• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari seluruh proses pelaksanaan program Desa Mandiri Energi (DME), transfer teknologi perlu dilihat sebagai bagian inti dari program, mengingat bila transfer teknologi (proses difusi adopsi inovasi) tidak berjalan dengan baik, maka keberlanjutan program akan terhambat atau lebih parah lagi program akan gagal. Sedangkan aspek keterlibatan masyarakat setempat dan kebijakan kelembagaan merupakan faktor pendukung utama bagi keberhasilan transfer teknologi.

Kebijakan membangun Demonstration Plot (demplot) dalam program DME berbasis Nyamplung merupakan pilihan yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat; karena demplot dapat menjadi metode pembelajaran masyarakat yang efektif dan efisien untuk mengetahui demonstrasi cara dan demonstrasi hasil dari teknologi inovasi silvoindustri pengolahan nyamplung menjadi bahan bakar nabati atau biofuel. Demplot dalam penyuluhan (Adjid 2001) berguna untuk (1) meyakinkan petani nelayan tentang suatu cara yang lebih baik atau efektif, (2) menunjukan hasil dari cara kerja baru yang lebih banyak dan lebih baik, (3) memperlihatkan keuntungan dari suatu anjuran baru, (4) membuka dan memperluas kesempatan bagi petani nelayan berperan aktif dalam pembangunan, dan (5) membuka dan memperluas kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani nelayan secara lebih nyata.

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam penyuluhan mempunyai beberapa manfaat dan pembatas. Manfaat demonstrasi diantaranya yaitu: (a) cukup efektif untuk mengajarkan suatu keterampilan; (b) dapat menumbuhkan kepercayaan diri; (c) dapat merangsang kegiatan baru lain; (d) dapat memberikan keterangan dengan fakta-fakta yang nyata; serta (e) dapat menumbuhkan kepemimpinan dan kebersamaan kelompok. Pembatas-pembatas dari penggunaan metode demonstrasi dalam penyuluhan diantaranya ialah (a) tidak dapat dipakai untuk semua kegiatan dalam penyuluhan; (b) memerlukan lebih banyak persiapan, peralatan dan keterampilan; (c) hasil yang ingin diperlihatkan dapat rusak karena adanya faktor-faktor di luar kekuasaan manusia; dan (d) apabila gagal, dapat merugikan kegiatan, proyek atau program penyuluhan selanjutnya.

Joshua et al. (1999) menyampaikan pendapat bahwa berbagai pendekatan pembangunan partisipatif terbiasa menggunakan agen perubah (change agents) yang berasal dari internal dan atau eksternal masyarakat yang bersangkutan; terkait dengan karakteristik pendekatan partisipatif yang digunakan. Sungguhpun demikian, masing-masing kelompok mempunyai keunggulan dan kelemahan, serta dapat dikombinasikan diantara keduanya; sehingga kedua tipe pendekatan metode pengembangan tersebut sebenarnya merupakan alternative pilihan yang

3

Bagian dari bab ini telah ditulis sebagai artikel il iah berjudul Kajia Keterlibata Masyarakat Desa Huta

Mengembangkan Silvoindustri Biofuel Nyamplung (Callophyllum innophylum L) Berkelanjutan (Study on Involvement of

Forest Village Community to Support Sustainable Nyamplung (Callophyllum innophylum L) Biofuel Silvoindustry) dan

telah diterbitkan oleh Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2014

56

sama-sama dapat dipergunakan. Kebijakan pemilihannya tentu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Peran penyuluh sebagai agen pembangunan tidak diragukan lagi, sangat diperlukan guna mendukung revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan serta melaksanakan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Kemampuan tenaga penyuluh kehutanan yang (akan) ditugaskan tentunya perlu dipersiapkan terlebih dahulu, terutama kemampuan melaksanakan pendekatan penyuluhan sistem agribisnis, didukung sarana dan prasarana kerja yang memadai (Suparta et al. 2010).

Perubahan paradigma pembangunan pertanian, kehutanan dan perdesaan ke arah desentralisasi, peningkatan daya saing, dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, membawa konsekuensi terhadap paradigma penyuluhan. Memasuki era otonomi daerah, terjadi perubahan kelembagaan penyuluhan dan peran penyuluh. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam beberapa dekade ini telah berpengaruh terhadap perubahan perilaku masyarakat. Meningkatnya aksesibilitas kawasan dan keterdedahan masyarakat atas informasi yang ada juga sangat mendukung percepatan perubahan perilaku tersebut. Di bidang pertanian, perubahan perilaku petani digerakkan melalui upaya penyuluhan pertanian. Akan tetapi, dalam dekade terakhir ini model penyuluhan konvensional sebagai bagian strategis dalam proses pembangunan mulai dipertanyakan relevansinya, dan bahkan di beberapa tempat muncul keinginan untuk memarjinalkan peran penyuluhan. Penyuluhan dianggap tidak mampu memberikan peran yang bermakna bagi proses pembangunan dan mobilisasi dana pembangunan, dan karenanya tidak diperlukan.

Di sisi lain, Patton (1993) dan Miller (1993) dalam P3P Unram (2007) menganggap bahwa penyuluhan menjadi organisasi masa depan. Bagaimana masyarakat pertanian di masa yang akan datang ditentukan oleh bagaiamana lembaga penyuluhan memainkan peranannya. Dalam perspektif mereka penyuluhan harus mengalami pergeseran paradigma, kalau peran strategis itu mau diwujudkan. Beberapa pergeseran itu adalah: (1) Penyuluhan bergeser dari pendekatan top-down kepada pendekatan partisipatif, (2) dari parsial kepada

holistik dan sistem, (3) dari “pengajaran dan training” kepada “pembelajaran dan fasilitasi”, dan (4) dari pendekatan disiplin kepada multidisiplin.

Lebih lanjut, lembaga Canadian Renewable Energi Alliance, suatu forum kerjasama organisasi riset dan kemasyarakatan di Kanada, merekomendasikan

pentingnya “Community Power” untuk pengembangan strategi pengembangan

energi baru terbarukan di Kanada. The Community Power didefinisikan sebagai kepemilikan serta pengawasan demokratis secara lokal dengan melibatkan masyarakat lokal, untuk mengelola keseimbangan the objectives of Canada’s

Energi Policy berupa ensuring security, prosperiy and the protection of the environment (Doukas 2006).

Pembangunan demplot DME Nyamplung di Desa Buluagung dan Desa Patutrejo secara fisik telah selesai dilaksanakan. Adapun perkembangan demplot belum mencapai kondisi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebagaimana terangkum pada Tabel 6, diantaranya pabrik yang tidak beroperasi dan pasokan

57 bahan baku yang tidak lancar. Kondisi tersebut berakibat menghambat keberlanjutan demplot itu sendiri. Pada sisi kelembagaan pengelola demplot, pasokan bahan baku, pemanfaatan limbah untuk menghasilkan produk ikutan sangat memerlukan keterlibatan aktif masyarakat. Dapat dikatakan pula bahwa keterlibatan masyarakat merupakan hal yang menentukan terhadap keberlanjutan demplot. Oleh karena itu, penting untuk diteliti tentang keterlibatan masyarakat dalam mendukung keberlanjutan demplot DME Nyamplung.

Keterlibatan masyarakat dipengaruhi oleh karakteristik inovasi teknologi, peranan demplot, fasilitasi yang dilakukan tokoh masyarakat dan karakteristik ciri individu. Kondisi masing-masing peubah baik yang mempengaruhi maupun yang dipengaruhi akan menjadi bahan untuk merumuskan strategi penyuluhan yang akan dilakukan guna mewujudkan Sylvoindustri Biofuel Nyamplung yang berkelanjutan (Gambar 6). Definisi konseptual dan operasional peubah diuraikan tersendiri pada paragraf berikutnya.

Gambar 6 Kerangka studi hubungan antar peubah penelitian.

X1: Karakteristik Inovasi Teknologi Nyamplung X1.1 Keuntungan relatif X1.2 Kompabilitas X1.3 Kerumitan X1.4 Dapat Dicoba X1.5 Dapat Diamati

X2: Peranan Demplot Nyamplung X2.1 Mengembangkan motivasi X2.2 Menyediakan materi informasi X2.3 Mengembangkanmetode usaha X2.4 Mengembangkan alat bantu X2.5 Mengembangkan jejaring kerja

X3: Fasilitasi Tokoh Masyarakat X3.1 Perolehan informasi X3.2 Perolehan perrmodalan X3.3 Penguasaan IPTEKS X3.4 Pengembangan kelembagaan X3.5 Pengembangan pemasaran

X4: Karakteristik Ciri Individu dan Kondisi Sosek Rumah Tangga X4.1 Umur

X4.2 Anggota rumah tangga X4.3 Pendidikan formal/non formal X4.4 Kekosmopolitan

X4.5 Pendapatan/ Pemilikan barang

Y1: Keterlibatan Masyarakat dalam Silvoindustri biofuel

Nyamplung

- Otonomi lembaga dalam pengambilan keputusan - Adaptabilitas

- Kompleksitas

- Kekompakan-Keselarasan

- Eksklusivitas

Desain Strategi Penyuluhan Pengembangan Silvoindustri Nyamplung Berkelanjutan

58

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah:

1. Menganalisis keterlibatan masyarakat desa hutan daerah pesisir di lokasi demplot dalam mendukung difusi adopsi silvoindustri biofuel nyamplung. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keterlibatan masyarakat

terhadap keberlanjutan demplot DME Nyamplung di Desa Buluagung dan di Desa Patutrejo.

Metode Penelitian

Pendekatan dan Tahapan Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional dan mengambil lokasi desa pelaksana demplot nyamplung. Penelitian dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Penelusuran data sekunder pembangunan Demplot DME Nyamplung dan merangkum laporan, hasil studi dan hasil evaluasi sebelumnya.

(2) Penentuan populasi penelitian secara purposive yaitu seluruh (a) masyarakat (petani), (b) tokoh kunci (pemimpin) masyarakat, dan (c) pengurus Demplot DME BBN Nyamplung; yang pernah terlibat di dalam kegiatan pembangunan Demplot DME BBN nyamplung di desa penelitian. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Desa Buluagung dan Desa Patutrejo.

(3) Penentuan sampel penelitian sebanyak 62 orang yang dipilih secara purposive proporsional dari setiap kelompok (cluster) populasi penelitian di kedua desa penelitian dengan intensitas sampel yang telah ditetapkan yaitu sebesar 30 persen atau sebanyak 30 orang dan 32 orang per satu desa penelitian (gambaran umum responden diuraikan pada paragraf tersendiri).

(4) Survey dilakukan terhadap sampel penelitian dengan instrumen kuesioner yang telah disiapkan, dilengkapi dengan observasi, wawancara dan diskusi. (5) Menganalisis temuan lapangan dan mengklarifikasi hasil analisis temuan

lapangan menggunakan teknik trianggulasi melalui suatu Focused Group Discussion (FGD) Tingkat Desa.

(6) Mensintesis hasil analisis data temuan lapangan, termasuk menjadikannya sebagai bahan penulisan artikel untuk seminar dan jurnal-jurnal ilmiah. Hasil selanjutnya dikemas untuk memberikan kontribusi pada pengembangan teori dan konsep ilmu penyuluhan, serta rekomendasi untuk pengambil keputusan di Kementerian Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Pemerintah Daerah terkait silvoindustri biofuel Nyamplung.

Instrumen dan Peubah Penelitian

Substansi penelitian dirangkum berdasarkan pengkajian awal berbasis data sekunder. Persoalan-persoalan yang dihadapi oleh pembangunan Demplot DME di desa penelitian dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok permasalahan utama, masing-masing ialah permasalahan transformasi teknologi (potensi inovasi biofuel Nyamplung), peranan Demplot DME sebagai metode penyuluhan, fasilitasi dari para pihak (stakeholders), serta keterlibatan masyarakat desa dalam silvoindustri biofuel Nyamplung. Permasalahan-permasalahan ini dijadikan dasar penentuan peubah penelitian.

59 Peubah-peubah penelitian ini terdiri atas 4 (empat) peubah pengaruh, yaitu: (1) Karakteristik inovasi teknologi nyamplung sebagai biofuel; (2) Peranan demplot DME berbasis Nyamplung dalam penyuluhan pengembangan biofuel nyamplung; (3) Peranan fasilitasi penyuluh dan tokoh masyarakat dalam diseminasi biofuel nyamplung, dan (4) Karakteristik ciri individu anggota dan kondisi sosial ekonomi Rumah Tangga masyarakat; dan satu peubah terpengaruh yaitu peubah Keterlibatan Masyarakat dalam demplot DME silvoindustri biofuel Nyamplung. Keterkaitan antar varibel penelitian disajikan dalam Gambar 7.

Peubah-peubah penelitian ini terdiri atas 4 (empat) peubah pengaruh, yaitu: (1) Karakteristik inovasi teknologi nyamplung sebagai biofuel; (2) Peranan demplot DME berbasis Nyamplung dalam penyuluhan pengembangan biofuel nyamplung; (3) Peranan fasilitasi dari penyuluh dan tokoh masyarakat dalam diseminasi biofuel nyamplung, dan (4) Karakteristik ciri individu anggota dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga masyarakat; dan satu peubah terpengaruh yaitu keterlibatan masyarakat dalam silvoindustri biofuel Nyamplung.

Konseptualisasi masing-masing peubah, terkait dengan artikel pada Bab 3, Bab 4, dan Bab 5 dalam penelitian ini; diuraikan sebagai berikut:

1) Karakteristik Inovasi Teknologi Nyamplung (X1) adalah penilaian terhadap karakteristik keunggulan inovasi teknologi biofuel Nyamplung sebagai sumberdaya energi baru dan terbarukan (renewable resources), yang terdiri dari keuntungan relatif, kompatibilitas, kerumitan, dapat dicoba, dan dapat diamati. Definisi operasional, parameter dan kategori peubah teramati karakteristik inovasi nyamplung (X1) dapat dilihat pada Tabel 2.

2) Peranan Demplot DME Nyamplung sebagai Metode Penyuluhan Pembangunan (X2) ialah penilaian terhadap peran Demplot DME Nyamplung dalam proses adopsi difusi inovasi teknologi biofuel Nyamplung pada individu dan masyarakat, terdiri dari pengembangan motivasi, penyedia materi penyuluhan, pengembang metode penyuluhan, pengembang media/alat bantu, pengembang jejaring kerja. Definisi operasional, parameter dan kategori peubah teramati peranan demplot DME nyamplung (X2) dapat dilihat pada Tabel 3.

3) Karakteristik ciri individu dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani (X3) adalah penilaian karakteristik individu atau rumah tangga petani sebagai subyek-obyek silvoindustri Nyamplung.

4) Fasilitasi Pendampingan Masyarakat adalah penilaian terhadap keberadaan dan peranan tokoh-tokoh masyarakat memfasilitasi masyarakat mendukung pengembangan silvoindustri biofuel Nyamplung (X4).

5) Keterlibatan masyarakat adalah penilaian terhadap kesediaan dan kesiapan masyarakat desa mendukung silvoindustri biofuel Nyamplung (Y).

Instrumen penelitian (kuesioner) disusun berdasarkan kajian literatur (tinjauan pustaka). Kuesioner untuk menjaring data kuantitatif menggunakan skala Likert. Sugiono (2001) mengemukakan bahwa pengukuran dengan menggunakan skala Likert banyak digunakan mengukur fenomena atau gejala-gejala sosial.

Konseptualisasi Peubah Penelitian

Definisi konseptual dan definisi operasionalisasinya (peubah teramati, parameter dan kategori pengukuran) sebagai berikut:

60

1. Peubah Karakteristik Inovasi Teknologi Nyamplung. Definisi Konseptual

Definisi konseptual potensi inovasi teknologi Nyamplung sebagai suatu energi baru dan terbarukan adalah penilaian terhadap karakteristik keunggulan inovasi teknologi biofuel Nyamplung sebagai sumberdaya energi baru dan terbarukan (renewable resources).

Definisi Operasional

Definisi operasional potensi inovasi teknologi Nyamplung sebagai energi baru dan terbarukan adalah penilaian terhadap indikator-indikator (1) keuntungan relatif, (2) kompatibilitas, (3) kerumitan, (4) dapat dicoba, dan (5) dapat diamati; dengan skor nilai yang diperoleh menggunakan kuesioner didukung wawancara, diskusi, dan observasi. Bentuk jawaban terbuka dengan empat pilihan skala jawaban yang terdiri dari: setuju sekali, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

2. Peubah Peranan Demplot DME Nyamplung. Definisi Konseptual

Definisi konseptual dari peubah Peranan Demplot DME Nyamplung sebagai Metode Penyuluhan Pembangunan ialah penilaian terhadap peran Demplot DME Nyamplung dalam proses adopsi difusi inovasi teknologi biofuel Nyamplung pada individu dan masyarakat.

Definisi Operasional

Definisi operasional peranan Demplot BBN Nyamplung adalah penilaian terhadap indikator (1) pengembang motivasi, (2) penyedia materi, (3) pengembang metode, (4) pengembang alat bantu, dan (5) pengembang jejaring kerja penyuluhan; dengan skor nilai yang diperoleh dari kuesioner didukung dengan hasil wawancara, diskusi, dan observasi. Bentuk jawaban terbuka dengan empat skala jawaban terdiri dari pilihan: setuju sekali, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

3. Peubah Karakteristik Ciri Individu Petani dan Kondisi Sosial Ekonomi (sosek) Rumah Tangga.

Definisi Konseptual

Definisi konseptual karakteristik ciri individu dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani adalah penilaian karakteristik individu atau rumah tangga petani sebagai subyek-obyek silvoindustri Nyamplung.

Definisi Operasional

Definisi operasional karakteristik ciri individu dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani adalah penilaian karakteristik individu petani melalui penilaian terhadap indikator-indikator (1) umur, (2) jumlah anggota keluarga, (3) pendidikan, (4) kekosmopolitan, dan (5) pendapatan; dengan pengumpulan skor nilai menggunakan teknik kuesioner didukung wawancara, diskusi, dan observasi.

4. Peubah Fasilitasi Pendampingan Masyarakat. Definisi Konseptual

61 Definisi konseptual peubah Fasilitasi Pendampingan Masyarakat adalah penilaian terhadap keberadaan dan peranan tokoh masyarakat memfasilitasi masyarakat mendukung pengembangan silvoindustri biofuel Nyamplung. Definisi Operasional

Definisi operasional peubah Fasilitasi Pendampingan Masyarakat adalah penilaian terhadap indikator-indikator (1) fasilitasi informasi, (2) fasilitasi permodalan, (3) fasilitasi IPTEK, (4) fasilitasi kelembagaan dan manajemen, dan (5) fasilitasi pemasaran; dengan skor hasil penilaian kuesioner didukung wawancara, diskusi, dan observasi.

5. Peubah Keterlibatan Masyarakat. Definisi Konseptual

Definisi konseptual peubah keterlibatan masyarakat adalah penilaian terhadap kesediaan dan kesiapan masyarakat desa mendukung silvoindustri biofuel Nyamplung.

Definisi Operasional

Definisi operasional peubah keterlibatan masyarakat adalah penilaian terhadap indikator-indikator: (1) Otonomi dari kelembagaan masyarakat; (2) Adaptabilitas kegiatan bisnis dengan usaha sebelumnya; (3) Kompleksitas atau kerumitan bisnis; (4) Kekompakan atau kebersamaan; (5) Keselarasan atau kesesuaian usaha; dan (6) Eksklusivitas usaha.

Peubah teramati, definisi operasional, parameter pengukuran dan kategori pengukuran masing masing peubah sebagaimana tertuang pada Tabel 7.

62

Tabel 7 Peubah Teramati, Definisi Operasional, Parameter Pengukuran dan Kategori Pengukuran

Peubah Teramati Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori Pengukuran Karakteristik Inovasi Nyamplung

X 1.1 Keuntungan Relatif Tingkat keuntungan relatif yang potensial bagi individu petani

Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X 1.2 Kompatibilitas Tingkat kesesuaian dengan usaha tani yang diusahakan Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X 1.3 Kerumitan Tingkat kerumitan teknologi nyamplung yang diusahakan Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X. 1.4 Dapat Dicoba Tingkat kesempatan mencoba teknologi nyamplung Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X 1.5 Dapat Diamati Tingkat kesempatan mengamati proses silvoindustri

nyamplung

Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval

Peranan Demplot DME Nyamplung

X 2.1 Pengembang motivasi Peran Demplot mengembangkan motivasi individu Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X 2.2 Penyedia Materi

Penyuluhan

Peran Demplot sebagai penyedia materi atau informasi penyuluhan

Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X 2.3 Pengembang Metode

Penyuluhan

Peran Demplot dalam mengembangkan metode penyuluhan

Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X. 2.4 Pengembang Media/

Alat Bantu

Peran Demplot dalam mengembangkan media/alat bantu Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X 2.5 Pengembang Jejaring

Kerja

Peran Demplot dalam mengembangkan jejaring kerja Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval

Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga

X 3.1 Umur Masa hidup yang dilalui telah dilalui responden Dihitung dari tahun kelahiran dan dibulatkan ke

ulang tahun yang terdekat

Rasio X 3.2 Jumlah Anggota

Keluarga

Banyak orang tinggal dalam satu rumah dan menjadi beban hidup

Dihitung berdasarkan jumlah orang yang menjadi tanggungan

Rasio X 3.3 Pendidikan Pendidikan formal dan non formal yang pernah diikuti

olehResponden

Dihitung berdasarkan jenjang pendidikan formal dan pelatihan

Rasio X 3.4 Kekosmopolitan Keterbukaan terhadap dunia diluar lingkungan hidupnya Dihitung berdasarkan intensitas bergaul mencari

informasi dan sosialisasi

Rasio

X 3.5 Pendapatan Jumlah banyaknya uang yang diterima oleh respoden

setiap bulan

Dihitung berdasarkan jumlah uang yang diterima rumah tangga sebulan

63 Peubah Teramati Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori Pengukuran Pendamping Masyarakat X 4.1 Fasilitas informasi

Keberadaan pendamping memberi informasi yang diperlukan

Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval

X 4.2 Fasilitasi Permodalan Keberadaan pendamping memberi permodalan yang diperlukan

Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X 4.3 Fasilitasi Ilmu

Pengetahuan & Teknologi

Keberadaan pendamping memberi permodalan yang diperlukan

Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X. 4.4 Pengembang

Media/Alat Bantu

Keberadaan pendamping memberi penguatan kelembagaan dan menejemen

Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval X 4.5 Fasilitasi Pemasaran Keberadaan pendamping memberi bantuan pemasaran Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval

Keterlibatan Masyarakat

Y 1 Otonomi Kemandirian lembaga pengelola Demplot DME

Nyamplung

Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval

Y 2 Adaptabilitas Adaptasi Demplot DME terhadap Usaha Tani yang

diusahakan

Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval Y 3 Kompleksibilitas Kerumitan usaha silvoindustri biofuel nyamplung Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval Y 4 Kekompakan (coherence) Kebersamaan dalam usaha biofuel nyamplung Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval Y 5 Keselarasan (congruence) Kesesuaian usaha biofuel nyamplung Dihitung berdasarkan skor persepsi responden Interval

64

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Masrun (1979) dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang masih merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Item-item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0.3. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total lebih besar dari 0.3, maka butir dalam instrumen dianggap valid. Pengujian validitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan rumus korelasi product moment:

rxy = koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total N = jumlah responden

Xi = skor responden pada butir nomor i Y = skor total responden

Dengan hipotesis statistik:

Jika r hitung > r tabel maka valid, dan r hitung ≤ r tabel maka butir

pertanyaan dihilangkan atau diganti. Pada selang kepercayaan 95% (α=0.05)

untuk n = 10 diketahui r tabel = 0.635.

Menurut Effendi dan Singarimbun (1995), reliabilitas alat ukur adalah untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konstan apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih, atau sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pengukuran pertama disebut X sedangkan pengukuran kedua disebut Y. Uji reliabilitas kuesioner menggunakan metode Cronbach’s

Alpha dengan bantuan program SPSS versi 12.

Uji coba kuesioner dilakukan kepada 6 (enam) orang petani sampel di Desa Buluagung. Berdasarkan hasil uji coba kuesioner dapat disimpulkan bahwa kuesioner penelitian valid dan reliabel, karena besar rhitung (valid) berkisar antara (0.568 – 0.895) > 0.444 (titik kritis), demikian juga dengan hasil pengujian reliabilitas yang menunjukkan kuesioner ternyata reliabel dengan nilai koefisien berkisar antara (0.845 – 0.857). Hasil pengujian reliabilitas memperlihatkan bahwa instrumen penelitian yang digunakan sudah valid dan reliabel, karena nilai koefisien lebih besar dari nilai r tabel. Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas disajikan pada Lampiran 1.

65

Analisis Data

Pengolahan dan analisis data penelitian dilakukan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai: 1) menjelaskan gambaran umum demplot BBN Nyamplung terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat desa hutan di daerah penelitian, 2) mengidentifikasi dan menganalisis pihak yang terlibat, 3) memahami informasi teraktual mengenai kondisi pembangunan Demplot BBN Nyamplung, serta 4) mendeterminasi dan mengelompokkan faktor-faktor yang menjadi kendala pembangunan demplot BBN Nyamplung di daerah penelitian.

Estimasi atau pendugaan terhadap populasi (generalisasi) digunakan statistik inferensial berupa Korelasi Product Moment (Pearson). Pengujian hipotesis menggunakan bantuan program statistik SPSS atau PAS versi 12.0.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Responden

Jumlah responden penelitian ini ditetapkan sebanyak 62 (enam puluh dua) orang, yang dipilih secara purposif porposional; 30 orang responden berdomisili di Desa Buluagung dan 32 orang responden di Desa Patutrejo. Kriteria responden dikelompokkan berdasarkan sebaran umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan, status perkawinan dan kosmopolitan. Kuisioner untuk data sekunder sebagaimana Lampiran 3.

Kondisi responden sebagian besar termasuk golongan tenaga kerja usia produktif menunjukkan bahwa pekerjaan paket pembangunan demplot DME berbasis nyamplung lebih cocok atau lebih diminati oleh responden yang termasuk dalam kelompok usia produktif (31-50 tahun) (Tabel 8). Kegiatan pengumpulan buah nyamplung melibatkan juga anak-anak usia Sekolah Dasar (SD). Perbandingan responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 51 orang dan 11 orang. Tidak berimbangnya rasio jender responden menunjukan bahwa paket-paket kegiatan pembangunan Demplot DME pada tahap awal lebih cocok dan diminati atau lebih sesuai sebagai pekerjaan untuk kaum laki-laki. Tabel 8 Sebaran Umur Responden Penelitian

Kelas Umur (tahun) Jumlah Responden Presentase (%) < 30 31-50 >51 13 39 10 20.97 62.90 16.13 Jumlah 62 100.00

Pendidikan formal responden terdiri dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing 47, 10 dan 5 orang. Sebagian besar responden jarang mengikuti pendidikan non formal seperti pelatihan dan atau penyuluhan. Dalam kurun waktu

66

setahun terakhir, sebanyak 51 orang (82 persen) responden mengikuti pelatihan atau penyuluhan hanya sekali, 10 orang (16.13 persen) mengikuti 2-3 kali, dan hanya 1 orang (1.61 persen) responden yang mengikuti pelatihan atau penyuluhan sebanyak 6 kali. Kondisi ini memperlihatkan peluang masyarakat untuk mengikuti masih sangat kecil, sehingga perlu peningkatan kapasitas masyarakat dengan sistem pendampingan intensif. Tetapi tenaga fungsional penyuluh kehutanan di kedua desa penelitian sampai sekarang belum tersedia.

Pekerjaan tetap responden peserta pada umumnya adalah petani 25 orang, pedagang 23 orang, buruh 12 orang, dan pegawai negeri atau karyawan sebanyak 2 orang. Mengingat operasional kegiatan Demplot DME BBN nyamplung sampai sekarang belum intensif dan lancar, tidak ada responden yang bekerja penuh mengelola silvoindustri nyamplung. Berdasarkan pekerjaan tetap responden tersebut, dapat diketahui bahwa pekerjaan atau paket kegiatan pembangunan demplot DME nyamplung paling menarik bagi responden yang bekerja tetap

Dokumen terkait