PERTUMBUHAN TANAMAN ASTER (
Bellis parennis
var
pomponnette double rose ) PADA BERBAGAI DOSIS
PEMUPUKAN
Oleh :
Ari Osler
G04400081
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
ARI OSLER. Pertumbuhan Tanaman Aster (Bellis parennis var pomponnette double rose) pada berbagai dosis pemupukan dibimbing oleh HADI SUNARSO dan HARTONO SUDARNADI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman Aster (Bellis perennis var pomponnette double rose) pada berbagai dosis pemupukan. Pupuk yang digunakan ialah Ca(NO3)2, MgSO4,
DAP, KNO3 dengan komposisi media yang digunakan ialah arang sekam, cocopeat, dan tanah organik
dengan perbandingan 4 : 4 : 1. Data jumlah bunga diuji dengan chi square test sedangkan data warna bunga diuji dengan uji kruskall walllis.
Pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda tidak memberikan perbedaan nyata pada tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, banyak bunga dan warna bunga.
ABSTRACT
ARI OSLER. Growth of Aster (Bellis parennis var pomponnette double rose) at various dose of fertilizer. Supervised by HADI SUNARSO and HARTONO SUDARNADI.
This experiment is to know the growth of aster at various of fertilizer dose. Fertilizer composition that used to grow Aster are Ca(NO3)2, MgSO4, DAP, KNO3, with media composition that used to grow Aster in
example : husk coal, cocopeat, and organic soil equal to 4 : 4 : 1. The number of flower is tested by chi squaretest while colour is tested by kruskall wallis test.
PERTUMBUHAN TANAMAN ASTER (
Bellis parennis
var
pomponnette double rose ) PADA BERBAGAI DOSIS
PEMUPUKAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Fakultas MIPA
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Ari Osler
G04400081
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : Pertumbuhan Tanaman Aster (Bellis parennis var pomponnette double rose) pada Berbagai Dosis Pemupukan
Nama : Ari Osler NRP : G04400081
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Ir Hadisunarso Ir. Hartono Sudarnadi
NIP. 130 779 512 NIP. 130 350 042
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Desember 1981, putra kelima dari enam bersaudara dari ayah A Sigalingging dan ibu E Simatupang. Tahun 1994 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri Panaragan II Bogor, tahun 1997 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bogor dan pada tahun 2000 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor.
PRAKATA
Puji syukur penulis pa njatkan kepada Kristus, karena karunia dan kasih setiaNya yang tak berkesudahan, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni sampai Desember 2004 ini adalah Pertumbuhan Tanaman Aster (Bell is parennis) pada Berbagai Dosis Pemupukan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini, antara lain Bapak Ir. Hadisunarso dan Bapak Ir. Hartono Sudarnadi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran. Juga kepada kedua orang tua penulis atas kasih sayangnya, saudara-saudaraku (Bang Hitler SKM, Bang Muller S.Kom, Bang Gamler ST, Roy & adikku Adler) atas doa dan pengorbanannya Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Yudi Mulyadi selaku rekan penelitian, mba Diana, mas Imam, mas Ayi, Ibu Yeti, teman-teman Bio’37,38 (Robertus Sigit, Anto, Saiful Abdillah, Budhi N, Harti, Apif, Nury, Karisma, dkk) atas dorongan semangatnya dan semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2006
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan... 1
Waktu dan Tempat Penelitian ... 1
BAHAN DAN METODE ... 1
Bahan dan Alat ... 1
Metode... 1
a. Pembibitan... 1
b. Penyiapan media ... 1
c. Penanaman ... 1
d. Pemupukan ... 1
e. Pengamatan Pertumbuhan dan Morfologi Tanaman ... 2
Analisis Media ... 2
Rancangan Percobaan... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Media Tanam... 2
Analisis Statistik ... 2
Tinggi Tanaman... 3
Panjang Akar... 3
Waktu Pertama Keluar Kuncup & Waktu Pert ama Munculnya Warna (Coloring)... 4
Jumlah Bunga... 4
Diameter Bunga ... 5
Warna Bunga... 5
KESIMPULAN ... 5
SARAN... 5
DAFTAR PUSTAKA ... 5
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kombinasi pupuk pada perlakuan ... 2
2 Hasil Analisis Contoh Tanah... 2
3 Pengaruh dosis pemupukan terhadap rata-rata tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, jumlah bunga dan warna bunga... 3
4 Waktu pertama keluar kuncup pada masing-masing perlakuan ... 4
5 Waktu pertama munculnya warna (coloring ) pada masing-masing perlakuan ... 4
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Rata-rata tinggi tanaman pada setiap perlakuan... 32 Rata-rata panjang akar pada setiap perlakuan ... 3
3 Jumlah bunga pada setiap perlakuan ... 5
4 Jumlah tanaman berbunga pada setiap perlakuan ... 5
5 Rata-rata diameter bunga pada setiap perlakuan... 5
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Tabel analisis sifat kimia tanah... 72 Data rata-rata tinggi tanaman pada 12 MST (minggu setelah tanam) ... 7
3 Deskripsi statistik tinggi tanaman ... 7
4 Sidik ragam tinggi tana man pada 12 MST (minggu setelah tanam) ... 7
5 Data rata-rata panjang akar 12 MST ... 8
6 Deskripsi statistik panjang akar ... 8
7 Sidik ragam panjang akar... 8
8 Data Waktu Pertama Keluar Kuncup dan Waktu Pertama Pembentukan Warna (Coloring) ... 9
10 Data rata-rata diameter bunga ... 10
11 Deskripsi statistik diameter bunga ... 10
12 Sidik ragam diameter bunga ... 10
13 Data rata-rata jumlah bunga ... 10
14 Deskripsi statistik jumlah bunga... 10
15 Test statistik jumlah bunga ... 10
16 Data rata-rata warna bunga ... 11
17 Kisaran penilaian warna bunga ... 11
18 Deskripsi statistik warna bunga ... 11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman hias sebagai bagian dari tanaman hortikultura mempunyai banyak peranan penting dalam memperindah lingkungan (Gunawan 1991). Kebutuhan akan tanaman hias yang terus meningkat perlu didukung produksi yang cukup dengan kualitas yang baik. Kualitas yang baik didapat dengan teknis budidaya yang tepat, dilakukan dengan pemeliharaan yang baik, seperti pemakaian pupuk yang tepat dan penggunaan media yang sesuai.
Aster merupakan salah satu jenis tanaman hias dengan bunga yang indah. Tanaman ini tergolong dalam famili Asteraceae atau Compositae. Aster hidup dalam habitus iklim subtropis, dengan suhu ideal 20-24°C. Menurut Rukmana (1997) taksonomi aster dapat disusun sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Asteridae Ordo : Asterales Family : Asteraceae Genus : Bellis
Species : Bellis perennis L
Pemupukan merupakan salah satu faktor yang penting dalam budidaya tanaman. Pupuk ialah nutrisi yang diberikan ke dalam media baik dalam bentuk organik maupun anorganik yang mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang cukup (Soepardi 1983). Unsur yang penting untuk pertumbuhan tanaman adalah unsur makro C, N, P, K, Ca, Mg, dan S dan unsur mikro , yaitu Fe, Mn, B, Cu, Zn, Mo, Cl (White 1970).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman aster spesies Bellis perennis var pomponnette double rose yang didatangkan dari Belanda.
Waktu dan Tempat Penelitian
Panelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2004 di Kebun Bunga “Diana Puspa” Kp Munjul, Desa Cibadak, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, yang terletak pada ketinggian 1100 dpl.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan ialah bibit tanaman aster, media tanam arang sekam, cocopeat dan tanah organik dengan perbandingan 4 : 4 : 1, furadan, anvil, pupuk Ca(NO3)2, MgSO4, DAP,
KNO3, dan larutan stimulan.
Alat yang dipakai pada penelitian ini ialah pot dengan ukuran diameter 15 cm, color chart (Whelan 1994), timbangan analitik, jangka sorong, pipet, tong, ember, dan alat penyiram pupuk.
Metode a. Pembibitan
Bibit diperoleh dari stek tanaman induk. Untuk menginduksi pembentukan akar, stek direndam dalam larutan stimulan sela ma ±5 menit kemudian diakarkan selama ±2 minggu (sampai 2-3 daun telah mekar).
b. Penyiapan media
Media yang digunakan pada percobaan ini adalah campuran arang sekam, cocopeat dan tanah organik (tanah + kompos) dengan perbandingan 4 : 4 : 1. Sebelum media digunakan dilakukan pengadukan dan sterilisasi terlebih dahulu selama 7 hari., setelah itu dilakukan pemberian furadan.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan pada pot berdiameter 15 cm dan pada setiap pot ditanami 1 bibit. Setelah penanaman, tanaman diberi perlakuan hari panjang (5 jam/hari, antara pukul 19.00-24.00 WIB) menggunakan lampu pijar 100 watt sampai berumur 7 hari. Kemudian tanaman dipindahkan ke rumah plastik lain dan diberi perlakuan hari pendek dengan ditutup plastik hitam untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 5 hari dalam seminggu dan 2 hari penyiraman air. Pemupukan dilakukan pada waktu pagi hari dengan mempergunakan alat penyiram pupuk ± 50 ml. Kombinasi perlakuan jenis pupuk dan dosis yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi pupuk pada perlakuan Jenis
pupuk
Dosis (gr/100 l) Ao * A1 A2 A3 Ca(NO3)2 65 70 75 80
MgSO4 25 35 45 55
2 KNO3 15 20 25 30
* yang digunakan PT Alam Indah Nusantara untuk tanaman Aster
e. Penga matan Pertumbuhan dan Morfologi
Tanaman
Pengamatan pertumbuhan dimulai pada saat tanaman berumur 6 MST (minggu setelah tanam). Parameter yang diamati ialah sebagai berikut :
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan pada 12 MST (minggu setelah tanam). 2. Panjang akar
Panjang akar diukur pada saat panen yaitu pada 12 MST.
3. Waktu pertama keluar kuncup
Waktu pertama keluar kuncup dicatat pada saat mulai terjadi kuncup.
4. Waktu pertama munculnya warna (coloring)
Pencatatan dilakukan pada waktu pemunculan warna pertama kali pada daun mahkota bunga.
5. Jumlah Bunga
Jumlah bunga dihitung meliputi bunga yang belum mekar dan yang sudah mekar, jumlah bunga dihitung pada 10 MST.
6. Diameter bunga
Pengukuran diameter bunga terbesar dilakukan menggunakan jangka sorong, dan diukur pada saat panen terhadap bunga yang telah mekar penuh.
8. Warna bunga
Warna bunga diperoleh dengan mencocokkan warna yang ada di color chart.
Analisis Media
Analisis media dilakukan pada awal penelitian meliputi pengukuran pH, kandungan C, N, P, K, Ca, Mg, dan rasio C/N.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 1 varietas, yang diberi 4 perlakuan, masing-masing 10 ulangan. Model linier yang digunakan ialah :
Yij = µ + ai + ßij
Dimana :
Yij : pengamatan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke –j µ : rataan umum
ai : pengaruh perlakuan pupuk ke -i (i = 1,
2, 3, 4)
eij : pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
i : 1, 2, 3, 4 dan j : 1, 2, …, 10
Pengujian pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan jika berbeda nyata dilakukan uji Tukey pada taraf 5% kecuali pada jumlah bunga dilakukan uji Chi Square. Untuk parameter data yang bersifat ordinal warna bunga digunakan uji Kruskal Wallis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Media Tanam
Hasil analisis media tanam pada awal penelitian (Tabel 2) didapat pH tanah sebesar 6,9. Berdasarkan sifat kimia tanah dalam Nababan (2000) dalam lampiran 1, tanah yang digunakan untuk media tanam pada penelitian ini masuk dalam kisaran pH netral (6,6-7,5). Hal ini masih sesuai untuk syarat pertumbuhan tanaman aster dengan pH antara 5.5-7.0 (Rukmana 1997). Nilai Rasio C/N termasuk sangat tinggi. Jumlah nitrogen total sedang dan karbon organik yang tersedia sangat tinggi. Fosfor yang tersedia sangat tinggi demikian pula dengan Ca, Mg dan K.
Tabel 2 Hasil Analisis Contoh Tanah
No Variabel Nilai 1 pH H2O 6,9
2 pH KCl 6,2 3 C-Org (%) 15,98 4 N total (%) 0,47 5 Rasio C/N 34 6 P tersedia (ppm) 786 7 Ca (me/100g) 12,35 8 Mg (me/100g) 5,77 9 K (me/100g) 16,09 Sumber : Balita PPPTA Bogor
Analisis Statistik
Tabel 3 Pengaruh dosis pemupukan terhadap rata-rata tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, jumlah bunga dan warna bunga
Perlakuan Tinggi Tanaman* Panjang Akar* Diameter Bunga* Jumlah Bunga** Warna Bunga***
AO 13,44 25.46 12.66 12 8
A1 14,22 25.72 12.17 7 7
A2 13,70 28.39 13.16 7 8
A3 14,46 25.19 14.78 5 7
Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada 12 minggu setelah tanam (MST). Analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan dosis pupuk yang berbeda tidak memberikan perbedaan nyata pada tinggi tanaman (Tabel 3). Rata-rata tinggi tanaman yang diperoleh menunjukkan nilai tertinggi untuk tinggi tanaman terdapat pada perlakuan A3 sebesar 14,46 cm sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan A0 sebesar 13,44 cm. Perlakuan A1 dan A2 berturut-turut memiliki tinggi tanaman sebesar 14,22 cm dan 13,7 cm. Tinggi rendahnya tanaman berkaitan dengan unsur hara yang dapat diserap oleh akar.
Jika diperhatikan pada Gambar 1, rata-rata tinggi tanaman meningkat dari perlakuan AO ke A1, tetapi kemudian berkurang pada A2 yaitu sebesar 13,70 cm dan kembali meningkat pada perlakuan A3 menjadi 14,46 cm. Secara umum tinggi tanaman menunjukkan kecenderungan yang meningkat selaras dengan. peningkatan dosis pupuk (Gambar 1 dan Tabel 3).
Gambar 1 Rata-rata tinggi tanaman pada setiap perlakuan
Pertumbuhan tinggi tanaman banyak ditentukan pada penyerapan nitrogen (N). N yang tersedia lebih banyak akan menghasilkan protein yang lebih banyak (Sutejo 1994). Pertambahan tinggi tanaman terjadi pada sel tanaman terutama pada sel meristematik karena pembelahan secara cepat terjadi pada daerah apikal tajuk. Nitrogen diperoleh melalui NO3
-yang diserap tanaman pada pupuk Ca(NO3)2 dan
KNO3- yang diberikan. Unsur nitrogen
merupakan unsur inti utama yang mendukung
pertumbuhan tinggi tanaman. Unsur ini mempunyai sifat mudah larut dan tercuci sehingga kehilangan unsur ini mempengaruhi penyerapannya pada tanaman (Leiwakabessy 1980).
Pemberian unsur K dapat meningkatkan laju pertambahan tinggi tanaman (Astuti 2002). Unsur ini berperan dalam meningkatkan ketahanan batang tanaman, pada daerah meristematik batang terutama untuk membentuk lamela tengah sel baru (Dwiatmini et al 1996). Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Unsur ini diperoleh pada pupuk KNO3- yang diberikan. Pertumbuhan vegetatif
aster yang tidak memerlukan waktu yang lama mengakibatkan pengaruh nyata da ri pemberian pupuk tidak terlihat meningkat secara signifikan (Tabel 3).
Panjang Akar
Analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan dosis pupuk yang berbeda tidak memberikan perbedaan nyata pada panjang akar (Tabel 3). Panjang akar terpanjang terdapat pada perlakuan A2 sebesar 28,39 cm, sedangkan panjang akar terpendek terdapat pada perlakuan A3 sebesar 25,19 cm. Perlakuan AO dan A1 memiliki panjang akar sebesar 25,46 cm dan 25,72 cm (Gambar 2).
25.46 25.72 28.39 25.19 0 5 10 15 20 25 30
AO A1 A2 A3
Perlakuan
Panjang (Cm)
Gambar 2 Rata-rata panjang akar pada setiap perlakuan
Panjang akar merupakan kemampuan akar untuk menjangkau unsur hara (Poerwowidodo 1992). Panjang akar menunjukkan aktivitas akar dalam menyerap nutrisi. Oleh karena itu, banyak
13.44 14.22 13.70 14.46
0 2 4 6 8 1 0 1 2 1 4
AO A1 A2 A3
4 sedikitnya unsur hara yang terkandung dalam
media mempengaruhi perpanjangan akar. Panjang akar lebih pendek jika ketersediaan unsur hara media melimpah (Tisdale & Nelson 1975). Hal ini terlihat pada perlakuan A3 yang memiliki akar terpendek. Jika dicermati dari perlakuan AO sampai perlakuan A2 memperlihatkan peningkatan panjang akar, selanjutnya panjang akar menurun pada perlakuan A3. Perubahan akumulasi unsur hara pada dosis pupuk A1 dan A2 yang terjadi pada media diduga menyebabkan peningkatan panjang akar.
Panjang akar dipengaruhi juga oleh tekstur media tanam. Tekstur media yang padat dapat menghambat perpanjangan akar (Mariam 1986). Selain itu, pemanjangan akar dapat dipengaruhi oleh pasokan fotosintat dari daun yang berupa pati atau karbohidrat (Schuurman dan Goedewagen 1971). Karbohidrat hasil fotosintesis disimpan pada seluruh bagian vegetatif tanaman sebagai cadangan makanan. Sistem perakaran tanaman juga dipengaruhi oleh kondisi media tempat tumbuh, faktor yang mempengaruhi pola penyebaran akar antara lain ialah, suhu tanah, aerasi, ketersediaan air dan ketersediaan unsur hara (Lakitan 1993).
Perakaran aster sama seperti tanaman krisan yaitu menyebar kesemua arah pada kedalaman 30-40 cm. Akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, misalnya keadaan drainase yang jelek, kandungan unsur Al dn Mn yang tinggi, serta tanah yang terlalu asam (Rukmana & Mulyana 1997).
Waktu Pertama Keluar Kuncup & Waktu Pertama Munculnya Warna (Coloring)
Berdasarkan lampiran 9 diperoleh bahwa persentase tanaman yang berbunga sebanyak 25 % sedangkan persentase tanaman yang tidak berbunga sebanyak 75%. Dari hasil ini jika dibandingkan dengan tabel 4 dan 5 dimana diperoleh kisaran rata – rata waktu pertama keluar kuncup, waktu pertama munculnya warna (coloring) dan rata–ratanya diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk yang semakin meningkat tidak mempercepat waktu pertama keluar kuncup dan waktu pertama munculnya warna (coloring).
Hal ini diduga karena tidak terjadi penyerapan unsur secara optimal khususnya dalam penyerapan unsur yang berperan dalam pembungaan, yaitu fosfor. Masing -masing perlakuan memerlukan ± 1 minggu untuk pembentukan warna (coloring).
Tabel 4 Waktu pertama keluar kuncup pada masing- masing perlakuan
Tabel 5 Waktu pertama munculnya warna (coloring) pada masing-masing perlakuan
Perla kuan
Kisaran Waktu Pertama Munculnya Warna (coloring) Minggu Setelah Tana m (MST)
Rata – Rata
A0 6 – 11 MST 9,67 A1 10 - 11 MST 10,10 A2 7 - 11 MST 10,00 A3 6 - 11 MST 10,00
Jumlah Bunga
Tanaman akan berbunga setelah fase vegetatif berakhir dan mulai memasuki fase generatif atau pembentukan daun yang minimal dan cukup umur untuk menghasilkan bunga, meskipun umur tanaman bukan merupakan faktor pembatas yang mutlak menentukan saat berbunga (Thompson & Kelly, 1957).
Berdasarkan uji Chi Square, jumlah bunga yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian pupuk tidak memberikan perbedaan nyata (Tabel 3). Perlakuan A0 memiliki jumlah bunga sebanyak 12 buah yang merupakan jumlah terbanyak. Perlakuan A1 dan A2 memiliki jumlah yang sama sebanyak 7 buah sedangkan perlakuan A3 memiliki jumlah bunga sebanyak 5 buah (Gambar 3). Jika dihitung dalam pot, perlakuan A0 dan A1 memiliki tanaman yang menghasilkan bunga yang sama, yaitu 3 pot. Sedangkan perlakuan A2 & A3 masing-masing memiliki 1 pot yang menghasilkan bunga (Gambar 4).
Proses pembungaan antara lain dipengaruhi oleh tersedianya unsu r P. Menurut Setyamidjaya (1986) unsur P berperan dalam mempertinggi persentase pembentukan bunga. Poerwowidodo 1992 mengatakan penyerapan fosfor meningkat seiring dengan peningkatan unsur N, tetapi pada penelitian ini jumlah bunga terbaik didapat dari perlakuan dengan konsentrasi pupuk yang lebih sedikit diduga tidak terjadi penyerapan fosfor secara optimal sehingga tidak diperoleh jumlah bunga yang maksimal pada perlakuan pupuk dengan dosis yang lebih tinggi.
Perla kuan
Kisaran Waktu Keluar Kuncup Minggu Setelah Tanam (MST)
Rata – Rata
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
AO A1 A2 A3
Perlakuan
Jumlah Bunga
Gambar 3 Jumlah bunga pada setiap perlakuan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
AO A1 A2 A3
Perlakuan
Jumlah Tanaman yang Berbunga
Gambar 4 Jumlah tanaman berbunga pada setiap perlakuan
Diameter Bunga
Hasil analisis sidik ragam tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata antara tiap perlakuan (Tabel 3). Diameter bunga terbesar terdapat pada perlakuan A3 sebesar 14.78 mm disusul oleh perlakuan A2 sebesar 13.16 mm, dan A0 sebesar 12.66 mm. Perlakuan A1 memiliki diameter bunga terkecil sebesar 12.17 mm. Secara umum hasil ini menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Gambar 5).
Jumlah bunga yang diperoleh sedikit dengan semakin meningkatnya dosis pupuk (Gambar 3), tetapi diameter bunga aster cenderung meningkat (Gambar 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Sutater (1991) yang melaporkan bahwa semakin banyak jumlah bunga yang terbentuk semakin kecil diameternya. Unsur nitrogen pupuk berperan dalam meningkatkan diameter bunga.
12.66 12.17 13.16 14.78 0 2 4 6 8 10 12 14 16
AO A1 A 2 A 3
Perlakuan
Diameter (mm)
Gambar 5 Rata-rata diameter bunga pada setiap perlakuan
Warna bunga
Untuk warna bunga dilakukan uji Kruskal Wallis. Hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata untuk tiap perlakuan (Tabel 3). Range warna yang dihasilkan berkisar pada nilai 6 – 8 (Whelan 1994). Kandungan pupuk seperti P dan K yang banyak berperan dalam pigmentasi tidak banyak berpengaruh pada pembentukan warna.
Penampakan warna bunga juga didukung oleh cahaya yang diterima. Tjitrosoepomo 1997 mengatakan bahwa warna bunga erat sekali hubungannya dengan penyinaran. Warna yang lebih cerah dapat dihasilkan oleh intensitas cahaya yang tidak berlebih.
KESIMPULAN
Perla kuan pupuk yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, jumlah bunga dan warna bunga.
SARAN
Perlu dilakukan pemberian pupuk dengan selang perlakuan yang lebih kecil dari AO untuk melihat perbandingan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti IF. 2002. Pertumbuhan Tanaman Krisan Pot (Chrysanthemum morifolium var Rst) pada Berbagai Konsentrasi Pemupukan dan Alar [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dwiatmini et al. 1996. Media tanam krisan Dengan Kompos Dari Lima Macam Limbah Pertanian. J. Hort. 5(5) : 99 – 105.
Gunawan LW. 1991. Status Penelitian Tanaman Hias di Perguruan Tinggi. Di dalam : Toto Sutater, H. Hendro S, Azis AA, Sri W. Penyunting. Prosiding Seminar Tanaman Hias Cipanas, 29 Agustus 1991. Cipanas : Balai Penelitian Hortikultura. Hlm : 25-27.
Lakitan B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo persada. Leiwakabessy. 1980. Pupuk dan Pemupukan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
6 Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Hasil
Kedelai. (Glycine Max (L) Merr) [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Nababan AR. 2000. Pengaruh taraf pemupukan kalium pada berbagai status K tanah terhadap produksi pipilan biji kering jagung varietas hibrida Pioner -5 pada tanah latosol (Oksik Dystropept) Darmaga. Jurusan Tanah Faperta IPB : Bogor.
Poerwowidodo M. 1992. Telaah Kesuburan Tanah.
Jakarta : Penerbit Angkasa.
Rukmana. 1997. Aster. Yogyakarta : Kanisius
Rukmana R, Mulyana AE. 1997. Krisan. Yogyakarta :
Kanisius.
Schuurman JJ & Goedewagen MAJ. 1971. Methods for
Examination of Root System and Roots. Wageningen : Centre Agricultural Publishing Documentation.
Salisbury FB & Ross CW. 1985. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : Penerbit ITB
Setyamidjaya. 1986. Pupukdan Pemupukan., Jakarta :
CV Simplek
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor :
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sutejo MM. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta
: Rineka Cipta.
Suriatna S. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta :
Mediyatama Sarana Perkasa.
Sutater T. 1991. Dosis Pupuk N dan K Pada Tanaman
Krisan (Chrysanthemum moifolium Ram). Prosiding
Seminar Tanaman Hias ; Cipanas, 29 Agustus 1991. Cipanas : Sub Balai Penelitian Hortikultura Cipanas. Hlm 157-161
Thompson H. C, and W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. McGraw Hill INC, New Delhi
Tisdale & Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. NewYork: Mcmillon.
Tjitrosoepomo G. 1997. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta : Gajah Mada University Pr.
Young A. 1976. Tropical Soil and Soil Survey. Cambridge Univ Pr.
Whelan BM. 1994. Color Harmony 2. Massachusetts :
Rockport P ublishers, Inc.
LAMPIRAN
8
Sifat tanah Sangat rendah rendah sedang tinggi Sangat tinggi C organik (%) <1,0 1-2 2,01-3,0 2,01-5,0 >5 N total (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 HCl 25 % (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
P2O5 B (ppm) <10 10-15 16-25 26-35 >35
P2O5 Ols (ppm) <10 10-25 26-45 46-60 >60
K2O HCl 25 % (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
KTK (NH4 – Acetat 1 N, pH 7) < 5 5-16 17-24 25-40 >40 K (me/100 g) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1 Mg (me/100 g) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1 Na (me/100 g) <0,4 0,4-0,1 1,1-2,0 2,1-8,0 >8 Ca (me/100 g) <2 2-5 6-10 11-20 >20 Al (me/100 g) <20 20-35 36-50 51-70 >70
KB (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60
p H Sangat asam masam Agak masam netral Agak alkalis alkalis
p H2O <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5
Sumber : Nababan (2000)
Lampiran 2 Data rata-rata tinggi tanaman pada 12 MST(minggu setelah tanam) NO POT TINGGI TANAMAN (Cm)
AO A1 A2 A3 1 12.60 14.00 13.50 13.10 2 14.25 14.70 13.20 15.40 3 13.45 14.90 15.50 15.53 4 14.50 14.00 13.10 14.32 5 13.10 14.40 13.30 13.20 6 12.90 13.70 13.60 15.35 7 12.95 13.10 14.60 15.10 8 15.10 15.40 12.90 15.30 9 13.60 15.30 14.40 14.20 10 11.95 12.80 12.90 13.10 Rata-Rata 13.44 14.22 13.70 14.46
Lampiran 3 Deskripsi statistik tinggi tanaman
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum A0 10 13.4400 .9507 .3006 11.95 15.10 A1 10 14.2200 .8917 .2820 12.80 15.40 A2 10 13.7000 .8589 .2716 12.90 15.50 A3 10 14.4600 1.0171 .3216 11.95 15.53 Total 40 13.9550 .9844 .1557 11.95 15.53
Lampiran 4 Sidik ragam tinggi tanaman pada 12 MST (minggu setelah tanam) Tinggi tanaman Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 6.555 3 2.185 2.518* .074
Within Groups 31.240 36 .868 Total 37.795 39
Lampiran 5 Data rata-rata panjang akar 12 mst PANJANG AKAR (Cm)
NO POT AO A1 A2 A3 1 20 27.6 29.05 26.1 2 42.1 17.9 29.9 21.1 3 30.5 34.3 24.2 25.6 4 30.5 24.9 33.4 24.7 5 24.7 26.3 27.4 23.7 6 28.9 23 24.2 29.2 7 23.7 16.2 29.8 22.7 8 24 28.6 29.2 29.4 9 15 28.8 24.4 20.6 10 15.2 29.6 14.5 28.8 Rata-Rata 25.46 25.72 28.39 25.19
Lampiran 6 Deskripsi statistik panjang akar
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum AO 10 25.4600 8.0954 2.5600 15.00 42.10
A1 10 25.7200 5.4790 1.7326 16.20 34.30 A2 10 26.6050 5.2019 1.6450 14.50 33.40 A3 10 25.1900 3.2368 1.0236 20.60 29.40 Total 40 25.7438 5.5681 .8804 14.50 42.10
Lampiran 7 Sidik ragam panjang akar
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 11.295 3 3.765 .113* .952
Within Groups 1197.831 36 33.273 Total 1209.126 39
10 Lampiran 8 Data Waktu Pertama Keluar Kuncup dan Waktu Pertama Pembentukan Warna Coloring
NO WAKTU KELUAR KUNCUP WAKTU COLORING
POT AO A1 A2 A3 AO A1 A2 A3
1 - - - -
- - - -
2 - - 6 MST - - - 7 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - 3 5 MST 9 MST - - 6 MST 10 MST - - 6 MST 9 MST - - 7 MST 10 MST - - 9 MST 9 MST - - 10 MST 10 MST - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 4 7 MST - 10 MST - 8 MST - 11 MST -
10 MST - 10 MST - 11 MST - 11 MST 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - -
5 - - - -
6 - - - -
7 - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - 8 - - 10 MST - - - 11 MST -
- - - -
9 - - - 5 MST - - - 6MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST 10 10 MST 9 MST - - 11 MST 10 MST - -
10 MST - - - 11 MST - - - Rata -
Rata
8,67 9,10 9,00 9,00
9,67 10,10 10,00 10,00
Lampiran 9 Persentase jumlah tanaman yang berbunga dan tidak berbunga
PERLAKUAN PERSENTASE
Jumlah tanaman yang berbunga Jumlah tanaman yang tidak berbunga
A0 30 %
A1 30 %
A2 30 %
A3 10 %
TOTAL
Lampiran 10 Data rata-rata diameter bunga NO DIAMETER (cm)
POT AO A1 A2 A3
1 - - - -
2 - - 13.4 - 3 10.96 11.167 - - 4 14.38 - 15.725 -
5 - - - -
6 - - - -
7 - 10.333 - - 8 - - 10.35 - 9 - - - 14.78 10 12.65 15 - - Rata-rata 12.66 12.17 13.16 14.78
Lampiran 11 Deskripsi statistik diameter bunga
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum AO 3 12.6633 1.7100 .9873 10.96 14.38
A1 3 12.1633 2.4909 1.4381 10.33 15.00 A2 3 12.1583 2.6956 1.5563 10.3 5 15.73 A3 1 12.7800 - - 14.78 14.78 Total 10 12.8735 2.0633 .6525 10.33 15.73
Lampiran 12 Sidik ragam diameter bunga
Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
Between Groups 5.524 3 1.841 .337* .800 Within Groups 32.791 6 5.465
Total 38.315 9
* F hitung (0.337) < F table (4.757) pada taraf nyata 0.05%, maka terima H0
Lampiran 13 Data rata-rata jumlah bunga JUMLAH BUNGA
AO
A1
A2 A3 12 7 7 5Lampiran 14 Deskripsi statistik jumlah bunga Perlakuan Observed N Expected N Residual
A0 12 7,8 4,3 A1 7 7,8 -,8 A2 7 7,8 -,8 A3 5 7,8 -2,8 Total 31
Lampiran 15 Test statistik jumlah bunga PERLAKUAN Chi-Square 3,452
Df 3
Asymp. Sig. ,327
12 Lampiran 16. Data rata-rata warna bunga
NO. COLOR CHART NO. POT AO A1 A2 A3
1 - - - - 2 - - 8 - 3 8 8 - - 4 7 7 8 - 5 - - - - 6 - - - - 7 - 7 - - 8 - - - - 9 - - - 7 10 8 6 - - Rata – Rata 8 7 8 7
Lampiran 17 Kisaran penilaian warna bunga NO Kisaran Warna
Magenta Yellow 6 65 50 7 45 30 8 20 10
Lampiran 18. Deskripsi statistik warna bunga
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Warna bunga 8 7.38 .74 6 8
PUPUK 8 1.00 1.07 0 3
Lampiran 19. Test statistik warna bunga Warna bunga
PERTUMBUHAN TANAMAN ASTER (
Bellis parennis
var
pomponnette double rose ) PADA BERBAGAI DOSIS
PEMUPUKAN
Oleh :
Ari Osler
G04400081
DEPARTEMEN BIOLOGI
A BSTR A K
A RI O SLER. Pertum buhan Tanam an A ster (Bellis parennis var pom ponnette double rose) pada berbagai dosis pem upukan dibim bing oleh H A D I SU N A RSO dan H A RTO N O SU D A RN A D I.
Penelitian ini bertujuan untuk m engetahui pertum buhan tanam an A ster (Bellis perennis var pom ponnette double rose) pada berbagai dosis pem upukan. Pupuk yang digunakan ialah Ca(N O3)2, M gSO4,
D A P, K N O3dengan kom posisi m edia yang digunakan ialah arang sekam, cocopeat, dan tanah organik
dengan perbandingan 4 : 4 : 1. D ata jum lah bunga diuji dengan chisquare test sedangkan data w arna bunga diuji dengan uji kruskall w alllis.
Pem berian pupuk dengan dosis yang berbeda tidak m em berikan perbedaan nyata pada tinggi tanam an, panjang akar, diam eter bunga, banyak bunga dan w arna bunga.
A BSTR A C T
A RI O SLER. G row th of A ster (Bellis parennis var pom ponnette double rose) at various dose of fertilizer. Supervised by H A D I SU N A R SO and H A R TO N O SU D A R N A D I.
This experim ent is to know the grow th of aster at various of fertilizer dose. Fertilizer com position that used to grow A ster are Ca(N O3)2, M gSO4,D A P, K N O3,w ith m edia com position that used to grow A ster in
exam ple : husk coal, cocopeat, and organic soil equal to 4 : 4 : 1. The num ber of flow er is tested by chi square testw hile colour is tested by kruskall w allis test.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman hias sebagai bagian dari tanaman hortikultura mempunyai banyak peranan penting dalam memperindah lingkungan (Gunawan 1991). Kebutuhan akan tanaman hias yang terus meningkat perlu didukung produksi yang cukup dengan kualitas yang baik. Kualitas yang baik didapat dengan teknis budidaya yang tepat, dilakukan dengan pemeliharaan yang baik, seperti pemakaian pupuk yang tepat dan penggunaan media yang sesuai.
Aster merupakan salah satu jenis tanaman hias dengan bunga yang indah. Tanaman ini tergolong dalam famili Asteraceae atau Compositae. Aster hidup dalam habitus iklim subtropis, dengan suhu ideal 20-24°C. Menurut Rukmana (1997) taksonomi aster dapat disusun sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Asteridae Ordo : Asterales Family : Asteraceae Genus : Bellis
Species : Bellis perennis L
Pemupukan merupakan salah satu faktor yang penting dalam budidaya tanaman. Pupuk ialah nutrisi yang diberikan ke dalam media baik dalam bentuk organik maupun anorganik yang mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang cukup (Soepardi 1983). Unsur yang penting untuk pertumbuhan tanaman adalah unsur makro C, N, P, K, Ca, Mg, dan S dan unsur mikro , yaitu Fe, Mn, B, Cu, Zn, Mo, Cl (White 1970).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman aster spesies Bellis perennis var pomponnette double rose yang didatangkan dari Belanda.
Waktu dan Tempat Penelitian
Panelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2004 di Kebun Bunga “Diana Puspa” Kp Munjul, Desa Cibadak, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, yang terletak pada ketinggian 1100 dpl.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan ialah bibit tanaman aster, media tanam arang sekam, cocopeat dan tanah organik dengan perbandingan 4 : 4 : 1, furadan, anvil, pupuk Ca(NO3)2, MgSO4, DAP,
KNO3, dan larutan stimulan.
Alat yang dipakai pada penelitian ini ialah pot dengan ukuran diameter 15 cm, color chart (Whelan 1994), timbangan analitik, jangka sorong, pipet, tong, ember, dan alat penyiram pupuk.
Metode a. Pembibitan
Bibit diperoleh dari stek tanaman induk. Untuk menginduksi pembentukan akar, stek direndam dalam larutan stimulan sela ma ±5 menit kemudian diakarkan selama ±2 minggu (sampai 2-3 daun telah mekar).
b. Penyiapan media
Media yang digunakan pada percobaan ini adalah campuran arang sekam, cocopeat dan tanah organik (tanah + kompos) dengan perbandingan 4 : 4 : 1. Sebelum media digunakan dilakukan pengadukan dan sterilisasi terlebih dahulu selama 7 hari., setelah itu dilakukan pemberian furadan.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan pada pot berdiameter 15 cm dan pada setiap pot ditanami 1 bibit. Setelah penanaman, tanaman diberi perlakuan hari panjang (5 jam/hari, antara pukul 19.00-24.00 WIB) menggunakan lampu pijar 100 watt sampai berumur 7 hari. Kemudian tanaman dipindahkan ke rumah plastik lain dan diberi perlakuan hari pendek dengan ditutup plastik hitam untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 5 hari dalam seminggu dan 2 hari penyiraman air. Pemupukan dilakukan pada waktu pagi hari dengan mempergunakan alat penyiram pupuk ± 50 ml. Kombinasi perlakuan jenis pupuk dan dosis yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi pupuk pada perlakuan Jenis
pupuk
Dosis (gr/100 l) Ao * A1 A2 A3 Ca(NO3)2 65 70 75 80
MgSO4 25 35 45 55
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman hias sebagai bagian dari tanaman hortikultura mempunyai banyak peranan penting dalam memperindah lingkungan (Gunawan 1991). Kebutuhan akan tanaman hias yang terus meningkat perlu didukung produksi yang cukup dengan kualitas yang baik. Kualitas yang baik didapat dengan teknis budidaya yang tepat, dilakukan dengan pemeliharaan yang baik, seperti pemakaian pupuk yang tepat dan penggunaan media yang sesuai.
Aster merupakan salah satu jenis tanaman hias dengan bunga yang indah. Tanaman ini tergolong dalam famili Asteraceae atau Compositae. Aster hidup dalam habitus iklim subtropis, dengan suhu ideal 20-24°C. Menurut Rukmana (1997) taksonomi aster dapat disusun sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Asteridae Ordo : Asterales Family : Asteraceae Genus : Bellis
Species : Bellis perennis L
Pemupukan merupakan salah satu faktor yang penting dalam budidaya tanaman. Pupuk ialah nutrisi yang diberikan ke dalam media baik dalam bentuk organik maupun anorganik yang mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang cukup (Soepardi 1983). Unsur yang penting untuk pertumbuhan tanaman adalah unsur makro C, N, P, K, Ca, Mg, dan S dan unsur mikro , yaitu Fe, Mn, B, Cu, Zn, Mo, Cl (White 1970).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman aster spesies Bellis perennis var pomponnette double rose yang didatangkan dari Belanda.
Waktu dan Tempat Penelitian
Panelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2004 di Kebun Bunga “Diana Puspa” Kp Munjul, Desa Cibadak, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, yang terletak pada ketinggian 1100 dpl.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan ialah bibit tanaman aster, media tanam arang sekam, cocopeat dan tanah organik dengan perbandingan 4 : 4 : 1, furadan, anvil, pupuk Ca(NO3)2, MgSO4, DAP,
KNO3, dan larutan stimulan.
Alat yang dipakai pada penelitian ini ialah pot dengan ukuran diameter 15 cm, color chart (Whelan 1994), timbangan analitik, jangka sorong, pipet, tong, ember, dan alat penyiram pupuk.
Metode a. Pembibitan
Bibit diperoleh dari stek tanaman induk. Untuk menginduksi pembentukan akar, stek direndam dalam larutan stimulan sela ma ±5 menit kemudian diakarkan selama ±2 minggu (sampai 2-3 daun telah mekar).
b. Penyiapan media
Media yang digunakan pada percobaan ini adalah campuran arang sekam, cocopeat dan tanah organik (tanah + kompos) dengan perbandingan 4 : 4 : 1. Sebelum media digunakan dilakukan pengadukan dan sterilisasi terlebih dahulu selama 7 hari., setelah itu dilakukan pemberian furadan.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan pada pot berdiameter 15 cm dan pada setiap pot ditanami 1 bibit. Setelah penanaman, tanaman diberi perlakuan hari panjang (5 jam/hari, antara pukul 19.00-24.00 WIB) menggunakan lampu pijar 100 watt sampai berumur 7 hari. Kemudian tanaman dipindahkan ke rumah plastik lain dan diberi perlakuan hari pendek dengan ditutup plastik hitam untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 5 hari dalam seminggu dan 2 hari penyiraman air. Pemupukan dilakukan pada waktu pagi hari dengan mempergunakan alat penyiram pupuk ± 50 ml. Kombinasi perlakuan jenis pupuk dan dosis yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi pupuk pada perlakuan Jenis
pupuk
Dosis (gr/100 l) Ao * A1 A2 A3 Ca(NO3)2 65 70 75 80
MgSO4 25 35 45 55
KNO3 15 20 25 30
* yang digunakan PT Alam Indah Nusantara untuk tanaman Aster
e. Penga matan Pertumbuhan dan Morfologi
Tanaman
Pengamatan pertumbuhan dimulai pada saat tanaman berumur 6 MST (minggu setelah tanam). Parameter yang diamati ialah sebagai berikut :
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan pada 12 MST (minggu setelah tanam). 2. Panjang akar
Panjang akar diukur pada saat panen yaitu pada 12 MST.
3. Waktu pertama keluar kuncup
Waktu pertama keluar kuncup dicatat pada saat mulai terjadi kuncup.
4. Waktu pertama munculnya warna (coloring)
Pencatatan dilakukan pada waktu pemunculan warna pertama kali pada daun mahkota bunga.
5. Jumlah Bunga
Jumlah bunga dihitung meliputi bunga yang belum mekar dan yang sudah mekar, jumlah bunga dihitung pada 10 MST.
6. Diameter bunga
Pengukuran diameter bunga terbesar dilakukan menggunakan jangka sorong, dan diukur pada saat panen terhadap bunga yang telah mekar penuh.
8. Warna bunga
Warna bunga diperoleh dengan mencocokkan warna yang ada di color chart.
Analisis Media
Analisis media dilakukan pada awal penelitian meliputi pengukuran pH, kandungan C, N, P, K, Ca, Mg, dan rasio C/N.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 1 varietas, yang diberi 4 perlakuan, masing-masing 10 ulangan. Model linier yang digunakan ialah :
Yij = µ + ai + ßij
Dimana :
Yij : pengamatan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke –j µ : rataan umum
ai : pengaruh perlakuan pupuk ke -i (i = 1,
2, 3, 4)
eij : pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
i : 1, 2, 3, 4 dan j : 1, 2, …, 10
Pengujian pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan jika berbeda nyata dilakukan uji Tukey pada taraf 5% kecuali pada jumlah bunga dilakukan uji Chi Square. Untuk parameter data yang bersifat ordinal warna bunga digunakan uji Kruskal Wallis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Media Tanam
Hasil analisis media tanam pada awal penelitian (Tabel 2) didapat pH tanah sebesar 6,9. Berdasarkan sifat kimia tanah dalam Nababan (2000) dalam lampiran 1, tanah yang digunakan untuk media tanam pada penelitian ini masuk dalam kisaran pH netral (6,6-7,5). Hal ini masih sesuai untuk syarat pertumbuhan tanaman aster dengan pH antara 5.5-7.0 (Rukmana 1997). Nilai Rasio C/N termasuk sangat tinggi. Jumlah nitrogen total sedang dan karbon organik yang tersedia sangat tinggi. Fosfor yang tersedia sangat tinggi demikian pula dengan Ca, Mg dan K.
Tabel 2 Hasil Analisis Contoh Tanah
No Variabel Nilai 1 pH H2O 6,9
2 pH KCl 6,2 3 C-Org (%) 15,98 4 N total (%) 0,47 5 Rasio C/N 34 6 P tersedia (ppm) 786 7 Ca (me/100g) 12,35 8 Mg (me/100g) 5,77 9 K (me/100g) 16,09 Sumber : Balita PPPTA Bogor
Analisis Statistik
2 KNO3 15 20 25 30
* yang digunakan PT Alam Indah Nusantara untuk tanaman Aster
e. Penga matan Pertumbuhan dan Morfologi
Tanaman
Pengamatan pertumbuhan dimulai pada saat tanaman berumur 6 MST (minggu setelah tanam). Parameter yang diamati ialah sebagai berikut :
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan pada 12 MST (minggu setelah tanam). 2. Panjang akar
Panjang akar diukur pada saat panen yaitu pada 12 MST.
3. Waktu pertama keluar kuncup
Waktu pertama keluar kuncup dicatat pada saat mulai terjadi kuncup.
4. Waktu pertama munculnya warna (coloring)
Pencatatan dilakukan pada waktu pemunculan warna pertama kali pada daun mahkota bunga.
5. Jumlah Bunga
Jumlah bunga dihitung meliputi bunga yang belum mekar dan yang sudah mekar, jumlah bunga dihitung pada 10 MST.
6. Diameter bunga
Pengukuran diameter bunga terbesar dilakukan menggunakan jangka sorong, dan diukur pada saat panen terhadap bunga yang telah mekar penuh.
8. Warna bunga
Warna bunga diperoleh dengan mencocokkan warna yang ada di color chart.
Analisis Media
Analisis media dilakukan pada awal penelitian meliputi pengukuran pH, kandungan C, N, P, K, Ca, Mg, dan rasio C/N.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 1 varietas, yang diberi 4 perlakuan, masing-masing 10 ulangan. Model linier yang digunakan ialah :
Yij = µ + ai + ßij
Dimana :
Yij : pengamatan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke –j µ : rataan umum
ai : pengaruh perlakuan pupuk ke -i (i = 1,
2, 3, 4)
eij : pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
i : 1, 2, 3, 4 dan j : 1, 2, …, 10
Pengujian pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan jika berbeda nyata dilakukan uji Tukey pada taraf 5% kecuali pada jumlah bunga dilakukan uji Chi Square. Untuk parameter data yang bersifat ordinal warna bunga digunakan uji Kruskal Wallis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Media Tanam
Hasil analisis media tanam pada awal penelitian (Tabel 2) didapat pH tanah sebesar 6,9. Berdasarkan sifat kimia tanah dalam Nababan (2000) dalam lampiran 1, tanah yang digunakan untuk media tanam pada penelitian ini masuk dalam kisaran pH netral (6,6-7,5). Hal ini masih sesuai untuk syarat pertumbuhan tanaman aster dengan pH antara 5.5-7.0 (Rukmana 1997). Nilai Rasio C/N termasuk sangat tinggi. Jumlah nitrogen total sedang dan karbon organik yang tersedia sangat tinggi. Fosfor yang tersedia sangat tinggi demikian pula dengan Ca, Mg dan K.
Tabel 2 Hasil Analisis Contoh Tanah
No Variabel Nilai 1 pH H2O 6,9
2 pH KCl 6,2 3 C-Org (%) 15,98 4 N total (%) 0,47 5 Rasio C/N 34 6 P tersedia (ppm) 786 7 Ca (me/100g) 12,35 8 Mg (me/100g) 5,77 9 K (me/100g) 16,09 Sumber : Balita PPPTA Bogor
Analisis Statistik
Tabel 3 Pengaruh dosis pemupukan terhadap rata-rata tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, jumlah bunga dan warna bunga
Perlakuan Tinggi Tanaman* Panjang Akar* Diameter Bunga* Jumlah Bunga** Warna Bunga***
AO 13,44 25.46 12.66 12 8
A1 14,22 25.72 12.17 7 7
A2 13,70 28.39 13.16 7 8
A3 14,46 25.19 14.78 5 7
Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada 12 minggu setelah tanam (MST). Analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan dosis pupuk yang berbeda tidak memberikan perbedaan nyata pada tinggi tanaman (Tabel 3). Rata-rata tinggi tanaman yang diperoleh menunjukkan nilai tertinggi untuk tinggi tanaman terdapat pada perlakuan A3 sebesar 14,46 cm sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan A0 sebesar 13,44 cm. Perlakuan A1 dan A2 berturut-turut memiliki tinggi tanaman sebesar 14,22 cm dan 13,7 cm. Tinggi rendahnya tanaman berkaitan dengan unsur hara yang dapat diserap oleh akar.
Jika diperhatikan pada Gambar 1, rata-rata tinggi tanaman meningkat dari perlakuan AO ke A1, tetapi kemudian berkurang pada A2 yaitu sebesar 13,70 cm dan kembali meningkat pada perlakuan A3 menjadi 14,46 cm. Secara umum tinggi tanaman menunjukkan kecenderungan yang meningkat selaras dengan. peningkatan dosis pupuk (Gambar 1 dan Tabel 3).
Gambar 1 Rata-rata tinggi tanaman pada setiap perlakuan
Pertumbuhan tinggi tanaman banyak ditentukan pada penyerapan nitrogen (N). N yang tersedia lebih banyak akan menghasilkan protein yang lebih banyak (Sutejo 1994). Pertambahan tinggi tanaman terjadi pada sel tanaman terutama pada sel meristematik karena pembelahan secara cepat terjadi pada daerah apikal tajuk. Nitrogen diperoleh melalui NO3
-yang diserap tanaman pada pupuk Ca(NO3)2 dan
KNO3- yang diberikan. Unsur nitrogen
merupakan unsur inti utama yang mendukung
pertumbuhan tinggi tanaman. Unsur ini mempunyai sifat mudah larut dan tercuci sehingga kehilangan unsur ini mempengaruhi penyerapannya pada tanaman (Leiwakabessy 1980).
Pemberian unsur K dapat meningkatkan laju pertambahan tinggi tanaman (Astuti 2002). Unsur ini berperan dalam meningkatkan ketahanan batang tanaman, pada daerah meristematik batang terutama untuk membentuk lamela tengah sel baru (Dwiatmini et al 1996). Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Unsur ini diperoleh pada pupuk KNO3- yang diberikan. Pertumbuhan vegetatif
aster yang tidak memerlukan waktu yang lama mengakibatkan pengaruh nyata da ri pemberian pupuk tidak terlihat meningkat secara signifikan (Tabel 3).
Panjang Akar
Analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan dosis pupuk yang berbeda tidak memberikan perbedaan nyata pada panjang akar (Tabel 3). Panjang akar terpanjang terdapat pada perlakuan A2 sebesar 28,39 cm, sedangkan panjang akar terpendek terdapat pada perlakuan A3 sebesar 25,19 cm. Perlakuan AO dan A1 memiliki panjang akar sebesar 25,46 cm dan 25,72 cm (Gambar 2).
25.46 25.72 28.39 25.19 0 5 10 15 20 25 30
AO A1 A2 A3
Perlakuan
Panjang (Cm)
Gambar 2 Rata-rata panjang akar pada setiap perlakuan
Panjang akar merupakan kemampuan akar untuk menjangkau unsur hara (Poerwowidodo 1992). Panjang akar menunjukkan aktivitas akar dalam menyerap nutrisi. Oleh karena itu, banyak
13.44 14.22 13.70 14.46
0 2 4 6 8 1 0 1 2 1 4
AO A1 A2 A3
4 sedikitnya unsur hara yang terkandung dalam
media mempengaruhi perpanjangan akar. Panjang akar lebih pendek jika ketersediaan unsur hara media melimpah (Tisdale & Nelson 1975). Hal ini terlihat pada perlakuan A3 yang memiliki akar terpendek. Jika dicermati dari perlakuan AO sampai perlakuan A2 memperlihatkan peningkatan panjang akar, selanjutnya panjang akar menurun pada perlakuan A3. Perubahan akumulasi unsur hara pada dosis pupuk A1 dan A2 yang terjadi pada media diduga menyebabkan peningkatan panjang akar.
Panjang akar dipengaruhi juga oleh tekstur media tanam. Tekstur media yang padat dapat menghambat perpanjangan akar (Mariam 1986). Selain itu, pemanjangan akar dapat dipengaruhi oleh pasokan fotosintat dari daun yang berupa pati atau karbohidrat (Schuurman dan Goedewagen 1971). Karbohidrat hasil fotosintesis disimpan pada seluruh bagian vegetatif tanaman sebagai cadangan makanan. Sistem perakaran tanaman juga dipengaruhi oleh kondisi media tempat tumbuh, faktor yang mempengaruhi pola penyebaran akar antara lain ialah, suhu tanah, aerasi, ketersediaan air dan ketersediaan unsur hara (Lakitan 1993).
Perakaran aster sama seperti tanaman krisan yaitu menyebar kesemua arah pada kedalaman 30-40 cm. Akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, misalnya keadaan drainase yang jelek, kandungan unsur Al dn Mn yang tinggi, serta tanah yang terlalu asam (Rukmana & Mulyana 1997).
Waktu Pertama Keluar Kuncup & Waktu Pertama Munculnya Warna (Coloring)
Berdasarkan lampiran 9 diperoleh bahwa persentase tanaman yang berbunga sebanyak 25 % sedangkan persentase tanaman yang tidak berbunga sebanyak 75%. Dari hasil ini jika dibandingkan dengan tabel 4 dan 5 dimana diperoleh kisaran rata – rata waktu pertama keluar kuncup, waktu pertama munculnya warna (coloring) dan rata–ratanya diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk yang semakin meningkat tidak mempercepat waktu pertama keluar kuncup dan waktu pertama munculnya warna (coloring).
Hal ini diduga karena tidak terjadi penyerapan unsur secara optimal khususnya dalam penyerapan unsur yang berperan dalam pembungaan, yaitu fosfor. Masing -masing perlakuan memerlukan ± 1 minggu untuk pembentukan warna (coloring).
Tabel 4 Waktu pertama keluar kuncup pada masing- masing perlakuan
Tabel 5 Waktu pertama munculnya warna (coloring) pada masing-masing perlakuan
Perla kuan
Kisaran Waktu Pertama Munculnya Warna (coloring) Minggu Setelah Tana m (MST)
Rata – Rata
A0 6 – 11 MST 9,67 A1 10 - 11 MST 10,10 A2 7 - 11 MST 10,00 A3 6 - 11 MST 10,00
Jumlah Bunga
Tanaman akan berbunga setelah fase vegetatif berakhir dan mulai memasuki fase generatif atau pembentukan daun yang minimal dan cukup umur untuk menghasilkan bunga, meskipun umur tanaman bukan merupakan faktor pembatas yang mutlak menentukan saat berbunga (Thompson & Kelly, 1957).
Berdasarkan uji Chi Square, jumlah bunga yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian pupuk tidak memberikan perbedaan nyata (Tabel 3). Perlakuan A0 memiliki jumlah bunga sebanyak 12 buah yang merupakan jumlah terbanyak. Perlakuan A1 dan A2 memiliki jumlah yang sama sebanyak 7 buah sedangkan perlakuan A3 memiliki jumlah bunga sebanyak 5 buah (Gambar 3). Jika dihitung dalam pot, perlakuan A0 dan A1 memiliki tanaman yang menghasilkan bunga yang sama, yaitu 3 pot. Sedangkan perlakuan A2 & A3 masing-masing memiliki 1 pot yang menghasilkan bunga (Gambar 4).
Proses pembungaan antara lain dipengaruhi oleh tersedianya unsu r P. Menurut Setyamidjaya (1986) unsur P berperan dalam mempertinggi persentase pembentukan bunga. Poerwowidodo 1992 mengatakan penyerapan fosfor meningkat seiring dengan peningkatan unsur N, tetapi pada penelitian ini jumlah bunga terbaik didapat dari perlakuan dengan konsentrasi pupuk yang lebih sedikit diduga tidak terjadi penyerapan fosfor secara optimal sehingga tidak diperoleh jumlah bunga yang maksimal pada perlakuan pupuk dengan dosis yang lebih tinggi.
Perla kuan
Kisaran Waktu Keluar Kuncup Minggu Setelah Tanam (MST)
Rata – Rata
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
AO A1 A2 A3
Perlakuan
Jumlah Bunga
Gambar 3 Jumlah bunga pada setiap perlakuan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
AO A1 A2 A3
Perlakuan
Jumlah Tanaman yang Berbunga
Gambar 4 Jumlah tanaman berbunga pada setiap perlakuan
Diameter Bunga
Hasil analisis sidik ragam tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata antara tiap perlakuan (Tabel 3). Diameter bunga terbesar terdapat pada perlakuan A3 sebesar 14.78 mm disusul oleh perlakuan A2 sebesar 13.16 mm, dan A0 sebesar 12.66 mm. Perlakuan A1 memiliki diameter bunga terkecil sebesar 12.17 mm. Secara umum hasil ini menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Gambar 5).
[image:30.596.84.279.80.670.2]Jumlah bunga yang diperoleh sedikit dengan semakin meningkatnya dosis pupuk (Gambar 3), tetapi diameter bunga aster cenderung meningkat (Gambar 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Sutater (1991) yang melaporkan bahwa semakin banyak jumlah bunga yang terbentuk semakin kecil diameternya. Unsur nitrogen pupuk berperan dalam meningkatkan diameter bunga.
12.66 12.17 13.16 14.78 0 2 4 6 8 10 12 14 16
AO A1 A 2 A 3
Perlakuan
Diameter (mm)
Gambar 5 Rata-rata diameter bunga pada setiap perlakuan
Warna bunga
Untuk warna bunga dilakukan uji Kruskal Wallis. Hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata untuk tiap perlakuan (Tabel 3). Range warna yang dihasilkan berkisar pada nilai 6 – 8 (Whelan 1994). Kandungan pupuk seperti P dan K yang banyak berperan dalam pigmentasi tidak banyak berpengaruh pada pembentukan warna.
Penampakan warna bunga juga didukung oleh cahaya yang diterima. Tjitrosoepomo 1997 mengatakan bahwa warna bunga erat sekali hubungannya dengan penyinaran. Warna yang lebih cerah dapat dihasilkan oleh intensitas cahaya yang tidak berlebih.
KESIMPULAN
Perla kuan pupuk yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, jumlah bunga dan warna bunga.
SARAN
Perlu dilakukan pemberian pupuk dengan selang perlakuan yang lebih kecil dari AO untuk melihat perbandingan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti IF. 2002. Pertumbuhan Tanaman Krisan Pot (Chrysanthemum morifolium var Rst) pada Berbagai Konsentrasi Pemupukan dan Alar [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dwiatmini et al. 1996. Media tanam krisan Dengan Kompos Dari Lima Macam Limbah Pertanian. J. Hort. 5(5) : 99 – 105.
Gunawan LW. 1991. Status Penelitian Tanaman Hias di Perguruan Tinggi. Di dalam : Toto Sutater, H. Hendro S, Azis AA, Sri W. Penyunting. Prosiding Seminar Tanaman Hias Cipanas, 29 Agustus 1991. Cipanas : Balai Penelitian Hortikultura. Hlm : 25-27.
Lakitan B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo persada. Leiwakabessy. 1980. Pupuk dan Pemupukan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
AO A1 A2 A3
Perlakuan
Jumlah Bunga
Gambar 3 Jumlah bunga pada setiap perlakuan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
AO A1 A2 A3
Perlakuan
Jumlah Tanaman yang Berbunga
Gambar 4 Jumlah tanaman berbunga pada setiap perlakuan
Diameter Bunga
Hasil analisis sidik ragam tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata antara tiap perlakuan (Tabel 3). Diameter bunga terbesar terdapat pada perlakuan A3 sebesar 14.78 mm disusul oleh perlakuan A2 sebesar 13.16 mm, dan A0 sebesar 12.66 mm. Perlakuan A1 memiliki diameter bunga terkecil sebesar 12.17 mm. Secara umum hasil ini menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Gambar 5).
[image:31.596.84.279.80.670.2]Jumlah bunga yang diperoleh sedikit dengan semakin meningkatnya dosis pupuk (Gambar 3), tetapi diameter bunga aster cenderung meningkat (Gambar 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Sutater (1991) yang melaporkan bahwa semakin banyak jumlah bunga yang terbentuk semakin kecil diameternya. Unsur nitrogen pupuk berperan dalam meningkatkan diameter bunga.
12.66 12.17 13.16 14.78 0 2 4 6 8 10 12 14 16
AO A1 A 2 A 3
Perlakuan
Diameter (mm)
Gambar 5 Rata-rata diameter bunga pada setiap perlakuan
Warna bunga
Untuk warna bunga dilakukan uji Kruskal Wallis. Hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata untuk tiap perlakuan (Tabel 3). Range warna yang dihasilkan berkisar pada nilai 6 – 8 (Whelan 1994). Kandungan pupuk seperti P dan K yang banyak berperan dalam pigmentasi tidak banyak berpengaruh pada pembentukan warna.
Penampakan warna bunga juga didukung oleh cahaya yang diterima. Tjitrosoepomo 1997 mengatakan bahwa warna bunga erat sekali hubungannya dengan penyinaran. Warna yang lebih cerah dapat dihasilkan oleh intensitas cahaya yang tidak berlebih.
KESIMPULAN
Perla kuan pupuk yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, jumlah bunga dan warna bunga.
SARAN
Perlu dilakukan pemberian pupuk dengan selang perlakuan yang lebih kecil dari AO untuk melihat perbandingan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti IF. 2002. Pertumbuhan Tanaman Krisan Pot (Chrysanthemum morifolium var Rst) pada Berbagai Konsentrasi Pemupukan dan Alar [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dwiatmini et al. 1996. Media tanam krisan Dengan Kompos Dari Lima Macam Limbah Pertanian. J. Hort. 5(5) : 99 – 105.
Gunawan LW. 1991. Status Penelitian Tanaman Hias di Perguruan Tinggi. Di dalam : Toto Sutater, H. Hendro S, Azis AA, Sri W. Penyunting. Prosiding Seminar Tanaman Hias Cipanas, 29 Agustus 1991. Cipanas : Balai Penelitian Hortikultura. Hlm : 25-27.
Lakitan B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo persada. Leiwakabessy. 1980. Pupuk dan Pemupukan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
AO A1 A2 A3
Perlakuan
Jumlah Bunga
Gambar 3 Jumlah bunga pada setiap perlakuan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
AO A1 A2 A3
Perlakuan
Jumlah Tanaman yang Berbunga
Gambar 4 Jumlah tanaman berbunga pada setiap perlakuan
Diameter Bunga
Hasil analisis sidik ragam tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata antara tiap perlakuan (Tabel 3). Diameter bunga terbesar terdapat pada perlakuan A3 sebesar 14.78 mm disusul oleh perlakuan A2 sebesar 13.16 mm, dan A0 sebesar 12.66 mm. Perlakuan A1 memiliki diameter bunga terkecil sebesar 12.17 mm. Secara umum hasil ini menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Gambar 5).
[image:32.596.84.279.80.670.2]Jumlah bunga yang diperoleh sedikit dengan semakin meningkatnya dosis pupuk (Gambar 3), tetapi diameter bunga aster cenderung meningkat (Gambar 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Sutater (1991) yang melaporkan bahwa semakin banyak jumlah bunga yang terbentuk semakin kecil diameternya. Unsur nitrogen pupuk berperan dalam meningkatkan diameter bunga.
12.66 12.17 13.16 14.78 0 2 4 6 8 10 12 14 16
AO A1 A 2 A 3
Perlakuan
Diameter (mm)
Gambar 5 Rata-rata diameter bunga pada setiap perlakuan
Warna bunga
Untuk warna bunga dilakukan uji Kruskal Wallis. Hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata untuk tiap perlakuan (Tabel 3). Range warna yang dihasilkan berkisar pada nilai 6 – 8 (Whelan 1994). Kandungan pupuk seperti P dan K yang banyak berperan dalam pigmentasi tidak banyak berpengaruh pada pembentukan warna.
Penampakan warna bunga juga didukung oleh cahaya yang diterima. Tjitrosoepomo 1997 mengatakan bahwa warna bunga erat sekali hubungannya dengan penyinaran. Warna yang lebih cerah dapat dihasilkan oleh intensitas cahaya yang tidak berlebih.
KESIMPULAN
Perla kuan pupuk yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman, panjang akar, diameter bunga, jumlah bunga dan warna bunga.
SARAN
Perlu dilakukan pemberian pupuk dengan selang perlakuan yang lebih kecil dari AO untuk melihat perbandingan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti IF. 2002. Pertumbuhan Tanaman Krisan Pot (Chrysanthemum morifolium var Rst) pada Berbagai Konsentrasi Pemupukan dan Alar [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dwiatmini et al. 1996. Media tanam krisan Dengan Kompos Dari Lima Macam Limbah Pertanian. J. Hort. 5(5) : 99 – 105.
Gunawan LW. 1991. Status Penelitian Tanaman Hias di Perguruan Tinggi. Di dalam : Toto Sutater, H. Hendro S, Azis AA, Sri W. Penyunting. Prosiding Seminar Tanaman Hias Cipanas, 29 Agustus 1991. Cipanas : Balai Penelitian Hortikultura. Hlm : 25-27.
Lakitan B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo persada. Leiwakabessy. 1980. Pupuk dan Pemupukan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
6 Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Hasil
Kedelai. (Glycine Max (L) Merr) [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Nababan AR. 2000. Pengaruh taraf pemupukan kalium pada berbagai status K tanah terhadap produksi pipilan biji kering jagung varietas hibrida Pioner -5 pada tanah latosol (Oksik Dystropept) Darmaga. Jurusan Tanah Faperta IPB : Bogor.
Poerwowidodo M. 1992. Telaah Kesuburan Tanah.
Jakarta : Penerbit Angkasa.
Rukmana. 1997. Aster. Yogyakarta : Kanisius
Rukmana R, Mulyana AE. 1997. Krisan. Yogyakarta :
Kanisius.
Schuurman JJ & Goedewagen MAJ. 1971. Methods for
Examination of Root System and Roots. Wageningen : Centre Agricultural Publishing Documentation.
Salisbury FB & Ross CW. 1985. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : Penerbit ITB
Setyamidjaya. 1986. Pupukdan Pemupukan., Jakarta :
CV Simplek
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor :
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sutejo MM. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta
: Rineka Cipta.
Suriatna S. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta :
Mediyatama Sarana Perkasa.
Sutater T. 1991. Dosis Pupuk N dan K Pada Tanaman
Krisan (Chrysanthemum moifolium Ram). Prosiding
Seminar Tanaman Hias ; Cipanas, 29 Agustus 1991. Cipanas : Sub Balai Penelitian Hortikultura Cipanas. Hlm 157-161
Thompson H. C, and W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. McGraw Hill INC, New Delhi
Tisdale & Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. NewYork: Mcmillon.
Tjitrosoepomo G. 1997. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta : Gajah Mada University Pr.
Young A. 1976. Tropical Soil and Soil Survey. Cambridge Univ Pr.
Whelan BM. 1994. Color Harmony 2. Massachusetts :
Rockport P ublishers, Inc.
LAMPIRAN
8
Sifat tanah Sangat rendah rendah sedang tinggi Sangat tinggi C organik (%) <1,0 1-2 2,01-3,0 2,01-5,0 >5 N total (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 HCl 25 % (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
P2O5 B (ppm) <10 10-15 16-25 26-35 >35
P2O5 Ols (ppm) <10 10-25 26-45 46-60 >60
K2O HCl 25 % (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
KTK (NH4 – Acetat 1 N, pH 7) < 5 5-16 17-24 25-40 >40 K (me/100 g) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1 Mg (me/100 g) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1 Na (me/100 g) <0,4 0,4-0,1 1,1-2,0 2,1-8,0 >8 Ca (me/100 g) <2 2-5 6-10 11-20 >20 Al (me/100 g) <20 20-35 36-50 51-70 >70
KB (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60
p H Sangat asam masam Agak masam netral Agak alkalis alkalis
p H2O <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5
Sumber : Nababan (2000)
Lampiran 2 Data rata-rata tinggi tanaman pada 12 MST(minggu setelah tanam) NO POT TINGGI TANAMAN (Cm)
AO A1 A2 A3 1 12.60 14.00 13.50 13.10 2 14.25 14.70 13.20 15.40 3 13.45 14.90 15.50 15.53 4 14.50 14.00 13.10 14.32 5 13.10 14.40 13.30 13.20 6 12.90 13.70 13.60 15.35 7 12.95 13.10 14.60 15.10 8 15.10 15.40 12.90 15.30 9 13.60 15.30 14.40 14.20 10 11.95 12.80 12.90 13.10 Rata-Rata 13.44 14.22 13.70 14.46
Lampiran 3 Deskripsi statistik tinggi tanaman
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum A0 10 13.4400 .9507 .3006 11.95 15.10 A1 10 14.2200 .8917 .2820 12.80 15.40 A2 10 13.7000 .8589 .2716 12.90 15.50 A3 10 14.4600 1.0171 .3216 11.95 15.53 Total 40 13.9550 .9844 .1557 11.95 15.53
Lampiran 4 Sidik ragam tinggi tanaman pada 12 MST (minggu setelah tanam) Tinggi tanaman Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 6.555 3 2.185 2.518* .074
Within Groups 31.240 36 .868 Total 37.795 39
Lampiran 5 Data rata-rata panjang akar 12 mst PANJANG AKAR (Cm)
NO POT AO A1 A2 A3 1 20 27.6 29.05 26.1 2 42.1 17.9 29.9 21.1 3 30.5 34.3 24.2 25.6 4 30.5 24.9 33.4 24.7 5 24.7 26.3 27.4 23.7 6 28.9 23 24.2 29.2 7 23.7 16.2 29.8 22.7 8 24 28.6 29.2 29.4 9 15 28.8 24.4 20.6 10 15.2 29.6 14.5 28.8 Rata-Rata 25.46 25.72 28.39 25.19
Lampiran 6 Deskripsi statistik panjang akar
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum AO 10 25.4600 8.0954 2.5600 15.00 42.10
A1 10 25.7200 5.4790 1.7326 16.20 34.30 A2 10 26.6050 5.2019 1.6450 14.50 33.40 A3 10 25.1900 3.2368 1.0236 20.60 29.40 Total 40 25.7438 5.5681 .8804 14.50 42.10
Lampiran 7 Sidik ragam panjang akar
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 11.295 3 3.765 .113* .952
Within Groups 1197.831 36 33.273 Total 1209.126 39
10 Lampiran 8 Data Waktu Pertama Keluar Kuncup dan Waktu Pertama Pembentukan Warna Coloring
NO WAKTU KELUAR KUNCUP WAKTU COLORING
POT AO A1 A2 A3 AO A1 A2 A3
1 - - - -
- - - -
2 - - 6 MST - - - 7 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - 3 5 MST 9 MST - - 6 MST 10 MST - - 6 MST 9 MST - - 7 MST 10 MST - - 9 MST 9 MST - - 10 MST 10 MST - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 4 7 MST - 10 MST - 8 MST - 11 MST -
10 MST - 10 MST - 11 MST - 11 MST 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - -
5 - - - -
6 - - - -
7 - 9 MST - - - 10 MST - - - 9 MST - - - 10 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - 8 - - 10 MST - - - 11 MST -
- - - -
9 - - - 5 MST - - - 6MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST - - - 10 MST - - - 11 MST 10 10 MST 9 MST - - 11 MST 10 MST - -
10 MST - - - 11 MST - - - Rata -
Rata
8,67 9,10 9,00 9,00
9,67 10,10 10,00 10,00
Lampiran 9 Persentase jumlah tanaman yang berbunga dan tidak berbunga
PERLAKUAN PERSENTASE
Jumlah tanaman yang berbunga Jumlah tanaman yang tidak berbunga
A0 30 %
A1 30 %
A2 30 %
A3 10 %