• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 3.2.1Karakterisasi Buah Pisang

4.2 Perubahan Mutu Buah Pisang Selama Penyimpanan

4.2.3 Uji Organoleptik

4.2.3.2 Warna Daging Buah Pisang

Analisa ragam pada hari ke-3 terhadap warna daging menunjukkan adanya perbedaan nyata pada setiap perlakuan seperti pada Lampiran 8. Penyimpanan buah pisang pada suhu 28-31oC tidak berbeda dengan penyimpanan pada suhu 6-7oC, tetapi berbeda dengan suhu 25-26oC. Penyimpanan pada suhu 25-26oC memberikan nilai rata-rata kesukaan yang tertinggi. Pisang yang disimpan dengan kombinasi plastik biodegradable dan suhu 6-7oC memberikan warna daging yang relatif lebih disukai panelis, hal ini terlihat dari nilai rata-rata kesukaannya yang tertinggi.

Analisa ragam pada hari ke-5 terhadap warna daging menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara setiap perlakuan seperti pada Lampiran 9. Analisa ragam pada hari ke-7 terhadap warna daging menunjukkan adanya perbedaan nyata seperti pada Lampiran 10. Buah pisang yang disimpan dalam plastik biodegradable berbeda dengan plastik HDPE perforated dan tanpa kemasan. Penyimpanan pisang pada suhu 28-31oC berbeda dengan suhu pada 6-7oC dan 25-26oC. Penyimpanan pisang pada suhu 25-26oC memberikan nilai rata-rata kesukaan yang tertinggi.

I

20

Kombinasi penyimpanan pisang dengan menggunakan plastik biodegradable pada suhu 25-26oC memberikan nilai rata-rata kesukaan yang tertinggi. Penyimpanan dari hari ke hari menujukkan bahwa plastik biodegradable dan suhu 25-26oC lebih mampu mempertahankan warna daging buah pisang seperti yang disukai oleh panelis.

4.2.3.3

Rasa

Perubahan rasa bergantung pada produksi gula, protein, asam organik, zat fenol dan zat volatil. Analisa ragam pada Lampiran 8 pada hari ke-3 menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata pada setiap perlakuan. Pisang yang disimpan dalam suhu 6-7oC berbeda nyata dengan suhu 25- 26oC, tetapi tidak berbeda nyata dengan suhu 28-31oC. Penyimpanan buah pisang pada suhu 25- 26oC memberikan nilai rata-rata kesukaan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan suhu lainnya. Kombinasi penyimpanan pisang dalam plastik HDPE perforated pada suhu 25-26oC memberikan nilai yang tertinggi. Nilai total gula buah pisang pada plastik HDPE perforated dan suhu 25-26oC pada hari ke-3 adalah 8,28%, sedangkan nilai total asam nya adalah 0,30 ml NaOH 0,1 N/g. Nilai total gula dan total asam ini tidak berbeda jauh dengan nilai karakteristik awal buah pisang. Pada uji organoleptik awal, nilai total gulanya adalah 8,60% dan total asamnya adalah 0,30 ml NaOH 0,1 N/g.

Analisa ragam pada Lampiran 9 pada hari ke-5 menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata pada setiap perlakuan. Analisa ragam pada hari ke-7 terhadap rasa menunjukkan adanya perbedaan nyata seperti pada Lampiran 10. Pisang yang disimpan dalam plastik biodegradable berbeda nyata dengan pisang yang disimpan dalam plastik HDPE perforated dan tanpa kemasan, tetapi pisang yang disimpan dalam plastik HDPE perforated tidak berbeda nyata dengan tanpa kemasan. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pisang yang disimpan dalam suhu 28-31oC berbeda nyata dengan suhu 6-7oC dan 25-26oC. Pisang yang disimpan pada suhu 25-26oC memberikan nilai rata-rata kesukaan yang relatif lebih besar daripada suhu yang lain. Kombinasi plastik biodegradable pada suhu 25-26oC memberikan nilai rata-rata kesukaan terhadap pisang yang disimpan relatif lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Nilai total gula pada plastik biodegradable suhu 25-26oC pada hari ke-7 adalah 9,67% dan nilai total asamnya adalah 0,19 ml NaOH 0,1 N/g. Terjadi peningkatan nilai total gula dan penurunan nilai total asam sejak hari ke-3. Secara umum, terlihat bahwa panelis tidak menyukai buah pisang yang kurang atau terlalu manis. Panelis lebih menyukai buah pisang yang memiliki tingkat kemanisan antara 8-9,6%.

4.2.3.4

Penerimaan

Analisa ragam pada Lampiran 8 pada hari ke-3 menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata pada setiap perlakuan. Penyimpanan dengan menggunakan tanpa kemasan berbeda nyata dengan plastik biodegradable dan HDPE perforated. Plastik biodegradable memberikan nilai rata-rata kesukaan yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang lain. Penyimpanan dalam suhu 6-7oC berbeda nyata dengan suhu 25-26oC, tetapi tidak berbeda nyata dengan suhu 28-31oC. Penyimpanan pisang pada suhu 25-26oC memberikan nilai rata-rata kesukaan terbesar dibandingkan dengan suhu lainnya. Pisang yang dikemas dalam plastik HDPE perforated suhu 25- 26oC dan plastik biodegradable suhu 25-26oC sama-sama memiliki nilai rata-rata kesukaan yang terbesar. Hal ini sesuai dengan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa dan warna kulit, bahwa panelis lebih menyukai buah pisang yang disimpan dalam plastik biodegradable suhu 25-26oC.

Analisa ragam pada Lampiran 9 pada hari ke-5 menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata pada setiap perlakuan. Pisang yang disimpan tanpa kemasan tidak berbeda nyata dengan pisang yang disimpan dalam plastik HDPE perforated, tetapi berbeda nyata dengan yang disimpan dalam

21

plastik biodegradable. Plastik biodegradable memberikan nilai rata-rata kesukaan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya. Pisang yang disimpan dengan kombinasi plastik

biodegradable pada suhu 28-31oC memberikan nilai rata-rata kesukaan yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini sesuai dengan tingkat kesukaan panelis terhadap warna kulit. Panelis lebih menyukai buah pisang yang disimpan dalam plastik biodegradable pada suhu 28-31oC.

Analisa ragam pada Lampiran 10 pada hari ke-7 menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata pada setiap perlakuan. Pisang yang dikemas dalam plastik biodegradable berbeda nyata dengan yang dikemas dalam HDPE perforated dan tanpa kemasan. Pisang yang disimpan tanpa kemasan memiliki nilai yang tertinggi. Penyimpanan pisang pada suhu 28-31oC berbeda nyata dengan suhu 6-7oC dan suhu 25-26oC. Pisang yang disimpan pada suhu 25-26oC memberikan nilai rata-rata kesukaan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kombinasi plastik

biodegradable dan suhu 25-26oC memberikan nilai rata-rata kesukaan yang tertinggi. Hal ini sesuai dengan tingkat kesukaan panelis terhadap warna kulit, warna daging, dan rasa.

22

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Pisang Cavendish yang digunakan dalam penelitian memiliki indeks warna 5, yang menunjukkan bahwa seluruh permukaan kulit berwarna kuning, tetapi bagian ujung buah pisang masih berwarna hijau. Kadar airnya relatif tinggi yaitu 74,77%, sehingga sangat mempengaruhi perubahan mutu selama penyimpanan. Protein, serat kasar dan karbohidrat pisang Cavendish cukup tinggi, yaitu masing-masing berjumlah 16,91%, 36,31% dan 41,90%. Kadar lemak dan abu pisang Cavendish relatif rendah, yaitu 2,32% dan 2,56%. Nilai total gula dan total asam pisang Cavendish adalah 8,60% dan 0,30%. Uji organoleptik menunjukkan bahwa pisang Cavendish yang digunakan disukai oleh panelis.

Penggunaan jenis kemasan yang berbeda akan mempengaruhi perubahan mutu pisang Cavendish selama penyimpanan. Perubahan nilai susut bobot pisang Cavendish yang disimpan dalam plastik HDPE perforated relatif kecil, yaitu 0,17. Pisang yang disimpan tanpa kemasan menunjukkan perubahan nilai total gula yang terbesar dan nilai kekerasan (0,26), kadar air (0,36) serta total asam yang terkecil. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa panelis menyukai warna kulit pisang yang disimpan dengan menggunakan plastik HDPE perforated pada hari ke-3 dan plastik biodegradable pada hari ke-5. Selain itu untuk kriteria penerimaan terhadap pisang Cavendish yang disimpan, panelis menyukai pisang yang disimpan dengan plastik biodegradable

pada hari ke-3 dan ke-5 serta pisang yang disimpan tanpa kemasan pada hari ke-7.

Suhu penyimpanan yang berbeda akan memberikan perubahan mutu yang berbeda pada pisang Cavendish yang disimpan. Buah pisang yang disimpan pada suhu 6-7oC mengalami perubahan nilai susut bobot (0,51), kekerasan (0,61), dan kadar air (0,20) relatif lebih kecil dibandingkan perlakuan suhu yang lain. Pisang yang disimpan dalam suhu 28-31oC mengalami perubahan nilai total gula yang terbesar dan nilai total asam yang terkecil. Uji organoleptik pada hari ke-3 dan ke-7 menunjukkan bahwa panelis menyukai pisang Cavendish yang disimpan pada suhu 25-26oC untuk warna kulit, warna daging, rasa, dan penerimaan panelis.

Kombinasi penggunaan jenis kemasan dan suhu yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pisang Cavendish yang disimpan. Pisang yang disimpan dengan kombinasi suhu 6-7oC dan plastik HDPE perforated mengalami perubahan nilai susut bobot (0,03) yang relatif lebih kecil dibandingkan perlakuan yang lain. Kombinasi penggunaan plastik biodegradable

dan suhu 6-7oC efektif dalam menghambat peningkatan nilai kekerasan (0,15). Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa pada hari ke-3, panelis lebih menyukai buah pisang yang disimpan dengan kombinasi plastik HDPE perforated dan suhu 25-26oC untuk warna kulit, rasa dan penerimaan. Pada hari ke-5, panelis lebih meyukai buah pisang yang disimpan dengan kombinasi plastik biodegradable dan suhu 28-31oC untuk warna kulit dan penerimaan. Sedangkan pada hari ke-7, panelis lebih menyukai buah pisang yang disimpan dengan kombinasi plastik

biodegradable dan suhu 25-26oC untuk semua kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan dengan menggunakan kemasan plastik biodegradable dan suhu 25-26oC dapat menghambat terjadinya perubahan mutu buah pisang selama penyimpanan 7 hari.

23

5.2

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat disampaikan adalah untuk menyimpan buah pisang sebaiknya menggunakan plastik HDPE perforated atau plastik biodegradable dan pada suhu 25-26oC supaya buah pisang dapat bertahan lebih lama. Di samping itu, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perlakuan pasca panen yang lebih efektif dalam mencegah perubahan mutu sebelum dilakukan penyimpanan dan untuk mengetahui pengaruh penggunaan plastik

24

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia P. 2009. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul. Jakarta: Agromedia Pustaka Anonim. 2000.Pisang. www.warintek.ristek.go.id/pertanian/pisang.pdf. [17Februari 2011]. Anonim. 2003. Kandungan Gizi Beberapa Jenis Buah Pisang. http://hortikultura.go.id/ [3 Agustus

2011].

Biale J B. 1960. Respiration of fruits. Handb Pflanzenphys. Springer-Verlag (Berlin) (12): 536. Bourtoom T. 2008. Review Article Edible films and coatings: characteristics and properties.

International Food Research Journal 15 (3): 237-248.

Cahyono B. 2009. Pisang Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius. Chrisnayanti E, et al. 2000. Kerentanan polyester alifatik terhadap biodegradasi. J Mikrobiologi

Ind 5:32-35

Bierley AW, Heat RJ, Scott MJ, 1988. Plastic Materials Properties and Applications. New York: Chapman and Hall Publishing.

Harper. 1975. Handbook of Plastic and Elastomer. Baltimore: Westing House Electric Corporation.

Hartatik U. 2007. Penyimpanan Ikan Nila dan Bandeng Presto pada Suhu Dingin dalam Wadah Plastik Polypropilene Rigid Kedap Udara dan Plastik Polyethilene [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Krohn J V dan Jordy D W. 1996. A Comparison of the oil, oxygen and water vapor permeation rates of various polyethylene blown films. TAPPI Polymers, Laminations & Coatings Conference Proceedings pp 139-144

Matto A K, Murata T, Pantastico ER B, Chachin K, Phan A T. 1986. Perubahan-perubahan kimiawi selama pematangan dan penuaan. Pantastico ER B (ed). Fisiologi Pasca Panen, penanganan dan Pemanfaatn Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Wesport, Connecticut: AVI Publishing Co., pp 160-197

Noor Z. 2007. Perilaku Selulase Buah Pisang dalam Penyimpanan Udara Termodisfikasi. Makalah pada Seminar Nasional Teknologi, 24 November 2007, Yogyakarta.

Nurminah M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan Kertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan yang Dikemas [skripsi]. Sumatera Utara: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Pantastico ER B, Chattopadyhay T K, Subramanyam H. 1986. Penyimpanan dan operasi secara komersil. Pantastico ER B (ed). Fisiologi Pasca Panen, penanganan dan Pemanfaatn Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Wesport, Connecticut: AVI Publishing Co., pp 495-536

Purwati. 2007. Efektivitas Plastik Polipropilen Rigid Kedap Udara Dalam Menghambat Perubahan Kualitas Daging Ayam dan Daging Sapi Selama Penyimpanan Beku [skripsi] Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Purwoko B S, dan Juniarti D. 1998. Pengaruh beberapa perlakuan pascapanen dan suhu penyimpanan terhadap kualitas dan daya simpan buah buah pisang (Musa(Grup AAA, Subgrup Cavendishi)). Bul Agron 26(2): 19-28.

Ryall A L dan W A Lipton. 1983. Handling, Transportation and Storage of Fruits and Vegetables. Connecticut: AVI Publishing Company Inc.

25

Sharma R M dan Singh R R. 2000. Harvesting, postharvest handling and physiology of fruits and vegetables. L.R. Verma and V.K. Joshi (eds). Postharvest Technology of Fruits and Vegetables : Handling, Processing, Fermentation and Waste Management. New Delhi : Indus Publishing Co., pp 94-147

Siracusa V, Rocculi P, Romani S, Dalla Rosa M. 2008. Biodegradble polymers for food packaging: a review. Trends in Food Science & Technology 19 (12) : 634-643

Suhelmi M. 2007. Pengaruh Kemasan Polypropylene Rigid Kedap Udara Terhadap Perubahan Mutu Sayuran Segar Terolah Minimal Selama Penyimpanan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Sulusi P, Suyanti, Setyabudi D A. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Suyanti dan Supriyadi A. 2008. Pisang, Budi Daya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya

Swara E P. 2011. Perlakuan Pendahuluan Buah Buah pisang (Musa cavendishii) untuk Penyimpanan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Syarief R, S Santausa dan St Isyana 1989. Teknologi Pengemasan Bahan Laboratorium Rekayasa

Proses Pangan Pangan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: IPB

Werdiningsih W. 2008. Kajian Perubahan Mutu Pisang Raja Bulu Selama Proses Penyimpanan dan Pemeramam [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut pertanian Bogor.

Wills R B H, T H Lee, W B Mc Glasson and D Graham. 1981. Postharvest, An Introduction to The Physiology and Handling of The Physiology and Handling of Fruits and Vegetable. Conecticut : The Avi Publ Co Inc.

26

27

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Buah Pisang a. Penetapan Kadar Air dengan Metode Oven (AOAC, 1984)

Cawan aluminium kosong dipanaskan dengan oven 105oC selama 15 menit, kemudian didinginkan dengan desikator selama 30 menit dan ditimbang. Prosedur pengeringan cawan ini diulang sampai didapatkan bobot tetap. Sampel sebanyak 4-5 gram ditimbang dalam cawan tersebut, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 3-5 jam. Setelah cawan dikeluarkan dari oven dan didinginkan, diulang sampai didapatkan bobot tetap bahan. Presentase kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

% Kadar Air = A−B

C × 100%

Keterangan :

A : Bobot cawan berisi sampel sebelum dioven (g) B : Bobot cawan berisi sampel setelah dioven (g) C : Bobot sampel basa (g)

b. Penetapan Kadar Lemak dengan Metode Ekstraksi Langsung dengan Alat Soxhlet (SNI 01- 2891-1992)

Sebanyak 1-2 gram contoh, dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring yang dilapisi dengan kapas. Kemudian selongsong kertas saring berisi contoh disumbat dengan kapas lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 80oC selama kurang lebih 1 jam. Kemudian selongsong kertas yang telah dioven dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya. Kemudian diekstraksi dengan hexana atau pelarut lemak lainnya selama kurang lebih 6 jam. Kemudian hexana disuling dan ekstrak lemak dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC sampai bobotnya tetap. Didinginkan dan ditimbang. Penentuan kadar lemak dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

% Total Lemak = W2-W1 x 100% W

Keterangan :

W : Bobot contoh (g)

W1 : Bobot labu lemak kosong (g) W2 : Bobot labu lemak dan lemak (g) c. Penetapan Kadar Serat Kasar (AOAC, 1984)

Sebanyak 2 gram contoh dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 100 ml H2SO4 0.325 N, kemudian dihidrolisis di dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu

105oC. Didinginkan lalu ditambahkan NaOH 1.25 N sebanyak 50 ml. Hidrolisis kembali ke dalam autoklaf selama 15 menit. Kemudian contoh disaring dengan kertas saring yang telah dikeringkan dan diketahui bobot tetapnya. Contoh dicuci berturut-turut dengan air panas menggunakan 25 ml H2SO4 0.325 N, kemudian dicuci dengan air panas terakhir menggunakan

alkohol 25 ml. Kertas saring dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC sampai bobotnya tetap. Penentuan kadar serat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

% Kadar Serat = Bobot kertas dan serat – Bobot kertas x 100% Bobot contoh awal

28

d. Penetapan Kadar Abu dengan Metode Oven (AOAC, 1984)

Sampel sebanyak 4-5 gram ditimbang dalam cawan yang bobotnya konstan. Dibakar sampai tak berasap di atas Bunsen dengan api kecil, kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 600oC sampai menjadi abu. Cawan didinginkan dalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang. Pengabuan diulangi, dengan cara dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 600oC selama 1 jam sampai didapat bobot yang tetap. Presentase kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

% Kadar Abu = A-B x 100% C

Keterangan :

A : Bobot cawan berisi abu sampel (g) B : Bobot cawan (g)

C : Bobot sampel basa (g)

e. Penetapan Kadar Protein (Nitrogen) dengan Metode Kjedhal

Sampel sebanyak 0.2 gram, ditambahkan dengan 1 gram CuSO4, 1.2 gram Na2SO4, dan

2.5 larutan H2SO4 pekat dan didekstruksi dalam labu Kjeldhal selama 1 jam. Setelah dingin

ditambahkan larutan NaOH 50% sebanyak 15 ml dan didestilasi. Destilat ditampung dalam erlenmeyer yang berisi larutan HCl 0.02 N. Destilat dititrasi dengan larutan NaOH 0.02 N yang sebelumnya telah ditambahkan indikator mensel. Penentuan kadar nitrogen berdasarkan volume larutan NaOH 0.02 N yang digunakan untuk titrasi.

Blanko disiapkan seperti prosedur penentuan kadar nitrogen dengan metode Kjeldhal. Penentuan kadar nitrogen dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

% Total N = (ml NaOH blanko – ml NaOH sampel) x N NaOH x 0.014 x FP x100% gram sampel

% Protein = % Total N + Faktor Konversi (FK) Keterangan :

FP : Faktor Pengenceran FK : Faktor Konversi (6.25) f. Penetapan Kadar Karbohidrat (by different)

Penentuan karbohidrat (by different) dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : % KKh = 100% - % K air - % K protein - % K abu - % K lemak - % K serat kasar g. Susut Bobot (AOAC, 1995)

Pengukuran susut bobot dilakukan secara gravimetric, yaitu membandingkan selisih bobot selama penyimpanan dengan sesudah penyimpanan. Kehilangan bobot selama penyimpanan dapat dihitung dengan rumus sebagau

( %) = − × 100%

Dimana:

W : Bobot bahan awal penyimpanan (gram)

29

h. Kekerasan

Pengukuran kekerasan dilakukan selama penyimpanan dengan menggunakan penetrometer.

i. Total Asam

Langkah-langkah untuk menghitung total asam, yaitu dengan menimbang bahan sebanyak 10 gram, kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml sampai batas tanda tera, kemudian di homogenkan. Sampel kemudian diambil 25 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Campuran tersebut ditambahkan indikator pp sebanyak 2 hingga 3 tetes, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Perhitungan total asam tertitrasi dilakukan dengan menggunakan rumus:

Total Asam = ml NaOH x N NaOH x Fp

Berat Bahan x 1000 x 100 %

j. Analisa Kadar Gula Total dengan metode fenol

Penentuan kadar pati (gula total) dilakukan seperti pada pembuatan kurva standar glukosa. Larutan glukosa standar yang memiliki konsentrasi masing-masing 0, 10, 20, 30, 40, 50, µl dipipet sebanyak 2 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi serta ditambahkan 1 ml larutan fenol 5 % dan dikocok, lalu ditambahkan 5 ml larutan H2SO4 pekat dengan cepat. Setelah dibiarkan selama 10 menit, kocok larutan dan ditempatkan dalam penangas air selama 15 menit. Larutan diukur absorbannya pada panjang gelombang 490 nm dan dibuat kurva standarnya. Selanjutnya dihitung total gula sampel yang dinyatakan sebagai persen glukosa.

30

Lampiran 2. Form Uji Organoleptik Buah Pisang

Jenis Kelamin : Perempuan / Laki-laki

Instruksi

Ciciplah sampel pisang dan nyatakan kesukaan Anda terhadap

karakteristik organoleptiknya, dengan memberi angka sesuai dengan tingkat kesukaan:

7: Sangat suka 3: Agak tidak suka 6: Suka 2: Tidak suka 5:Agak suka 1: Sangat tidak suka 4: Netral

Sampel Jenis Pengujian

Warna Kulit Warna Daging Rasa Penerimaan

315 843 254 965 617 589 710 308 434

31

Lampiran 3. Hasil Analisa Perubahan Nilai Susut Bobot Buah Pisang Selama Penyimpanan

a. Suhu penyimpanan 28-31oC

Lama Penyimpanan (hari) Susut Bobot (%)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 0,00 0,00 0,00 3 0,83 0,56 4,72 5 2,03 0,93 10,04 7 3,99 1,77 12,95 9 3,46 2,12 18,29 b. Suhu penyimpanan 25-26oC

Lama Penyimpanan (hari) Susut Bobot (%)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 0,00 0,00 0,00 3 0,66 0,48 6,54 5 1,57 0,92 11,73 7 2,67 1,25 17,12 9 3,06 1,58 22,84 11 3,60 2,07 26,26 c. Suhu penyimpanan 6-7oC

Lama Penyimpanan (hari) Susut Bobot (%)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 0,00 0,00 0,00 3 0,25 0,49 3,31 5 0,41 0,41 5,49 7 0,61 0,23 9,06 9 0,84 0,37 11,00 11 1,10 0,46 12,57 13 1,42 0,54 17,88

32

Lampiran 4. Hasil Analisa Perubahan Nilai Kekerasan Buah Pisang Selama Penyimpanan a. Suhu penyimpanan 28-31oC

Lama Penyimpanan (hari) Kekerasan (mm/det.100g)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 0,25 0,25 0,25 3 1,53 1,36 1,28 5 2,52 2,72 2,32 7 2,85 2,81 2,91 9 3,02 2,99 2,83 b. Suhu penyimpanan 25-26oC

Lama Penyimpanan (hari) Kekerasan (mm/det.100g)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 0,25 0,25 0,25 3 0,70 0,51 0,85 5 2,25 1,21 1,97 7 2,84 1,74 2,76 9 2,95 2,48 2,73 11 2,96 2,85 2,96 c. Suhu penyimpanan 6-7oC

Lama Penyimpanan (hari) Kekerasan (mm/det.100g)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 0,25 0,25 0,25 3 0,28 0,29 0,33 5 0,95 0,34 0,37 7 0,67 0,41 0,97 9 0,77 1,04 1,41 11 2,25 0,94 1,30 13 1,89 2,67 2,28

33

Lampiran 5. Hasil Analisa Perubahan Nilai Kadar Air Buah Pisang Selama Penyimpanan a. Suhu penyimpanan 28-31oC

Lama Penyimpanan (hari) Kadar Air (%)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 74,77 74,77 74,77 3 74,44 76,38 75,28 5 78,13 78,50 76,60 7 79,85 80,01 78,28 9 80,30 80,73 77,51 b. Suhu penyimpanan 25-26oC

Lama Penyimpanan (hari) Kadar Air (%)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 74,77 74,77 74,77 3 73,45 73,15 75,22 5 77,18 76,60 74,90 7 79,59 77,81 76,03 9 79,66 77,96 76,92 10 82,02 81,85 79,66 c. Suhu penyimpanan 6-7oC

Lama Penyimpanan (hari) Kadar Air (%)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 74,77 74,77 74,77 3 74,00 74,16 72,06 5 73,52 75,79 72,24 7 74,38 75,88 75,79 9 73,07 75,58 75,88 11 78,92 76,88 77,88 13 75,42 76,90 73,35

34

Lampiran 6. Hasil Analisa Perubahan Nilai Total Gula Buah Pisang Selama Penyimpanan a. Suhu penyimpanan 28-31oC

Lama Penyimpanan (hari) Total Gula (%)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 8,60 8,60 8,60 3 12,35 9,19 8,91 5 13,22 10,69 10,48 7 9,54 8,64 8,48 9 11,96 15,06 9,16 b. Suhu penyimpanan 25-26oC

Lama Penyimpanan (hari) Total Gula (%)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 8,60 8,60 8,60 3 10,96 8,28 13,19 5 12,98 8,25 11,29 7 9,67 7,50 8,06 9 8,04 11,11 9,99 11 10,26 9,46 14,84 c. Suhu penyimpanan 6-7oC

Lama Penyimpanan (hari) Total Gula (%)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 8,60 8,60 8,60 3 13,94 9,04 11,82 5 12,06 11,15 8,49 7 8,24 12,15 11,91 9 8,36 8,82 13,71 11 8,31 8,06 14,54 13 8,24 8,92 13,64

35

Lampiran 7. Hasil Analisa Perubahan Nilai Total Asam Buah Pisang Selama Penyimpanan a. Suhu penyimpanan 28-31oC

Lama Penyimpanan (hari) Total Asam (ml NaOH 0,1 N/g)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 0,30 0,30 0,30 3 0,28 0,30 0,36 5 0,15 0,19 0,22 7 0,16 0,18 0,18 9 0,19 0,22 0,15 b. Suhu penyimpanan 25-26oC

Lama Penyimpanan (hari) Total Asam (ml NaOH 0,1 N/g)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 0,30 0,30 0,30 3 0,30 0,30 0,29 5 0,20 0,23 0,21 7 0,19 0,21 0,24 9 0,20 0,20 0,20 11 0,20 0,23 0,25 c. Suhu penyimpanan 6-7oC

Lama Penyimpanan (hari) Total Asam (ml NaOH 0,1 N/g)

Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan

1 0,30 0,30 0,30 3 0,28 0,26 0,30 5 0,23 0,26 0,28 7 0,25 0,20 0,21 9 0,24 0,20 0,26 11 0,21 0,27 0,25 13 0,24 0,17 0,16

36

Lampiran 8. Rekapitulasi Data Uji Organoleptik Pada Hari ke-3 a. Warna Kulit Buah Pisang

Tabel rekapitulasi uji organoleptik terhadap warna kulit buah pisang

Panelis Perlakuan Ruang AC Lemari es Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan 1 5,00 5,50 5,00 6,00 7,00 5,00 6,50 5,50 5,00 2 4,00 4,50 2,50 5,50 6,00 2,00 6,00 4,50 2,50 3 3,50 4,00 2,00 5,50 6,50 2,00 5,00 5,50 2,50 4 6,00 6,00 4,00 6,50 7,00 4,50 7,00 6,00 3,00 5 5,00 4,50 4,00 6,00 5,00 3,00 7,00 4,50 4,50 6 4,50 6,00 3,00 6,00 7,00 6,00 7,00 6,00 5,50 7 7,00 4,00 3,50 6,50 7,00 4,50 7,00 5,00 3,00 8 4,50 4,50 3,00 5,50 5,50 3,50 4,50 5,00 3,50 9 3,50 3,50 3,50 4,00 6,00 3,00 5,50 4,00 2,50 10 4,50 3,50 2,00 5,00 6,50 2,00 4,50 5,50 2,00

Sidik ragam pengaruh perbandingan perlakuan terhadap warna kulit buah pisang dengan nilai α = 5%

Varian db JK KT F hitung F Tabel

Panelis 9 42,9000

Perlakuan 8 106,2722 13,2840 25,2029 2,0200

Galat 72 37,9500 0,5271

Total 89 187,1222

Keterangan : F hitung > F Tabel, berbeda nyata pada α = 5%

Hasil uji lanjut duncan terhadap warna daging buah pisang dengan nilai α = 5%

Perlakuan Rataan Peringkat

Tanpa Platik Ruang 3,25 a

Tanpa kemasan Lemari es 3,40 a

Tanpa kemasan AC 3,55 a

HDPE Perforated Ruang 4,60 b

Biodegradable Ruang 4,75 b

HDPE Perforated Lemari es 5,15 bc

Biodegradable AC 5,65 cd

Biodegradable Lemari es 6,00 de

HDPE Perforated AC 6,35 e

37

b. Warna Daging Buah Pisang

Tabel rekapitulasi uji organoleptik terhadap warna daging buah pisang

Panelis Perlakuan Ruang AC Lemari es Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan Biodegradable HDPE Perforated Tanpa kemasan 1 4,50 5,00 4,00 5,00 5,00 4,50 4,50 4,50 4,00 2 6,00 6,00 5,50 6,00 5,50 6,00 4,50 5,00 4,50 3 5,00 5,00 5,50 4,50 6,00 4,50 6,00 4,00 3,00 4 4,00 5,50 6,00 6,00 5,50 5,50 6,50 4,50 4,00 5 5,00 5,50 6,50 6,50 5,00 6,50 5,00 4,00 3,00 6 6,00 6,00 6,00 6,00 6,50 6,50 6,50 5,00 6,50 7 4,50 5,50 5,00 6,00 4,50 5,50 6,00 5,00 5,00 8 6,00 6,00 4,00 6,50 7,00 6,00 7,00 6,00 4,00 9 5,00 6,00 6,00 5,00 6,00 5,00 7,00 6,00 5,00 10 4,00 3,50 3,00 5,00 6,00 4,00 5,50 4,00 4,00

Sidik ragam pengaruh perbandingan perlakuan terhadap warna daging buah pisang dengan nilai α = 5%

Varian db JK KT Fhitung F Tabel

Panelis 9 25,1250

Perlakuan 8 19,4500 2,4312 4,7893 2,0200

Galat 72 36,5500 0,5076

Total 89 81,1250

Keterangan : F hitung > F Tabel, berbeda nyata pada α = 5%

Hasil uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap warna daging buah pisang dengan nilai α = 5%

Perlakuan Rataan Peringkat

Tanpa lemari es 4,30 a

HDPE Perforated Lemari es 4,80 ab

Biodegradable Ruang 5,00 b

Tanpa Ruang 5,15 bc

Tanpa AC 5,40 bc

HDPE Perforated Ruang 5,40 bc

Biodegradable AC 5,65 c

HDPE Perforated AC 5,70 c

Biodegradable Lemari es 5,85 c Keterangan : Huruf yang sama tidak beda nyata

38

c. Rasa Buah Pisang

Tabel rekapitulasi uji organoleptik terhadap rasa buah pisang

Panelis

Dokumen terkait