• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ciptaannya Berdasarkan Stages Of Faith Menurut Paul J. Fritz.

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Skripsi: tidak diterbikan.

Wikipedia Online Encyclopedia (2005) http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi

Waktu dan Tempat Catatan

23-11-2006

Kompleks Perkantoran SEGERAK – Pancur Kasih,

Jl. Selat Sumba III, Pontianak.

Hari pertama kegiatan observasi. Saya mulai dengan memperhatikan suasana lingkungan ini secara umum:

•sangat santai, tidak ada aturan berbusana formal (santai tapi sopan) dan tidak ada hirarkisitas

•jam kantor nampaknya sangat fleksibel, dalam arti, ada waktu kerja formal (pk. 08.00 – 16.00 wib) tetapi tidak semua orang datang ataupun pulang pada waktu formal tersebut.

•ruang-ruang kerja diatur berdasarkan keperluan kerja, para aktivis kadang mereka berpindah tempat dengan leluasa

•egalitas (persamaan derajat) sangat tinggi, hampir tidak ada formallitas antara atasan dan bawahan

•komunikasi akrab dan dekat (informal) dalam suasana kekeluargaan •system kerja tim, walau tetap ada struktur unit, tetapi tidak terdapat

komunikasi formal yang nyata, kecuali diatas kertas (tetap ada birokrasi) •seorang staff menjelaskan bahwa promosi dan karir bukan ditentukan oleh

pimpinan, tapi atas dasar kepercayaan dari tim (teman-teman sejawat). Setiap setahun struktur unit akan dipilih kembali melalui sebuah rapat. Dalam rapat tersebut antara lain dilakukan evaluasi dan pemilihan individu yang akan menduduki jabatan dalam struktur lewat suara terbanyak. •Dalam setiap unit ada : Koordinator Program, Sekretaris, Bendahara, dan

Staff biasa.

•Di SEGERAK – Perkumpulan Pancur Kasih (PPK) ini secara umum ada 2 jenis/sifat unit, yakni; bisnis (sebagai support system bagi unit/bidang lain) dan non-bisnis (yang pendanaannya lewat sponsor /funding, tiap unit berbeda sumber fundingnya, diatur oleh PPK dan mengacu pada SEGERAK.

Waktu dan Tempat Catatan

24 -11-2006 Dari unit ke unit, kompleks perkantoran SEGERAK Jl. Selat Sumba III dan Jl. Budi Utomo, Pontianak.

Hari ini dilakukan perjalanan dari unit ke unit dan berakhir di kantor pusat SEGERAK. Tujuannya adalah untuk melihat secara lebih dekat lingkungan/kondisi kerja secara umum di SEGERAK sekaligus mendapatkan informasi tentang lembaga SEGERAK yang berbentuk Federasi. Beberapa catatan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

a.SEGERAK itu memayungi lebih dari 20 organisasi termasuk ada yang di luar kalimantan barat (ex. kalteng dan kaltim) yang mana sebagai bagian dari SEGERAK, visi misi dan spiritualitasnya masih tetap sama seperti sejarah awal berdirinya organisasi ini.

b.Perkumpulan Pancur Kasih terdiri dari 13 unit, dari semuanya hanya 4 unit saja yang merupakan organisasi yang istilahnya mempunyai sumber keuangan sendiri (menjalankan usaha yang menghasilkan keuntungan), 1 unit adalah yayasan persekolahan, sedangkan 8 unit lainnya merupakan lembaga nirlaba yang bergerak dalam usaha penyadaran dan pemberdayaan masyarakat dalam usaha menuju pembaharuan sistem ekonomi, politik (hukum), kebudayaan, pendidikan, dan lingkungan hidup. unit-unit tersebut sebagian besar bekerja sama dengan lembaga sponsor di luar negeri.

c.secara umum, spiritualitas serta visi-misi PPK ini dapat terbentuk karena berangkat dari satu kepedulian terhadap ketidakadilan sistem yang berlaku di negara ini, dalam masyarakat khususnya di kalimantan barat, kemudian secara lebih khusus melalui masing-masing bidang/unitnya PPK melakukan usaha nyata dengan melakukan berbagai kegiatan penyadaran dan pemberdayaan bagi anggota masyarakat yang menjadi mitranya. d.unit-unit di PPK dan bidang usahanya:

a. CU (Credit Union) Pancur Kasih yang merupakan koperasi simpan pinjam / kredit, diakui sebagai bentuk usaha ekonomi kerakyatan yang

b. BPR Pancur Banua Khatulistiwa

c. Koperasi Serba Usaha Pancur Dangeri yang antara lain menangani penjualan karet alam dan toko swalayan.

d. Percetakan Mitra Kasih - Majalah Kalimantan Review

e. Dana Solidaritas, yakni kegiatan pengumpulan dana abadi untuk semacam asuransi bagi anggota CU.

f. POR/AMA (Pemberdayaan Otonomi Rakyat) yang berafiliasi dengan AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara)

g. Lembaga Bela Banua Talino yang merupakan lembaga bantuan

hukum.

h. Pendidikan Kritis yang kegiatannya antara lain menggalang dana abadi untuk gerakan beasiswa anggotanya, serta memberikan berbagai pelatihan bagi para mahasiswa (anggotanya) dan pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti para guru di pedesaan (ex. tentang nilai, kepemimpinan, kepribadian dsb)

i. Pemberdayaan Pengelolaan Sumber Daya Alam Kerakyatan yang

kegiatannya antara lain melakukan pemetaan partisipatif dengan masyarakat pemilik tanah-tanah adat, mengadakan berbagai penyuluhan dan pelatihan tentang pengelolaan SDA.

j. Institute Dayakology yang melakukan berbagai research dan kegiatan lain (ex. seminar, penulisan dan penerbitan buku-buku) yang berkenaan dengan pelestarian dan pengembangan kebudayaan dayak. k. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

l. Sistem Hutan Kerakyatan yang kegiatannya memberdayakan

masyarakat dalam menjalankan hak dan kewajibannya atas tanah, alam dan lingkungannya terutama dalam menghadapi maraknya HTI, HPH, HPHH dan kegiatan pengrusakan lingkungan alam lainnya yang merugikan kehidupan masyarakat.

m. SMP/SMU St. F.Asisi

Walaupun tidak seberapa besar, sekolah ini menampung cukup banyak siswa, rata-rata 48 orang siswa dalam tiap kelas, yang setiap tingkat terdiri dari 4 kelas. Gedung sekolah pada pagi hari difungsikan untuk SMP, sedang pada sore hari untuk SMU. Sekolah ini tidak memberikan ujian masuk ataupun kriteria jumlah Nilai Ujian tertentu bagi para calon siswa yang ingin mendaftar. Karena mereka memegang prinsip bahwa pendidikan yang mereka lakukan khususnya untuk membantu ’mereka’ yang ’bodoh’ agar tidak kehilangan kesempatan, bukan seperti tempat lain yang hanya terbuka bagi siswa yang pintar (nilai ujian tinggi). Selain itu sasarannya kebanyakan siswa dari daerah pedalaman. Karena itu sekolah menyediakan asrama khusus bagi siswa dari daerah pedalaman. Hal lain yang unik yaitu dimasukkannya mata pelajaran Pendidikan CU bagi para siswanya dan mata pelajaran mulok tentang budaya dayak.

• Dalam melaksanakan kerjanya, antara unit yang satu dng yang lain biasanya saling bekerja sama, minimal dalam mensosialisasikan program kerja. tak jarang pula dalam satu 'turne' (kunjungan ke daerah dampingan), beberapa unit terlibat sekaligus tergantung permasalahan apa yang sedang ditangani atau keperluan program apa yang sedang dijalankan

.

Waktu dan Tempat Catatan

29 – 11 -2007 Ruang Pertemuan CU Pancur Kasih, JL.Selat Sumba III, Pontianak

Kegiatan observasi kali ini dimaksudkan untuk mengetahui garis besar dari permasalahan yang dihadapi oleh lembaga/ unit-unit berkenaan dengan isu yang diperjuangankannya. Dilakukan dengan cara melakukan pengamatan pada lokakarya dan evaluasi gabungan aktivis SEGERAK. Dalam pertemuan ini, perwakilan tiap lembaga mengemukakan berbagai hasil evaluasi di tingkat program/unit yang telah dilakukan sebelumnya.

seakan-akan tidak tahu 'sejarah', misalnya terwujud dalam sikap-sikap yang egosentris, merasa dirinya paling benar, kurang menghargai masukan / pendapat orang lain, mudah sekali mempermasalahkan hal-hal yang tidak penting (contohnya; dalam suatu kesempatan Pak Florus meminta para peserta untuk menyebutkan kondisi seperti apa saja yang memberikan pengaruh yang tidak menyenangkan di lingkungan kerja. kemudian seorang aktivis berujar " si inul (-nama seekor anjing yang dipelihara oleh beberapa aktivis lain di lingkungan kantor-) yang suka berkeliaran seenaknya"; lalu seorang lagi berkata"si atet (-nama seorang pemuda penderita retardasi-mental yang sering nongkrong di komplek kantor-)yang suka nonton tv di PEK"...padahal yang dimaksud oleh sang fasilitator adalah permasalahan-permasalahn yang sekiranya terjadi dalam proses komunikasi atau dalam koordinasi di kantor.

•di tingkat program umumnya menghadapi permasalahan yang sama,

seperti semangat kerja yang dirasa ’loyo’ dan tidak adanya target kerja, manajemen pengelolaan arsip yang belum dijalankan dengan baik, koordinasi dan pendelegasian tugas yang tidak dilaksanakan dengan baik (misalnya bila salah seorang aktivis sedang tidah hadir), kurangnya kedisiplinan dari para akitivis (jam masuk kantor, kehadiran, jam pulang kerja dsb) sebab dalam unit-unit tertentu memang tidak diterapkan secara tegas perihal peraturan yang satu itu, masing-masing individu diharapkan dapat berperilaku disiplin secara sadar.

•faktor penyebab dari permasalahan diatas, menurut para peserta sendiri, selain karena faktor internal individu, juga disebabkan oleh lemahnya kontrol dari pihak SEGERAK dan tidak adanya sanksi tegas terhadap pelanggaran kedisiplinan aktivis di tingkat unit.

•pandangan yang diberikan pihak fasilitator (ketua Perkumpulan Pancur Kasih, Bpk P.Florus) terangkum dalam point-point berikut ini:

a.hasil evaluasi unit hendaknya dijadikan tolok ukur untuk melakukan perbaikan, seperti perlunya untuk meningkatkan etos kerja diri, dimana dapat dilakukan dengan menggugah kembali rasa cinta pada pekerjaan, setiap orang hendaknya menyadari bahwa rasa memiliki, mencintai pekerjaan itu juga didorong oleh loyalitas terhadap kebersamaan, sehingga dalam hal ini permasalahan yang dihadapi ataupun yang timbul dari salah seorang individu merupakan masalah bersama yang harus dicari jalan keluar/jawabannya. Jangan sampai masalah tersebut ’tetap tinggal/ menjadi suatu prasangka terhadap orang lain. Di lain pihak setiap orang juga tidak boleh membuat citra diri yang negatif. Para aktivis diingatkan bahwa setiap orang mempunyai tanggungjawab untuk memberikan yang terbaik dalam kebersamaan, entah itu dalam pekerjaan maupun komunikasi antar pribadi yang sehat. Selain itu, yang sangat penting untuk selalu dilakukan bahwa setiap orang harus menanamkan pada dirinya penyadaran akan spritualitas organisasi yakni satu rasa satu jiwa.

b.Kembali pada cara pandang terhadap berbagai permasalahan di kantor/ unit, diingatkan bahwa kemauan dan kemampuan untuk saling memahami sangat diperlukan dalam kerja tim. Untuk itu, setiap orang hendaknya tidak mengukur orang lain dengan memakai ukuran yang ada dalam diri sendiri.

c.Disadari pula hubungan antara kesehatan fisik dengan jiwa dan pikiran, yang kemudian akan turut mempengaruhi kualitas dan semangat kerja. Anjuran untuk selalu hidup dengan seimbang diberikan bagi semua aktivis, khususnya bagi para aktivis yang kegiatannya terpusat di lapangan maupun dengan beban jam kerja yang panjang dan tidak teratur.

d.Sistem organisasi tidak boleh kaku, harus ada perbaikan / penyesuaian setiap kali diperlukan. Rutinitas juga harus diwaspadai dengan

tunjangan untuk pembelian buku-buku bagi masing-masing orang yang dicairkan setiap semester.

• sistem / cara evaluasi dengan skoring kurang disetujui oleh para aktivis, karena menurut sebagian besar orang merasa sama seperti pemaksaan. Mereka lebih memilih pendekatan dengan penyadaran pribadi dan kelompok. Argumentasinya yakni cara-cara skoring yang cenderung pemaksaan tidak sama dengan prinsip penyadaran yang menggunakan prinsip pendekatan orang dewasa (pendidikan andragogi).

• Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh SEGERAK /PPK disebabkan oleh 'posisi' mereka yang menentang praktek-praktek politik dan ekonomi yang ada di masyarakat. hambatan tentunya datang dari pihak-pihak yang merasa aktivitasnya 'terganggu' sehingga mengancam keuntungan yang telah mereka keruk dari tanah kalimantan. selain itu, PPK juga menghadapi sebagian masyarakat sendiri yang telah terlanjur 'terjebak' dalam keadaan kehidupan yang memprihatinkan namun belum sadar bahwa sesungguhnya mereka sedang dalam proses 'kematian' secara perlahan (di bidang ekonomi, pendidikan, politik, lingkungan alam /SDA.

Waktu dan Tempat Catatan

16 – 12 – 2006 Kediaman subyek-1, Komp. Parit Pangeran V, Blok C no 7, Pontianak.

• rumah baru tipe RSS dengan perabotan yang belum lengkap (tidak ada kursi tamu), sebuah televisi yang baru dibeli dan radio tape. Menurut subyek, ia baru saja pindah rumah ke tempat itu. Sebelumnya ia masih kos. Rumah sekarang adalah rumah pribadi. Meski subyek bermaksud merendah dengan mengomentari bahwa rumahnya sangat sederhana dan belum memadai, namun ia terlihat bangga dengan pencapaiannya tersebut (berhasil mempunyai rumah sendiri).

• subyek tinggal sendirian, namun saat diwawancarai, ibunya hadir, baru saja datang dari kampung, dalam rangka mengunjungi ”rumah baru” anaknya.

• Saat diwawancara, subyek bercerita dengan mimik wajah yang serius. Ia banyak bercerita dengan panjang lebar menanggapi pertanyaan interviewer.

• Subyek terkesan sangat intens dalam mengungkapkan pemikirannya, terutama yang berkaitan dengan pekerjaannya, sehingga tertangkap kesan bahwa subyek adalah seorang yang sangat idealis. Ia juga sangat berusaha memperlihatkan kesungguhannya dalam menjawab setiap pertanyaan interviewer.

• Sementara wawancara berlangsung, sang ibu juga duduk di dekat kami, ia terlihat mengamati anaknya dengan pandangan kagum dan bangga, seolah-olah sedang menyimak semua isi pembicaraan. Tetapi belakangan interviewer mengetahui bahwa bahasa indonesia si ibu tidak terlalu lancar.

Waktu dan Tempat Catatan

17 – 12 – 2006 Kediaman subyek, Jl. Budi Utomo, Komp. Surya Kencana 11G, Pontianak

•saat ditemui, subyek baru pulang kerja. Tapi menurut subyek, hari ini ia tidak bekerja di kantornya seperti biasa, tetapi ia baru saja menjadi notulis pada pertemuan SP (Strategic Planning) unit MIKA (percetakan Mitra Kasih). Subyek mengaku sudah sering diminta menjadi notulis oleh unit-unit lain. Dan berkenaan dengan kegiatan tersebut, pihak unit-unitnya sendiri tidak memberikan larangan, malah justru didukung.

•Subyek sudah berkeluarga dengan satu anak. Rumah kediamannya

sekarang adalah rumah pribadi. Dari yang diamati lewat rumah kediamannya ini, secara umum kondisi kehidupan ekonomi subyek terlihat cukup baik, lebih mapan daripada subyek pertama.

•Dalam menjawab pertanyaan, subyek terlihat antusias, meski kondisinya yang baru pulang kerja terlihat lelah.

•Saat bercerita tentang pandanganya terhadap pekerjaan dan maknanya dalam hisup, subyek terlihat berkaca-kaca. Dan subyek menjawab dengan

03 – 01 – 2007

Stasiun Radio Rama, unit AMA/POR, Jl. Budi Utomo, Pontianak (mulai pk. 20.00)

•Saat diwawancarai, subyek sedang bertugas menjadi pengasuh dalam acara suguhan musik daerah. Tanya jawab dilakukan disela-sela lagu yang sedang diputar (off-air) di dalam ruang siaran.

•Studio radio RAMA ini berada di dalam kantor unit AMA. Ruangannya kecil, dengan peralatan standar. Dan karena jam siaran antara pk.16.00 s/d pk.21.00 maka saat itu aktivitas di kantor juga telah selesai. Yang ada ditempat itu hanya satu-dua orang penyiar dan jarang ada tamu radio yang datang.

•Subyek menjawab setiap pertanyaan dengan penuh perasaan. Ekspresi emosinya terlihat jelas saat ia bercerita tentang dirinya yang sangat ia kaitkan erat dengan pekerjaannya (terlihat dari mimik wajah yang bagga campur haru, dan suara yang kadang bergetar dan semangat)

Waktu dan Tempat Catatan

04 – 01 – 2007

Unit ID dan KR, komp. Perkantoran SEGERAK, Jl. Budi Utomo,

Pontianak

(dimulai pk. 17.45)

•saat wawancara dilangsungkan, kompleks perkantoran telah sepi, kaena umumnya aktifitas berakhir sejak pk.16.00 wib. Namun aktivitas para wartawan di Majalah Kalimantan Review ini masih terus berlangsung. Jam kerja mereka di unit ini memang adalah yang paling tidak menentu dibandingkan unit lain.

•Di dalam ruangan kantor redaksi yang pintunya senantiasa terbuka ini, hawa terasa agak panas dan pengap, mungkin karena fasilitas pendingin ruangan belum ada, hanya ada sebuah kipas angin besar yang menempel di langit-langit ruangan. Ditambah lagi, hawa panas yang keluar dari beberapa perangkat komputer yang, kono kabarnya, nyaris tidak pernah dipadamkan.

•Subyek berada dibelakang layar komputer yang menyala, dan diantara tumpukan kertas-kertas yang agak berantakan. Namun selama diwawancarai, subyek menghentikan aktivitasnya dan menyimak pertanyaan dengan serius.

•Saat awal wawancara subyek terkesan tidak terlalu terbuka dalam menginformasikan dirinya. Ia lebih banyak menceritakan tentang lembaga dan tentang pekerjaannya.

•Jika diperhatikan, cara penuturan subyek tentang dirinya hampir selalu tercermin pada cara ia mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga. Namun rasa yakin dan kebanggan subyek pada pekerjaannya juga terlihat jelas dari raut wajahnya. Beberapa kali ekspresi afeksi terlihat lewat gerakan tangan, bahu, mata dan mimik wajah yang antusias (tersenyum dan bersemangat) serta tone suara yang ditekankan.

Waktu dan Tempat Catatan

05 – 06 – 2007 Kediaman subyek, Komp.Pangeran II (dimulai pk.20.00)

•Rumah kediaman subyek cukup besar, tipe RSS yang sudah mengalami renovasi dan penambahan bangunan. Nampaknya keadaan ekonomi subyek sangat baik.

•Subyek belum menikah, tetapi banyak saudara yang tinggal dengannya, semuanya adalah anak-anak sekolah.

•Selama wawancara, subyek mengungkapkan pengalamannya dengan

antusias, kebanyakan subyek bercerita dengan riang. Subyek terlihat berkaca-kaca saat bercerita betapa ia sangat mencintai pekerjaannya. Ada banyak ekspresi humor yang diungkapkan subyek terutama saat ia bercerita tentang dirinya.

LAMPIRAN 2

Verbatim

Identitas :

Nama : Thomas Ariston

Umur : 34 tahun

Status : Belum Menikah

Asal : Ngabang, Kab. Landak, Kal-Bar

Jabatan/Unit : Staff PEK, Masa Kerja : 7 tahun

No. Pertanyaan Jawaban

1. (Oh...4 bersaudara ya...kalau begitu apa abang sekarang masih ada tanggungan untuk membiayai adik-adik?)

Ya,...masih. Bantu-bantu orang tualah... Kebetulan saya hanya punya ibu sekarang, karena bapak sudah meninggal waktu saya di seminari. Tapi adik saya sudah menikah satu, yang cewek persis dibawah saya. Tapi yang dua masih SMA dan SMP, di kampung.

2. (Oh...begitu. hm... daerah asal abang di mana?) Nah, ini, biasa sih aku bisa disebut Pahauman juga, bisa disebut Ngabang juga...(hm....pokoknya kabupaten landaklah ya...) Ya, kabupaten Landak, benar.

3. (Oya, udah 5 tahun ya...hm...bisa ceritakan ndak, kok bisa sampai bekerja di PEK pancur kasih ini...)

O...awalnya tahu Pancur Kasih tuh sejak tahun 82, waktu itu masih berupa Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih yang membawahi sekolah Asisi dan CU... (hmm...) Dulu Pancur Kasih tuh banyak punya kegiatan di...sampai di Mempawah juga, waktu aku masih di Mempawah (hmm...) Kemudian ... selama di Jawa dulu juga dengar tentang Pancur Kasih...ee..dari teman-teman yang masih erat komunikasinya, saya jadi sering mendengar cerita tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka....

4. (Oya...? Dengar tentang apa aja...?) ndak langsung di PEK gitu ya...)

ndak...satu tahun dulu di Yayasan abis itu baru kemudian di PEK, (o....) Setelah ada perubahan...perubahan manejemen di PEK, perubahan Ya...terutama Institut Dayakologi, karena aku dulu kan banyak mendalami tentang dayak...(hm...) tentang budaya-budaya dayak...dari beberapa sumber tuh kawan-kawan seperti...Djuweng, Pak Florus,... jadi secara personal dengan beberapa orang Pancur Kasih tuh udah kenal begitu...dengan Bapak juga udah kenal ya, Pak Maran,...kemudian dengan Bu Silvi...ya mereka ceritalah...(hmm...) tentang segala kegiatannya... Bu Regina apa segala kan udah lama dengan kami di Malang..(hmmm..) Pak Bahari...ya dari situ awalnya tahu, kemudian...setelah pulang kesini kan...masih lanjut di...sini di Siantan... Baru setelah aku keluar itu aku pergi ke Keuskupan kan...menghadap Bapak Uskup, pas aku keluar ee...Monsinyur nanya...”setelah keluar mau bikin apa?”...dia bilang, (hm..) Aku bilang sih, biasa, seperti orang biasalah gitu...mungkin cari kerjaan dulu...atau, tapi rencanaku ya mau istirahat dulu waktu itu. Kemudian dia kasikan 3 alternatif ; ngajar...waktu itu di Susteran...tempat Mamak..., kemudian di WD, atau di Komsos. Cuma aku pikir-pikir...kalau 3 ni ya sama aja aku ndak keluar...balik lagi ke lingkungan itu kan... hahaha (hmm...ya ya ya..hahaha) Mending...o..ndak usah jak Monsinyur!...saya...pertama pilihanku LSM kubilang, kan...karena LSM tuh memng sejak aku tingkat satu dah...aktif di LSM juga waktu disana kan...(hmm...) Pelopor ISMI, Democration Words di Malang... (hm..)

Memang dah...biasa dengan kerjaan-kerjaan kayak gitulah...aktivitas kayak gitu... Tanggapan Monsinyur tentang LSM, waktu itu dia merujuk Pancur Kasih...tapi, belum kujawab iya gitu kan, karena...ada alternatif lain juga waktu itu, Dian Tama juga, Pak Don minta kan...waktu itu, Pak Don, Erni segala...minta bergabung,...Loren... Tapi akhirnya ya dalam pikiranku siapa cepatlah diantara mereka kan...hehe..(hmm..iya...) Rupanya..., Monsinyur setelah aku pulang waktu itu tuh dia menghubungi Pak Florus.,...mungkin juga menghubungi Bapak, atau yang lain...karena setelah aku pulang satu minggu setelah itu tuh mereka cari aku, Bu Silvi kan sudah tahu kalau aku udah keluar,...kemudian Pak Florus tahu...Bapak juga tahu...dan ada berita juga bahwa aku mau bergabung di LSM. (hm...) Ya...gitulah caranya... Kemudian satu minggu setelah itu, dapat berita itu, kemudian disuruh ke Pancur Kasih,...pergi aku kesana... (hmm...) Waktu itu sih memang ada lowongan, ada diperlukan satu orang gitu untuk tenaga sekretariat, jadi memang dibilang nasib juga nasib kali ya...(o...jadi program di PEK ...a...PEK memerlukan satu orang tenaga barulah...

5. 1

2 .

(O...jadi begitu ya....hm...terus abang bisa gak ceritakan lagi, soal ini, Pancur kasih itu kan lembaga swadaya masyarakat ya...jadi pastinya mengusung, katakanlah suatu ideologi tertentu..., spiritualitas tertentu sebagai dasarnya bergerak. Nah, bisa abang ceritakan yang abang pahami selama ini tentang pekerjaan abang di Pancur Kasih...)

Ya...waktu aku studi di Malang itu aku mendalami teologi pembebasan, kan...e...tema-tema seputar teologi pembebasan itu...memang tema-tema yang akrab dengan ee...kelompok orang-orang yang dalam anggapan umum itu diidentikkan dengan “dayak” gitulah. Kemudian setelah mendapat beberapa paham tentang teologi pembebasan aku punya suatu pemikiran bahwa sebenarnya untuk Kalimantan khusus itu, tidak bisa sama teologi seperti umum di Indonesia. Harus ada model teologi baru yang...yang basis filosofisnya orang dayak. Itu coba aku perjuangkan dulu waktu aku di seminari,...tapi ndak...ndak masuk gitu loh ya... Kemudian aku melihat sebagian besar pastor-pastor, imam-imam yang ada itu bukan teolog, artinya mereka hanya imam biasa, tidak pernah memikirkan bagaimana ee..tantangan perlindungan iman umatnya gitukan... Ndak mendasar sama sekali...apa yang mereka kotbahkan,...apa yang mereka ajarkan... itu buku! Teks book semua... gitu, sebagian besar lagi tu... Paling hanya ada akulturasi sedikit, a!...dari situ aku merasa ndak puas... Kemudian setelah sampai disini pastoral..., aku melihat

Dokumen terkait