• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Komunikasi Antara Warga Asing Dan Warga Setempat (Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika Dan Warga Medan Setempat Yang Tergabung Dalam Sebuah Lembaga Language And Cultural Exchange Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan Komunikasi Antara Warga Asing Dan Warga Setempat (Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika Dan Warga Medan Setempat Yang Tergabung Dalam Sebuah Lembaga Language And Cultural Exchange Medan)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Setiap penelitian memerlukan kejelasan landasan berpikir dalam menyoroti permasalahan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ancangan mikro dalam teori-teori sosial sebenarnya merupakan suatu awal yang baik dalam melakukan kegiatan ilmiah sesungguhnya, sebab peneliti dapat berhati-hati terlebih dahulu secara terperinci. Oleh karena itu, teori digunakan peneliti untuk memandu penelitian dan sebagai kajian pustaka, sehingga perlu disusun suatu teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, eskalasi hubungan dalam komunikasi antarpribadi, komunikasi budaya konteks tinggi dan konteks rendah, teori self disclosure dan teori penetrasi sosial.

2.1 Komunikasi

2.1.1 Definisi Komunikasi

(2)

Komunikasi menurut Hovland adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the procces to modify the behaviour of other individuals). Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif. Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat umum dan sikap public yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting (Effendy, 2001:10).

Lain halnya dengan dengan Steven, ia mengajukan sebuah definisi bahwa komunikasi terjadi kapan saja, suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu obyek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya. Misalnya seseorang berlindung pada suatu tempat karena diserang badai, atau kedipan mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu, juga adalah peristiwa komunikasi (Cangara, 2007 : 18). Definisi-definisi yang dikemukakan tersebut tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh gambaran bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja.

2.1.2 Hambatan Komunikasi

Hambatan atau gangguan komunikasi dapat terjadi pada semua elemen atau unsure-unsur yang mendukungnya., termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Menurut Shannon dan Weaver (Cangara, 2007 : 131), gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif dan tidak sesuai dengan harapan komunikator dan komunikan.

Sejumlah hambatan dapat memperlampat atau mengacaukan komunikasi yang efektif (Deddy Mulyana, 2005 : 29) , hambatan tersebut diantaranya :

1. Penyaringan (filtering)

Penyaringan mengacu pada manipulasi informasi secara sengaja oleh pengirim berita sehingga informasi tersebut akan tampak lebih meneyenangkan bagi penerima informasi.

2. Perspektif selektif

(3)

karakteristik kepribadian lainnya. Penerima informasi juga dipengaruhi oleh kepentingan dan harapan-harapannya dalam proses komunikasi ketika ia menerjemahkan informasi.

3. Gaya Gender

Laki-laki maupun perempuan menggunakan komunikasi lisan untuk alasan yang berbeda. Sehingga konsekuensinya, jenis kelamin menjadi hambatan bagi komunikasi yang efektif antara kedua jenis kelamin tersebut.

4. Emosi

Perasaan penerima informasi pada saat penerimaan pesan komunikasi akan sangat mempengaruhi cara seseorang menafsirkannya. Pesan yang sama tatkala diterima pada saat kondisi sedang marah atau bingung akan ditafsirkan berbeda pada saat seseorang tersebut dala keadaan senang. Emosi-emosi yang ekstrim pada saat senang atau saat tertekan akan berkecenderungan menghambat komunikasi yang efektif.

5. Bahasa

Kata-kata mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula. Usia, pendidikan, dan latar belakang budaya adalah tiga dari sekian banyak variabel yang jelas sangat mempengaruhi bahasa yang digunakan oleh seseorang dan definisi yang diberikannya pada kata-kata. Para pengirim informasi cenderung berasumsi bahwa kata-kata dan istilah-istilah yang mereka gunakan memiliki arti yang sama dengan yang dipahami oleh si penerima informasi. Asumsi ini sering tidak tepat.

6. Petunjuk nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah cara yang penting bagi seseorang dalam menyampaikan pesan. Namun, komunikasi nonverbal selalu diiringi oleh komunikasi lisan. Selama bersesuaian, keduanya akan saling menguatkan. Ketika kata-kata pimpinan menunjukkan bahwa dia marah, nada suara, dan gerakan tubuhnya menunjukkan kemarahan, jadi dapat disimpulkan secara tepat bahwa dia sedang marah. Namun demikian, ketika petunjuk nonverbal tidak bersesuaian dengan pesan lisan, maka penerima informasi akan bingung dan pesan akan menjadi tidak jelas.

2.2 Komunikasi Antar Pribadi

(4)

pertemuan antara dua, tiga orang, atau mungkin empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur.

Untuk memahami definisi komunikasi antar pribadi ada tiga perspektif (Fajar, 2009 : 77) :

1. Perspektif komponensial, yaitu melihat komunikasi antarpribadi dari komponen-komponennya;

2. Perspektif pengembangan, yaitumelihat komunikasi antar pribadi dan proses pengembangannya;

3. Perspektif relasional, yaitu melihat komunikasi antar pribadi dari hubungannya.

Adapun definisi komunikasi antar pribadi yang dikemukakan oleh Devito (Effendy, 2003:59-60), adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

2.2.1 Karakteristik, Prinsip, dan Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Beberapa dari definisi komunikasi harus ditinjau manakah ciri-ciri yang menunjukkan perbedaan yang khas antara komunikasi antarpribadi dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Alo Liliweri (Wiryanto, 2004:33) , komunikasi antarpribadi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan terjadi sambil lalu saja

2. Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. Kebanyakan komunikasi antarpribadi tidak mempunyai satu tujuan yang diprogramkan terlebih dahulu, seperti pertemuan di ruang perpustakaan kemudian merencanakan belajar bersama, saling mengajak makan bersama setelah bertemu di rumah makan. Namun bisa saja komunikasi antarpribadi telah dijanjikan dan mempunyai tujuan terlebih dahulu, namun konteksnya berbeda dengan komunikasi kelompok.

3. Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

4. Komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

5. Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan

6. Komunikasi antarpribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan

(5)

8. Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan sukses jika tidak membuahkan hasil

Karakteristik komunikasi antarpribadi menurut Agus Hardjana (2003:86-90), yaitu :

1. Komunikasi interpersonal adalah verbal dan nonverbal

2. Komunikasi Interpersonal mencakup perilaku tertentu yaitu perilaku spontan, menurut kebiasaan, dan perilaku sadar.

3. Komunikasi interpersonal adalah komuniksai yang berproses pengembangan

4. Komunikasi interpersonal mengandung umpan balik, interaksi, dan koherensi

5. Komunikasi interpersonal berjalan menurut peraturan tertentu 6. Komunikasi interpersonal adalah kegiatan yang aktif

Komunikasi antar pribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak mengetahui secara baik tentang lika-liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya, perasaannya, maupun menanggapi tingkah laku seseorang. Mereka yang sudah saling mengenal secara mendalam memiliki interaksi komunikasi yang lebih baik daripada yang belum mengenal. Kesimpulannya bahwa jika hendak menciptakan suatu komunikasi antarpribadi yang lebih bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban. Bagaimanapun juga suatu batasan pengertian yang benar-benar baik tentang komunikasi antarpribadi tidak ada yang memuaskan semua orang. Semua batasan arti sangat tergantung bagaimana kita melihat dan mengetahui perilakunya. Dengan kata lain tidak semua bentuk interaksi yang dilakukan antara dua orang dapat digolongkan komunikasi antarpribadi. Ada tahap-tahap tertentu dalam interaksi antara dua orang haruslah terlewati untuk menentukan komunikasi antarpribadi benar-benar dimulai.

Menurut Joseph A. DeVito (2008 : 15-21) terdapat sembilan prinsip komunikasi, yaitu komunikasi:

1. Komunikasi antar pribadi merupakan “kemasan dari tanda-tanda” 2. Komunikasi antar pribadi merupakan proses penyesuaian diri 3. Komunikasi antar pribadi mempunyai dimensi isi dan hubungan

4. Komunikasi antar pribadi dapat dilihat sebagai hubungan simetris atau hubungan komplementer

5. Komunikasi antar pribadi merupakan proses transaksional

(6)

7. Komunikasi antar pribadi tidak dapat dihindari

8. Komunikasi antar pribadi tidak dapat diubah dan diulang 9. Komunikasi antar pribadi mempunyai tujuan tertentu

Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa tujuan. Baik disadari atau tidak, tujuan tersebut pasti terdapat di saat komunikasi antar pribadi itu terjadi. Adapun tujuan komunikasi antarpribadi menurut Fajar (2009:78-80) diantaranya :

a. Menemukan diri sendiri

Tujuan komunikasi antar pribadi ini maksudnya diarahkan untuk menemukan personal atau pribadi. Artinya jika kita terlihat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali mengenai diri kita maupun orang lain. Kenyataan sebagian besar dari persepsi kita adalah hasil dari apa yang kita pelajari dalam pertemuan antar pribadi. Komunikasi antar pribadi memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara mengenai apa yang kita sukai atau mengenai diri kita. b. Menekan dunia luar

Tujuan komunikasi antar pribadi ini memandang bahwa melalui komunikasi ini kita akan melakukan interaksi dengan dunia luar atau lingkungan. Hal ini menjadikan kita lebih memahami lebih baik dunia luar, dengan objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Kondisi tersebut menyebabkan kenyataan, kepercayaan, sikap, dan nilai-nilai kita akan dipengaruhi lebih banyak oleh pertemuan interpersonal.

c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

Melalui komunikasi interpersonal ini, kita akan membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi ini pula akan terjalin suatu jalinan yang didasarkan karena perasaan keterikatan antara pihak yang melakukan komunikasi. Hal ini baik untuk menjalin suatu proses kerja sama dengan tujuan bersama.

d. Berubah sikap dan tingkah laku

Komunikasi antar pribadi juga memberikan tujuan sebagai alat yang dapat merubah hidup seseorang. Karena ternyata untuk merubah sikap dan tingkah laku kita atau orang lain dapat dilakukan melalui kegiatan komunikasi antar pribadi.

e. Untuk bermain dan kesenangan

Komunikasi antar pribadi juga dapat digunakan untuk bermain, mencakup semua aktifitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktifitas kita pada akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita-cerita lucu pada umumnya itu adalah merupakan pembicaraan yang dapat memberikan kesenangan. Walaupun kelihatannya kegiatan itu tidak berarti tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. Namun dengan melakukan kegiatan itu dapat membuat keseimbangan yang penting pada pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

(7)

Tujuan ini menganggap bahwa kegiatan komunikasi interpersonal dapat digunakan dalam kegiatan profesional mereka dalam membantu klien yang menemui kesulitan dalam sebuah pekerjaan.

Berdasarkan itu kita dapat mengatakan bahwa tujuan komunikasi antar pribadi dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, tujuan-tujuan ini dapat dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai alasan-alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi interpersonal. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa kita membantu orang lain untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang.

Kedua, tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai hasil efektif umum dari komunikasi interpersonal. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa sebagai suatu hasil dari komunikasi interpersonal, kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat hubungan lebih baik bermakna dan memperoleh pengetahuan tentang dunia luar. Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses yang sangat unik, artinya tidak seperti kegiatan lainnya. Selain itu, komunikasi interpersonal juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima di antara pelaku yang terlibat komunikasi. Dengan adanya pertukaran ini komunikasi disebut sebagai proses transaksional.

Sementara itu menurut Devito (2008:33) mengemukakan tujuan komunikasi antar pribadi sebagai berikut :

a. Untuk mempelajari secara lebih baik dunia luar, seperti berbagai objek, peristiwa, dan orang lain

b. Untuk memelihara hubungan dan mengembangkan kedekatan atau keakraban

c. Untuk mempengaruhi sikap dan tingka laku orang lain d. Untuk menghibur diri dan bermain

(8)

Pola-pola komunikasi antarpribadi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi. Anggapan orang bahwa semakin sering seseorang melakukan komunikasi antarpribadi dengan orang lain, semakin baik pula hubungan mereka adalah tidak benar. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana komunikasi itu dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi Fajar (2009: 84), diantaranya :

a. Percaya (trust)

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi, faktor percaya adalah yang paling penting. Bila seseorang mempunyai perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan dan tidak akan dikhianati, seseorang tersebut akan lebih mudah membuka dirinya.

b. Empati

Empati merupakan salah satu faktor yang dapat menumbuhkan sikap percaya pada orang lain. Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain, kemampuan untuk dapat melihat dunia dari sudut pandang orang lain; dengan kata lain kemampuan menghayati perasaan orang lain atau merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain. c. Sikap sportif

Yaitu sikap yang dapat mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak dapat menerima, tidak jujur, dan tidak empatis.

d. Sikap terbuka

Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi anatarpribadi yang efektif. Untuk menunjukkan kualitas keterbukaan dari komunikasi antarpribadi ini paling tidak terdapat dua aspek, yakni aspek keinginan untuk terbuka bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain, dan keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang kepadanya.

e. Kesamaan

(9)

antar pribadi jika terdapat situasi pembicara yang berbicara sepanjang waktu, sementara itu pendengar mendengarkan sepanjang waktu pula.

Selain itu, komunikasi antarpribadi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak terlihat tapi sangat terasa pengaruhnya, diantaranya:

1. Meaning/makna

Ketika simbol ada, maka makna itu ada dan bagaimana cara menanggapinya. Intonasi suara, mimik muka, kata-kata, gambar dsb. Merupakan simbol yang mewakili suatu makna. Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan dsb. 2. Learning

Interpretasi makna terhadap simbol muncul berdasarkan pola-pola komunikasi yang diasosiasikan pengalaman, interpretasi muncul dari belajar yang diperoleh dari pengalaman. Interpretasi muncul disegala tindakan mengikuti aturan yang diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan yang kita pelajari. Jadi makna yang kita berikan merupakan hasil belajar. Pola-pola atau perilaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan/genetik, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap simbol-simbol yang ada di lingkungannya. Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal. Jadi, kemampuan kita berkomunikasi merupakan hasil learning (belajar) dari lingkungan.

3. Subjectivity

Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama, sehingga individu dalam meng-encode (menyusun atau merancang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan tidak ada yang benar-benar sama. Interpretasi dari dua orang yang berbeda akan berbeda terhadap objek yang sama.

4. Negot iation

Komunikasi merupakan pertukaran simbol. Pihak-pihak yang berkomunikasi masing-masing mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam upaya itu terjadi negosiasi dalam pemilihan simbol dan makna sehingga tercapai saling pengertian. Pertukaran simbol sama dengan proses pertukaran makna. Masing-masing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.

5. Culture atau Budaya

Setiap individu adalah hasil belajar dari dan dengan orang lain. Individu adalah partisipan dari kelompok, organisasi dan anggota masyarakat melalui partisipasi berbagi simbol dengan orang lain, kelompok, organisasi dan masyarakat. Simbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan kita adaptasi. Melalui komunikasi budaya diciptakan, dipertahankan dan dirubah. Budaya menciptakan cara pandang (point of view).

(10)

Komunikasi antar manusia berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap individu sangat beragam mulai dari komunikasi antar pribadi, kelompok, organisasi, dan massa.

7. Self reference

Perilaku dan simbol-simbol yang digunakan individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya, artinya sesuatu yang kita katakan dan lakukan dan cara kita menginterpretasikan kata dan tindakan orang adalah refleksi makna, pengalaman, kebutuhan dan harapan-harapan kita.

8. Self reflexivity

Kesadaran diri (self-cosciousnes)merupakan keadaan dimana seseorang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Inti dari proses komunikasi adalah bagaimana pihak-pihak memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungannya dan itu berpengaruh pada komunikasi.

9. Inevitability

Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan apapun tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkap suatu makna komunikasi.

2.3 Eskalasi Hubungan dalam Komunikasi Antarpribadi

Pada hubungan komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu sama lain. Masing-masing mencoba mengerti bagaimana pihak lainnya bertindak sebagai individu. Pengertian hubungan merupakan sejumlah harapan yang dua orang miliki bagi perilaku mereka didasarkan pada pola interaksi antara mereka. Hubungan antarpribadi dapat juga didefinisikan sebagai serangkaian interaksi antara dua individu yang saling mengenal satu sama lain. Hubungan yang baik ialah dimana interaksi sifatnya memuaskan dan sehat bagi mereka yang terlibat interaksi tersebut. Kebanyakan orang yang berakal sehat sadar dan tahu benar bahwa suatu hubungan memerlukan usaha. Para perilaku komunikasi yang berinteraksi perlu menyediakan waktu dan usaha untuk memelihara hubungan fungsional yang memuaskan. Tanpa usaha semacam itu hubungan cenderung memburuk. Fajar (2009 : 86), menyebutkan bahwa tahapan-tahapan dalam komunikasi antar pribadi dimulai dari kontak (first impression), perkenalan, pertemanan, puncak (decline), dan perpecahan.

(11)

ada kesempatan, tetapi interaksi kita dengan mereka terbatas. Namun, setelah perjalanan waktu, beberapa kenalan bisa menjadi teman kita. Teman adalah mereka dengan siapa kita mengadakan hubungan yang lebih pribadi secara sukarela. Sebagaimana persahabatan berkembang, seseorang bergerak kea rah interaksi yang kurang terikat kepada peran. Agar persahabatan tersebut berkembang, Samter (Budyatna & Laila, 2011 : 38) menjelaskan lima kompetensi penting perlu untuk hubungan persahabatan, yaitu :

a. Inisiasi, dimana seseorang harus berhubungan atau berkenalan dengan orang lain dan interaksi harus berjalan mulus, santai, dan menyenangkan.

b. Sifat mau mendengarkan, masing-masing harus saling mendengarkan kepada yang lain. Adalah sulit untuk menjalin persahabatan kepada orang yang hanya focus pada dirinya sendiri atau masalahnya sendiri.

c. Pengungkapan diri, kedua belah pihak mampu mengungkapkan perasaannya satu sama lain.

d. Dukungan emosional, setiap orang selalu mengahrapkan mendapatkan kenyamanan dan dukungan dari temannya.

e. Pengelolaan konflik, persahabatan bergantung juga pada keberhasilan menangani hal-hal yang tidak disetujui atas salah satu perilaku atau suatu gagasan.

Sahabat kental adalah mereka yang jumlahnya terbatas, dengan siapa seseorang secara bersama-sama mempunyai komitmen tingkat tinggi, saling ketergantungan, saling percaya, pengungkapan, dan kesenangan di dalam persahabatan. Namun bentuk hubungan tersebut dialami berbeda antara wanita dan laki-laki dengan karakteristik norma masing-masing (faminity and masculinity). Wanita cenderung mengembangkan hubungan akrab dengan lainnya atas dasar percakapan, siat terbuka dengan yang lainnya, dan saling berbagi perasaan pribadi atau kaum wanita lebih cennderung mengedepankan sifat ke”kita”an. Sedangkan laki-laki cenderung mengembangkan persahabatan akrab melalui aktivitas bersama. Bagi laki-laki, teman karib ialah orang yang dapat bergantung padanya untuk menolong keluar dari kesulitan dan orang yang secara teratur dalam melaksanakan aktifitas bersama secara menyenangkan.

(12)

komunikasi maupun data psikologis. Dalam memprediksi profil orang lain, pesan disampaikan sebagaimana penafsiran terhadap lawan bicara. Dalam proses komunikasi tersebut, pesan akan bernilai jika komunikator mampu menggunakannya secara efektif jika lawan komunikasi memperoleh informasi lebih lanjut.

Ada beberapa ciri mengenai proses pengembangan (Budyatna & Laila, 2011 : 45); pertama, orang kadang-kadang lalai mempertimbangkan sifat transaksi proses-proses ini, sementara memahami mengapa seseorang memutuskan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain lebih bermanfaat untuk diperhatikan. Kedua, pengembangan hubungan sangatlah kompleks. Maksudnya yaitu penjelasan bagaimana hubungan dikembangkan sangat bebas, ditentukan oleh situasi dan kondisi atau faktor-faktor yang mempengaruhi keduanya dalam membangun prediksi akan profil komunikan, sehingga bisa saja terjadi kurangnya saling pengertian karena akurasi komunikasi sangat kurang. Dan ketiga, setiap pendekatan pada pengembangan hubungan harus dibedakan antara kondisi dan proses pengembangan antarpribadi dan non-antarpribadi (impersonal).

Menurut penjelasan diatas, Istilah eskalasi menjelaskan sebuah aspek mengenai proses pengembangan yang memiliki analogi. Apabila dikatakan terjadi eskalasi hubungan, maka maksudnya yakni hubungan itu mengalami kemajuan pada tingkat yang mantap secara berkesinambungan. Akan tetapi hubungan tersebut bisa saja tumbuh oleh karena adanya variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antarpribadi seperti kepercayaan, kesukaan, kecemburuan, ketepatan komunikasi atau pengertian pesan satu sama lain. Keuntungan juga penting dalam eskalasi hubungan. Eskalasi dapat ditafsirkan sebagai perolehan keuntungan yang besar secara cepat. Eskalasi juga bisa berasal dari penemuan potensi, maka orang mau mengekskalasikan hubungan mereka untuk mendapatkan potensi ini.

2.4. Komunikasi Antarbudaya Konteks Tinggi dan Konteks Rendah

(13)

Komunikasi konteks tinggi merupakan komunikasi di mana sebagian besar informasi diketahui orang tersebut, dan hanya sedikit yang dibagikan sebagai bagian dari pesan (Samovar, Porter and McDaniel, 2010 :257). Dengan kata lain, arti dari informasi yang dipertukarkan selama interaksi tidak harus dikomunikasikan dengan kata-kata. Dalam budaya konteks tinggi, komunikasi difokuskan lebih kepada bagaimana pesan tersebut disampaikan daripada apa yang dikatakan serta waspada terhadap isyarat nonverbal. Dalam budaya konteks tinggi, komunikasi yang dilakukan cenderung kurang terbuka, mereka menganggap konflik berbahaya pada semua jenis komunikasi (Samovar,Porter and McDaniel, 2010 : 257).

Bagi masyarakat yang menganut budaya ini, konflik dipandang harus dihadapi dengan hati-hati. Beberapa negara yang tergolong menganut budaya ini adalah Amerika Indian, Amerika Latin, Jepang, China, Afrika-Amerika, Korea, termasuk Indonesia (Samovar, Porter and McDaniel, 2010 : 258). Sedangkan komunikasi konteks rendah merupakan komunikasi yang mana jumlah informasi lebih besar dari yang disampaikan. Atau, dalam komunikasi konteks rendah, pesan verbal mengandung banyak informasi dan hanya sedikit yang tertanam dalam konteks atau peserta (Samovar & Porter, 2010 : 257). Contoh masyarakat konteks rendah adalah masyarakat Amerika yang lebih bergantung pada perkataan yang diucapkan dibanding perilaku nonverbal untuk menyatakan pesan. Beberapa negara yang tergolong menganut budaya konteks rendah adalah Jerman Swiss, Skandinavia dan Amerika Utara (Samovar, Porter and McDaniel, 2010 : 258).

2.5 Teori Self Disclosure

(14)

komunikasii dimana informasi mengenai diri (self) yang biasanya disembunyikan diri orang lain, kini dikomunikasikan kepada orang lain (Rakhmat, 2007:108). Josep Luft mengemukakan teori Self Disclosure berdasarkan pada modal interaksi model interaksi manusia yang di sebut Johari Window.

Diketahui oleh diri sendiri Tidak Diketahui oleh diri sendiri

Diketahui oleh orang lain

Tidak diketahui oleh orang lain

Gambar 1. Jendela Johari

Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan secara skematis seperti terlihat pada skema di atas. Bidang I, yakni Bidang Terbuka (Open Area) menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, juga oleh orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan, dengan lain perkataan tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.

Bidang II, yakni Bidang Buta (Blind Area) menggambarkan bahwa kegiatan seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menyadari apa yang ia lakukan. Bidang III, yakni Bidang Tersembunyi (Hidden Area) yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya olehnya, tetapi tidak dapat diketahui oleh orang lain. Ini berarti bahwa orang seperti itu bersikap tertutup. Bidang IV, adalah Bidang Tak Dikenal (Unknown Area). Bidang ini menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain.

1

Terbuka

2 Buta 3

Tersembunyi

4

(15)

2.6 Teori Penetrasi Sosial

Terdapat tingkatan-tingkatan pengungkapan diri yang berbeda dalam proses komunikasi antarpribadi, diantaranya :

a. Basa-basi yang merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah atau dangkal, walaupun terdapat keterbukaan diantara individu, terapi tidak terjadi hubungan antar pribadi. Masing-masing individu berkomunikasi basa-basi sekedar kesopanan.

b. Membicarakan orang lain yang diungkapkan dalam komunikasi hanyalah tentang orang lain atau hal-hal yang diluar dirinya. Walaupun pada tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini individu tidak mengungkapkan diri.

c. Menyatakan gagasan atau pendapat sudah mulai dijalin hubungan yang erat. Individu mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain.

d. Perasaan: setiap individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat setiap individu dapat berbeda-beda. Setiap hubungan yang menginginkan pertemuan antar pribadi yang sungguh-sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan menyarankan perasaan-perasaan yang mendalam.

e. Hubungan puncak: pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam, individu yang menjalin hubungan antar pribadi dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak.

Alman dan Taylor (Richard, W., & Turner, L.H, 2008 :198), mengemukakan suatu model perkembangan hubungan dengan pengungkapan diri sebagai media utamanya. Proses untuk mencapai keakraban hubungan antar pribadi disebut dengan istilah penetrasi sosial. Penetrasi sosial ini terjadi dalam dua dimensi utama yaitu keluasan dan kedalaman. Dimensi keluasan yaitu dimana seseorang dapat berkomunikasi dengan siapa saja baik orang asing atau dengan teman dekat. Sedangkan dimensi kedalaman dimana seseorang berkomunikasi dengan orang dekat, yang diawali dan perkembangan hubungan yang dangkal sampai hubungan yang sangat akrab, atau mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi tentang dirinya. Pada umumnya ketika berhubungan dengan orang asing pengungkapan diri sedikit mendalam dan rentang sempit (topik pembicaraan sedikit). Sedangkan perkenalan biasa, pengungkapan diri lebih mendalam dan rentang lebih luas. Sementara hubungan dengan teman dekat ditandai adanya pengungkapan diri yang mendalam dan rentangnya terluas (topik pembicaraan semakin banyak).

(16)

perkembangan hubungan, yaitu proses di mana orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi (Richard, W., & Turner, L.H., 2008 :200).

Perkembangan hubungan sebagaimana dimaksudkan tadi, oleh Irwin

Altman dan Dalmas Taylor, berlangsung dalam empat tahap. Tahapan mana,

perkembangan hubungan itu dianalogikannya dengan sebuah bawang merah yang

memiliki lapisan-lapisan kulit. Dengan analogi tersebut, maka dijelaskan

bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupasi lapisan-lapisan informasi

mengenai diri masing-masing. Ini pulalah apa yang dimaksudkan dengan

penetrasi itu, yakni proses pengelupasan bagian-bagian informasi setiap individu

dari suatu pasangan secara perlahan.

Pada lapisan pertama atau terluar kulit bawang (tahap pertama), maka

informasinya bersifat superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain

seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya. Biasanya informasi

demikian kerap mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita

kenal. Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi. Tahap kedua (lapisan

kulit bawang kedua) disebut dengan tahap pertukaran afektif eksploratif. Tahap ini

merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan perpindahan ke tingkat

pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap tersebut, di

antara dua orang yang berkomunikasi, misalnya mulai bergerak mengeksplorasi

ke soal informasi yang berupaya menjajagi apa kesenangan masing-masing.

Misalnya kesenangan dari segi makanan, musik, lagu, hobi, dan lain sejenisnya.

Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni tahap pertukaran afektif.

Pada tahap ini terjadi peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi, misalnya

tentang informasi menyangkut pengalaman-pengalaman privasi masing-masing.

Jadi, di sini masing-masing sudah mulai membuka diri dengan informasi diri yang

sifatnya lebih pribadi, misalnya seperti kesediaan menceritakan tentang problem

pribadi. Dengan kata lain, pada tahap ini sudah mulai berani “curhat”.

Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga

dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat

intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan

tindakan-tindakan dan respon mereka masing-masing dengan baik. Informasi yang

(17)

Gambar

Gambar 1. Jendela Johari

Referensi

Dokumen terkait

4 Diperkuat dengan data Kementerian Pariwisata Indonesia, jumlah tersebut mengacu pada fakta bahwa di antara 6,8 Milyar penduduk dunia, terdapat 1,6 Milyar

Analisis data statistik dengan menggunakan uji t dari aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun pacar air terhadap Escherichia coli multiresisten dan Staphylococcus aureus

Penggunaan Urine sapi sebagai campuran biopestisida mengandung zat perangsang tumbuh dan mengandung zat penolak untuk beberapa jenis serangga hamaPenelitian ini bertujuan

1. Susilo Andi Darma, SH., M.Hum. Nabiyla Risfa Izzati, S.H., LL.M. Rihma Nurohmah Tinjauan Yuridis Terhadap Pengecualian Jaminan Kesehatan Bpjs Bagi Penderita Gangguan Kesehatan

19 .Menurut pendapat Anda , apakah materi pela jaran Idisiplin. kerjaqbermanfaat untuk meningkatkan kualitas kerja

OSIS merupakan organisasi siswa yang sah di sekolah. OSIS adalah kependekan dari Organisasi Siswa Intra Sekolah. Kata “organsisasi” menunjukkan bahwa OSIS merupakan

pengklasifikasian bentuk tubuh yang dimiliki orang pada

Dari tabel di atas, nilai F menunjukkan angka sebesar 9.282 dengan nilai signifikansi 0.000 (sig < 0.05) menunjukkan bahwa model ini dapat digunakan untuk