Untuk warna bunga dilakukan uji Kruskal Wallis. Hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata untuk tiap perlakuan (Tabel 3). Range warna yang dihasilkan berkisar pada nilai 6 – 8 (Whelan 1994). Kandungan pupuk seperti P dan K yang banyak berperan dalam pigmentasi tidak banyak berpengaruh pada pembentukan warna.
Penampakan warna bunga juga didukung oleh cahaya yang diterima. Tjitrosoepomo 1997 mengatakan bahwa warna bunga erat sekali hubungannya dengan penyinaran. Warna yang lebih cerah dapat dihasilkan oleh intensitas cahaya yang tidak berlebih.
KESIMPULAN
Perla kuan pupuk yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, jumlah bunga dan warna bunga.
SARAN
Perlu dilakukan pemberian pupuk dengan selang perlakuan yang lebih kecil dari AO untuk melihat perbandingan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti IF. 2002. Pertumbuhan Tanaman Krisan Pot (Chrysanthemum morifolium var Rst) pada Berbagai Konsentrasi Pemupukan dan Alar [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dwiatmini et al. 1996. Media tanam krisan Dengan Kompos Dari Lima Macam Limbah Pertanian. J. Hort. 5(5) : 99 – 105.
Gunawan LW. 1991. Status Penelitian Tanaman Hias di Perguruan Tinggi. Di dalam : Toto Sutater, H. Hendro S, Azis AA, Sri W. Penyunting. Prosiding Seminar Tanaman Hias Cipanas, 29 Agustus 1991. Cipanas : Balai Penelitian Hortikultura. Hlm : 25-27.
Lakitan B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo persada. Leiwakabessy. 1980. Pupuk dan Pemupukan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Mariam S. 1986. Pengaruh Sekam Padi dan TSP pada Regosol Bercampur Abu Volkan Galunggung Terhadap Berbagai Ciri Fisika,
5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 AO A1 A2 A3 Perlakuan Jumlah Bunga
Gambar 3 Jumlah bunga pada setiap perlakuan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 AO A1 A2 A3 Perlakuan
Jumlah Tanaman yang Berbunga
Gambar 4 Jumlah tanaman berbunga pada setiap perlakuan
Diameter Bunga
Hasil analisis sidik ragam tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata antara tiap perlakuan (Tabel 3). Diameter bunga terbesar terdapat pada perlakuan A3 sebesar 14.78 mm disusul oleh perlakuan A2 sebesar 13.16 mm, dan A0 sebesar 12.66 mm. Perlakuan A1 memiliki diameter bunga terkecil sebesar 12.17 mm. Secara umum hasil ini menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Gambar 5).
Jumlah bunga yang diperoleh sedikit dengan semakin meningkatnya dosis pupuk (Gambar 3), tetapi diameter bunga aster cenderung meningkat (Gambar 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Sutater (1991) yang melaporkan bahwa semakin banyak jumlah bunga yang terbentuk semakin kecil diameternya. Unsur nitrogen pupuk berperan dalam meningkatkan diameter bunga.
12.66 12.17 13.16 14.78 0 2 4 6 8 10 12 14 16 AO A1 A 2 A 3 Perlakuan Diameter (mm)
Gambar 5 Rata-rata diameter bunga pada setiap perlakuan
Warna bunga
Untuk warna bunga dilakukan uji Kruskal Wallis. Hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata untuk tiap perlakuan (Tabel 3). Range warna yang dihasilkan berkisar pada nilai 6 – 8 (Whelan 1994). Kandungan pupuk seperti P dan K yang banyak berperan dalam pigmentasi tidak banyak berpengaruh pada pembentukan warna.
Penampakan warna bunga juga didukung oleh cahaya yang diterima. Tjitrosoepomo 1997 mengatakan bahwa warna bunga erat sekali hubungannya dengan penyinaran. Warna yang lebih cerah dapat dihasilkan oleh intensitas cahaya yang tidak berlebih.
KESIMPULAN
Perla kuan pupuk yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, jumlah bunga dan warna bunga.
SARAN
Perlu dilakukan pemberian pupuk dengan selang perlakuan yang lebih kecil dari AO untuk melihat perbandingan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti IF. 2002. Pertumbuhan Tanaman Krisan Pot (Chrysanthemum morifolium var Rst) pada Berbagai Konsentrasi Pemupukan dan Alar [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dwiatmini et al. 1996. Media tanam krisan Dengan Kompos Dari Lima Macam Limbah Pertanian. J. Hort. 5(5) : 99 – 105.
Gunawan LW. 1991. Status Penelitian Tanaman Hias di Perguruan Tinggi. Di dalam : Toto Sutater, H. Hendro S, Azis AA, Sri W. Penyunting. Prosiding Seminar Tanaman Hias Cipanas, 29 Agustus 1991. Cipanas : Balai Penelitian Hortikultura. Hlm : 25-27.
Lakitan B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo persada. Leiwakabessy. 1980. Pupuk dan Pemupukan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Mariam S. 1986. Pengaruh Sekam Padi dan TSP pada Regosol Bercampur Abu Volkan Galunggung Terhadap Berbagai Ciri Fisika,
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 AO A1 A2 A3 Perlakuan Jumlah Bunga
Gambar 3 Jumlah bunga pada setiap perlakuan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 AO A1 A2 A3 Perlakuan
Jumlah Tanaman yang Berbunga
Gambar 4 Jumlah tanaman berbunga pada setiap perlakuan
Diameter Bunga
Hasil analisis sidik ragam tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata antara tiap perlakuan (Tabel 3). Diameter bunga terbesar terdapat pada perlakuan A3 sebesar 14.78 mm disusul oleh perlakuan A2 sebesar 13.16 mm, dan A0 sebesar 12.66 mm. Perlakuan A1 memiliki diameter bunga terkecil sebesar 12.17 mm. Secara umum hasil ini menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Gambar 5).
Jumlah bunga yang diperoleh sedikit dengan semakin meningkatnya dosis pupuk (Gambar 3), tetapi diameter bunga aster cenderung meningkat (Gambar 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Sutater (1991) yang melaporkan bahwa semakin banyak jumlah bunga yang terbentuk semakin kecil diameternya. Unsur nitrogen pupuk berperan dalam meningkatkan diameter bunga.
12.66 12.17 13.16 14.78 0 2 4 6 8 10 12 14 16 AO A1 A 2 A 3 Perlakuan Diameter (mm)
Gambar 5 Rata-rata diameter bunga pada setiap perlakuan
Warna bunga
Untuk warna bunga dilakukan uji Kruskal Wallis. Hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata untuk tiap perlakuan (Tabel 3). Range warna yang dihasilkan berkisar pada nilai 6 – 8 (Whelan 1994). Kandungan pupuk seperti P dan K yang banyak berperan dalam pigmentasi tidak banyak berpengaruh pada pembentukan warna.
Penampakan warna bunga juga didukung oleh cahaya yang diterima. Tjitrosoepomo 1997 mengatakan bahwa warna bunga erat sekali hubungannya dengan penyinaran. Warna yang lebih cerah dapat dihasilkan oleh intensitas cahaya yang tidak berlebih.
KESIMPULAN
Perla kuan pupuk yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, jumlah bunga dan warna bunga.
SARAN
Perlu dilakukan pemberian pupuk dengan selang perlakuan yang lebih kecil dari AO untuk melihat perbandingan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti IF. 2002. Pertumbuhan Tanaman Krisan Pot (Chrysanthemum morifolium var Rst) pada Berbagai Konsentrasi Pemupukan dan Alar [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dwiatmini et al. 1996. Media tanam krisan Dengan Kompos Dari Lima Macam Limbah Pertanian. J. Hort. 5(5) : 99 – 105.
Gunawan LW. 1991. Status Penelitian Tanaman Hias di Perguruan Tinggi. Di dalam : Toto Sutater, H. Hendro S, Azis AA, Sri W. Penyunting. Prosiding Seminar Tanaman Hias Cipanas, 29 Agustus 1991. Cipanas : Balai Penelitian Hortikultura. Hlm : 25-27.
Lakitan B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo persada. Leiwakabessy. 1980. Pupuk dan Pemupukan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Mariam S. 1986. Pengaruh Sekam Padi dan TSP pada Regosol Bercampur Abu Volkan Galunggung Terhadap Berbagai Ciri Fisika,
6 Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Hasil
Kedelai. (Glycine Max (L) Merr) [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Nababan AR. 2000. Pengaruh taraf pemupukan kalium pada berbagai status K tanah terhadap produksi pipilan biji kering jagung varietas hibrida Pioner -5 pada tanah latosol (Oksik Dystropept) Darmaga. Jurusan Tanah Faperta IPB : Bogor.
Poerwowidodo M. 1992. Telaah Kesuburan Tanah.
Jakarta : Penerbit Angkasa.
Rukmana. 1997. Aster. Yogyakarta : Kanisius
Rukmana R, Mulyana AE. 1997. Krisan. Yogyakarta :
Kanisius.
Schuurman JJ & Goedewagen MAJ. 1971. Methods for
Examination of Root System and Roots. Wageningen : Centre Agricultural Publishing Documentation. Salisbury FB & Ross CW. 1985. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : Penerbit ITB
Setyamidjaya. 1986. Pupukdan Pemupukan., Jakarta :
CV Simplek
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor :
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sutejo MM. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta
: Rineka Cipta.
Suriatna S. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta :
Mediyatama Sarana Perkasa.
Sutater T. 1991. Dosis Pupuk N dan K Pada Tanaman
Krisan (Chrysanthemum moifolium Ram). Prosiding
Seminar Tanaman Hias ; Cipanas, 29 Agustus 1991. Cipanas : Sub Balai Penelitian Hortikultura Cipanas. Hlm 157-161
Thompson H. C, and W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. McGraw Hill INC, New Delhi
Tisdale & Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. NewYork: Mcmillon.
Tjitrosoepomo G. 1997. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta : Gajah Mada University Pr.
Young A. 1976. Tropical Soil and Soil Survey. Cambridge Univ Pr.
Whelan BM. 1994. Color Harmony 2. Massachusetts :
Rockport P ublishers, Inc.
White JW. 1970. Fertilization. Di dalam ; The Greenhouse Environtment. JW Mastaler’z Treshow : McGraw-Hill Pub.
LAMPIRAN
8
Sifat tanah Sangat rendah rendah sedang tinggi Sangat tinggi C organik (%) <1,0 1-2 2,01-3,0 2,01-5,0 >5 N total (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75 C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25 P2O5 HCl 25 % (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60 P2O5 B (ppm) <10 10-15 16-25 26-35 >35 P2O5 Ols (ppm) <10 10-25 26-45 46-60 >60 K2O HCl 25 % (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60 KTK (NH4 – Acetat 1 N, pH 7) < 5 5-16 17-24 25-40 >40 K (me/100 g) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1 Mg (me/100 g) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1 Na (me/100 g) <0,4 0,4-0,1 1,1-2,0 2,1-8,0 >8 Ca (me/100 g) <2 2-5 6-10 11-20 >20 Al (me/100 g) <20 20-35 36-50 51-70 >70 KB (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60
p H Sangat asam masam Agak masam netral Agak alkalis alkalis
p H2O <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5
Sumber : Nababan (2000)
Lampiran 2 Data rata-rata tinggi tanaman pada 12 MST(minggu setelah tanam) NO POT TINGGI TANAMAN (Cm)
AO A1 A2 A3 1 12.60 14.00 13.50 13.10 2 14.25 14.70 13.20 15.40 3 13.45 14.90 15.50 15.53 4 14.50 14.00 13.10 14.32 5 13.10 14.40 13.30 13.20 6 12.90 13.70 13.60 15.35 7 12.95 13.10 14.60 15.10 8 15.10 15.40 12.90 15.30 9 13.60 15.30 14.40 14.20 10 11.95 12.80 12.90 13.10 Rata-Rata 13.44 14.22 13.70 14.46
Lampiran 3 Deskripsi statistik tinggi tanaman
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum A0 10 13.4400 .9507 .3006 11.95 15.10 A1 10 14.2200 .8917 .2820 12.80 15.40 A2 10 13.7000 .8589 .2716 12.90 15.50 A3 10 14.4600 1.0171 .3216 11.95 15.53 Total 40 13.9550 .9844 .1557 11.95 15.53
Lampiran 4 Sidik ragam tinggi tanaman pada 12 MST (minggu setelah tanam) Tinggi tanaman Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 6.555 3 2.185 2.518* .074
Within Groups 31.240 36 .868 Total 37.795 39
Lampiran 5 Data rata-rata panjang akar 12 mst PANJANG AKAR (Cm) NO POT AO A1 A2 A3 1 20 27.6 29.05 26.1 2 42.1 17.9 29.9 21.1 3 30.5 34.3 24.2 25.6 4 30.5 24.9 33.4 24.7 5 24.7 26.3 27.4 23.7 6 28.9 23 24.2 29.2 7 23.7 16.2 29.8 22.7 8 24 28.6 29.2 29.4 9 15 28.8 24.4 20.6 10 15.2 29.6 14.5 28.8 Rata-Rata 25.46 25.72 28.39 25.19
Lampiran 6 Deskripsi statistik panjang akar
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum AO 10 25.4600 8.0954 2.5600 15.00 42.10
A1 10 25.7200 5.4790 1.7326 16.20 34.30 A2 10 26.6050 5.2019 1.6450 14.50 33.40 A3 10 25.1900 3.2368 1.0236 20.60 29.40 Total 40 25.7438 5.5681 .8804 14.50 42.10
Lampiran 7 Sidik ragam panjang akar
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 11.295 3 3.765 .113* .952
Within Groups 1197.831 36 33.273 Total 1209.126 39
10 Lampiran 8 Data Waktu Pertama Keluar Kuncup dan Waktu Pertama Pembentukan Warna Coloring
NO WAKTU KELUAR KUNCUP WAKTU COLORING
POT AO A1 A2 A3 AO A1 A2 A3 1 - - - - - - - - 2 - - 6 MST - - - 7 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - 3 5 MST 9 MST - - 6 MST 10 MST - - 6 MST 9 MST - - 7 MST 10 MST - - 9 MST 9 MST - - 10 MST 10 MST - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 4 7 MST - 10 MST - 8 MST - 11 MST - 10 MST - 10 MST - 11 MST - 11 MST 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - 5 - - - - 6 - - - - 7 - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - 8 - - 10 MST - - - 11 MST - - - - - 9 - - - 5 MST - - - 6MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST 10 10 MST 9 MST - - 11 MST 10 MST - - 10 MST - - - 11 MST - - - Rata - Rata 8,67 9,10 9,00 9,00 9,67 10,10 10,00 10,00
Lampiran 9 Persentase jumlah tanaman yang berbunga dan tidak berbunga
PERLAKUAN PERSENTASE
Jumlah tanaman yang berbunga Jumlah tanaman yang tidak berbunga
A0 30 % A1 30 % A2 30 % A3 10 %
TOTAL
100 % : 4 = 25 % 100 % - 25 % = 75 %Lampiran 10 Data rata-rata diameter bunga NO DIAMETER (cm) POT AO A1 A2 A3 1 - - - - 2 - - 13.4 - 3 10.96 11.167 - - 4 14.38 - 15.725 - 5 - - - - 6 - - - - 7 - 10.333 - - 8 - - 10.35 - 9 - - - 14.78 10 12.65 15 - - Rata-rata 12.66 12.17 13.16 14.78
Lampiran 11 Deskripsi statistik diameter bunga
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum AO 3 12.6633 1.7100 .9873 10.96 14.38
A1 3 12.1633 2.4909 1.4381 10.33 15.00 A2 3 12.1583 2.6956 1.5563 10.3 5 15.73 A3 1 12.7800 - - 14.78 14.78 Total 10 12.8735 2.0633 .6525 10.33 15.73
Lampiran 12 Sidik ragam diameter bunga