• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawancara dilakukan dengan Bapak Andri Firmansyah yang merupakan humas dari Taman Nasional Ujung Kulon. Wawancara dilakukan pada tanggal 15, September 2020 jam 10:00AM melalui applikasi video call zoom dikarenakan adanya wabah covid. Tujuan dari wawancara ini untuk mendapatkan jawaban mengenai jumlah wisatawan, promosi apa saja yang telah di lakukan, event yang akan diadakan dan keunikan serta kelemahan Taman Nasional Ujung kulon.

Pertama penulis bertanya mengenai peluang potensi yang dimiliki Taman nasional Ujung Kulon. Pak Andri menjelaskan bahwa sebuah wilayah konservasi pasti memiliki potensi yang merupakan bahan pertimbangan agar disebut Taman Nasional. Ujung kulon memiliki keberagaman flora dan fauna yang sangat beragam, salah satu yang menjadi icon dari Ujung Kulon yaitu keberadaan Badak Jawa cula satu atau (Rhinos Sundancuss) yang sudah diakui oleh dunia. Selain Badak Jawa terdapat juga banteng, merak, rusa , babi hutan, owa jawa dan masih banyak lagi. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan hutan tropis dataran rendah dengan hutan yang lebat dengan keberagaman ekosistem wisatanya seperti Pulau peucang, Pulau handeleum, Pulau Panaitan, Pulau Balong dan Gunung Honje. Beliau juga menyinggung tarif untuk masuk ke TNUK untuk weekday seharga Rp.5.000,00 sampai Rp 7.500,00 untuk weekend bagi WNI, sedangkan untuk WNA harga tiket masuk weekday seharga Rp 125.000,00 sampai Rp 250.000,00 untuk weekend, harga ditentukan oleh pemerintah.

92 Untuk pengelolaannya TNUK memiliki pihak ke 3 di tiap masing masing pulau untuk bertanggung jawab lalu melapor ke pusat. Masyarakat sekitar juga turut membantu dalam pengelolan dan perlindungan wilayah konservasi.

Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam pengelolaan wisata Ujung Kulon.

Hutan tidak akan terjaga jika tidak ada keterlibatan masyarakat lokal , khususnya di daerah penyangga. TNUK merupakan lembaga non profit dan bekerjasama dengan beberapa lembaga untuk membantu melindungi dan melestarikan badak cula satu seperti International Rhino Foundation (IRF) , Yayasan Badak Indonesia (YABI) , Yayasan Alabama, dan WWF yang berfokus pada konservasi badak di TNUK. Peran lembaga lembaga ini sebagai pengaman yaitu dengan melakukan kegiatan patroli bersama , penelitian terkait badak, dan pemberdayaan masyarakat. Menurut Pak Andri, TNUK memiliki beberapa hambatan dalam pengelolaan kawasannya yaitu

- Taman Nasional merupakan kawasan konservasi alam yang fungsinya merupakan wilayah perlindungan floran dan fauna Ujung Kulon tidak dapat membangun sarana dan prasarana seperti Taman Nasional Komodo yang pengelolaan fasilitas sarana dan prasarananya sudah modern

- Pihak ke 3 terbatas untuk menyediakan fasilitas di tiap wialayh objek wisata.

- TNUK minim sumber daya manusia (SDA) untuk tourguide, akomodasi, dan sarana prasarana karena tidak ingin bertentangan dengan basic kawasan TNUK sebagai wilayah konservasi alam.

93 - Belum ada bantuan promosi untuk mengenalkan TNUK kepada masyarakat luas dari pemerintah. Kerjasama dengan pemerintah daerah hanya terkait SDA

- Pengenalan TNUK terhadap wisatwan terbatas, hanya melalui kunjungan langsung, kegiatan rimba dan pameran yang dilakukan tiap tahun oleh mentri kehutanan.

- TNUK belum pernah melakukan promosi unutk jangka panjang. Promosi yang dilakukan hanya mengandalkan media sosial dan promosi dalam bentuk word of mouth.

Walaupun memiliki beberapa hambatan, TNUK juga sudah mulai berkembang dari tahun ke tahunnya dalam bebrapa aspek yaitu

- TNUK sudah berupaya untuk meningkatkan pengembangan pengelolaan dalam bentuk pembutan shelter dan toilet pada spot wisata yang memang ramai di kunjungi oleh wisatwan.

- Pengecoran jalan menuju TNUK menuju sumur sedang dalama proses perbaikan. Hal ini dapat mempermudah wisatawan untuk berkunjung.

- Pembangunan Ujung Kulon Geopark yang merupakan pusat edukasi mengenai TNUK oleh pemerintah

Kesan yang ingin diberikan kepada wisatawan yang berkunjung ke TNUK adalah kawasan konservasi alam yang masih serba alami dan apa adanya. Oleh karena itu Pak Andri menegaskan bahwa ada istilah jaga kebersihannya, jaga

94 kelestariannya dan nikmati keindahan alamnya. Jadi selain keberaaman flora fauna, dan daya tarik alamnya TNUK juga mengedukasi wisatawannya untuk selalu menjaga lindungi hutan alam dan menjaga lingkungan hutan. Namun, TNUK mengalami penurunan jumlah wisatawan dari tahun 2018 sampai 2019.

Tahun 2018 jumlah wisatawan tercatat berjumlah 14.399 wisatawan namun pada tahun itu terjadi bencana, dampak yang dirasakan oleh TNUK dari musibah tersebut yaitu menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung. Ditambah lagi dengan adanya wabah covid ini jumlah wisatawan turun hingga 50% dari tahun sebelumnya menjadi 7.554 wisatawan.

Pak Andri menjelaskan promosi yang dilakukan oleh TNUK adalah melalui event hutan tahunan, acara edukasi melalui outbond, pameran dan penyuluhan dengan beberapa sekolah. Selain itu TNUK juga memiliki media sosial seprti instagram, twitter, dan facebook. Media sosial hanya digunakan untuk menyebarkan informasi, dan kegiatan dari TNUK. Sejauh ini TNUK hanya mengandalkan media sosial sebagai media promosinya. Menurut pak andri Ujung Kulon perlu melakukan promosi jangka panjang. Promosi sangat diperlukan supaya masyarakat banyak yg mengenal dan juga dapat teredukasi mengenai badak dan satwa liar lainnya yang ada di TNUK. Tidak hanya edukasi mengenai badak atau satwa liar lainnya namun hal – hal seperti pentingnya oksigen, pentingnya laut beserta biotanya dan lain- lain karena belum bayak masyarakat yg tau dan peduli terhadap ekosistem ini. Mungkin dengan dilakukannya promosi wisata dapat mengerakan merubah kebijakan pemerintah pusat mentri untuk kelonggaran pembangunan sarana prasarana di TNUK. Jika semisal TNUK bisa

95 se terkenal Taman Nasional Komodo jelas TNUK membutuhkan sarana dan prasarana yg lebih terinstegrasi, rapih, dan lebih modern.

Menurut pak Andri perancangan media promosi ini sangat membatu pihak TNUK karena TNUK memang belum melakukan promosi untuk jangka panjang untuk kedepannya dan TNUK memiliki keterbatasan dalam eksplorasi media promosinya. Diharapkan dengan desain yg kekininan dengan warna yg menarik dapat menarik wisatawan. Pak andri berharap TNUK tetap lestari ,masyarakat sejahtera seperti istilah yang biasa disebut yaitu leuwing hejo masyarakat hejo hutan hijau / lestari masyarakat sejahtera yang merupakan goal dari TNUK.

Gambar 3.25 Wawanara dengan pak Andri 3.1.2.1 Wawancara terhadap Deden Andriana

Wawancara dilakukan terhadap mas Deden Andriana umur 29 tahun selaku tour guide dari travel Ujung Kulon Adventure. Wawancara dilakukan pada tanggal 16,

96 September 2020 jam 17:30 PM melalui media digital video call whatsapp dikarenakan adanya wabah Covid. Tujuan dari wawancara ini untuk mendapatkan jawaban mengenai daya tarik TNUK, perilaku atau kebiasaan wisatawan, rata - rata wisatawan yang datang ke Taman Nasional Ujung Kulon serta protokol yang harus dijalankan saat pandemi.

Mas deden sudah menjadi guide di Ujung Kulon selama kurang lebih 5 tahun. Dari informasi yg didapat waktu yg tepat untuk datang ke ujung Kulon bisanya mulai dari bulan Maret – Juli. Mas deden mengaku cukup sulit untuk mendapat wisatawan melalui open trip / private trip karena adanya wabah corona.

Wisatawan yang berkunjung paling banyak biasanya dari Jakarta karena meeting pointnya berada di Jakarta. Untuk wisatawan WNA juga ccukup banyak yang datang tambah mas Deden.

Daya tarik yang dimiliki wisata Taman Nasional Ujung Kulon selain Badak Jawa cula satu yang merupakan icon dari Ujung Kulon dan juga pantainya yang bersih dan masih alami. Di Taman Nasional Ujung Kulon wisatawan mendapatkan berbagai pengalaman yang didapat secara bersamaan seperti hiking, snorkling, canoeing, surfing, dan wild life watching. Taman Nasional Ujung

Kulon juga memiliki beberapa wisata religius, sejarah dan budaya, namun tidak seramai wisata pantai tambahnya. Mas Deden menjelaskan bahwa Pulau Peucang merupakan wisata unggulan dari TNUK karena memiliki keragaman potensi wisata alam yang sangat besar, oleh karena itu Pulau ini menjadi salah satu wilayah prioritas pengembangan wisata alam di Taman Nasional Ujung Kulon.

Daya tarik unik yang ditemukan di Pulau Peucang yaitu

97 - Suasana alam yang masih asri dengan keberagaman floranya yang

langka seperti pohon kiara.

- Terdapat jenis satwa liar yang berkeliaran di sekitar pulau seperti rusa, babi hutan, dan monyet.

- Dapat menikmati biota laut dengan keanekaragaman karang laut dan ikan hias dengan melakukan snorkling

- Memiliki karakteristik pantai yang bersih, pasir yang putih dengan air yang sangat jernih yang terbentang disepanjang pinggir pantai.

Walaupun memiliki beragam daya tarik, TNUK belum memiliki sarana prasarana yang cukup baik seperti penginapan yang dikarenakan basic awal TNUK memang wilayah konservasi. Masalah terpenitng selama 5 tahun yaitu soal akomodasi penginapan, karena selama 5 tahun ini mas deden merasa tidak ada perubahan yang signifikan. Namun saat ini jalanan menuju ujung kulon sedang dalam perbaikan, jalanan mulai di cor sampai kecamatan sumur yang dpaat mempermudah wisatawan untuk berkunjung. Untuk saat ini Ujung kulon masih zona hijau, sehingga sudah sangat aman untuk dikunjungi dengan syarat – syarat yang ditetapkan oleh TNUK

Menurut mas Deden Taman Nasional Ujung Kulon sangat butuh melakukan promosi untuk memajukan wisatanya. Di zaman modern ini TNUK membutuhkan promosi yg lebih serius, bisa dilakukan dengan membawa orang - orang terkenal seperti artis atau selebgram untuk mencapai tujuan dari TNUK ini sendiri agar TNUK juga dikenal oleh masyarakat luar Banten. Untuk Saat ini belum ada kerjasama dengan TNUK untuk melakukan promosi. Promosi yang

98 dilakukan oleh guide atau masyarakat local merupakan inisiatif dr masyarakat lokalnya. Mas deden berharap wisata TNUK dapat mengalami kemajuan dengan dilakukannya promosi dalam jangka panjang untuk mendapatkan dampak yang lama.

Gambar 3.26 Wawancara dengan mas Deden 3.1.2.1 Wawanara terhadap Zola Romadhoni

Wawancara dilakukan terhadap Zola Romadhani selaku wisatawan Ujung Kulon, untuk mengetahui keunikan dari wisata Ujung Kulon dibanding wisata lain, kondisi Ujung Kulon pada saat dikunjungi dan juga informasi mengenai wisata - wisata di Ujung Kulon. Wawancara dilakukan pada tanggal 8 September 2020 melalui media digital voice call dikarenakan adanya wabah covid

99 Penulis mengajukan pertanyaan kepada zola mengenai umur, pekerjaan dan asal narasumber. Zola berumur 20 tahun, ia merupakan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan tinggal di Cilegon. Zola mengaku memilih Taman Nasional Ujung Kulon dibanding wisata lain karena menurutnya Taman Naional Ujung Kulon memiliki banyak sekali potensi wisata yang dapat di telusuri lebih dalam. Menururt Zola Ujung kulon lebih dari konservasi badak, dan Pulau peucangnya saja, masih banyak keindahan alam yang belum tersentuh dikarenakan minimnya inrfomasi dari tiap wilayah dan sulitnya akses untuk menjangkau wisata ini. Kegiatan yang dapat dilakukan di Taman Nasional Ujung Kulon ini juga bermacam macam seperti snorkling di Pulau Handeleum, menikmati susana pantai yang bersih di Pulau Peucang, Surfing di Pulalu Panaitan, dan hiking di Gunung Honje. Disamping keindahan dan keberagaman daya tarik yang dimiliki, Zola menjelaskan bahwa TNUK perlu meningkatkan fasilitas sarana dan prasarananya, khususnya dari segi hospitality dan tata peletakan palang penunjuk yang kurang di atur sehingga terlihat berantakan dan kurang jelas keterbacaannya. kemudian jarak wisata ke pom bensin jauh, dan minimnya penerangan.

Kemudian penulis juga menanyakan darimana narasumber tau mengenai wisata Taman Nasional Ujung kulon. Penulis mendapatkan jawaban bahwa Zola mendapat informasi mengenai wisata Ujung Kulon ini dari temannya yang suka traveling ke wisata alam. Menurut zola media promosi yang di buat TNUK kurang menarik karena hanya menampilkan gambar badak dan pantai pantainya saja. Menurutnya promosi seperti ini kurang efektif karena yang di pandang oleh

100 masyarakat jika diberikan visual badak mereka akan berfikiran bahwa wisata ini sangat jauh. Sehingga kebanyakan wisatawan lebih memilih berkunjung ke Tanjung lesung di banding Ujung Kulon. Padahal Ujung kulon memiliki keindahan yang lebih bagus dari Tanjung Lesung. Menurut Zola Ujung Kulon perlu melakukan promosi dengan target dan tujuan yang jelas untuk memajukan wisata TNUK dan menarik wisatawan untuk berkunjung.

Gambar 3.27 Wawanccara dengan Zola 3.1.3 Kuesioner

Merupakan salah satu metode pengumpulan data kuantitatif. Mamik (2015) kuesioner merupakan serangkaian pertanyaan menggunakan rangkaian survey (p.

90). Pada metode pengumpulan data kali ini, penulis melakukan penyebaran kuesioner yang telah disebarkan melalui google form yang dilakukan dengan metode random sampling dan penghitungan dengan rumus slovin. Jumlah sampel ditentukan melalui derajat ketelitian sebesar 10%. Kuesioner ini fokus terhadap remaja yang suka menyukai traveling dan wisata alam. Survei dibagikan kepada

101 pada laki -laki dan perempuan dengan kisaran umur 21-30 tahun, berdomisili di kota Tangerang dan Jakarta. Kuesioner disebar melalui sosial media seperti instagram, line, dan whatsapp. Berikut merupakan perhitungan rumus slovin yang telah dilakukan.

Diketahui:

n = Ukuran sampel

N = Jumlah populasi penduduk Jabodetabek berjumlah 30.084.770 jiwa e = Derajat ketelitian 10% atau sama dengan 0,1

n = ____N____

Berikut adalah pertanyaan beserta hasil kuantitatif dari kuesioner yang telah disebarkan

Dokumen terkait