• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI KERJA AKTIVIS DI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SERIKAT GERAKAN( SegeraK ) - PANCUR KASIH YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA DAYAK, BERDASARKAN TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MOTIVASI KERJA AKTIVIS DI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SERIKAT GERAKAN( SegeraK ) - PANCUR KASIH YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA DAYAK, BERDASARKAN TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikol"

Copied!
291
0
0

Teks penuh

(1)

DAYAK, BERDASARKAN TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Petronela Ellen Babaro

NIM: 009114004

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(2)

(SegeraK) - PANCUR KASIH YAI{G BERLATAR BELAKANG BUDAYA

DAYAK BERDASARKATI

TEORI MOTTVASI ABRATIAM MASLOW

Oleh:

Drs. Hadrianus

Wahyudi,

M.Si

ranggar,

. 3.?..

-..

I.:PiJ.Sb.?f

...:...2008

11

'f--,i,,'

$ **i tr

(3)

(SegeraK) - PAFrcuR KAstg yAttc BERLATAR BELAKANG BUDAYA

DAYAK BERDASARKAN TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW

Dipersiapkaa

dan.

dif{*lis ol€h:

Penguji

Penguji

Penguji III : Minto Istono, S.Psi.,

M.Si.

Yogyakarta,

- 29 SepLennb.r^

Fakultas Psikologi

- 2008

(4)

Untuk mereka yang terus berjuang hingga akhir.

Untuk mereka yang percaya pada cinta dan mencintai kehidupan

tanpa takut kehilangan.

Untuk mereka yang sedang berjalan menuju kebahagiaan.

Untuk siapa saja yang pernah merasa membuat

keputusan-keputusan keliru, namun tetap berani menjalani hidup.

(5)

pernatr diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di suatu

Perguruan Ti"gg, dan tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali

yang secaiatertrlis telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka.

(6)

Belakang Budaya Dayak, Berdasarkan Teori Motivasi Abraham

Maslow. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi, Universitas Sanata

Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi kerja, yang terkait teori

motivasi maslow, yang mendorong individu bekerja sebagai aktivis di SegeraK –

Pancur Kasih di Pontianak yang secara umum para aktivisnya berasal dari latar

belakang budaya suku Dayak.

Teori Motivasi Maslow menjadi teori utama. Hubungan antara budaya

Dayak dengan teori motivasi Maslow terletak pada peran budaya Dayak dalam

pembentukan motivasi kerja individu yang dibahas dalam kerangka teori motivasi

Maslow.

Penelitian ini menggunakan metode deskripsitif kualitatif. Subyek

penelitian sebanyak lima aktivis dengan menggunakan teknik

purposive sampling.

Motivasi kerja para aktivis SegeraK dapat diklasifikasikan sesuai dengan

klasifikasi kebutuhan menurut Maslow. Kebutuhan fisiologis menjadi pendorong

awal mereka bekerja di SegeraK. Ini memberikan landasan bagi terpenuhinya

kebutuhan akan perlindungan dan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa

memiliki-dimiliki dan kebutuhan akan penghargaan/ harga diri. Kebutuhan pada

tingkat dasar terpenuhi dengan memadai, sehingga kebutuhan akan aktualisasi diri

juga terpenuhi. Semua motivasi kerja tersebut saling berhubungan satu sama lain

dan terus-menerus mengarahkan kegiatan mereka untuk tetap mengabdikan diri di

SegeraK. Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan/harga diri dan aktualisasi diri

memberikan pengaruh yang relatif lebih kuat terhadap motivasi kerja para aktivis

bila dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah.

Budaya Dayak sebagai latar belakang para aktivis mempengaruhi motivasi kerja

mereka khususnya pada kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki-dimiliki,

kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

(7)

The Dayak Culture’s Background, Based on Abraham Maslow’s

Motivation Theory. Thesis. Yogyakarta : Faculty of Psychology, Sanata

Dharma University.

This research aimed to know the work motivation, which related to

Maslow’s theory of motivation, which encourage a person to work as an activist at

SegeraK – Pancur Kasih, Pontianak, whose most of them have Dayak culture

background.

Maslow’s motivation theory becomes the main theory. The relation between

Dayak culture and Maslow’s theory laid on the role of Dayak culture on forming

an individual’s work motivation which discussed in the frame of Maslow’s theory.

This research used a descriptive-qualitative’s method. There were five

activists as subjects research by using the purposive sampling technique.

The work motivation of

SegeraK’s activist can be classified as needs’

classification according to Maslow’s theory. The physiological needs became

their early motivation to work at SegeraK. It gave a structure to the satisfaction of

the safety needs, the belongingness and love needs, and the self-esteem needs.

The basic needs were well-satisfied, so that the self-actualization needs. All of

these work motivations were related to one another and toward their self dedicate

to

SegeraK

continuously. The needs of self-esteem and self-actualization were

relatively gave more influence to activist’s work motivation in compared to others

lower needs. The Dayak’s culture, as the activist’s background, have influence

their work motivations especially to the belongingness and love needs, the

self-esteem needs, and the self-actualization needs.

(8)

Nama

: Petronela

Ellen Babaro

Nomor Mahasiswa

: 009114004

Demi pengembangan

ilmu pengetahuan,

saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas

Sanata

Dharma kuyailmiah sayayangberjudul

:

"Motivasi Kerja Aktivis di Lembaga Swadaya Masyarakat Serikat

Gerakan (SegeraK) - Pancur Kasih yang Berlatar Belakang Budaya

Dayak, Berdasarkan

Teori Motivasi Abratram Maslow''

beserta

perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya

di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta iztn dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selamatetap mencantumkan

nama saya

sebagai

penulis.

Demikian pemyataan

ini yang saya buat dengan seben:rnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada

tanggal : 27 September

2008

Yang menyatakan

(9)

perlindungan, kekuatan dan cinta-Nya yang memampukan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma.

Penulis mengalami banyak kesulitan dan kendala selama proses penulisan

skripsi ini, karena itu penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tak mungkin

dapat terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dalam

kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1.

Rektor, Wakil Rektor I dan Wakil Rektor II Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta beserta segenap staff dan jajarannya.

2.

Bpk. P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan fakultas psikologi

fakultas psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3.

Bpk. Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabar memberikan

waktu, bimbingan dan perbaikan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.

4.

Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., S.Psi., M.Si. selaku Ketua Program Studi

fakultas psikologi sekaligus Dosen Penguji II dan Bpk.Minto Istono,

S.Psi.,M.Si. selaku Wakaprodi sekaligus Dosen Penguji III.

5.

Segenap dosen di fakultas psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak

dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua bimbingan, ilmu,

pengalaman dan inspirasi selama masa studi penulis.

6.

Mas Gandung, Mba Nani, Pak Giono, Mas Doni, dan Mas Muji di

sekretariat, ruang baca dan laboratorium fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma. Terima kasih atas segala bantuan dan perhatian yang

diberikan. Tuhan memberkati.

7.

Bpk.Drs.AR.Mecer selaku ketua SegeraK-Pancur Kasih.

8.

Segenap keluarga besar SegeraK-Pancur Kasih di Pontianak.

(10)

cinta kalian yang tak terhingga, yang selalu mencintai apapun adanya diriku.

11.

My beloved Brothers; Agus, Dani, Paul. Thanks for everything, your

supports and love.

12.

My beloved Sisters – SEMEDI – beserta para suami dan soul-mate mereka ;

‘ate’Ete + mas Didik, Rini’sweetnyet’ + mas Totok, Ulin’na + Wicak,

Dini’nyeti’ + “

her soon to be Mr.Right

”, NokAtut’sapi’ + Dion,

Shinta‘black-mimi’ + Didik, Poe’brintix’ + Ucup, Vivi’gajdah’ + Popo,

Ica’cicienx’ + mas Yudhi, Ria ’cempluk’ + mas Adi. Thanks for sharing all

these years; happinesse and joy, strugles and dignity, tears and smiles, critics

and support, kalian adalah matahari-pagi-hujan dan pelangi!

13.

My Nandan’s Family : Daning & Siska, Danang, Windu’ne’daning,

Shincan’ne’siska, n Robert, thanks for all.

14.

Semua teman dan sahabat di fakultas psikologi Universitas Sanata Dharma

yang tak dapat disebutkan satu per-satu, khususnya angkatan 2000 kelas A,

my best classmates ever! Terima kasih atas hari-hari yang penuh semangat

dan inspirasi bersama kalian semua.

15.

Teman-teman KKN kel.9 angkt.26, juga teman dan sahabat di ds. Jetis-

Bantul; special thanks to Mince …

16.

Semua teman-teman di DKD, FORMAKAL, dan KPMKKB di Yogyakarta.

17.

My beloved friends, sist’ and bro; Siska, Meong, dan Vincent yang menjadi

tempat berbagi semangat, keluh kesah, cerita, dan kesenangan... hehe... Love

u all, someday we’ll make our dreams comes true!

18.

Teman-teman yang pernah berbagi ”rumah” denganku: kost Agatha (kalian

membuat tahun pertama menjadi mudah); kontrakan Jambu Sari (yang

berantakan but fun); kost Davita (kak erni, mba rita, ferly, mba nunug, siska,

nana, yanti dll…kalian teman-kost paling seru sedunia…hehe); kost Morelia

(11)

Julz (atas bantuan yang sangat besar selama penulisan skripsi ini) Mas

Koch, Mas Men2…Chayo! Chayo! Segera menyusul yaa…Love U All!

20.

Komunitas Tari Sang Tantra dan segala isinya; Tari, Ayu, Dita, Lisa, Pipink,

Ayu gede, dan teman-teman yang pernah terlibat di dalamnya, terima kasih

untuk hari-hari penuh sukacita bersama kalian, I love u all , GBU

21.

Mas Dewo dan Star Otopia-nya,…semoga Startop jaya terus dan tambah

banyak cabangnya!!

22.

Bpk.Augustinus Suluh beserta keluarga, terimakasih atas segala perhatian,

dukungan dan solusi dalam masa-masa sulit saya.

23.

Tante Maria+Om Ilde dan keluarga, Kak Lusi+Bang Pilin dan keluarga, Kak

Serapin+Bang Anton dan keluarga, Kak Ester dan keluarga, Bang Benyamin

dan keluarga, nenek+tante Pupo di surga, dan seluruh keluarga besar Pius

Ria Ensoh, serta semua keluarga di pontianak yang tidak mungkin

disebutkan satu per-satu. Terima kasih atas doa dan dukungannya.

24.

Terima kasih tak terhingga pada semua pihak yang telah banyak mendukung

dan membantu penulis selama kuliah dan dalam penyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis memohon maaf apabila masih banyak kekurangan dan kelemahan

dalam tulisan ini, karena itu kritik dan saran yang diberikan akan sangat berarti

bagi penulis untuk menyempurnakannya.

Akhirnya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, Agustus 2008

Penulis

(12)

HALAMAN PENGESAHAN………...……...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………...………...…iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...v

ABSTRAK……….………...vi

ABSTRACT...vii

KATA PENGANTAR………..viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...………...xi

DAFTAR ISI………..………...xii

DAFTAR GAMBAR……….xv

DAFTAR TABEL………...xvi

DAFTAR LAMPIRAN………....xvii

BAB I PENDAHULUAN………....1

A.

Latar Belakang Masalah………...……...1

B.

Rumusan Masalah………...6

C.

Tujuan Penelitian………....6

D.

Manfaat Penelitian………...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA………..……….8

A.

Motivasi Kerja………...…8

1.

Motif………...…..8

2.

Motivasi...9

3.

Motivasi Kerja...11

B.

Teori Motivasi Maslow ……….……...13

C.

Budaya Dayak………...………....21

1.

Budaya………...21

2.

Suku Dayak………...24

(13)

BAB III METODE PENELITIAN……….47

A.

Metode Penelitian………..47

B.

Metode Pengumpulan Data………...47

C.

Subyek Penelitian………...………...49

D.

Rancangan Penelitian………...……….49

1.

Membuat Pedoman Umum Wawancara………..49

2.

Membuat Catatan Observasi Pendahuluan………...….50

3.

Pengorganisasian Data………...…..50

4.

Pengkodean………...…...50

5.

Merancang dan Membuat Tabel Analisis ...…………...51

6.

Interpretasi Data………...………....51

E.

Teknik Analisis Data………...………..55

F.

Keabsahan Data Penelitian………55

1.

Kredibilitas………...55

2.

Transferabilitas…...57

3.

Dependabilitas………..58

4.

Konfirmabilitas………...….58

BAB IV PENELITIAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……...59

A.

Penelitian...59

1.

Pelaksanaan Penelitian………...………..59

2.

Proses Pengolahan Data..………..………...61

B.

Hasil Penelitian………...62

1.

Tabel Hasil Penelitian………...………...62

2.

Deskripsi Hasil Penelitian………....63

C.

Analisis dan Pembahasan………...………..….72

(14)

1.

Motivasi Kerja Aktivis SegeraK Berdasarkan Aspek

Kebutuhan Fisiologis...103

2.

Motivasi Kerja Aktivis SegeraK Berdasarkan Aspek

Kebutuhan Perlindungan dan Rasa Aman...105

3.

Motivasi Kerja Aktivis SegeraK Berdasarkan Aspek

Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki-Dimiliki...106

4.

Motivasi Kerja Aktivis SegeraK Berdasarkan Aspek

Kebutuhan Penghargaan/ Harga Diri...108

5.

Motivasi Kerja Aktivis SegeraK Berdasarkan Aspek

Kebutuhan Aktualisasi Diri...110

3.

Motivasi Kerja Aktivis SegeraK dalam Hubungan antara

Budaya Dayak dengan Teori Motivasi Maslow...111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………...………119

A.

Kesimpulan...119

B.

Saran...121

DAFTAR PUSTAKA………..123

(15)

2.

Skema Penelusuran dalam Penelitian………...46

3.

Skema Hasil Penelitian………...118

(16)

2.

Tabel 2. Rancangan Tabel Analisis...53

3.

Tabel 3. Verbatim Wawancara Subyek-1...131

4.

Tabel 4. Verbatim Wawancara Subyek-1...138

5.

Tabel 5. Verbatim Wawancara Subyek-1...148

6.

Tabel 6. Verbatim Wawancara Subyek-1...152

7.

Tabel 7. Verbatim Wawancara Subyek-1...161

8.

Tabel 8. Tabel Analisa Subyek-1...170

9.

Tabel 9. Tabel Analisa Subyek-2...189

10.

Tabel 10. Tabel Analisa Subyek-3...211

11.

Tabel 11. Tabel Analisa Subyek-4...220

12.

Tabel 12. Tabel Analisa Subyek-4...239

13.

Tabel 13. Tabel Rekapitulasi Data Primer Subyek-1...258

14.

Tabel 14. Tabel Rekapitulasi Data Primer Subyek-2...260

15.

Tabel 15. Tabel Rekapitulasi Data Primer Subyek-3...262

16.

Tabel 16. Tabel Rekapitulasi Data Primer Subyek-4...264

17.

Tabel 17. Tabel Rekapitulasi Data Primer Subyek-5...266

18.

Tabel 18. Tabel Hasil Penelitian...268

(17)

Lampiran 2. Verbatim Wawancara Subyek-1……….. ...131

Lampiran 3. Verbatim Wawancara Subyek-2………....138

Lampiran 4. Verbatim Wawancara Subyek-3………....148

Lampiran 5. Verbatim Wawancara Subyek-4………....152

Lampiran 6. Verbatim Wawancara Subyek-5....………....161

Lampiran 7. Tabel Analisa Subyek-1...170

Lampiran 8. Tabel Analisa Subyek-2...189

Lampiran 9. Tabel Analisa Subyek-3...211

Lampiran 10. Tabel Analisa Subyek-4...220

Lampiran 11. Tabel Analisa Subyek-5...239

Lampiran 12. Tabel Rekapitulasi Data Primer Subyek-1...258

Lampiran 13. Tabel Rekapitulasi Data Primer Subyek-2...260

Lampiran 14. Tabel Rekapitulasi Data Primer Subyek-3...262

Lampiran 15. Tabel Rekapitulasi Data Primer Subyek-4...264

Lampiran 16. Tabel Rekapitulasi Data Primer Subyek-5...266

Lampiran 17. Tabel Hasil Penelitian...268

Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian...274

(18)

A.

Latar Belakang Masalah

Dimulai dari suatu pertanyaan; mengapa orang bekerja? Mengapa mereka

memilih suatu pekerjaan tertentu dan kemudian menjalani rutinitas pekerjaannya

dalam waktu yang panjang, bahkan selama sisa hidupnya?

Ada banyak hal yang mendorong orang untuk bekerja. Dorongan untuk

bekerja ini disebut motivasi kerja atau motif bekerja. Motif yang dimiliki individu

dalam bekerja tergantung pada diri masing-masing individu. Namun apapun

jenisnya, semua tentu berdasarkan adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut As’ad (1987), bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang

diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang

bersangkutan. Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja

adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Lebih lanjut menurut As’ad, pada

hakekatnya orang bekerja tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya, tetapi juga untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.

Sejalan dengan itu, Papu (2002) menegaskan bahwa seiring dengan adanya

berbagai kebutuhan individu, maka alasan individu untuk bekerja pun menjadi

beragam mengikuti kebutuhan tersebut sehingga pekerjaan memiliki makna

tertentu bagi individu. Makna suatu pekerjaan bukan lagi hanya sekedar untuk

memenuhi kebutuhan fisiologis dasar tetapi juga untuk memenuhi

(19)

kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Dalam sebuah teori tentang motivasi,

yakni

”needs hierarchy theory”

oleh Abraham Maslow (yang selanjutnya dalam

tulisan ini akan disebut dengan ”teori motivasi Maslow”), terdapat jawaban

tentang tingkatan kebutuhan manusia tersebut (As’ad, 1987).

Menurut Maslow (dalam Amirullah & Rindyah Hanafi, 2002) , kebutuhan

manusia tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat hirarki yang paling rendah adalah

kebutuhan fisiologis, kemudian secara berurutan disusul oleh kebutuhan akan

perlindungan dan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki-dimiliki,

kebutuhan akan penghargaan/ harga diri, dan yang paling tinggi adalah kebutuhan

akan aktualisasi diri. Kebutuhan pada tingkat/ hirarki yang paling rendah akan

dipenuhi terlebih dahulu setelah itu barulah memenuhi kebutuhan pada tingkat di

atasnya.

Berkenaan dengan pekerjaan, orang pada umumnya menganggap tujuan

bekerja hanya untuk mencari uang, sehingga semakin besar gaji yang diperoleh

dari suatu pekerjaan semakin tertariklah orang pada pekerjaan itu (Anoraga,

2006). Hal ini karena kebutuhan manusia akan makan, minum, pakaian dan

perumahan akan terpenuhi bila seseorang memiliki uang. Dengan kata lain, uang

adalah segala-galanya. Namun menurut Anoraga (2006), apabila gaji sudah

mencukupi secara sederhana maka gaji bukanlah faktor utama yang dikejar orang

dalam bekerja. Orang lebih cenderung memikirkan tipe pekerjaan, status sosial

pekerjaan dan kesempatan untuk maju walaupun gaji yang diterima relatif rendah.

(20)

rendah. Mereka lebih senang dengan tipe pekerjaan yang bersih, seperti juru ketik

di kantor atau perusahaan, walaupun penghasilannya rendah. Sementara itu, di

Negara-negara Barat, ternyata gaji hanya menduduki urutan ketiga sebagai faktor

yang merangsang orang untuk bekerja. Faktor utama yang memotivasi orang

untuk bekerja adalah rasa aman dan kesempatan untuk naik pangkat dalam

pekerjaannya. Bila demikian yang terjadi, maka motivasi kerja tidak terlepas dari

situasi dan kondisi pekerjaan atau lembaga tempat individu bekerja. Hal ini

sejalan dengan pendapat Maslow (dalam Goble, 1987), dimana tingkah laku

merupakan gabungan sejumlah kebutuhan dasar, kebiasaan-kebiasaan pribadi,

pengalaman di masa lampau, bakat-bakat dan kemampuan pribadi serta

lingkungan sekitar. Maka demikian pulalah yang kiranya berlaku pada motivasi

kerja seseorang. Dengan kata lain motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang

individu berkaitan erat dengan sistem kebutuhannya, faktor-faktor kepribadiannya

(intrinsik), dan lingkungan tempat individu hidup dan bekerja. Dalam konteks

penelitian ini, ingkungan tempat individu hidup dan bekerja adalah lembaga atau

organisasi tempat individu mengabdikan dirinya.

(21)

Lembaga seperti ini biasanya bergerak di bidang sosial kemasyarakatan, politik,

hukum, kebudayaan, konservasi alam dan lingkungan, serta lain sebagainya.

Lembaga non-profit merancang dan melaksanakan program-program

pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) dan pengelolaan SDA (Sumber

Daya Alam). Contohnya yaitu berbagai instansi pemerintah dan lembaga-lembaga

swadaya masyarakat.

Terlepas dari perbedaan antara tujuan profit dengan tujuan non-profit,

setiap lembaga pasti memerlukan Sumber Daya Manusia, yakni individu-individu

yang menjalankan sistemnya. Dalam dunia bisnis dan industri, individu tersebut

dikenal dengan sebutan karyawan atau pekerja. Dalam bidang pemerintahan

disebut pegawai negeri. Sedangkan dalam lembaga swadaya masyarakat, individu

biasanya dikenal dengan sebutan aktivis. Apapun sebutannya, setiap individu

disini menjalankan fungsinya masing-masing dalam sistem. Aktivitas mereka

dalam menjalankan sistem ini disebut ‘kerja’.

(22)

tempat kerja juga sifatnya khas pada lembaga yang bersangkutan, karena

merupakan perpaduan yang unik antara karakteristik sistem kerja dengan

kepribadian masing-masing individu di dalamnya. Hal ini senada dengan yang

diungkapkan oleh Anoraga (2006), bahwa secara psikologis, faktor-faktor seperti

pemenuhan kebutuhan ekonomi, tipe pekerjaan dan status sosial, kesempatan

berkarir, dan kondisi kerja merupakan motivator yang mendorong orang untuk

bekerja.

(23)

Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang

motivasi kerja yang mendorong individu bekerja sebagai aktivis di SegeraK.

Pembahasan tentang motivasi kerja para aktivis ini hendak dibahas berdasarkan

teori motivasi Maslow. Hubungan antara budaya Dayak dengan teori motivasi

Maslow terletak pada peran budaya Dayak dalam pembentukan motivasi kerja

individu yang dibahas dalam kerangka teori motivasi Maslow. Adapun teori

motivasi Maslow dipilih sebagai dasar pembahasan karena teori ini dapat

diterapkan pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia, baik pribadi maupun

sosial serta dalam berbagai latar belakang budaya yang berbeda.

B.

Rumusan Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam

pertanyaan berikut:

Seperti apakah bentuk motivasi kerja yang terkait teori motivasi Maslow yang

mendorong seorang aktivis mengabdikan dirinya di SegeraK?

C.

Tujuan Penelitian

(24)

D.

Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, selain untuk menjawab rumusan masalah dan

mencapai tujuan, peneliti juga berharap dapat memperoleh manfaat antara lain

sebagai berikut:

1.

Manfaat Teoritis

Sebagai informasi yang dapat memperkaya wawasan dan pemahaman tentang

motivasi kerja serta penyajian fakta dan pengetahuan di bidang psikologi bagi

para peneliti maupun civitas akademika pada umumnya.

2.

Manfaat Praktis

(25)

A.

Motivasi Kerja

1.

Motif

Menurut Manulang (2001), kata motif disamakan artinya dengan

kata-kata

motive

, dorongan, alasan dan

driving force

. Motif adalah daya pendorong

atau tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu

tenaga di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia bertindak. Dengan

kata lain, yang melatarbelakangi individu untuk berbuat mencapai tujuan

tertentu atau mengapa timbul tingkah laku seseorang, itulah motif. Pengertian

tersebut seperti yang diungkapkan oleh Anoraga (2006) yang juga

mengemukakan ciri-ciri motif individu sebagai berikut:

a.

Motif adalah majemuk.

Dalam suatu perbuatan sebenarnya tidak hanya mempunyai satu

tujuan tertentu tetapi ada beberapa tujuan yang berlangsung secara

bersama-sama. Misalnya seorang pekerja yang giat melakukan

pekerjaannya karena ingin lekas naik pangkat, sekaligus gaji yang besar,

ingin diakui atau dipuji dan sebagainya.

b.

Motif dapat berubah-ubah.

Motif seseorang seringkali mengalami perubahan. Ini disebabkan

karena keinginan manusia yang selalu berubah-ubah sesuai dengan

(26)

kebutuhan atau kepentingannya. Misalnya, suatu saat seorang karyawan

ingin gaji yang lebih besar. Tapi pada waktu yang lain ia menginginkan

pimpinan yang baik atau kondisi kerja yang menyenangkan. Dari hal ini

dapat dilihat bahwa motif sangat dinamis dan pergerakannya mengikuti

kepentingan-kepentingan individu.

c.

Motif berbeda-beda bagi individu.

Dua orang yang melakukan pekerjaan yang sama ternyata memiliki

motif yang berbeda. Misalnya, dua orang yang bekerja pada suatu mesin

yang sama dan pada ruang yang sama pula, motivasinya dapat berbeda.

Yang seorang menginginkan teman sekerja yang baik, sementara yang lain

menginginkan kondisi pekerjaan yang menyenangkan.

d.

Beberapa motif tidak disadari oleh individu.

Banyak tingkah laku manusia yang tidak disadari oleh pelakunya,

sehingga beberapa dorongan yang muncul, lalu karena berhadapan dengan

situasi yang kurang menguntungkan, ditekan di bawah sadarnya. Dengan

demikian kalau ada dorongan dari dalam yang kuat menjadikan individu

yang bersangkutan tidak bisa memahami motifnya sendiri.

2.

Motivasi

(27)

Menurut Maslow (dalam Goble, 1987), manusia dimotivasikan oleh

sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak

berubah, dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Motivasi mengacu

pada konsep yang digunakan untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang ada

dan bekerja pada diri individu yang menjadi penggerak dan pengarah tingkah

laku individu. Masih menurut Maslow, suatu tindakan atau keinginan sadar

memiliki lebih dari satu motivasi. Dan karena individu merupakan suatu

kesatuan yang padu dan teratur, maka sebagian besar hasrat dan dorongan

(motivasi) yang ada pada seseorang itu saling berhubungan. Dengan kata lain

ketika melakukan suatu tindakan, seluruh pribadinyalah yang digerakkan oleh

motivasi, bukan hanya sebagian dari orangnya. Hal ini memang tidak berlaku

untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu yang bersifat fundamental seperti rasa

lapar, namun jelas berlaku untuk kebutuhan-kebutuhan yang lebih kompleks

seperti kebutuhan akan cinta, rasa aman dan harga diri (Maslow dalam Goble,

1987).

(28)

Menurut Manulang (2001), motivasi adalah faktor yang mendorong

orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan kata lain, motivasi adalah

kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (

action

atau

activity

) dan memberikan kekuatan (

energy

) yang mengarah kepada

pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi

ketidakseimbangan.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

faktor-faktor yang menjadi energi/ kekuatan dalam diri individu yang

mendorong dan mengarahkan tingkah lakunya dalam rangka memenuhi

kebutuhan/mencapai tujuan tertentu.

3.

Motivasi Kerja

Menurut Amirullah & Rindyah (2002), motivasi kerja dapat

didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan,

mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan dunia kerja.

(29)

itu, motivasi kerja dalam psikologi kerja juga biasa disebut pendorong

semangat kerja.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja menurut

Ravianto (1985) adalah atasan, rekan sekerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan

peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan dan tantangan.

Jadi motivasi individu untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh sistem

kebutuhannya. Maksudnya yaitu dalam pembahasan tentang motivasi kerja,

banyak melibatkan aspek-aspek psikologis atau kondisi psikis (intrinsik)

selain tentu saja aspek-aspek ekstrinsik yang berasal dari luar individu.

(30)

Ada perbedaan antara orang yang bermotif (

motived

) untuk bekerja

dengan orang yang bekerja dengan motivasi tinggi. Orang yang bermotif

untuk bekerja, hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang

vital bagi diri dan keluarganya, seperti jaminan kesehatan dan hari tua, status,

atau pergaulan yang menyenangkan dan menarik. Baginya, pekerjaan yang

menyenangkan dan menarik belum tentu akan memberikan kepuasan bagi

dirinya. Sedangkan orang yang bekerja dengan motivasi yang tinggi adalah

orang yang senang dan mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya. Ia akan

lebih berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan semangat

yang tinggi, serta selalu berusaha mengembangkan tugas dan dirinya.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan motivasi kerja dalam konteks penelitian ini ialah kondisi

psikis/sikap batin yang ada dalam diri aktivis maupun faktor-faktor eksternal

dari luar diri aktivis yang menjadi pendorong semangat aktivis dalam

melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan.

B.

Teori Motivasi Maslow

(31)

keliru. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan aspek-aspek intrinsik dari kodrat

manusia yang tidak dimatikan oleh kebudayaan, hanya ditindas. Pandangan ini

menentang keyakinan lama bahwa naluri-naluri bersifat kuat, tidak bisa diubah

dan jahat. Maslow justru berpendapat sebaliknya, yaitu bahwa

kebutuhan-kebutuhan dapat dengan mudah diabaikan atau ditekan dan “tidak jahat”

melainkan netral dan justru baik.

Maslow membedakan motivasi manusia menjadi dua, yaitu

kebutuhan-kebutuhan dasar (

basic needs

) dan metakebutuhan-metakebutuhan (

metaneeds

).

Kebutuhan-kebutuhan dasar meliputi lapar, kasih sayang (afeksi), rasa aman,

harga diri, dan sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan dasar tersusun secara hirarkis

dan umumnya lebih kuat daripada metakebutuhan-metakebutuhan.

Metakebutuhan berbeda dengan kebutuhan dasar. Metakebutuhan

merupakan kebutuhan untuk pertumbuhan, sementara kebutuhan dasar ialah

kebutuhan untuk memuaskan kekurangan (mengadakan sesuatu yang tadinya

belum ada). Menurut Maslow, metakebutuhan atau kebutuhan untuk tumbuh

kembang ini dicapai oleh orang-orang yang telah teraktualisasikan.

Tindakan-tindakan mereka mengandung salah satu atau lebih dari nilai-nilai berikut, antara

lain; Kebenaran, Kebaikan, Keindahan, Sifat Hidup, Individualitas,

Kesempurnaan, Sifat Penting, Kepenuhan, Keadilan, Ketertiban, Kesederhanaan,

Sifat Kaya, Sifat Penuh Permainan, Sifat Tanpa Usaha, Sifat Mencukupi Diri, dan

Sifat Penuh Makna.

(32)

Sifatnya instingtif atau melekat pada manusia seperti kebutuhan-kebutuhan dasar,

dan apabila tidak dipenuhi maka orang itu dapat menjadi sakit.

Metapatologi-metapatologi ini meliputi keadaan-keadaan seperti alienasi, penderitaan, apati, dan

sinisme.

Menurut Maslow, kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan paling

jelas adalah kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidupnya secara fisik,

yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, dan

kebutuhan-kebutuhan fisiologis lainnya. Seseorang akan mengabaikan atau menekan

kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpenuhi. Namun, menurut

Maslow, meskipun sifatnya sebagai yang paling dasar dan paling kuat, namun

kebutuhan-kebutuhan fisiologis hanya akan berpengaruh besar pada tingkah laku

manusia sejauh kebutuhan-kebutuhan itu tidak terpuaskan. Bagi banyak orang

yang hidup di tengah masyarakat yang beradab, jenis-jenis kebutuhan dasar ini

telah terpenuhi secara memadai.

Segera setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpenuhi secukupnya,

muncullah kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini

biasanya terpenuhi pada orang-orang dewasa yang normal dan sehat. Orang yang

sehat menginginkan keteraturan dan stabilitas, namun tidak seperti pada orang

yang tidak aman/ neurotik yang membutuhkannya secara berlebihan.

(33)

kelompoknya. Menurut Maslow, secara naluriah seseorang akan berusaha keras

mencapai tujuan yang satu ini. Suatu usaha yang patut dilakukan karena menurut

Maslow, tanpa adanya cinta maka pertumbuhan dan perkembangan orang akan

terhambat.

Setelah tiga tingkatan kebutuhan dapat dipenuhi, orang akan beranjak

menuju kebutuhan akan penghargaan. Maslow menemukan bahwa setiap orang

memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan; yakni, harga diri dan

penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri,

kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan

kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi

prestise

, pengakuan,

penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.

Selanjutnya yang disebut dengan kebutuhan akan aktualisasi diri, yakni

kebutuhan psikologis manusia untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan

menggunakan kemampuan yang dimiliki diri. Dengan kata lain, hasrat untuk

menjadi apa saja menurut kemampuannya. Maslow menemukan bahwa kebutuhan

ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan penghargaan terpuaskan

secara memadai. Maslow mengkategorikan kebutuhan akan aktualisasi diri

sebagai kebutuhan yang lebih tinggi yakni metakebutuhan atau kebutuhan akan

pertumbuhan (

Being-values

).

(34)

khidmat, kebahagiaan yang mendalam, kegembiraan, ketentraman atau ekstase.

Pengalaman ini disebut Maslow dengan istilah ”pengalaman puncak”, yakni saat

dalam kehidupan seseorang ketika orang itu berfungsi secara penuh, merasa kuat,

yakin pada dirinya dan menguasai diri sepenuhnya. Menurut Maslow, pengalaman

puncak sering dialami oleh kebanyakan orang dan tidak hanya terbatas pada

orang-orang yang sehat secara psikologis saja.

Tingkah laku yang digerakkan oleh

Being-values

sangat sukar dilukiskan

karena antara nilai yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan sepenuhnya.

Demikian juga halnya dengan pengalaman puncak, karena bentuk dan sifatnya

yang subyektif maka seringkali dianggap tidak ilmiah. Banyak orang yang selama

atau sesudah mengalami pengalaman puncak merasa beruntung dan bersyukur,

diliputi oleh perasaan cinta terhadap sesama serta terhadap dunia, bahkan dipenuhi

hasrat untuk berbuat kebajikan di dunia ini. Menurut Maslow, pengalaman puncak

memiliki hampir seluruh ciri yang secara tradisional disebut pengalaman religius

oleh hampir semua penganut agama dan kepercayaan.

Mengenai sifat hubungan antar kebutuhan yang hirarkis, menurut Maslow,

metakebutuhan sebagai kodrat manusia yang lebih tinggi memerlukan

kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai fondasi. Jadi, pada permulaan manusia digerakkan oleh

serangkaian kebutuhan dasar. Sesudah kebutuhan-kebutuhan itu terpuaskan, ia

beralih ke taraf kebutuhan yang lebih tinggi dan menjadi digerakkan oleh

kebutuhan-kebutuhan yang lebih mulia itu.

(35)

hasil bukan saja dari gabungan sejumlah kebutuhan dasar, melainkan juga hasil

dari kebiasaan-kebiasaan pribadi, pengalaman di masa lampau, bakat-bakat dan

kemampuan pribadi serta lingkungan sekitar.

(36)

Orang-orang yang bekerja dalam lingkungan sosial dan sebagian kebutuhan sosial

mereka harus dipenuhi di tempat kerja, juga di beberapa tempat lain di luar

pekerjaan. Kebutuhan sosial meliputi kebutuhan akan perasaan diterima oleh

orang lain dan perasaan ikut serta. Orang tidak hanya cukup memiliki, tetapi juga

membutuhkan penghargaan dan status. Oleh karena itu, orang akan terus berusaha

memenuhi kebutuhan pada tingkat keempat, yaitu penghargaan dan status (

esteem

and status

)

.

Kebutuhan akan penghargaan berupa kebutuhan akan perasaan

dihormati, kebutuhan akan perasaan maju atau berprestasi, kebutuhan akan harga

diri dan pandangan baik dari orang lain terhadap kita. Kita perlu merasakan bahwa

kita berharga, merasakan juga bahwa orang lain memandang kita berharga dan

percaya bahwa mereka juga berharga. Kebutuhan pada tingkat kelima adalah

perwujudan diri (

self-actualization

)

.

Kebutuhan ini kurang jelas jika dibandingkan

dengan kebutuhan lainnya, karena orang-orang masih sibuk dengan kebutuhan

tingkat ketiga dan keempat. Meskipun sedikit yang memperhatikan, tetapi

kebutuhan ini mempengaruhi hampir semua orang. Apabila kebutuhan tingkat

kelima ini dapat dipenuhi, orang-orang akan merasa bahwa pekerjaan mereka

menantang dan memperoleh kepuasan batin dari pekerjaannya.

(37)

AKTUALISASI DIRI

Kebenaran, Kebaikan, Keindahan, Sifat Hidup Individualitas, Kesempurnaan

Sifat Penting, Kepenuhan, Keadilan, Ketertiban Kesederhanaan, Sifat Kaya

Sifat Penuh Permainan, Sifat Tanpa Usaha Sifat Mencukupi Diri, Sifat Penuh Makna

CINTA DAN RASA MEMILIKI-DIMILIKI HARGA DIRI

PERLINDUNGAN DAN RASA AMAN FISIOLOGIS

Hierarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow:

Kebutuhan untuk

Tumbuh

(Metakebutuhan)

Kebutuhan

Dasar

Lingkungan Eksternal:

Prakondisi bagi pemuasan kebutuhan dasar, yakni;

kemerdekaan, keadilan, ketertiban, tantangan (stimulasi)

+ kebutuhan-kebutuhan untuk tumbuh memiliki nilai yang sama pentingnya

(38)

C.

Budaya Dayak

1.

Budaya

(39)

Dari berbagai definisi budaya di atas dapat disimpulkan pengertian

budaya yakni keseluruhan dari sistem nilai, gagasan, hasil karya, tindakan,

sikap, pola perilaku dan kebiasaan yang dipelajari dan diwariskan dari

generasi ke generasi oleh anggota masyarakat tertentu.

Berdasarkan definisi diatas, maka dalam penelitian ini sendiri ada dua

aspek yang menjadi konsep dasar dalam mencermati hubungan antara budaya

Dayak dengan individu (aktivis) antara lain:

a.

Budaya dipelajari melalui interaksi antara manusia dengan lingkungan

sosialnya.

Beberapa ahli merumuskan hubungan tersebut, antara lain Bandura

(dalam Huffman, 2001) dengan teori belajar sosial-nya. Menurut Bandura,

perilaku terbentuk/dipelajari melalui pengamatan, contohnya dengan

modelling

. Interaksi yang terjadi antara individu dengan lingkungannya

merupakan proses belajar, dimana kekuatan dari hubungan timbal balik

antara faktor kognitif – perilaku dan proses belajar dari lingkungan akan

menghasilkan kepribadian (

reciprocal determinism

).

b.

Budaya sebagai suatu sistem gagasan yang sifatnya abstrak, yang menjadi

pedoman bagi perilaku manusia.

(40)

yang mempengaruhi sikap individu antara lain stereotipe budaya,

nilai-nilai budaya, dan pengalaman pribadi.

Kedua hal yang menjadi konsep dasar tersebut sejalan dengan

pendapat Koentjaraningrat (1979), bahwa dalam memahami kebudayaan

secara menyeluruh dan terintegrasi, kita harus memahami empat komponen

penting dalam kebudayaan, yaitu: (1) sistem budaya; (2) sistem sosial; (3)

sistem kepribadian; dan (4) sistem organisma. Keempat komponen tersebut

berkaitan erat satu sama lain namun sekaligus merupakan entitas khusus

dengan sifatnya masing-masing.

Sistem budaya merupakan komponen abstrak dari kebudayaan dan

terdiri dari pikiran, gagasan, konsep, tema berpikir, dan keyakinan, atau

dengan kata lain dalam bahasa indonesia yang lazim disebut dengan

adat-istiadat.

Sistem sosial yang merupakan komponen konkret dari kebudayaan dan

terdiri dari aktivitas manusia atau tindakan-tindakan dan tingkah laku

berinteraksi antar-individu dalam rangka kehidupan masyarakat. Dengan

demikian sistem sosial ini dapat dilihat dan diobservasi.

(41)

Dengan demikian sistem kepribadian manusia berfungsi sebagai sumber

motivasi dari tindakan sosialnya.

Sistem organisma yakni proses biologis dan biokimia dalam organisma

manusia sebagai mahkluk alamiah. Sistem organisma ini juga turut

menentukan kepribadian individu, pola-pola tindakan, dan bahkan juga

gagasan-gagasan yang dicetuskan manusia.

2.

Suku Dayak

Suku Dayak merupakan penduduk asli pulau Kalimantan yang

domisilinya tersebar di seluruh pelosok pulau Kalimantan, termasuk yang

berada di wilayah RI maupun Malaysia dan Brunei Darussalam. Menurut

Regina

1

(2002),

Dayak adalah nama kelompok besar suku bangsa yang terdiri

atas ratusan anak suku, antara lain Iban, Ngaju, Khayaan, Kanayatn, Maanyan,

Dusun, dan Ot Danum. Anak-anak suku tersebut mempunyai bahasa dan

adat-istiadat sendiri yang berbeda satu sama lainnya, namun mereka memiliki

kesamaan dalam pola perladangan dan pengelolaan alam lingkungan. Mereka

juga memiliki sejumlah ritual yang sama dalam berbagai segi kehidupan,

seperti kelahiran, perladangan, dan kematian, walaupun dengan bentuk dan

cara yang berbeda. Kesamaan-kesamaan ini menjadi pengikat batin orang

Dayak sehingga merasa satu. Secara umum, struktur masyarakatnya tergolong

egalitarian, yakni tidak mengenal adanya tingkat atau strata penggolongan

bangsawan/kasta (Andasputra, 1997)

.

Namun orang Dayak mengenal lembaga

1

(42)

adat yang terdiri dari para

pengurus adat

atau

pemangku adat

2

, yang mengatur

berlangsungnya tata kehidupan masyarakat sesuai dengan adat-istiadat

setempat.

Masih menurut Regina, pribadi orang Dayak dikenal sangat sederhana,

monoton, kurang kreatif dan tidak berani mengambil inisiatif. Lebih banyak

menunggu, pasrah, menerima nasib, banyak mengalah, mengharap belas

kasihan orang lain, lugu dan polos. Cepat puas, kurang atau sedikit jiwa

berkompetisi. Melihat sesuatu secara lurus-lurus saja, tanpa memandang

lika-likunya. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan berbahasa setempat ”

ahe-ahe ja

toke

” yang bila diartikan kurang lebih: terserah atasan dan penguasa. Sikap

hidup ini membuat orang Dayak enggan memacu diri untuk maju. Lingkungan

yang nyaman dan tenang, alam yang ramah dan menyediakan kekayaan yang

berlimpah membuat orang Dayak menjadi manja dan tergantung pada alam.

Alif (1997) mengutarakan bahwa latar belakang hidup orang Dayak

adalah agraris

3

tradisional, yang selalu terikat dengan alam sekitarnya. Banyak

nilai-nilai kehidupan masyarakat Dayak yang bersumber dari tradisi ini,

sebagai contoh adalah upacara adat

Naik Dango

4

(Julipin, 1997). Pada

hakekatnya

Naik Dango

menyangkut seluruh aspek budaya masyarakat

Dayak, namun setidaknya ada tiga aspek yang menurut Julipin paling

dominan, yaitu:

2

Istilahnya bisa berlainan pada setiap sub-suku, tapi umumnya memiliki fungsi dan struktur yang hampir sama

3

Cara hidup masyarakat yang bersumber pada sektor pertanian; pada masyarakat Dayak sistemnya adalah dengan berladang.

4

yakni upacara syukuran atas panen padi; pada subsuku Dayak Kanayat’n; istilah lainnya adalah

(43)

a.

aspek kehidupan masyarakat agraris

Masyarakat Dayak tidak dapat lepas begitu saja dari cara hidup

tradisi warisan nenek moyangnya.

Naik Dango

atau

Gawai Padi

5

merupakan tradisi yang telah lama menyatu dalam kehidupan masyarakat

Dayak. Dalam upacara ini, benih padi untuk musim tanam selanjutnya

dipilih, dan hasil panen disimpan/dinaikkan ke dalam lumbung. Peristiwa

ini sekaligus menandai datangnya musim tanam yang baru.

b.

aspek religius

Hasil panen disimpan/dinaikkan ke dalam lumbung sambil diiringi

doa-doa permohonan dan persembahan

6

menurut tata cara kepercayaan

asli. Mereka percaya bahwa bilamana menginginkan keselamatan,

7

maka

upacara ini harus dilakukan, sekaligus sebagai pertanggungjawaban orang

Dayak kepada

Jubata

8

.

c.

aspek kekeluargaan, solidaritas dan persatuan

Dengan diadakannya upacara ini secara serentak dalam satu

wilayah adat, memungkinkan untuk saling mengunjungi antara keluarga

yang berlainan wilayah. Selain itu juga mempererat komunikasi antar

anggota keluarga dekat, mengingat pada hari pelaksanaan upacara

biasanya semua anggota keluarga akan berkumpul.

5

Istilah yang lebih umum dikenali oleh semua sub-suku Dayak

6

Sesaji, sajen, dalam bahasa Dayak Kanayat’n yaitu palantar

7

Bila tidak dilakukan niscaya akan terjadi malapetaka berupa gagal panen, tidak mendapat rejeki dan tidak diberkati oleh Jubata

8

(44)

Masih menurut Alif, mata pencaharian orang Dayak, selain berladang,

adalah beternak, berburu, dan mengumpulkan hasil alam seperti karet (karet

alam), rotan, damar, dan emas (secara tradisional, dengan mendulang).

(45)

Cara hidup mereka juga telah menyesuaikan diri dengan lingkungan

selayaknya cara hidup masyarakat urban di perkotaan, dengan profesi yang

juga semakin beragam sesuai dengan tingkat pendidikannya, namun rasa

keterikatan sebagai ”orang Dayak” tidak dapat lepas dari kesadaran identitas

diri orang Dayak di perkotaan (Florus, 1992). Identitas diri sebagai orang

Dayak ini ditunjukkan dengan adanya berbagai organisasi sosial-budaya

seperti paguyuban-paguyuban berdasarkan kedaerahan (sub-suku) dan

organisasi adat di berbagai tingkat daerah yakni Majelis Adat Dayak. Selain

itu, umumnya orang Dayak yang hidup di daerah perkotaan juga masih setia

menjalankan adat tradisi-nya dalam bentuk ritual-ritual dalam berbagai situasi

kehidupan seperti kelahiran, kematian, perkawinan, tolak bala bahkan

pengobatan.

Selain memiliki profesi yang beragam, agama yang dianut oleh orang

Dayak pada umumnya, khususnya di Kalimantan Barat, sebagian besar

Kristen (Katolik dan Protestan), dan sebagian lagi beragama Islam. Di

samping agama konvensional (agama-agama besar di luar keyakinan orang

Dayak) di atas, Dilen dan Julipin (1997) mengungkap tentang keberadaan

agama asli

9

orang Dayak. Dalam tradisi asli-nya, masyarakat Dayak percaya

akan adanya aturan tetap yang mengatasi segala yang terjadi dalam alam

semesta ini. Aturan alam raya ini bersifat stabil, selaras dan kekal. Keselarasan

tingkah laku manusia dengan aturan alam raya tersebut (yang disebut adat

10

)

9

kepercayaan asli dalam tradisi lisan orang Dayak tentang konsep hubungan manusia dengan dengan Sang Pencipta, sesama dan alam semesta

10

(46)

akan menentukan keluhuran dan kebahagiaan hidup manusia. Terkait dengan

kepercayaan asli suku Dayak yang diadaptasikan ke dalam pandangan tentang

kehidupan orang Dayak

modern

, Mecer (2003) mengungkap keberadaan

empat

Jalan Keselamatan

orang Dayak, yakni:

a.

Upacara Ritual

Segala kebiasaan yang berkaitan dengan kebutuhan spiritualitas

seperti halnya berdoa

11

, baik itu dalam keadaan sehari-hari maupun dalam

menghadapi berbagai situasi kehidupan

12

.

b.

Makan – Minum

Segala kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk kelangsungan

hidup.

c.

Tanam Benih

Segala kegiatan yang bertujuan untuk membantu diri sendiri dan

mempersiapkan masa depan, contohnya adalah kebiasaan menabung, yang

diibaratkan seperti memilih benih

13

, demikian halnya dengan menabung.

d.

Sosial

Berkaitan dengan perkawanan atau jaringan kerja, dimana suatu

usaha yang dilakukan bersama dengan orang lain akan membuahkan hasil

yang lebih besar jika dibandingkan dengan hasil yang didapat bila bekerja

sendiri.

Empat Jalan Keselamatan

tersebut merupakan pedoman yang

mengingatkan orang Dayak masa kini akan hal-hal utama yang harus

11

Menurut keyakinan/agama yang dianut, termasuk juga yang berkenaan dengan tradisi

12

Lahir, mati, pernikahan, pekerjaan, dan upacara-upacara tradisi seperti naik daNGO dll

13

(47)

dilakukan dalam mengelola kehidupannya, khususnya dalam menghadapi

situasi hidup di zaman yang kian tak menentu sekarang ini, dimana sebagian

besar masyarakat Dayak masih hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka

masih menjadi kaum kecil yang terpinggirkan di atas ’tanah’-nya sendiri.

(48)

Kalimantan. Kondisi ini menyebabkan orang Dayak semakin tertinggal dalam

berbagai bidang seperti pendidikan, politik, ekonomi, dan sebagainya.

(49)

masyarakat terjebak dalam kemiskinan. Semua itu merupakan realitas yang

sedang terjadi di Kalimantan pada umumnya dan pada masyarakat Dayak di

Kalimantan Barat pada khususnya.

D.

SegeraK

– Pancur Kasih

1.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau yang juga biasa dikenal

dengan sebutan

NGO

, atau

Non Government Organization

, merupakan suatu

organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau sekelompok masyarakat

dengan tujuan untuk melaksanakan usaha bersama dalam rangka peningkatan,

pengembangan, dan pemeliharaan sumber-sumber daya alam dan manusia.

Lebih lanjut usaha ini mengarah pada pemberdayaan masyarakat untuk dapat

mengelola sendiri berbagai bidang kehidupan dan lingkungan alamnya.

LSM biasanya berkaitan erat dengan masyarakat lokal dimana mereka

hidup dan berkembang. Program-program kerja yang dilaksanakannya-pun

senantiasa disesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat lokal tersebut.

Faktor budaya masyarakat setempat memiliki peran yang sangat penting

dalam pembentukan budaya lembaga. Karena itu seringkali organisasi

semacam ini disebut

Grass-Root Organization

(Clark, 1995).

(50)

Cooperative for American Relief Everywhere

(

CARE

),

Catholic Relief Service

,

dan sebagainya. Salah satu yang menerima pendanaan tersebut, contohnya;

gerakan Gandhi di India yang memiliki banyak pengikut dan sampai sekarang

masih terus berkembang, dengan kegiatan meliputi pusat kerajinan tenun dan

inisiatif teknologi tepat guna lainnya, sekolah yang memfokuskan pada

pendidikan fungsional, Mahkamah Rakyat yang mempraktekkan pada

penekanan masyarakat tanpa kekerasan untuk menegakkan keadilan bagi kasta

yang paling rendah, dan kampanye organisasi yang menuntut dilakukannya

land reform

dan aspek keadilan sosial lainnya yang bertujuan untuk

meningkatkan taraf hidup (Clark, 1995).

(51)

Di Brasil, gerakan pendekatan baru dalam

NGO

diilhami oleh gagasan

Paolo Freire yang mempelopori pendekatan “penyadaran”, yakni suatu

kombinasi antara pendidikan politik, organisasi sosial dan pembangunan

masyarakat lapisan bawah, maka

NGO

dirancang tidak hanya untuk

meningkatkan taraf hidup, tetapi juga untuk membantu agar orang dapat

melihat eksploitasi atas diri mereka dan menyadari bahwa mereka memiliki

peluang-peluang untuk menghentikan eksploitasi seperti itu melalui bantuan

organisasi massa. Penyadaran, juga diklaim, dapat membebaskan para

penindas itu sendiri! (Clark, 1995)

2.

Serikat Gerakan (

SegeraK

) – Pancur Kasih

SegeraK adalah sebuah organisasi

non-government

yang memiliki

keunikan dalam perspektifnya terhadap kehidupan bersama anggotanya pada

khususnya, serta masyarakat kecil pada umumnya. Dalam

Panduan Umum

Bagi Pengurus dan Anggota(

1999

),

dijabarkan sebagai berikut:

(52)

memperjuangkan pembebasan suku Dayak dari dominasi sosial, kultural,

ekonomi dan politik yang menindas.“

(53)

Pemberdayaan Sistem Hutan Kerakyatan –

CBFsM

, (11) Program

Pemberdayaan Sistem Tani Asli –

EAF

, (12) Dana Solidaritas Masyarakat

Dayak – DSMD, (13) Pendidikan Kritis – PENTIS, (14) Pemberdayaan

Ekonomi Kerakyatan – PEK, (15) Koperasi Persekutuan Dayak – KPD, (16)

Percetakan Mitra Kasih – MIKA, (17)

Credit Union

Keling Kumang

CU

-KK

, (18) Pemberdayaan Otonomi Rakyat – POR, (19) Aliansi Masyarakat

Adat Kalimantan Barat – AMA Kalbar, (20) Yayasan Bina Sumber Daya –

Kalimantan Tengah, (21) Serikat Petani Karet Kalbar – SPK Kalbar, (22)

Lembaga Dayak

Panarung

– LDP Kalteng, (23) Perkumpulan Nurani

Perempuan – PNP Kaltim, (24) Lembaga Bina

Banua Putijaji

– LBBPJ

Kaltim, (25) Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Daya Lestari – LPEDL

Kaltim, (26)

School For Holistic Empowerment

-

SHE

, (27) Lembaga

Konsultan

Y333

.

(54)

organisasi ini tentunya tidak lepas dari peran kepemimpinannya (M. Maran,

wawancara pribadi, 10 Mei 2003).

SegeraK, melalui setiap bagiannya, melakukan upaya-upaya

penyadaran dan pemberdayaan masyarakat agar dapat keluar dari berbagai

permasalahan dalam realitas kehidupan.

Penekanan pada kesadaran bahwa

sebagai masyarakat kecil yang kurang berdaya dalam perekonomian dan

kemampuan bersaing secara sosial dan intelektual, maka yang harus dilakukan

adalah menolong diri sendiri melalui usaha bersama, bukannya tergantung

pada pertolongan dari pihak lain yang entah kapan datangnya. Konsep

penyadaran dalam konteks ini ialah untuk menjadi berdaya dengan saling

memberdayakan.

Dalam Sidang Pleno Anggota pada tanggal 18 Juni 1996, merumuskan

visi SegeraK sebegai berikut:

“Masyarakat Adat khususnya masyarakat Dayak mampu menentukan

dan mengelola kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik, dalam

kebersamaan dengan semangat cinta kasih untuk merebut kembali

harkat dan martabatnya.”

Atas dasar visi tersebut maka misi SegeraK adalah memfasilitasi

anggota-anggotanya dalam usaha pemberdayaan masyarakat Dayak, dan untuk

menjalankan misi tersebut, maka digariskanlah prinsip-prinsip pelaksanaannya

yaitu: kebersamaan, nilai-nilai keadilan yang mengutamakan nilai-nilai

demokrasi dan hak asasi manusia, serta kesetaraan dan keadilan gender.

(55)

yang terletak di kota Siantan- kecamatan Pontianak Utara, bertempat di dua

lokasi yang terpisah, yakni di

Credit Union

Pancur Kasih –

CU

-PK,

Pendidikan Kritis – PENTIS, dan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan – PEK

(kelurahan Siantan Tengah) serta di Institut Dayakologi – ID, Lembaga Bela

Banua Talino – LBBT, Percetakan Mitra Kasih – MIKA dan Aliansi

Masyarakat Adat Kalimantan Barat – AMA Kalbar (kelurahan Siantan Hulu).

E.

Hubungan Antara Budaya Dayak dengan Teori Maslow

Robbins (1999) berpendapat bahwa teori-teori motivasi dipengaruhi oleh

budaya.

Hofstede (tahun tidak diketahui) mengatakan bahwa budaya mempunyai

pengaruh penting dalam nilai-nilai dan sikap karyawan yang berkaitan dengan

pekerjaan. Dalam penelitian ini, budaya Dayak menjadi latar belakang subyek,

yakni para aktivis SegeraK yang bersuku asli Dayak. Mereka lahir dan menetap

dalam masyarakat Dayak.

Selain berlatar belakang suku Dayak, pekerjaan subyek sebagai aktivis di

SegeraK semakin memperjelas keterlibatan mereka dalam masyarakat Dayak,

dimana sebagai sebuah LSM, SegeraK mempunyai visi-misi yang jelas

memperjuangkan masyarakat Dayak, yakni :

“Masyarakat Adat khususnya masyarakat Dayak mampu menentukan dan

mengelola kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik, dalam

kebersamaan dengan semangat cinta kasih untuk merebut kembali harkat

dan martabatnya.”

(56)

eksistensinya dan kedaulatan dalam menentukan nasibnya sendiri.

Lembaga-lembaga yang menjadi anggotanya adalah Lembaga-lembaga-Lembaga-lembaga yang senyatanya

memperjuangkan pembebasan suku Dayak dari dominasi sosial, kultural, ekonomi

dan politik yang menindas.

Hubungan antara budaya Dayak dengan teori motivasi Maslow terletak

pada peran budaya Dayak dalam pembentukan motivasi kerja individu yang

dibahas dalam kerangka teori motivasi Maslow. Motivasi kerja berkaitan dengan

faktor internal maupun eksternal. Dalam hal ini budaya Dayak berkaitan dengan

kepribadian individu yang merupakan salah satu faktor internal, sekaligus dengan

lingkungan (masyarakat) yang merupakan salah satu faktor eksternalnya. Oleh

karena itu, secara khas baik individu (secara pribadi) maupun pekerjaan dan

lingkungannya terkait dengan budaya Dayak baik itu dari pengalaman masa

lampau maupun dalam berbagai perwujudan/konsep akan masa depan yang

dimilikinya.

Budaya Dayak sebagai budaya yang mempengaruhi individu, mencakup

dua dimensi, yaitu secara teoritis dan secara empiris (berbagai situasi kehidupan

dalam masyarakat Dayak dewasa ini).

Secara teoritis, budaya Dayak ialah keseluruhan dari sistem nilai, gagasan,

hasil karya, tindakan, sikap, pola perilaku dan kebiasaan yang dipelajari dan

diwariskan dari generasi ke generasi oleh anggota masyarakat Dayak.

(57)

sosialnya yakni masyarakat Dayak. Yang kedua, budaya Dayak sebagai suatu

sistem gagasan yang sifatnya abstrak, yang menjadi pedoman bagi perilaku

aktivis, dalam hal ini perilaku bekerja.

Kedua hal penting tentang budaya Dayak dan aktivis SegeraK tersebut

diatas tidak bertentangan dengan apa yang dikemukakan oleh Maslow (dalam

Goble, 1987) yakni bahwa tingkah laku merupakan hasil dari berbagai daya.

Tingkah laku dapat merupakan hasil bukan saja dari gabungan sejumlah

kebutuhan dasar, melainkan juga hasil dari kebiasaan-kebiasaan pribadi,

pengalaman di masa lampau, bakat-bakat dan kemampuan pribadi serta

lingkungan sekitar. Maslow, dalam hal ini, setuju dengan Freud, yakni bahwa

pengalaman masa lampau hadir dalam masa kini dalam diri setiap orang,

demikian halnya dengan masa depan yang juga hadir dalam diri sang pribadi

kini

,

berwujud cita-cita, harapan, kewajiban, tugas, rencana, tujuan, kemampuan yang

belum terealisasikan, perutusan, takdir dan sebagainya.

(58)

Berdasarkan pemaparan diatas, diketahui bahwa budaya Dayak ikut

membentuk kepribadian para individu aktivis menjadi kepribadian orang Dayak.

Sebagai seorang individu Dayak, para aktivis SegeraK dituntut untuk

menyesuaikan diri dengan standar-standar budaya Dayak dan segala hal yang

ideal menurut masyarakat Dayak, yang dipelajari individu dari pola asuh

masyarakat Dayak yang diwarisinya, sehingga kepribadian mereka tak lepas dari

pengaruh budaya Dayak sebagai hasil dari proses belajar. Latar belakang ini, turut

mempengaruhi idealisme dan cara pandang subyek terhadap pekerjaannya. Latar

belakang budaya Dayak ini mempengaruhi subyek dalam memposisikan

diri-pribadinya dalam pekerjaannya, khususnya yang hendak dibahas dalam penelitian

ini yakni motivasi kerja individu.

Masih berkenaan dengan kepribadian orang Dayak, diketahui bahwa

secara psikologis orang Dayak memiliki perasaan rendah diri. Seperti yang

dikatakan oleh Djuweng (1992):

“Secara historis sistem kolonial telah menempatkan orang Dayak pada lapisan sosial yang paling rendah, yakni sebagai hamba/ulun bagi kelompok masyarakat feodal (Melayu) dan kolonial. Perlakuan ini sebagai bagian dari politik devide et impera pada masa itu. Dampak psikologis dari keadaan tersebut ‘diwariskan’ pada generasi-generasi berikutnya, yakni adanya perasaan inferioritas dalam diri orang Dayak. Kondisi psikis yang inferior ini diperparah oleh perlakuan rezim berkuasa yang masih saja menerapkan perlakuan yang sama pada orang Dayak meski sudah puluhan tahun bangsa ini merdeka”

Senada dengan Djuweng, ditambahkan oleh Bamba (2001):

(59)

karena domilisi mereka yang sebagian besar tersebar jauh di daerah pedalaman Kalimantan. Kondisi ini menyebabkan orang Dayak semakin tertinggal dalam berbagai bidang seperti pendidikan, politik, ekonomi, dan sebagainya”

Regina (2000) menggambarkan pribadi orang Dayak sebagai sangat

sederhana, monoton, kurang kreatif dan tidak berani mengambil inisiatif. Lebih

banyak menunggu, pasrah, menerima nasib, banyak mengalah, mengharap belas

kasihan orang lain, lugu dan polos. Cepat puas, kurang atau sedikit jiwa

berkompetisi. Melihat sesuatu secara lurus-lurus saja, tanpa memandang

lika-likunya. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan berbahasa setempat ”

ahe-ahe ja toke

yang bila diartikan kurang lebih: terserah atasan dan penguasa. Sikap hidup ini

membuat orang Dayak enggan memacu diri untuk maju. Lingkungan yang

nyaman dan tenang, alam yang ramah dan menyediakan kekayaan yang berlimpah

membuat orang Dayak menjadi manja dan tergantung pada alam.

Kenyataan tentang masyarakat Dayak ini membuat SegeraK, melalui

setiap bagiannya, melakukan upaya-upaya penyadaran dan pemberdayaan

masyarakat agar dapat keluar dari berbagai permasalahan dalam realitas

kehidupan.

Penekanan pada kesadaran bahwa sebagai masyarakat kecil yang

kurang berdaya dalam perekonomian dan kemampuan bersaing secara sosial dan

intelektual, maka yang harus dilakukan adalah menolong diri sendiri melalui

usaha bersama, bukannya tergantung pada pertolongan dari pihak lain yang entah

kapan datangnya, dengan kata lain menjadi berdaya dengan saling

memberdayakan.

(60)

tentang masyarakat Dayak tersebut mempengaruhi cara pandang/pikir individu

terhadap diri dan pekerjaannya. Di sisi lain, keterkaitan antara individu dengan

budaya /lingkungan mereka ini membantu peneliti dalam memahami dan

merumuskan motivasi kerja aktivis SegeraK yang berlatar belakang budaya

Dayak berdasarkan teori motivasi Maslow.

Dalam budaya Dayak terdapat nilai-nilai tentang prioritas yang harus

dipenuhi dan hal-hal penting yang berpengaruh dalam kehidupan individu Dayak.

Secara umum,

content

dari nilai-nilai tersebut senada dengan teori motivasi yang

dikemukakan Maslow, meskipun tidak sama persis secara hirarki, namun semua

kebutuhan tersebut memotivasi tingkah laku manusia.

Dalam

empat Jalan Keselamatan orang Dayak

terdapat,

Upacara Ritual,

yang merupakan representasi kebutuhan orang Dayak dari aspek spritual. Pada

hirarki Maslow, kebutuhan ini dapat digolongkan dalam kebutuhan akan

Aktualisasi Diri, dimana aspek spritual merupakan perwujudan dari nilai

keyakinan yang dimiliki oleh individu. Dalam menjalankan organisasi (gerakan),

visi-misi

SegeraK yang dijiwai semangat cinta kasih dan pengabdian untuk

memperjuangkan masyarakat yang tertindas, menjadi pedoman penting. Bila

dicermati lebih lanjut, nilai-nilai yang dianut ini kental dengan nuansa Kristiani

sebagai keyakinan yang umumnya dianut oleh orang Dayak.

(61)
(62)

ekonomi, atau dalam istilah mereka sendiri yakni cerdas secara finansial, sehingga

dengan demikian berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan akan perlindungan

dan rasa aman para aktivis dalam bekerja.

Nilai

Sosial

dalam budaya Dayak, yakni berkaitan dengan perkawanan

atau jaringan kerja, dimana suatu usaha yang dilakukan bersama dengan orang

lain akan membuahkan hasil yang lebih besar jika dibandingkan dengan hasil

yang didapat bila bekerja sendiri. Nilai sosial ini sama dengan kebutuhan akan

Cinta dan Rasa Memiliki-Dimiliki dalam teori Maslow, yang mencakup segala

bentuk dan kondisi relasi sosial dengan sesama. Dalam masyarakat Dayak

kebutuhan sosial sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari adat-istiadat yang

berlaku dalam budaya Dayak, diantaranya Upacara

Naik Dango

dan sistem

perumahan yang bersifat komunal seperti Rumah Panjang. Hal ini senada dengan

yang diungkapkan oleh Julipin (1997), dimana aspek kekeluargaan, solidaritas

dan persatuan menjadi aspek hidup yang dominan dalam tradisi masyarakat

Dayak.

(63)

Skema Penelusuran dalam Penelitian

Keterangan:

budaya Dayak

menjadi latar belakang subyek

teori motivasi Maslow yang dihubungkan dengan budaya Dayak

Motif/ Kebutuhan

dalam bekerja

Motivasi Kerja

Aktivis

Budaya

Dayak

Teori Motivasi

Maslow

(64)

A.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskripsitif kualitatif dengan analisis isi

atau

content analysis,

yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan suatu gejala

tertentu, dalam hal ini motivasi kerja aktivis SegeraK

berdasarkan teori motivasi

Maslow, secara sistematis dan terinci.

Agar memperoleh pemahaman yang jelas tentang realitas (gejala) yang

ada, maka penelitian ini menekankan pentingnya kedekatan dengan subyek

penelitian. Penelitian ini tidak menguji hipotesis melainkan hanya

mendeskripsikan informasi apa adanya (Poerwandari, 2001), dalam konteks

penelitian ini informasi yang dimaksud yakni motivasi kerja aktivis SegeraK

berdasarkan teori motivasi Maslow.

B.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara terhadap

subyek dan observasi terhadap aktivitas subyek sehari-hari di tempat kerja. Dalam

proses wawancara digunakan alat bantu rekam yaitu

tape recorder

.

Wawancara dipilih karena merepresentasikan pendapat, nilai, perasaan,

pengetahuan, pengalaman atau definisi yang dianut oleh seseorang, suatu

(65)

kelompok, atau suatu organisasi ketika orang, kelompok atau organisasi itu

menafsirkan pengalaman-pengalaman tersebut. Yang terpenting adalah

interpretasi subyektif mereka atas situasi mereka, baik pada masa lalu ataupun

masa sekarang (Mulyana, 2002; Patton, 2002). Data hasil wawancara merupakan

data primer dalam penelitian ini. Wawancara yang digunakan adalah wawancara

kualitatif dengan pendekatan informal yang menggunakan panduan wawancara

(Patton, 2002). Menurut Patton, wawancara ini bersifat mendalam, fleksibel,

terbuka, tidak terstruktur ketat sehingga dapat dikembangkan sesuai fakta dan

kondisi yang ada. Pewawancara tidak menyediakan frase atau kategori yang harus

digunakan oleh responden dalam mengungkapkan dirinya, karena tujuan dari

wawancara kualitatif adalah : untuk merekam bagaimana responden memandang

dunia mereka; untuk mempelajari ungkapan dan penilaian responden; dan untuk

me

Gambar

Tabel Hasil Penelitian………………....................………......62
Tabel Analisa Subyek-1
Tabel Analisa Subyek-1
Tabel Analisa Subyek-1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang memiliki sistem full day school tidak akan menimbulkan stres akademik pada siswa jika konsep full day school diterapkan dengan

89 Respon terhadap privasi informasi yang berkaitan dengan pada pelanggan?. 90 Respon untuk risiko keamanan

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem rekrutmen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, oleh karena itu

Industri pangan menjadi salah satu faktor yang dapat menciptakan stabilitas ekonomi daerah, khususnya di daerah Jawa Barat. Tanaman pangan merupakan salah satu subsektor dari

(5) Pengaruh harga, promosi, citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian melalui Facebook pada Online Shop Jersey Sepak Bola di Jember.. Sampel dalam

Di dalam permainan bola voli, memainkan bola dengan teknik passing bawah adakalanya harus dilakuka dengan satu tangan, yang mana posisi bola tidak memungkinkan untuk

Namun, karena kedua aplikasi tersebut menggunakan platform yang berbeda, maka dibutuhkan suatu teknologi yang dapat melakukan sinkronisasi data agar tidak terjadi

Objek penelitian ini adalah aplikasi untuk mendiagnosa penyakit sistem saraf pusat pada manusia berbasis android menggunakan metode forward chaining. Sistem ini