• Tidak ada hasil yang ditemukan

WAWANCARA BAPAK ADRIAN

Wakil ketua DPN bidang Ikatan Alumni HI

Mantan Direktur HRD sebuah Holding Company di Malang

Apa kesan Bapak dari teladan dari Ibu Maimunah Natasha?

Saya melihat ibu Maimunah Natasha ini, pertama, be- liau seorang yang tegas sekali. Namun, di balik ketegasan itu, beliau memiliki kasih yang luar biasa. Saya juga melihat dia sebagai orang yang keras, namun dia juga seorang yang lembut. Kedua, dia sungguh-sungguh melihat ajaran Kris- tus khususnya dalam hal melayani-Nya. Saya sering ber- sama-sama dengan beliau, dia itu tidak mau yang namanya dilayani. Sebagai seorang pemimpin, ia justru ingin melayani. Itu yang menjadi teladan bagi kami. Dia mempraktikkan bagaimana menjadi seorang leader harus mau untuk me- la yani. Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk me- la yani. Itu yang kuat dari beliau. Kemanapun kami pergi, ketika dia mau kami layani, dia selalu mengatakan “kita su dah dilayani maka di mana pun kita harus melayani”. Kerjakan apapun yang terbaik buat Tuhan.

Sebagai rekan sekerja di HI, dalam hal berorganisasi apa yang anda dapatkan dari kepemimpinan ibu Maimunah Natasha?

Selain sebagai seorang pemimpin, saya banyak belajar dari beliau itu masalah organisasi. Ia seorang organisatoris yang dalam memimpin rapat, mengatur acara dalam ber ba- gai event, sangat memperhatikan detail dan sangat “per fect”

(sempurna). Kesungguhan beliau dalam mengatur orga ni- sasi itu sangat luar biasa. Saya juga banyak belajar dari be- li au soal mengajar. Beliau memiliki talenta yang diberkati Tuhan secara luar biasa. Bagaimana beliau mengajar dengan hatinya. Dia mengajar dengan “purpose” yang jelas (ingin tu juan nya tercapai) bukan hanya sebagai kegiatan dan pe- kerjaan. Hal itu sangat berpengaruh bagi kami. Kami merasa diberkati dengan kepemimpinan, pola-pola, dan teknik me- ng ajar beliau yang sangat mengesankan.

Pengalaman pribadi apa yang didapat dari Ibu Maimunah Natasha dan yang menantang dalam pelayanan?

Pengalaman yang saya alami dan melekat amat kuat ada lah beliau melayani dengan totalitas. Itu yang membuat saya selalu terinspirasi dari beliau. Saya sepuluh tahun le- bih muda dari beliau, namun stamina dan kekuatan be liau terasa lebih tinggi dan ia lebih berenergi daripada saya. Dia memberikan totalitas hidupnya, semangatnya, pan- tang menyerah dan selalu memberikan yang terbaik. Mo-

to be liau adalah “live life to the fullest”. Saya terinspirasi bah wa dalam kehidupan harus memberikan yang terbaik. Kita pulang dengan kosong karena semua sudah diberikan untuk pelayanan. Waktu yang kita miliki harus digunakan dengan maksimal.

Yang selalu ditekankan soal Pemuridan. Beliau selalu memberikan spiritnya kepada kita, bagaimana kita harus selalu mengasihi kepada orang lain. Mengasihi bangsa. Ka lau dia berbicara soal Indonesia dia selalu meneteskan airmata. Dia selalu mengasihi bangsa Indonesia tempat di mana kita dilahirkan. Dia selalu menekankan agar kita selalu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita. Spirit penyampaian kabar baik itu yang selalu disampaikan ke- pada kami.

Apa teladan keseharian dari ibu Maimunah Natasha yang Bapak peroleh?

Teladan yang saya peroleh adalah dalam hal integritas. Be liau sungguh-sungguh menekankan perihal integritas da lam segala hal. Kami benar-benar melihat beliau baik da lam hal perkataan dan perbuatan dalam berbagai forum apa pun. Dalam perbuatan beliau sangat menjaga integritas itu. Dia melakukan sesuatu tidak hanya di mulut, namun di praktikkan dalam kehidupan. Dia menekankan totalitas, apapun yang dilakukan lakukanlah dengan sepenuhnya dan sebaiknya. Dia menjadi teladan dan itu sangat kami rasakan.

Secara pribadi apa yang didapatkan dari Ibu Maimunah Natasha?

Saya memiliki beberapa mentor, namun untuk ibu Mai- munah Natasha saya merasakan hal yang lain. Begitu dia menjadi mentor, saya merasakan ia seperti berbicara ke- pada anak-anak sendiri. Ini yang tidak saya dapatkan dari pa ra mentor yang lain. Dalam mendidik seseorang, beliau sung guh-sungguh mau menjadi bagian dari kami. Selain

seorang ibu, dia juga seorang kakak. Itu yang saya peroleh dari beliau.

Apa yang disukai dan tidak disukai dari Ibu Maimunah Natasha?

Hal yang disukai adalah perihal keceriaannya. Dia se- lalu membuat para muridnya tersenyum. Beliau hampir se la lu membuat joke. Dia sering mentertawai hal-hal yang me nyangkut dirinya sendiri dan pengalaman konyol yang memberkati. Kalau ada hal yang tidak disukai beliau, saya melihat dia tidak (kurang) melihat kondisi kesehatannya. Ka lau ada pelayanan apa pun pasti dilakukan, sama sekali tidak melihat kondisi kesehatan dan untung ruginya. Mung- kin oleh karena itu dia selalu kelihatan fresh.

Ada tantangan yang diberikan oleh Ibu Maimunah Natasha?

Beliau selalu memotivasi saya. Itu yang selalu dia beri push

(penekanan) yang terbaik bagi diri saya. Dalam hal mengajar mi salnya, dia selalu mem­“push” (baca: menyemangati), agar sa ya terus mengembangkan keterampilan mengajar, ju- ga ke hidupan spiritual saya, untuk lebih baik lagi dari apa yang ada sekarang.

Bisa sedkit ceritakan keluarga Ibu Maimunah Natasha?

Saya ini sedang ada di keluarga beliau. Kalau saya lihat, beliau sangat menikmati hubungan yang indah dengan anak dan cucunya, bahkan dengan menantunya. Mereka guyon

(ber canda) itu sudah seperti teman saja. Hubungan keluarga de ngan anak cucu dan menantunya ini lucu. Apalagi dengan cu cu nya. Bahkan dengan menantunya dia bisa berolok-olok. Itu luar biasa. Saya tidak melihat suaana seperti ini ada di

ke luarga yang lain. Mertuanya dapat mengolok-olok me- nan tu, demikian sebaliknya dalam suasana kekeluargaan

yang akrab. Beliau itu sosok dan igur yang sangat dicintai

ke luarga besarnya.

Kapan pertama kali kenal ibu Maimunah Natasha?

Saya kenal beliau tahun 2002. Lebih dekat dengan be liau itu tahun 2005 ke atas. Saya kenal pertama pada saat me- ngikuti seminar nasional di Bali tahun 2002. Setelah itu saya ikut Faculty Development Seminar (FDS 2004). Tahun 2005 saya menjadi ketua Ikatan Alumni Haggai Institute (IAHI) Malang. Setelah itu saya menjadi wakil beliau di IAHI Pusat. Melalui berbagai kegiatan seminar saya merasa memiliki kedekatan dengan beliau.

Apa pelayanan Pak Adrian sekarang?

Sekarang saya menjadi wakil ketua DPN bidang Ikatan Alumni HI. Saya sekarang lebih banyak menjadi pengajar dan konsultan gereja, khususnya dalam hal kepemimpinan. Sekarang sudah fulltime (sepenuhnya bekerja di bidang pe- la yanan). Dulu saya direktur HRD sebuah holding company dan sudah saya lepaskan sejak tahun 2009.

Dokumen terkait