• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Komunikasi Antara Warga Asing Dan Warga Setempat (Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika Dan Warga Medan Setempat Yang Tergabung Dalam Sebuah Lembaga Language And Cultural Exchange Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Komunikasi Antara Warga Asing Dan Warga Setempat (Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika Dan Warga Medan Setempat Yang Tergabung Dalam Sebuah Lembaga Language And Cultural Exchange Medan"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KOMUNIKASI ANTARA WARGA ASING DAN WARGA SETEMPAT

(Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan Setempat yang tergabung dalam sebuah

Lembaga Language and Cultural Exchange Medan)

SKRIPSI

YORA MUNIRAH 110922032

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM EKSTENSI

(2)

HUBUNGAN KOMUNIKASI ANTARA WARGA ASING DAN WARGA SETEMPAT

(Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan Setempat yang tergabung dalam sebuah

Lembaga Language and Cultural Exchange Medan)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Srata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

YORA MUNIRAH 110922032

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK MEDAN

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : YORA MUNIRAH

NIM : 110922032

Departemen : ILMU KOMUNIKASI

Judul :HUBUNGAN KOMUNIKASI ANTARA WARGA ASING DAN WARGA SETEMPAT (Studi Deskriptif

Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan Setempat yang tergabung dalam sebuah Lembaga Language and Cultural Exchange Medan)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dr. Nurbani, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A. NIP. 196108021987012001 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP USU

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Yora Munirah

NIM : 110922032

Departemen : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judu l Skripsi : Hubungan Komunikasi Antara Warga Asing dan Warga Setempat (Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan Setempat yang tergabung dalam sebuah Lembaga Language and Cultural Exchange Medan)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :... (...)

Penguji :... (...)

Penguji Utama :... (...)

Ditetapkan di :

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan rahmatnNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya belajar menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU, namun juga semakin belajar terutama tentang pengaruh komunikasi terhadap diri para pelakunya. Penelitian ini juga membuat peneliti semakin tertarik untuk tetap mendalami Ilmu Komunikasi di kemudian hari.

Secara khusus, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada orangtua peneliti, Ayah : Supriyo dan Ibu : Soraya, serta adik-adik saya : Syahnan dan Enno, yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang sangat berarti dari segala apapun dalam penyelesaian skripsi ini.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:

(1) Bapak Prof. Dr. Badarudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(2) Ibu Dra. Fama Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi serta Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi atas segala bantuan yang diberikan.

(3) Ibu Dr. Nurbani, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberi pengarahan dalam penulisan skripsi dan penelitian ini.

(6)

(5) Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang membantu selama perkuliahan.

(6) Keenam Informan : Kak Meri, Kak Donna, Kak Christy, Tami, Rini, dan Kak Winda atas bantuan informasi yang telah diberikan, serta telah meluangkan waktu bersedia diwawancara. Serta kak Ike yang juga membantu memberikan izin dan kesempatan untuk dapat melakukan observasi selama di Lembaga LCE.

(7) Sahabat tercinta saya yaitu : Tira, Dinda, Fika, Tami, Rini, Eva, Tika yang selalu memberikan bantuan, semangat dan motivasi selama perkuliahan dan proses pengerjaan skripsi.

(8) Teman-teman stambuk 2011 Ekstensi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dukungan dan masukan baik kritik dan saran.

(9) Kak maya dan Kak Icut yang telah bersedia direpotkan penulis dalam hal administrasi dan akademis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ni masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan dari pembaca sekalian demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan,Juli 2013 Peneliti

(7)

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yora Munirah NIM : 110922032 Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Ekslusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN KOMUNIKASI ANTARA WARGA ASING DAN WARGA SETEMPAT

(Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan Setempat yang tergabung dalam sebuah

Lembaga Language and Cultural Exchange Medan)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengansebenarnya.

Dibuat di : Pada Tanggal :

(8)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia di proses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Yora Munirah NIM : 110922032

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Hubungan Komunikasi Antara Warga Asing dan Warga Setempat (Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan Setempat yang tergabung dalam sebuah Lembaga Language and Cultural Exchange Medan)”. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana karakteristik warga Amerika sebagai tim pengajar, proses hubungan komunikasi antarpribadi dan hambatan apa saja yang dialami oleh warga Amerika dan warga Medan setempat yang tergabung dalam Lembaga Language and Cultural Exchange di kota Medan.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Dalam uraian yang lebih lugas, penelitian ini berusaha memberikan deksripsi terhadap proses hubungan komunikasi antarpribadi dan hambatan yang terjadi di lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Penelitian ini melibatkan tiga orang informan yang merupakan native speaker yaitu warga Amerika yang merupakan tim pengajar di lembaga Language and Cultural Exchange Medan, dan tiga informan tambahan dari warga Medan yang diperoleh dengan kriteria telah bergabung dan menjadi anggota di lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hasil penelitian menemukan bahwa proses hubungan komunikasi antarpribadi di LCE merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu yang berasal dari latarbelakang budaya yang amat berbeda, namun kecakapan mereka dalam komunikasi antarpribadi membuat mereka satu sama lain dapat melewati kendala yang dihadapi yaitu bahasa dan masalah personal seperti rasa malu. Namun hal ini dapat diatasi dengan pendekatan, sikap saling terbuka, rasa percaya, empati serta kesamaan.

(10)

ABSTRACT

This research entitled “The Relationship Communication Between Foreigners and Local Residents (Descriptive Study of Interpersonal Communication Between American and People in Medan who joined in a Language and Cultural Exchange Institute) . This research’s aim is to determine how the characteristics of the American as a teaching team, the process and interpersonal communication barriers experienced by any American and Medan citizens who are members of Language and Cultural Exchange in Medan.

The research methodology that being used is descriptive method in which only describes a situation or event systematically and neither seeks nor explains the relationships, also neither hypotheses test nor make predictions. In a more straightforward description, this research tries to provide the descriptions of the process of interpersonal relationships and communication barriers that occur in Language and Cultural Exchange. There are three informants that consist of the native speaker from America who teach the members in Language and Cultural Exchange Medan, and three additional informants obtained from Medan residents have joined with the criteria and a member at Language and Cultural Exchange Medan.

It has been found from the research that the process of interpersonal communication in Language and Cultural Exchange in Medan is communication activities undertaken by individuals who come from very different cultural backgrounds, but their skills in interpersonal communication with each other to make them able to pass obstacles faced by the language and personal issues such as shame. But this can be overcome by an approach, an attitude open to each other, a sense of trust, empathy and equality.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN ... vii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Fokus Masalah ... ……. 1

1.2 Konteks Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi… ... 7

2.1.1Definisi Komunikasi………... 7

2.1.2 Hambatan Komunikasi………... 8

2.2 Komunikasi Antarpribadi……... 9

2.2.1 Karakteristik, Prinsip, dan Tujuan KAP……... 10

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi KAP………... 14

2.3 Eskalasi Hubungan dalam KAP………... 16

2.4 Komunikasi Konteks Tinggi dan Rendah……... 18

2.5 Teori Self Disclosure………... 19

2.6 Teori Penetrasi Sosial……… 21

(12)

3.2 Objek Penelitian ... 25

3.3 Subjek Penelitian ... .... 25

3.4 Kerangka Analisis ... 25

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5.1 Observasi ... ……….……… 26

3.5.2 Wawancara Mendalam ……….……….. 27

3.5.3 Dokumentasi... 27

3.5.4 Penelitian Kepustakaan………... 28

3.6 Teknik Analisis Data………... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 31

4.1.1 Lembaga Language and Cultural Exchange Medan……… 32

4.1.2 Proses Penelitian……….. 33

4.1.3 Wawancara dengan Warga Asing………. 35

4.1.4 Wawancara dengan Informan Tambahan……… 53

4.1.5 Karakteristik Warga Amerika……….. 61

4.1.6 Rentang Usia………. 61

4.1.7 Lama Menetap……….. 62

4.2 Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR REFERENSI ... 69

(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 JENDELA JOHARI 20

GAMBAR 2 PROSES HUBUNGAN KAP 26

GAMBAR 3 PETA LOKASI LEMBAGA LCE MEDAN 33

GAMBAR 4 FOTO INFORMAN 1 35

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI 70

LAMPIRAN 2 SURAT PENELITIAN 71

LAMPIRAN 3 PEDOMAN WAWANCARA 72

LAMPIRAN 4 KEGIATAN DI LCE MEDAN 90

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Hubungan Komunikasi Antara Warga Asing dan Warga Setempat (Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan Setempat yang tergabung dalam sebuah Lembaga Language and Cultural Exchange Medan)”. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana karakteristik warga Amerika sebagai tim pengajar, proses hubungan komunikasi antarpribadi dan hambatan apa saja yang dialami oleh warga Amerika dan warga Medan setempat yang tergabung dalam Lembaga Language and Cultural Exchange di kota Medan.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Dalam uraian yang lebih lugas, penelitian ini berusaha memberikan deksripsi terhadap proses hubungan komunikasi antarpribadi dan hambatan yang terjadi di lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Penelitian ini melibatkan tiga orang informan yang merupakan native speaker yaitu warga Amerika yang merupakan tim pengajar di lembaga Language and Cultural Exchange Medan, dan tiga informan tambahan dari warga Medan yang diperoleh dengan kriteria telah bergabung dan menjadi anggota di lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hasil penelitian menemukan bahwa proses hubungan komunikasi antarpribadi di LCE merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu yang berasal dari latarbelakang budaya yang amat berbeda, namun kecakapan mereka dalam komunikasi antarpribadi membuat mereka satu sama lain dapat melewati kendala yang dihadapi yaitu bahasa dan masalah personal seperti rasa malu. Namun hal ini dapat diatasi dengan pendekatan, sikap saling terbuka, rasa percaya, empati serta kesamaan.

(16)

ABSTRACT

This research entitled “The Relationship Communication Between Foreigners and Local Residents (Descriptive Study of Interpersonal Communication Between American and People in Medan who joined in a Language and Cultural Exchange Institute) . This research’s aim is to determine how the characteristics of the American as a teaching team, the process and interpersonal communication barriers experienced by any American and Medan citizens who are members of Language and Cultural Exchange in Medan.

The research methodology that being used is descriptive method in which only describes a situation or event systematically and neither seeks nor explains the relationships, also neither hypotheses test nor make predictions. In a more straightforward description, this research tries to provide the descriptions of the process of interpersonal relationships and communication barriers that occur in Language and Cultural Exchange. There are three informants that consist of the native speaker from America who teach the members in Language and Cultural Exchange Medan, and three additional informants obtained from Medan residents have joined with the criteria and a member at Language and Cultural Exchange Medan.

It has been found from the research that the process of interpersonal communication in Language and Cultural Exchange in Medan is communication activities undertaken by individuals who come from very different cultural backgrounds, but their skills in interpersonal communication with each other to make them able to pass obstacles faced by the language and personal issues such as shame. But this can be overcome by an approach, an attitude open to each other, a sense of trust, empathy and equality.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Berkomunikasi disetiap situasi adalah hal yang sering kita lakukan dan pasti kita lakukan. Karena manusia sebagai mahluk sosial tak luput dari komunikasi. Suatu proses penyampaian pesan dari sumber terhadap penerima pesan yang dapat dilakukan melalui perantara atau media dengan adanya efek-efek atau timbal balik. Komunikasi adalah proses penyesuaian yang terjadi hanya apabila komunikator menggunakan sistem isyarat yang sama. Dengan itu, bagaimana kita untuk selalu mampu menyesuaikan agar terciptanya kesamaan makna. Manusia selalu berkomunikasi dan komunikasi yang paling sering dilakukan adalah komunikasi antarpribadi maka, komunikasi sebagai perwujudan kesamaan akan makna perlu dipelajari sebagaimana salah satu karakteristik dari komunikasi antarpribadi itu sendiri adalah komunikasi antarpribadi sesuatu yang dipelajari. Karena semua orang pasti berkomunikasi namun, tidak semua orang memiliki kemampuan dalam berkomunikasi.

Bungin (2008 : 5-8), menyatakan bahwa komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Terdapat lima (5) istilah kunci dalam perspektif komunikasi : sosial, proses, simbol, makna, dan lingkungan. Pertama, telah diyakini bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial, dimana melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi melibatkan dua orang atau lebih, pengirim dan penerima dimana semuanya memainkan peran yang penting dalam proses komunikasi. Kemudian proses komunikasi yang bersifat dinamis dan unik. Bahkan proses komunikasi digambarkan seperti sebuah spiral dan proses dapat berubah seiring perubahan waktu diantara orang-orang yang berinteraksi. Istilah ketiga yaitu simbol yang merupakan sebuah representasi dari fenomena. Selain ketiga itu, makna juga memegang peranan penting dalam definisi komunikasi. Makna adalah yang diambil seseorang dari suatu pesan. Tentu saja semua makna tidak dapat tersampaikan sesuai dengan keinginan. Seseorang perlu menjelaskan, mengulang, dan mengklarifikasi dengan jelas atas makna yang dimaksudkan. Istilah kunci yang terakhir adalah lingkungan. Yang merupakan situasi atau konteks dimana komunikasi tersebut terjadi.

(18)

lebih. Ada pula yang menjadi teman. Mereka kita kenal lebih dalam daripada kenalan. Kecuali data biografis, kita saling mengenal pendidikan, kemampuan dan kecakapan mereka. Naik setingkat lagi, dengan orang lain kita dapat bersahabat. Sahabat adalah orang yang kita beri tempat khusus dalam hati kita. Kita percaya kepadanya. Hubungan kita dengannya sejajar, timbal balik, dan bersifat saling mengembangkan. Dengan kenalan, teman, maupun sahabat kita saling berhubungan melalui komunikasi antar pribadi. Komunikasi antarpribadi adalah suatu proses komunikasi antara pribadi ataupun antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan

contoh-contoh komunikasi antar pribadi.

Devito (2008 : 129), komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Teori-teori komunikasi antar pribadi umunya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan (relationships), percakapan (discourse), dan interaksi. Menurut Richard L. Weaver II (Budyatna & Leila, 2011: 15-20), komunikasi antar pribadi mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya: melibatkan paling sedikit dua orang; adanya umpan balik atau feedback; tidak harus bertatap muka; tidak harus bertujuan; menghasilkan beberapa pengaruh atau effect; tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata (dapat terjadi berupa verbal maupun nonverbal); dipengaruhi oleh konteks yang meliputi jasmaniah, sosial, historis, psikologis, dan keadaan kultural atau budaya; serta dipengaruhi oleh gangguan atau hambatan.

Hubungan komunikasi antarpribadi tentunya dapat kita lihat juga dalam sebuah lembaga di Kota Medan, yaitu lembaga Language and Cultural Exchange (LCE) dimana terjadi suatu hubungan komunikasi satu sama lain antara warga asing dengan warga Medan setempat yang merupakan anggota dari Lembaga Language and Cultural Exchange tersebut. Warga asing merupakan orang yang

mendapat izin tinggal sementara untuk suatu urusan tertentu. Dimana dalam Language and Cultural Exchange, warga asing tersebut sebagian besar adalah

orang-orang yang berasal dari daratan Amerika.

(19)

tempat terjadinya interaksi dan pertukaran budaya. Dengan banyaknya lembaga pendidikan formal maupun non formal khususnya di kota Medan, Lembaga Language and Cultural Exchange ingin menjadi salah satu pilihan untuk warga

Medan dapat menambah wawasannya dan memperbaiki kemampuan berbahasa Inggrisnya disertai dengan penambahan wawasan kebudayaan mengenai negara lain, khususnya Amerika dengan biaya yang sangat terjangkau.Tentunya visi dan misi lembaga LCE itu dapat berjalan dengan baik jika penggerak lembaga yaitu warga asing yang merupakan warga Amerika yang adalah tim pengajar disana memiliki kecakapan atau kemampuan antarpribadi yang baik pula terhadap warga Medan yang merupakan anggota atau sasaran dari Lembaga LCE tersebut. Kemampuan atau kecakapan antarpribadi dapat membantu seseorang dalam memulai, membangun, dan memelihara hubungan yang sehat dengan orang lain. Hubungan merupakan sejumlah harapan yang dua orang atau lebih miliki bagi perilaku mereka didasarkan pada pola interaksi antara mereka.

Hubungan yang baik ialah dimana interaksi-interaksi sifatnya memuaskan dan sehat bagi mereka yang terlibat interaksi tersebut. Hubungan yang baik tidak terjadi begitu saja dan juga tidak tumbuh dan terpelihara secara otomatis. Hubungan memerlukan beberapa usaha. Hubungan pribadi sendiri memiliki definisi dimana seseorang mengungkapkan informasi terhadap satu sama lain dan berusaha memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain. Bentuk-bentuk hubungan juga dapat digolongkan yaitu sebagai kenalan, teman, dan sahabat kental atau teman akrab. (Budyatna & Laila, 2011 : 36)

(20)

melompat ke depan. Lompatan yang berturut-turut dapat terjadi yang satu menyusul yang lain atau menyebar dari waktu ke waktu. Sebuah lompatan dapat terjadi pada permulaan suatu hubungan, bergantung pada sudut pandang orang-orang yang bertransaksi.

Alman dan Taylor (Richard, W., & Turner, L.H, 2008 :198), mengemukakan suatu model perkembangan hubungan dengan pengungkapan diri sebagai media utamanya. Proses untuk mencapai keakraban hubungan antar pribadi disebut dengan istilah penetrasi sosial. Menurut artinya, teori penetrasi sosial adalah sebuah teori yang merupakan suatu model perkembangan hubungan yaitu dimana orang saling mengenal satu dengan yang lainnya. Penetrasi sosial merupakan proses yang bertahap, dimulai dari komunikasi basa-basi yang tidak akrab menjadi sangat akrab tergantung bagaimana proses pendekatan antara salah seorang dengan yang lainnya. Namun sebelum akhirnya warga Medan bersedia untuk menerima dengan baik maksud dan tujuan dari para warga Amerika yang datang dan kemudian mengajar mereka, tentu warga Medan tersebut perlu melewati proses untuk dapat lebih mudah menerima pembukaan diri, suatu proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi guna untuk memahami tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan, informasi pribadi kita kepada orang lain atau sebaliknya disebut dengan self disclosure (Rakhmat,2007).

Menurut penjelasan tersebut, penulis sangat ingin mengetahui proses hubungan yang terjadi di dalam Lembaga Language and Cultural Exchange antara warga Amerika dengan warga Medan setempat. Tentunya dari penelitian nantinya akan akan ditemukan bagaimana proses perkembangan hubungan antar pribadi yang terjadi diantara mereka. Tentu saja teori self disclosure serta penetrasi sosial sangat relevan dalam penelitian dalam mengetahui proses pengembangan dalam hubungan komunikasi antarpribadi di Lembaga Language and Cultural Exchange tersebut. Bagaimana warga Amerika mengupas satu

persatu bagian-bagian terluar dari warga Medan sebagai cara pendekatan dalam mengemban visi dan misi mereka dalam membagi pengetahuan serta bertukar kebudayaan. Dalam kegiatan komunikasi, khususnya bidang komunikasi antarpribadi tidak terlepas dari komunikasi antarbudaya pula. Hal ini dikarenakan hubungan komunikasi antar dua orang atau lebih tersebut tentu dilatarbelakangi kebudayaan yang berbeda pula.

(21)

alat bantu untuk melancarkan visi dan misi Language and Cultural Exchange Medan yang berasal dari daratan Amerika tentunya memiliki latar kebudayaan yang amat sangat berbeda dengan warga Medan yang berlatar belakangkan budaya timur dalam kesehariannya. Kemudian mereka datang ke kota Medan dan melakukan suatu tujuan dan melakukan bentuk hubungan komunikasi terhadap warga Medan yang tidak dapat disangkal bahwa mereka memiliki dan berasal dari kultur yang berbeda, yang tentu akan mengalami hambatan dalam proses kegiatan komunikasi diantara mereka.

Berdasarkan uraian diatas, dapat terlihat bahwa peneliti juga akan melakukan penelitian mengenai hambatan-hambatan apa saja yang dialami oleh para warga Amerika dan warga Medan setempat yang saling tergabung dalam Lembaga LCE. Dan apakah proses pengembangan hubungan diantara mereka akan tetap berujung baik-baik saja sesuai dengan visi misi dari lembaga tersebut atau bahkan mengalami hal yang sebaliknya. Teori yang menjadi kajian pada pembahasan dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih memberikan referensi serta pengetahuan dalam berkomunikasi yang lebih baik dan lebih jauh lagi dalam perkembangan positif.

1.2 Fokus Masalah

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik warga asing yaitu warga Amerika yang merupakan tim pengajar di lembaga Language and Cultural Exchange tersebut.

2. Mengetahui proses hubungan komunikasi antarpribadi yang terjadi antara warga Amerika dengan warga Medan yang tergabung dalam Lembaga Language and Cultural Exchange.

3. Mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam menjalin dan membina hubungan komunikasi antarpribadi antara warga Amerika dan warga Medan setempat yang tergabung dalam Lembaga Language and Cultural Exchange.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan

memperkaya khasanah penelitian kualitatif dan sumber bacaan di Lingkungan FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan

memperkaya khasanah penelitian tentang komunikasi antar pribadi sebagai bagian dari ilmu komunikasi.

(23)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Setiap penelitian memerlukan kejelasan landasan berpikir dalam menyoroti permasalahan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ancangan mikro dalam teori-teori sosial sebenarnya merupakan suatu awal yang baik dalam melakukan kegiatan ilmiah sesungguhnya, sebab peneliti dapat berhati-hati terlebih dahulu secara terperinci. Oleh karena itu, teori digunakan peneliti untuk memandu penelitian dan sebagai kajian pustaka, sehingga perlu disusun suatu teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, eskalasi hubungan dalam komunikasi antarpribadi, komunikasi budaya konteks tinggi dan konteks rendah, teori self disclosure dan teori penetrasi sosial.

2.1 Komunikasi

2.1.1 Definisi Komunikasi

(24)

Komunikasi menurut Hovland adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the procces to modify the behaviour of other individuals). Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif. Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat umum dan sikap public yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting (Effendy, 2001:10).

Lain halnya dengan dengan Steven, ia mengajukan sebuah definisi bahwa komunikasi terjadi kapan saja, suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu obyek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya. Misalnya seseorang berlindung pada suatu tempat karena diserang badai, atau kedipan mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu, juga adalah peristiwa komunikasi (Cangara, 2007 : 18). Definisi-definisi yang dikemukakan tersebut tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh gambaran bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja.

2.1.2 Hambatan Komunikasi

Hambatan atau gangguan komunikasi dapat terjadi pada semua elemen atau unsure-unsur yang mendukungnya., termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Menurut Shannon dan Weaver (Cangara, 2007 : 131), gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif dan tidak sesuai dengan harapan komunikator dan komunikan.

Sejumlah hambatan dapat memperlampat atau mengacaukan komunikasi yang efektif (Deddy Mulyana, 2005 : 29) , hambatan tersebut diantaranya :

1. Penyaringan (filtering)

Penyaringan mengacu pada manipulasi informasi secara sengaja oleh pengirim berita sehingga informasi tersebut akan tampak lebih meneyenangkan bagi penerima informasi.

2. Perspektif selektif

(25)

karakteristik kepribadian lainnya. Penerima informasi juga dipengaruhi oleh kepentingan dan harapan-harapannya dalam proses komunikasi ketika ia menerjemahkan informasi.

3. Gaya Gender

Laki-laki maupun perempuan menggunakan komunikasi lisan untuk alasan yang berbeda. Sehingga konsekuensinya, jenis kelamin menjadi hambatan bagi komunikasi yang efektif antara kedua jenis kelamin tersebut.

4. Emosi

Perasaan penerima informasi pada saat penerimaan pesan komunikasi akan sangat mempengaruhi cara seseorang menafsirkannya. Pesan yang sama tatkala diterima pada saat kondisi sedang marah atau bingung akan ditafsirkan berbeda pada saat seseorang tersebut dala keadaan senang. Emosi-emosi yang ekstrim pada saat senang atau saat tertekan akan berkecenderungan menghambat komunikasi yang efektif.

5. Bahasa

Kata-kata mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula. Usia, pendidikan, dan latar belakang budaya adalah tiga dari sekian banyak variabel yang jelas sangat mempengaruhi bahasa yang digunakan oleh seseorang dan definisi yang diberikannya pada kata-kata. Para pengirim informasi cenderung berasumsi bahwa kata-kata dan istilah-istilah yang mereka gunakan memiliki arti yang sama dengan yang dipahami oleh si penerima informasi. Asumsi ini sering tidak tepat.

6. Petunjuk nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah cara yang penting bagi seseorang dalam menyampaikan pesan. Namun, komunikasi nonverbal selalu diiringi oleh komunikasi lisan. Selama bersesuaian, keduanya akan saling menguatkan. Ketika kata-kata pimpinan menunjukkan bahwa dia marah, nada suara, dan gerakan tubuhnya menunjukkan kemarahan, jadi dapat disimpulkan secara tepat bahwa dia sedang marah. Namun demikian, ketika petunjuk nonverbal tidak bersesuaian dengan pesan lisan, maka penerima informasi akan bingung dan pesan akan menjadi tidak jelas.

2.2 Komunikasi Antar Pribadi

(26)

pertemuan antara dua, tiga orang, atau mungkin empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur.

Untuk memahami definisi komunikasi antar pribadi ada tiga perspektif (Fajar, 2009 : 77) :

1. Perspektif komponensial, yaitu melihat komunikasi antarpribadi dari komponen-komponennya;

2. Perspektif pengembangan, yaitumelihat komunikasi antar pribadi dan proses pengembangannya;

3. Perspektif relasional, yaitu melihat komunikasi antar pribadi dari hubungannya.

Adapun definisi komunikasi antar pribadi yang dikemukakan oleh Devito (Effendy, 2003:59-60), adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

2.2.1 Karakteristik, Prinsip, dan Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Beberapa dari definisi komunikasi harus ditinjau manakah ciri-ciri yang menunjukkan perbedaan yang khas antara komunikasi antarpribadi dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Alo Liliweri (Wiryanto, 2004:33) , komunikasi antarpribadi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan terjadi sambil lalu saja

2. Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. Kebanyakan komunikasi antarpribadi tidak mempunyai satu tujuan yang diprogramkan terlebih dahulu, seperti pertemuan di ruang perpustakaan kemudian merencanakan belajar bersama, saling mengajak makan bersama setelah bertemu di rumah makan. Namun bisa saja komunikasi antarpribadi telah dijanjikan dan mempunyai tujuan terlebih dahulu, namun konteksnya berbeda dengan komunikasi kelompok.

3. Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

4. Komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

5. Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan

6. Komunikasi antarpribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan

(27)

8. Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan sukses jika tidak membuahkan hasil

Karakteristik komunikasi antarpribadi menurut Agus Hardjana (2003:86-90), yaitu :

1. Komunikasi interpersonal adalah verbal dan nonverbal

2. Komunikasi Interpersonal mencakup perilaku tertentu yaitu perilaku spontan, menurut kebiasaan, dan perilaku sadar.

3. Komunikasi interpersonal adalah komuniksai yang berproses pengembangan

4. Komunikasi interpersonal mengandung umpan balik, interaksi, dan koherensi

5. Komunikasi interpersonal berjalan menurut peraturan tertentu 6. Komunikasi interpersonal adalah kegiatan yang aktif

Komunikasi antar pribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak mengetahui secara baik tentang lika-liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya, perasaannya, maupun menanggapi tingkah laku seseorang. Mereka yang sudah saling mengenal secara mendalam memiliki interaksi komunikasi yang lebih baik daripada yang belum mengenal. Kesimpulannya bahwa jika hendak menciptakan suatu komunikasi antarpribadi yang lebih bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban. Bagaimanapun juga suatu batasan pengertian yang benar-benar baik tentang komunikasi antarpribadi tidak ada yang memuaskan semua orang. Semua batasan arti sangat tergantung bagaimana kita melihat dan mengetahui perilakunya. Dengan kata lain tidak semua bentuk interaksi yang dilakukan antara dua orang dapat digolongkan komunikasi antarpribadi. Ada tahap-tahap tertentu dalam interaksi antara dua orang haruslah terlewati untuk menentukan komunikasi antarpribadi benar-benar dimulai.

Menurut Joseph A. DeVito (2008 : 15-21) terdapat sembilan prinsip komunikasi, yaitu komunikasi:

1. Komunikasi antar pribadi merupakan “kemasan dari tanda-tanda” 2. Komunikasi antar pribadi merupakan proses penyesuaian diri 3. Komunikasi antar pribadi mempunyai dimensi isi dan hubungan

4. Komunikasi antar pribadi dapat dilihat sebagai hubungan simetris atau hubungan komplementer

5. Komunikasi antar pribadi merupakan proses transaksional

(28)

7. Komunikasi antar pribadi tidak dapat dihindari

8. Komunikasi antar pribadi tidak dapat diubah dan diulang 9. Komunikasi antar pribadi mempunyai tujuan tertentu

Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa tujuan. Baik disadari atau tidak, tujuan tersebut pasti terdapat di saat komunikasi antar pribadi itu terjadi. Adapun tujuan komunikasi antarpribadi menurut Fajar (2009:78-80) diantaranya :

a. Menemukan diri sendiri

Tujuan komunikasi antar pribadi ini maksudnya diarahkan untuk menemukan personal atau pribadi. Artinya jika kita terlihat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali mengenai diri kita maupun orang lain. Kenyataan sebagian besar dari persepsi kita adalah hasil dari apa yang kita pelajari dalam pertemuan antar pribadi. Komunikasi antar pribadi memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara mengenai apa yang kita sukai atau mengenai diri kita. b. Menekan dunia luar

Tujuan komunikasi antar pribadi ini memandang bahwa melalui komunikasi ini kita akan melakukan interaksi dengan dunia luar atau lingkungan. Hal ini menjadikan kita lebih memahami lebih baik dunia luar, dengan objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Kondisi tersebut menyebabkan kenyataan, kepercayaan, sikap, dan nilai-nilai kita akan dipengaruhi lebih banyak oleh pertemuan interpersonal.

c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

Melalui komunikasi interpersonal ini, kita akan membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi ini pula akan terjalin suatu jalinan yang didasarkan karena perasaan keterikatan antara pihak yang melakukan komunikasi. Hal ini baik untuk menjalin suatu proses kerja sama dengan tujuan bersama.

d. Berubah sikap dan tingkah laku

Komunikasi antar pribadi juga memberikan tujuan sebagai alat yang dapat merubah hidup seseorang. Karena ternyata untuk merubah sikap dan tingkah laku kita atau orang lain dapat dilakukan melalui kegiatan komunikasi antar pribadi.

e. Untuk bermain dan kesenangan

Komunikasi antar pribadi juga dapat digunakan untuk bermain, mencakup semua aktifitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktifitas kita pada akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita-cerita lucu pada umumnya itu adalah merupakan pembicaraan yang dapat memberikan kesenangan. Walaupun kelihatannya kegiatan itu tidak berarti tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. Namun dengan melakukan kegiatan itu dapat membuat keseimbangan yang penting pada pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

(29)

Tujuan ini menganggap bahwa kegiatan komunikasi interpersonal dapat digunakan dalam kegiatan profesional mereka dalam membantu klien yang menemui kesulitan dalam sebuah pekerjaan.

Berdasarkan itu kita dapat mengatakan bahwa tujuan komunikasi antar pribadi dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, tujuan-tujuan ini dapat dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai alasan-alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi interpersonal. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa kita membantu orang lain untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang.

Kedua, tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai hasil efektif umum dari komunikasi interpersonal. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa sebagai suatu hasil dari komunikasi interpersonal, kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat hubungan lebih baik bermakna dan memperoleh pengetahuan tentang dunia luar. Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses yang sangat unik, artinya tidak seperti kegiatan lainnya. Selain itu, komunikasi interpersonal juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima di antara pelaku yang terlibat komunikasi. Dengan adanya pertukaran ini komunikasi disebut sebagai proses transaksional.

Sementara itu menurut Devito (2008:33) mengemukakan tujuan komunikasi antar pribadi sebagai berikut :

a. Untuk mempelajari secara lebih baik dunia luar, seperti berbagai objek, peristiwa, dan orang lain

b. Untuk memelihara hubungan dan mengembangkan kedekatan atau keakraban

c. Untuk mempengaruhi sikap dan tingka laku orang lain d. Untuk menghibur diri dan bermain

(30)

Pola-pola komunikasi antarpribadi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi. Anggapan orang bahwa semakin sering seseorang melakukan komunikasi antarpribadi dengan orang lain, semakin baik pula hubungan mereka adalah tidak benar. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana komunikasi itu dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi Fajar (2009: 84), diantaranya :

a. Percaya (trust)

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi, faktor percaya adalah yang paling penting. Bila seseorang mempunyai perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan dan tidak akan dikhianati, seseorang tersebut akan lebih mudah membuka dirinya.

b. Empati

Empati merupakan salah satu faktor yang dapat menumbuhkan sikap percaya pada orang lain. Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain, kemampuan untuk dapat melihat dunia dari sudut pandang orang lain; dengan kata lain kemampuan menghayati perasaan orang lain atau merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain. c. Sikap sportif

Yaitu sikap yang dapat mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak dapat menerima, tidak jujur, dan tidak empatis.

d. Sikap terbuka

Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi anatarpribadi yang efektif. Untuk menunjukkan kualitas keterbukaan dari komunikasi antarpribadi ini paling tidak terdapat dua aspek, yakni aspek keinginan untuk terbuka bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain, dan keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang kepadanya.

e. Kesamaan

(31)

antar pribadi jika terdapat situasi pembicara yang berbicara sepanjang waktu, sementara itu pendengar mendengarkan sepanjang waktu pula.

Selain itu, komunikasi antarpribadi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak terlihat tapi sangat terasa pengaruhnya, diantaranya:

1. Meaning/makna

Ketika simbol ada, maka makna itu ada dan bagaimana cara menanggapinya. Intonasi suara, mimik muka, kata-kata, gambar dsb. Merupakan simbol yang mewakili suatu makna. Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan dsb. 2. Learning

Interpretasi makna terhadap simbol muncul berdasarkan pola-pola komunikasi yang diasosiasikan pengalaman, interpretasi muncul dari belajar yang diperoleh dari pengalaman. Interpretasi muncul disegala tindakan mengikuti aturan yang diperoleh melalui pengalaman.Pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan yang kita pelajari. Jadi makna yang kita berikan merupakan hasil belajar. Pola-pola atau perilaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan/genetik, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap simbol-simbol yang ada di lingkungannya. Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal. Jadi, kemampuan kita berkomunikasi merupakan hasil learning (belajar) dari lingkungan.

3. Subjectivity

Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama, sehingga individu dalam meng-encode (menyusun atau merancang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan tidak ada yang benar-benar sama. Interpretasi dari dua orang yang berbeda akan berbeda terhadap objek yang sama.

4. Negot iation

Komunikasi merupakan pertukaran simbol. Pihak-pihak yang berkomunikasi masing-masing mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam upaya itu terjadi negosiasi dalam pemilihan simbol dan makna sehingga tercapai saling pengertian. Pertukaran simbol sama dengan proses pertukaran makna. Masing-masing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.

5. Culture atau Budaya

Setiap individu adalah hasil belajar dari dan dengan orang lain. Individu adalah partisipan dari kelompok, organisasi dan anggota masyarakat melalui partisipasi berbagi simbol dengan orang lain, kelompok, organisasi dan masyarakat. Simbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan kita adaptasi. Melalui komunikasi budaya diciptakan, dipertahankan dan dirubah. Budaya menciptakan cara pandang (point of view).

(32)

Komunikasi antar manusia berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap individu sangat beragam mulai dari komunikasi antar pribadi, kelompok, organisasi, dan massa.

7. Self reference

Perilaku dan simbol-simbol yang digunakan individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya, artinya sesuatu yang kita katakan dan lakukan dan cara kita menginterpretasikan kata dan tindakan orang adalah refleksi makna, pengalaman, kebutuhan dan harapan-harapan kita.

8. Self reflexivity

Kesadaran diri (self-cosciousnes)merupakan keadaan dimana seseorang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Inti dari proses komunikasi adalah bagaimana pihak-pihak memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungannya dan itu berpengaruh pada komunikasi.

9. Inevitability

Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan apapun tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkap suatu makna komunikasi.

2.3 Eskalasi Hubungan dalam Komunikasi Antarpribadi

Pada hubungan komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu sama lain. Masing-masing mencoba mengerti bagaimana pihak lainnya bertindak sebagai individu. Pengertian hubungan merupakan sejumlah harapan yang dua orang miliki bagi perilaku mereka didasarkan pada pola interaksi antara mereka. Hubungan antarpribadi dapat juga didefinisikan sebagai serangkaian interaksi antara dua individu yang saling mengenal satu sama lain. Hubungan yang baik ialah dimana interaksi sifatnya memuaskan dan sehat bagi mereka yang terlibat interaksi tersebut. Kebanyakan orang yang berakal sehat sadar dan tahu benar bahwa suatu hubungan memerlukan usaha. Para perilaku komunikasi yang berinteraksi perlu menyediakan waktu dan usaha untuk memelihara hubungan fungsional yang memuaskan. Tanpa usaha semacam itu hubungan cenderung memburuk. Fajar (2009 : 86), menyebutkan bahwa tahapan-tahapan dalam komunikasi antar pribadi dimulai dari kontak (first impression), perkenalan, pertemanan, puncak (decline), dan perpecahan.

(33)

ada kesempatan, tetapi interaksi kita dengan mereka terbatas. Namun, setelah perjalanan waktu, beberapa kenalan bisa menjadi teman kita. Teman adalah mereka dengan siapa kita mengadakan hubungan yang lebih pribadi secara sukarela. Sebagaimana persahabatan berkembang, seseorang bergerak kea rah interaksi yang kurang terikat kepada peran. Agar persahabatan tersebut berkembang, Samter (Budyatna & Laila, 2011 : 38) menjelaskan lima kompetensi penting perlu untuk hubungan persahabatan, yaitu :

a. Inisiasi, dimana seseorang harus berhubungan atau berkenalan dengan orang lain dan interaksi harus berjalan mulus, santai, dan menyenangkan.

b. Sifat mau mendengarkan, masing-masing harus saling mendengarkan kepada yang lain. Adalah sulit untuk menjalin persahabatan kepada orang yang hanya focus pada dirinya sendiri atau masalahnya sendiri.

c. Pengungkapan diri, kedua belah pihak mampu mengungkapkan perasaannya satu sama lain.

d. Dukungan emosional, setiap orang selalu mengahrapkan mendapatkan kenyamanan dan dukungan dari temannya.

e. Pengelolaan konflik, persahabatan bergantung juga pada keberhasilan menangani hal-hal yang tidak disetujui atas salah satu perilaku atau suatu gagasan.

Sahabat kental adalah mereka yang jumlahnya terbatas, dengan siapa seseorang secara bersama-sama mempunyai komitmen tingkat tinggi, saling ketergantungan, saling percaya, pengungkapan, dan kesenangan di dalam persahabatan. Namun bentuk hubungan tersebut dialami berbeda antara wanita dan laki-laki dengan karakteristik norma masing-masing (faminity and masculinity). Wanita cenderung mengembangkan hubungan akrab dengan lainnya

atas dasar percakapan, siat terbuka dengan yang lainnya, dan saling berbagi perasaan pribadi atau kaum wanita lebih cennderung mengedepankan sifat ke”kita”an. Sedangkan laki-laki cenderung mengembangkan persahabatan akrab melalui aktivitas bersama. Bagi laki-laki, teman karib ialah orang yang dapat bergantung padanya untuk menolong keluar dari kesulitan dan orang yang secara teratur dalam melaksanakan aktifitas bersama secara menyenangkan.

(34)

komunikasi maupun data psikologis. Dalam memprediksi profil orang lain, pesan disampaikan sebagaimana penafsiran terhadap lawan bicara. Dalam proses komunikasi tersebut, pesan akan bernilai jika komunikator mampu menggunakannya secara efektif jika lawan komunikasi memperoleh informasi lebih lanjut.

Ada beberapa ciri mengenai proses pengembangan (Budyatna & Laila, 2011 : 45); pertama, orang kadang-kadang lalai mempertimbangkan sifat transaksi proses-proses ini, sementara memahami mengapa seseorang memutuskan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain lebih bermanfaat untuk diperhatikan. Kedua, pengembangan hubungan sangatlah kompleks. Maksudnya yaitu penjelasan bagaimana hubungan dikembangkan sangat bebas, ditentukan oleh situasi dan kondisi atau faktor-faktor yang mempengaruhi keduanya dalam membangun prediksi akan profil komunikan, sehingga bisa saja terjadi kurangnya saling pengertian karena akurasi komunikasi sangat kurang. Dan ketiga, setiap pendekatan pada pengembangan hubungan harus dibedakan antara kondisi dan proses pengembangan antarpribadi dan non-antarpribadi (impersonal).

Menurut penjelasan diatas, Istilah eskalasi menjelaskan sebuah aspek mengenai proses pengembangan yang memiliki analogi. Apabila dikatakan terjadi eskalasi hubungan, maka maksudnya yakni hubungan itu mengalami kemajuan pada tingkat yang mantap secara berkesinambungan. Akan tetapi hubungan tersebut bisa saja tumbuh oleh karena adanya variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antarpribadi seperti kepercayaan, kesukaan, kecemburuan, ketepatan komunikasi atau pengertian pesan satu sama lain. Keuntungan juga penting dalam eskalasi hubungan. Eskalasi dapat ditafsirkan sebagai perolehan keuntungan yang besar secara cepat. Eskalasi juga bisa berasal dari penemuan potensi, maka orang mau mengekskalasikan hubungan mereka untuk mendapatkan potensi ini.

2.4. Komunikasi Antarbudaya Konteks Tinggi dan Konteks Rendah

(35)

Komunikasi konteks tinggi merupakan komunikasi di mana sebagian besar informasi diketahui orang tersebut, dan hanya sedikit yang dibagikan sebagai bagian dari pesan (Samovar, Porter and McDaniel, 2010 :257). Dengan kata lain, arti dari informasi yang dipertukarkan selama interaksi tidak harus dikomunikasikan dengan kata-kata. Dalam budaya konteks tinggi, komunikasi difokuskan lebih kepada bagaimana pesan tersebut disampaikan daripada apa yang dikatakan serta waspada terhadap isyarat nonverbal. Dalam budaya konteks tinggi, komunikasi yang dilakukan cenderung kurang terbuka, mereka menganggap konflik berbahaya pada semua jenis komunikasi (Samovar,Porter and McDaniel, 2010 : 257).

Bagi masyarakat yang menganut budaya ini, konflik dipandang harus dihadapi dengan hati-hati. Beberapa negara yang tergolong menganut budaya ini adalah Amerika Indian, Amerika Latin, Jepang, China, Afrika-Amerika, Korea, termasuk Indonesia (Samovar, Porter and McDaniel, 2010 : 258). Sedangkan komunikasi konteks rendah merupakan komunikasi yang mana jumlah informasi lebih besar dari yang disampaikan. Atau, dalam komunikasi konteks rendah, pesan verbal mengandung banyak informasi dan hanya sedikit yang tertanam dalam konteks atau peserta (Samovar & Porter, 2010 : 257). Contoh masyarakat konteks rendah adalah masyarakat Amerika yang lebih bergantung pada perkataan yang diucapkan dibanding perilaku nonverbal untuk menyatakan pesan. Beberapa negara yang tergolong menganut budaya konteks rendah adalah Jerman Swiss, Skandinavia dan Amerika Utara (Samovar, Porter and McDaniel, 2010 : 258).

2.5 Teori Self Disclosure

(36)

komunikasii dimana informasi mengenai diri (self) yang biasanya disembunyikan diri orang lain, kini dikomunikasikan kepada orang lain (Rakhmat, 2007:108). Josep Luft mengemukakan teori Self Disclosure berdasarkan pada modal interaksi model interaksi manusia yang di sebut Johari Window.

Diketahui oleh diri sendiri Tidak Diketahui oleh diri sendiri

Diketahui oleh orang lain

Tidak diketahui oleh orang lain

Gambar 1. Jendela Johari

Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan secara skematis seperti terlihat pada skema di atas. Bidang I, yakni Bidang Terbuka (Open Area) menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, juga oleh orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan, dengan lain perkataan tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.

Bidang II, yakni Bidang Buta (Blind Area) menggambarkan bahwa kegiatan seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menyadari apa yang ia lakukan. Bidang III, yakni Bidang Tersembunyi (Hidden Area) yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya

olehnya, tetapi tidak dapat diketahui oleh orang lain. Ini berarti bahwa orang seperti itu bersikap tertutup. Bidang IV, adalah Bidang Tak Dikenal (Unknown Area). Bidang ini menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari

oleh dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. 1

Terbuka

2 Buta 3

Tersembunyi

4

(37)

2.6 Teori Penetrasi Sosial

Terdapat tingkatan-tingkatan pengungkapan diri yang berbeda dalam proses komunikasi antarpribadi, diantaranya :

a. Basa-basi yang merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah atau dangkal, walaupun terdapat keterbukaan diantara individu, terapi tidak terjadi hubungan antar pribadi. Masing-masing individu berkomunikasi basa-basi sekedar kesopanan.

b. Membicarakan orang lain yang diungkapkan dalam komunikasi hanyalah tentang orang lain atau hal-hal yang diluar dirinya. Walaupun pada tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini individu tidak mengungkapkan diri.

c. Menyatakan gagasan atau pendapat sudah mulai dijalin hubungan yang erat. Individu mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain.

d. Perasaan: setiap individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat setiap individu dapat berbeda-beda. Setiap hubungan yang menginginkan pertemuan antar pribadi yang sungguh-sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan menyarankan perasaan-perasaan yang mendalam.

e. Hubungan puncak: pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam, individu yang menjalin hubungan antar pribadi dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak.

Alman dan Taylor (Richard, W., & Turner, L.H, 2008 :198), mengemukakan suatu model perkembangan hubungan dengan pengungkapan diri sebagai media utamanya. Proses untuk mencapai keakraban hubungan antar pribadi disebut dengan istilah penetrasi sosial. Penetrasi sosial ini terjadi dalam dua dimensi utama yaitu keluasan dan kedalaman. Dimensi keluasan yaitu dimana seseorang dapat berkomunikasi dengan siapa saja baik orang asing atau dengan teman dekat. Sedangkan dimensi kedalaman dimana seseorang berkomunikasi dengan orang dekat, yang diawali dan perkembangan hubungan yang dangkal sampai hubungan yang sangat akrab, atau mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi tentang dirinya. Pada umumnya ketika berhubungan dengan orang asing pengungkapan diri sedikit mendalam dan rentang sempit (topik pembicaraan sedikit). Sedangkan perkenalan biasa, pengungkapan diri lebih mendalam dan rentang lebih luas. Sementara hubungan dengan teman dekat ditandai adanya pengungkapan diri yang mendalam dan rentangnya terluas (topik pembicaraan semakin banyak).

(38)

perkembangan hubungan, yaitu proses di mana orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi (Richard, W., & Turner, L.H., 2008 :200).

Perkembangan hubungan sebagaimana dimaksudkan tadi, oleh Irwin

Altman dan Dalmas Taylor, berlangsung dalam empat tahap. Tahapan mana,

perkembangan hubungan itu dianalogikannya dengan sebuah bawang merah yang

memiliki lapisan-lapisan kulit. Dengan analogi tersebut, maka dijelaskan

bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupasi lapisan-lapisan informasi

mengenai diri masing-masing. Ini pulalah apa yang dimaksudkan dengan

penetrasi itu, yakni proses pengelupasan bagian-bagian informasi setiap individu

dari suatu pasangan secara perlahan.

Pada lapisan pertama atau terluar kulit bawang (tahap pertama), maka

informasinya bersifat superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain

seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya. Biasanya informasi

demikian kerap mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita

kenal. Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi. Tahap kedua (lapisan

kulit bawang kedua) disebut dengan tahap pertukaran afektif eksploratif. Tahap ini

merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan perpindahan ke tingkat

pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap tersebut, di

antara dua orang yang berkomunikasi, misalnya mulai bergerak mengeksplorasi

ke soal informasi yang berupaya menjajagi apa kesenangan masing-masing.

Misalnya kesenangan dari segi makanan, musik, lagu, hobi, dan lain sejenisnya.

Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni tahap pertukaran afektif.

Pada tahap ini terjadi peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi, misalnya

tentang informasi menyangkut pengalaman-pengalaman privasi masing-masing.

Jadi, di sini masing-masing sudah mulai membuka diri dengan informasi diri yang

sifatnya lebih pribadi, misalnya seperti kesediaan menceritakan tentang problem

pribadi. Dengan kata lain, pada tahap ini sudah mulai berani “curhat”.

Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga

dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat

intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan

tindakan-tindakan dan respon mereka masing-masing dengan baik. Informasi yang

(39)
(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Peneliti mengkaji tentang bagaimana proses hubungan komunikasi antarpribadi antara warga Amerika dengan warga Medan yang tergabung dalam lembaga Language and Cultural Exchange serta hambatan apa saja yang dialami oleh mereka. Maka pada proses penelitian ini, peneliti mengambil langkah untuk melakukannya dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian sendiri memiliki arti yaitu cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian perlu dibedakan dari teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data (Soehartono, 2008 :9). Metode penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, serta menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

(41)

3.2 Objek Penelitian

Menjelaskan subjek dan objek penelitian kualitatif adalah menjelaskan objek penelitian yang fokus penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran penelitian. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007:76). Objek penelitian adalah proses hubungan komunikasi antarpribadi antara warga Amerika dengan warga Medan yang tergabung di lembaga Language and

Cultural Exchange Medan serta hambatan yang dialami.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah warga Amerika yang merupakan warga asing yang menjadi tim pengajar di lembaga LCE sebagai informan dalam rangka membantu proses penelitian. Jumlah warga Amerika di lembaga LCE terdapat lima orang namun jumlah subjek yang diperlukan sebagai informan dalam penelitian bergantung pada keperluan dan data yang didapat nantinya.

3.4 Kerangka Analisis

(42)

Gambar 2

Proses Hubungan Komunikasi Antarpribadi warga Amerika dengan warga Medan di LCE

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

3.5.1 Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang mendukung hasil wawancara. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagaimana proses pendekatan yang terjadi diantara warga asing yaitu warga Amerika dan warga Medan setempat yang tergabung dalam sebuah lembaga Language and Cultural Exchange di Medan.

Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang perilaku serta kegiatan warga asing dan remaja setempat yang merupakan Lembaga Language and Cultural Exchange

Warga Amerika

Warga Medan Komunikasi

Antar Budaya

(43)

dalam proses pendekatan, sewaktu kejadian tersebut berlangsung sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.

3.5.2 Wawancara Mendalam

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara), dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah kehidupannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2008 : 108).

Peneliti akan mengadakan wawancara dengan anggota yang tergabung dalam Language and Cultural Exchange Medan, baik warga Amerika maupun warga Medan. Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang proses pendekatan yang terjadi diantara mereka. Dalam wawancara mendalam, kegiatannya dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang relatif lama bersama informan di lokasi penelitian. Peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada para informan. Wawancara dilakukan di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan dan juga di suatu tempat yang kondisional. Hal ini bertujuan membuat informan bebas dan nyaman dalam mengungkapkan apa yang mereka rasakan terhadap para anggota LCE satu sama lain, serta proses komunikasi antarpribadi diantara mereka.

3.5.3 Dokumentasi

(44)

digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang tahapan serta proses hubungan komunikasi yang terjadi diantara warga Amerika sebagai tim pengajar dan warga Medan setempat yang merupakan anggota dari Lembaga Language and Cultural Exchange tersebut.

3.5.4 Penelitian Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca atau mencari buku, jurnal, internet, maupun sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah pengelolahan dan analisa data. Yang di maksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa dan menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.

(45)

yang bersifat kualitatif maka dilakukan analisis data pertama hingga penelitian terakhir secara simultan dan terus menerus.

Selanjutnya interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan penelitian (Bungin, 2009:255). Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti menggunakan model Miles dan Huberman, yang sering disebut dengan metode analisis data interaktif. Mereka mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.

1) Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Dalam mereduksi data peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, apabila peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

2) Display Data (Penyajian Data)

(46)

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya oleh Miles dan Huberman disarankan agar dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan kerja), dan chart.

3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Proses wawancara dilakukan dengan warga Amerika yang merupakan tim pengajar Language and Cultural Exchange Medan sebagai informan. Peneliti telah melakukan proses Pra observasi sejak bulan Februari untuk melihat aktivitas dari lembaga ini. Hal ini membuat peneliti tidak mengalami kesulitan untuk melakukan wawancara dan observasi dalam upaya pengumpulan data penelitian. Language and Cultural Exchange Medan merupakan lembaga yang di dalamnya

terdapat kegiatan pertukaran bahasa dan budaya antara warga Amerika yang merupakan tim pengajar dengan warga Medan yang menjadi sasaran sebenarnya dari warga Amerika itu sendiri. Language and Cultural Exchange Medan yang memang bertujuan untuk membantu penggunaan bahasa Inggris para warga Medan mengharuskan para membernya untuk selalu menggunakan bahasa Inggris selama berada dan berinteraksi satu sama lain di lembaga Language and Cultural Exchange tersebut.

Peneliti mengobservasi pertemuan dan interaksi yang berlangsung di LCE, observasi dilaksanakan pada tiga kali pertemuan , satu kali discussion class, satu kali movie class, dan saat mereka melakukan reading the article and games. Di Language and Cultural Exchange para anggotanya berbaur satu sama lain.

Mereka berinteraksi, saling bercerita, saling diskusi, bahkan saling bercanda. Mereka terlihat sangat dekat satu sama lain. Para warga Medan yang bergabung di lembaga LCE yang kebanyakan adalah mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi di kota Medan juga terlihat tidak malu-malu dalam berbicara bahasa Inggris kepada para warga Amerika tersebut.

(48)

dilakukan oleh peneliti terhadap subjek penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi.

4.1.1 Lembaga Language and Cultural Exchange Medan

Lembaga Language and Cultural Exchange Medan didirikan pada tahun 2009. Lembaga ini didirikan atas dasar kerja sama NGO asal Amerika dengan pemerintah kota Medan. Visi dan misi dari lembaga ini adalah untuk dapat memberikan pilihan lain bagi warga Medan yang menginginkan belajar bahasa Inggris dan belajar kebudayaan Amerika dengan menyediakan native speaker langsung dari Amerika dengan beban biaya yang sangat murah, yaitu Rp. 150.000,- per tahunnya. Di Language and Cultural Exchange, warga Medan yang tergabung di dalamnya tidak diajarkan secara formal mengenai grammar namun para tim pengajar tersebut menjadikan Language and Cultural Exchange atau yang disingkat dengan LCE sebagai rumah kedua mereka dan warga Medan untuk saling sharing, baik itu pengalaman, masa depan, ilmu bahasa, budaya, maupun nilai-nilai kehidupan lainnya seperti sikap kepemimpinan dan kedisiplinan.

Gambar

Gambar 1. Jendela Johari
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4 : Foto Informan 1 (sebelah kiri) dan peneliti (sebelah kanan)

Referensi

Dokumen terkait