• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.4 Wawancara dengan Informan Tambahan

Adapun untuk melengkapi data dan menunjang hasil penelitian ini, peneliti menggunakan informan tambahan. Informan tambahan yang dimaksud diambil dari para anggota atau member di lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Jumlah yang ditentukan oleh peneliti yaitu 3 oang informan. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan informan tambahan tersebut :

Nama : Tami

Umur : 22 tahun Lama bergabung : 2,5 tahun

Informan yang satu ini merupakan warga Medan, ia adalah seorang yang masih tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Medan. Peneliti menjadikan Tami sebagai informan karena berdasarkan observasi peneliti selama peneliti mengunjungi dan melihat kegiatan di LCE, Tami terlihat dekat dengan beberapa native speaker atau warga Amerika yang mengajar di LCE tersebut ketika ia datang ke LCE.

Wawancara peneliti dengan Tami tidak terlalu sulit karena peneliti memang sudah dekat dengan Tami dikarenakan intensitas pertemuan peneliti dengan Tami yang bisa dikatakan sering ketika peneliti mengecap pendidikan diploma-3 di fakultas yang sama dengan Tami. Wawancara dilakukan pada siang hari sekitar pukul 3sore, pada saat itu, Tami terlihat sedang duduk membaca buku di salah satu sofa di LCE. Ternyata ia sedang menghabiskan waktu sambil menunggu kelas diskusi pukul 4sore. Sebelumnya peneliti memang sudah mengabari Tami bahwa peneliti ingin melakukan wawancara dengannya mengenai LCE. Kegiatan wawancara berlangsung selama tigfa kali. Wawancara pertama terhitung gagal sebab tiba-tiba Tami mendapat telepon dari dosen pembimbingnya untuk segera datang kembali ke kampus. Wawancara yang kedua juga berjalan separuh jalan sebab Tami diharuskan Ibunya untuk segera pergi ke rumah sakit untuk menjenguk saudaranya.Pada pertemuan yang ketigalah wawancara dapat dilangsungkan. Wawancara berjalan sangat santai.

Awalnya peneliti berbasa-basi sedikit dengan Tami sebelum menanyakan hal-hal mengenai LCE. Dan kemudian peneliti akhirnya mengarahkan pembicaraan sesuai dengan apa yang ingin peneliti cari tahu. Tami sudah menjadi anggota di lembaga LCE sejak dua setengah tahun yang lalu. Biasanya ia kerap datang ke lembaga LCE setiap ada kelas, yaitu hari Selasa, Rabu, dan Kamis, namun ia lebih sering datang untuk berbincang-bioncang dengan warga Amerika yang ada di LCE. Juga melakukan diskusi jika ia memiliki tugas dari kampus atau ada hal yang ia tidak mengerti dalam bahasa Inggris.

Tami mengakui bahwa hubungan komunikasi antarpribadinya dengan warga Amerika yang ada di LCE sudah sangat dekat. Ia juga sudah mengetahui tanggal lahirnya, alamat para warga Amerika yang merupakan tim pengajar di LCE, bahkan juga kerap beberapa kali ke rumah mereka. Ia juga mengakui bahwa

ia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Kak Marry dan Donna. Tidak hanya di LCE, hubungan komunikasi antarpribadi diantara mereka terjalin juga diluar kegiatan LCE. Mereka kerap bertemu di luar LCE, jalan-jalan bersama, melakukan hal-hal kegemaran seperti menonton film, merayakan perayaan hari besar keagamaan dan ulang tahun bersama-sama.

Menurut Tami, warga Amerika yang merupakan tim pengajar di LCE sudah sangat baik dalam melakukan pendekatan dengan para warga Medan di LCE. Bahkan warga Amerika yang datang untuk hanya sekedar berkunjung, mereka sangat baik dan dapat merebut hati dari para warga Medan untuk tertarik dalam menjalin komunikasi antarpribadi yang lebih dekat.

Saat peneliti menanyakan proses hubungan komunikasi antarpribadi ia dengan warga Amerika, ia menjelaskan bahwa prosesnya dimulai dengan pendekatan warga Amerika yang sangat baik. Setelah mereka melakukan pendekatan, warga Amerika tersebut sering menanyakan bagaimana kabar Tami setiap harinya ketika bertemu, kemudian menanyakan informasi lebih mengenai diri Tami atau warga Medan lainnya, mengenai hal-hal yang baru saja dialami, mengenai keluarga, dan bukan mengenai Tami saja, warga Amerika juga berbagi cerita dan informasi mengenai diri mereka. Bahkan sekarang tahap hubungan komunikasi mereka sudah sampai seperti sahabat atau keluarga, yang terkadang saling curhat mengenai masalah pribadi.

Lembaga Language and Cultural Exchange menurut Tami adalah suatu wadah atau tempat yang layaknya sebuah rumah kedua baginya. Dimana rumah tersebut selain tempat yang nyaman untuk ia dan warga Amerika saling berbagi ilmu bahasa yaitu bahasa Inggris, pandangan, kebudayaan, namun untuk tempat berinteraksi satu sama lain. Bahkan mereka kerap sekali melakukan perayaan-perayaan keagamaan, penyambutan anggota baru, ulang tahun, dan kegiatan lainnya.

Dalam sebuah proses hubungan komunikasi antarpribadi diantara warga Amerika dengan dirinya, Tami mengakui bahwa hambatan yang sering ia alami adalah bahasa. Keharusan menggunakan bahasa Inggris selama di LCE dan keterbatasan Tami dalam berbahasa Inggris, terkadang membuat Tami mengalami kesulitan ketika ia menemukan kata-kata yang sulit yang ingin diucapkan dan

disampaikan ke warga Amerika dalam kegiatan komunikasi diantara mereka. Dan terkadang, Tami juga merasa malu kalau terlalu sering bertanya jika mengalami kesulitan, dan hambatan yang paling sering ia alami diawal ia bergabung di LCE adalah ketika ia kurang aktif untuk menjalin komunikasi antarpribadi dengan warga Amerika yang terdapat di LCE.

Namun ketika peneliti menanyakan apakah hambatan dalam perbedaan latarbelakang budaya mempengaruhi proses hubungan komunikasi antarpribadi yang terjalin diantara warga Amerika dengan warga Medan khususnya Tami, ia menjawab bahwa perbedaan latarbelakang budaya bukanlah suatu hambatan baginya. Perbedaan itu sangat indah, bahkan masing-masing diantara mereka dapat saling bertukar kebudayaan satu sama lain.

Ketika peneliti sempat menanyakan, apa yang harus dilakukan oleh para warga Amerika agar proses hubungan komunikasi antarpribadi dapat terjalin lebih baik ia menjelaskan bahwa usaha yang dilakukan oleh warga Amerika sudah angat maksimal. Namun, bagi warga Medan mungkin lebih harus aktif lagi untuk menjalin hubungan komunikasi antarpribadi tersebut. Tinggalkan rasa malu ketika sudah bergabung di LCE agar komunikasi antarpribadi diantara mereka dapat dilakukan dengan mudah dan dapat terjalin baik.

Peneliti merasa jawaban-jawaban Tami sudah sangat melengkapi untuk bahan penelitiannya, akhirnya peneliti mengakhiri kegiatan wawancara tersebut. Tidak lupa peneliti mengucapkan terimakasih kepada informan karena telah meluangkan waktunya untuk kegiatan wawancara tersebut.

Informan Tambahan 2

Nama : Rini

Umur : 24 Tahun Lama bergabung : 3tahun

Informan yang satu ini adalah seseorang yang baru saja mendapat gelar dokter. Ia sudah mengenal LCE dan menjadi salah satu member di LCE selama 3tahun . Jadi tidak mengherankan kalau peneliti sempat melihat ia dan salah satu

warga Amerika yang merupakan native speaker terlihat sangat dekat. Wawancara dilakukan pada sore hari di kediamana Rini di daerah Setiabudi. Informan sendiri yang memilih waktu dan tempat wawancara saat peneliti mengemukakan niatnya untuk bertemu Rini dan ingin mewawancarainya sekitar tiga hari yang lalu. Dan karena kediaman peneliti juga cukup dekat dengan kediaman informan, peneliti menyetujuinya.

Saat mendatangi kediaman informan, peneliti menemukan bahwa informan ternyata masih sedang tidur siang dan setelah menunggu sekitar sepuluh menit, Rini pun keluar dari kamarnya dan menjumpai peneliti setelah salah satu teman sekamarnya membangunkan Rini dan menyampaikan bahwa ada seseorang yang mencari Rini. Ia mengajak peneliti untuk masuk ke dalam kamarnya dan mempersilahkan duduk. Setelah berbincang-bincang cukup lama, akhirnya peneliti mengarahkan pembicaraan ke topik yang ingin peneliti temui jawabannya. Informan memang akhir-akhir ini agak jarang datang ke LCE, ini disebabkan oleh kesibukan beliau yang kemarin sedang menghadapi persiapan ujian kedokteran. Ia hanya datang untuk beberapa kali seminggu saja, tidak hadir untuk setiap harinya. Informan sudah bergabung di LCE sejak tiga tahun yang lalu, terhitung mulai akhir Agustus tahun 2010. Ia mengenal LCE ketika ia sedang mengikuti les bahasa Inggris di salah satu lembaga formal di kota Medan dan ia bersama teman-temannya sedang mengikuti kegiatan visit LCE yang diadakan oleh lembaga pendidikan bahasa Inggris tersebut. Sejak itu ia tertarik dengan LCE dan memutuskan untuk bergabung.

Kemudian informan menjelaskan bahwa ia sangat nyaman berada di LCE, ia merasakan LCE sudah seperti rumahnya. Ia juga merasa sudah sangat dekat dengan para warga Amerika yang menjadi tim pengajar di LCE. Informan juga menegaskan bahwa proses hubungan komunikasi antarpribadi yang dijalin oleh warga Amerika dengan warga Medan yang merupakan anggota dari Lembaga LCE dimulai dari pendekatan kemudian ketika keduanya sudah saling nyaman proses hubungan komunikasi antarpribadi diantara mereka terjalin bahkan diluar LCE itu sendiri. Hal ini juga dikarenakan jumlah pertemuan di LCE tidak begitu banyak, hanya tiga kali seminggu. Tidak sedikit diantara mereka yang sering jalan keluar, nonton, bahkan liburan bersama. Informan mengatakan bahwa hubungan

komunikasi antarpribadi antara ia dengan warga Amerika di LCE sangat baik, bahkan baginya beberapa warga Amerika tersebut adalah teman dekatnya, dimana ia sering bercerita mengenai masalah pribadi.

Saat peneliti menanyakan mengenai usaha warga Amerika dalam memulai dan menjalin hubungan komunikasi antarpribadi dengan warga Amerika, informan berpendapat bahwa usaha warga Amerika yang merupakan tim pengajar sudah sangat baik sekali, warga Amerika tersebut bahkan adalah pihak yang memulai untuk melakukan awal pendekatan dalam menjalin hubungan komunikasi antarpribadi tersebut. Warga Amerika membuat warga Medan yang merupakan anggota dari LCE nyaman berada di LCE agar lebih mudah bagi mereka untuk dapat merebut hati para warga Medan kemudian setelah cukup dekat dengan perlahan warga Amerika mengupas sisi para anggota LCE yaitu warga Medan satu demi satu agar lebih saling mengenal sehingga proses hubungan komunikasi antarpribadi diantara mereka terjalin lebih baik dan memasuki tahap yang lebih dekat lagi.

Informan juga menambahkan bahwa hambatan yang dialami olehnya selama proses hubungan komunikasi antarpribadi antara ia dengan warga Amerika sejauh ini hanyalah masalah bahasa terutama aksen. Amerika yang memiliki beberapa Negara bagian, memiliki aksen atau gaya pengucapan yang berbeda. Awalnya,informan sering kesulitan dalam menangkap apa yang warga Amerika utarakan dalam aksen yang cukup cepat sehingga menyulitkan informan untuk mengetahui arti dari apa yang warga Amerika sampaikan kepada mereka namun seiring berjalannya waktu ia sudah terbiasa dan mulai mengerti. Saat ditanya mengenai hambatan mengenai perbedaan latarbelakang budaya, informan menjawab bahwa itu bukanlah hal besar yang merupakan hambatan dalam menjalin proses hubungan komunikasi antarpribadi dengan warga Amerika. Seusai mendapatkan informasi yang cukup dari informan, maka peneliti mencoba membawa percakapan ke arah yang lain. Peneliti juga tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada informan yang telah bersedia menyempatkan diri untuk diwawancara. Dan tidak lama setelah wawancara, peneliti pun pamit untuk segera pulang.

Informan Tambahan 3

Nama : Winda

Umur : 24 tahun Lama Bergabung : 3 tahun 1bulan

Informan yang terakhir ini memiliki perawakan yang cukup tinggi. Saat melakukan observasi, peneliti selalu melihat informan tersebut selalu hadir dan datang di awal waktu dan pulang paling akhir. Terlihat ia sangat nyaman sekali berada di lembaga yang memiliki native speaker dari Amerika tersebut.Tidak dipungkiri, lembaga Language and Cultural Exchange memang sangat nyaman. Tempatnya rapi dan bersih. Juga di dalamnya terdapat orang-orang yang ramah.

Saat pertama kali peneliti mengenal Winda di LCE, ia terlihat sangat ramah. Ia mau memulai percakapan dengan peneliti. Kemudian setelah kenal, ia mau bercerita mengenai dirinya. Dan ketika peneliti mengutarakan bahwa peneliti berniat menjadikannya informan untuk kegiatan riset peneliti mengenai LCE, ia tidak menolak dan sangat bersedia. Ia bahkan sempat mengatakan bahwa ia akan mendukung sekali karena peneliti menjadikan lembaga LCE objek untuk risetnya. Dan LCE adalah lembaga yang sangat informan cintai dan banggakan.

Wawancara dengan Winda berjalan sangat mudah dan santai. Wawancara dilakukan di LCE, pada suatu malam. Saat itu sedang menunjukkan pukul7 malam. Seperti yang telah peneliti katakana di awal, Winda sering sekali meninggalkan LCE sampai hampir pukul delapan, ia memang senang berada lama di LCE. Saat itu, ia asyik bermain games scrabble bersama member LCE lainnya. Dan kemudian setelah tahu peneliti ingin menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya, ia meminta izin kepada member lain untuk dapat meninggalkan permainan. Kami memilih salah satu sudut di LCE. Peneliti memulai pembicaraan mengenai hal-hal mengenai Winda. Apa yang ia gemari, kemudian mengenai pendidikannya. Setelah itu peneliti mulai mengarahkan pembicaraan mengenai riset penelitian. Ia juga merupakan member yang cukup lama. Ia sudah menjadi anggota di lembaga LCE sejak tiga tahun yang lalu. Awal ia mengenal LCE adalah dari posting gambar mengenai English Club yang ia lihat dari facebook

temannya, setelah itu ia ke LCE dan tertarik sehingga memutuskan untuk bergabung menjadi anggota di LCE.

Lembaga Language and Cultural Exchange menurut informan adalah tempat yang nyaman, disamping karena biayanya murah untuk belajar bahasa Inggris, lembaga ini menyediakan native speaker langsung dari Amerika sebagai tim pengajarnya, jadi ia merasa senang belajar di LCE ini. Menurut informan, warga Amerika yang ada di LCE juga sangat menyenangkan. Selain memiliki metode mengajar yang tidak membosankan, warga Amerika tersebut juga sangat ramah, sangat pandai dalam melakukan pendekatan dengan warga Medan yang merupakan anggota dari LCE itu sendiri. Sehingga dari proses pendekatan yang warga Amerika lakukan, melahirkan proses hubungan komunikasi antarpribadi yang lebih dalam lagi. Informan juga menjelaskan bahwa proses hubungan komunikasi antarpribadi diantara warga Amerika dengan warga Medan tidak hanya berlangsung di LCE saja, namun juga terjadi di luar LCE. Informanbahkan sempat mengakui kepada peneliti, bahwa ia juga memiliki hubungan komunikasi antarpribadi yang sangat dekat dengan salah satu warga Amerika, yaitu dengan kak Marryannie atau yang biasa dipanggil kak Marry. Namun selain hubungan komunikasi yang baik dengan para warga Amerika, ia juga memiliki hubungan komunikasi antarpribadi yang baik pula dengan para member yang merupakan warga Medan.

Hubungan komunikasi antarpribadi tentunya memiliki beberapa hambatan dalam prosesnya. Pada kesempatan mewawancarai informan, peneliti juga menanyakan hambatan apa saja yang telah informan alami dalam proses hubungan komunikasi antarpribadi antara ia dengan warga Amerika yang merupakan tim pengajar di LCE, dan ia menyatakan bahwa hambatan yang ia alami pertama kali ketika bergabung di LCE adalah mengenai aksen dari warga Amerika tersebut, informan mengakui bahwa aksen beberapa warga Amerika di LCE sangat cepat sehingga sulit untuk dimengerti oleh informan. Kemudian masalah yang ia alami bahkan sebagian warga Medan yang telah bergabung di LCE yaitu masalah personal yang sangat menghambat proses hubungan komunikasi antarpribadi yang terjalin diantara warga Amerika dengan warga Medan, yaitu rasa malu yang melanda warga Medan yang menjadikan warga

Medan tersebut tidak berani untuk aktif dalam kegiatan di LCE, seperti malu untuk bertanya, malu untuk melakukan perkenalan dan pendekatan dengan warga Amerika, dan akibatnya proses hubungan komunikasi antarpribadi diantara mereka tidak terwujud dengan baik.

Dokumen terkait