperoleh untuk
mengetahui apakah mendukung atau sesuai tidak dengan konjektur
yang sudah dirancang. Data yang dianalisis meliputi rekaman video
proses pembelajaran dan hasil interview terhadap siswa dan guru,
lembar hasil pekerjaan siswa, catatan lapangan serta rekaman video
dan audio yang memuat proses penelitian dari awal.
Proses pelaksanaan penelitian dipandu oleh suatu instrumen yang
disebut „hypothetical learning trajectory’(HLT) sebagai perluasan dari
percobaan pikiran (tought experiment) yang dikembangkan oleh
Freudenthal. Simon (1995) mendefinisikan HLT sebagai berikut :
hypothetical learning process a prediction of how the students’thinking
and understanding will evolve in the context of the learning activities (p.136). (HLT terdiri dari tiga komponen : tujuan pembelajaran yang mendefinisikan arah (tujuan pembelajaran), kegiatan belajar dan hipotesis
proses belajar untuk memprediksi bagaimana pikiran dan pemahaman
siswa akan berkembang dalam konteks kegiatan belajar).
HLT digunakan sebagai bagian dari apa yang disebut siklus mengajar
matematika (mathematical learning cycle) untuk satu atau dua
pembelajaran, atau bahkan untuk lebih dari dua pembelajaran. HLT dapat
menghubungkan antara teori pembelajaran (instructional theory) dan
percobaan pembelajaran secara kongkrit. Berikut ini peran HLT dalam
setiap tahap penelitian desain (Bakker, 2004) :
1) Tahap Preparation and Design
Pada tahap ini HLT dirancang untuk membimbing proses
perancangan bahan pembelajaran yang akan dikembangkan dan
diadaptasi.
2) Tahap Design Experiment
Perubahan dalam HLT biasanya dipengaruhi oleh kejadian di kelas
yang belum dapat diantisipasi strategi yang belum terlaksana serta
kegiatan yang terlalu sulit untuk dilaksanakan.
3) Tahap Restrospective Analysis
Pada tahap ini, HLT berperan sebagai petunjuk dalam menentukan
belajar siswa, maka peneliti dapat membandingkan antisipasi dari
prediksi melalui observasi selama percobaan pembelajaran (teaching
experiment).
D. KELILING LINGKARAN
1. Pengertian Lingkaran
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik – titik yang berjarak sama terhadap sebuah titik tertentu. Titik tertentu tersebut dinamakan titik pusat
(Sukino,2006 : 220).
2. Unsur – Unsur Lingkaran
Unsur – unsur sebuah lingkaran diantaranya titik pusat, jari – jari, diameter, busur, tali busur, tembereng, juring dan apotema.
a) Titik pusat lingkaran adalah titik yang terletak di tengah – tengah
lingkaran.
Pada Gambar 3, titik O merupakan titik pusat lingkaran, dengan
demikian lingkaran tersebut dinamakan lingkaran O.
Gambar 3. Lingkaran
c) Diameter (d) adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik pada
lengkungan lingkaran dan melalui titik pusat. Garis AB pada
lingkaran O merupakan diameter lingkaran tersebut. Perhatikan
bahwa AB = AO + OB. Panjang diameter merupakan dua kali
panjang jari – jarinya, ditulis bahwa d = 2r.
d) Busur lingkaran merupakan garis lengkung yang terletak pada
lengkungan lingkaran dan menghubungkan dua titik sebarang di
lengkungan tersebut. Pada Gambar 3, garis lengkung AC, garis
lengkung CB dan garis lengkung AB merupakan busur lingkaran O.
e) Tali busur lingkaran adalah garis lurus dalam lingkaran yang
menghubungkan dua titik pada lengkungan lingkaran. Tali busur
lingkaran tersebut ditunjukkan oleh segmen garis lurus AC yang tidak
melalui titik pusat pada Gambar 3.
f) Tembereng adalah daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh busur
dan tali busur. Pada Gambar 3, tembereng ditunjukkan oleh daerah
yang diarsir dan dibatasi oleh busur AC dan tali busur AC.
g) Juring lingkaran adalah daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh
dua buah jari – jari lingkaran tersebut. Pada Gambar 3, juring lingkaran ditunjukkan oleh daerah yang diarsir yang dibatasi oleh jari
– jari OC dan OB serta busur BC, dinamakan juring BOC.
h) Apotema merupakan garis dari titik pusat yang tegak lurus dengan tali
busur. Garis OE merupakan apotema pada lingkaran O. (Sukino,
3. Keliling Lingkaran
Keliling lingkaran adalah panjang busur / lengkung pembentuk
lingkaran. Keliling lingkaran dapat diukur dengan memotong lingkaran di
suatu titik, kemudian meluruskan lengkung lingkaran itu lalu diukur
panjang garis lingkaran dengan mistar (Sukino, 2006 : 230).
Jika keliling lingkaran adalah K dan garis tengah adalah d, maka
perbandingan K dengan d selalu tetap (sama) untuk setiap lingkaran.
Bilangan tetap tersebut disebut phi, sehingga
atau K =
.d K =
2.
.r. Bilangan adalah bilangan irrasional yaitu bilanganyang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa dengan a dan
b sebagai bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol. Bilangan irrasional adalah bilangan riil yang tidak bisa dibagi (hasil baginya tidak pernah berhenti).
Menurut penelitian yang cermat, nilai = 3,14159265358979324836… Jadi nilai suatu pendekatan. Jika dalam suatu perhitungan hanya
memerlukan ketelitian sampai dua tempat desimal, pendekatan untuk
adalah 3,14 atau . Karena
= , sehingga K = .d. Karena
panjang diameter adalah 2 x jari – jari atau d = 2.r, maka K = 2. .r. Jadi, dapat disimpulkan rumus keliling (K) lingkaran dengan diameter (d)
E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Berbagai penelitian mengenai pembelajaran matematika realistik
sudah banyak dilakukan. Beberapa penelitian sejenis yang membahas
pembelajaran matematika realistik antara lain :
1. Penelitian Komang Agus Artawan dkk (2014)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan di lapangan bahwa
guru menguasai materi suatu subjek dengan baik (FPB dan KPK) tetapi
tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal ini
terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model
pembelajaran tertentu sehingga aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh
siswa rendah. Peneliti mencoba mencari alternatif untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dalam
pokok bahasan FPB dan KPK. Salah satu alternatif yang ditawarkan
peneliti adalah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas
belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan
pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia pada mata
pelajaran matematika dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pendekatan
pendidikan matematika realistik pada mata pelajaran matematika siswa
Kelas V SDN 4 Suwug. Penelitian ini dirancang dengan penelitian