• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG FULL DAY SCHOOL DENGAN STRES AKADEMIK, KARAKTER, DAN MINAT BELAJAR PESERTA

DIDIK

Penelitian Dilakukan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh : Yuliana Stevania Djali

161334037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG FULL DAY SCHOOL DENGAN STRES AKADEMIK, KARAKTER, DAN MINAT BELAJAR PESERTA

DIDIK

Penelitian Dilakukan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh : Yuliana Stevania Djali

161334037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)

PERSEMBAHAN

iv

1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, Santu Yosep

2. Bapa Dorteus Jali, mama Regina Nai yang sudah merawat dan membesarkan saya dengan kasi sayang yang tulus

3. Ka Ocin, Ka Ijah, Ka Erna, Nana Sam, Ein, Cevano

4. Saudara dan teman-teman yang selama ini senantiasa selalu mendukung apapun yang saya lakukan

(4)

MOTTO

v

Mulailah dari tempatmu berada. Gunakan yang kau punya.

Lakukan yang kau bisa. (Arthur Ashe)

Hidup seperti sepeda.

Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak (Albert Eisten)

Bermimpilah seakan kau hidup selamanya. Hiduplah seakan kau akan mati hari ini

(5)

ABSTRAK

viii

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG FULL DAY SCHOOL DENGAN STRES AKADEMIK, KARAKTER, DAN MINAT BELAJAR PESERTA

DIDIK

Yuliana Stevania Djali Universitas Sanata Dharma

2020

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan persepsi siswa tentang full day school dengan stres akademik, karakter, dan minat belajar peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2020. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Sampel penelitian sejumlah 129 siswa adalah siswa kelas XI IPA, IPS, dan Bahasa yang diambil dengan teknik purposive

sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan

uji korelasi Product Moment Pearson .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) ada hubungan persepsi tentang

full day school dengan stres akademik dengan nilai Correlation coefficient sebesar

+0,202 dan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,022; (2) ada hubungan persepsi tentang full day school dengan karakter peserta didik dengan nilai Correlation

coefficient sebesar +0,381 dan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000; (3) ada

hubungan persepsi tentang full day school dengan minat belajar dengan nilai

Correlation coefficient sebesar +353 dan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000.

(6)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN THE PERCEPTION ON FULL DAY SCHOOL AND THE STUDENTS’ ACADEMIC STRESS, CHARACTERS, INTERESTS IN

LEARNING Yuliana Stevania Djali Sanata Dharma University

2020

This study aimed to determine whether there were correlations between students' perceptions of full day school and academic stress, character, and interests in learning. This research was an ex-post facto study conducted in May- June 2020. The population was all students of Stella Duce 2 Yogyakarta High School. The research samples consisted of 129 students from Grade XI of Physical Sciences, Social Sciences, and Language Study and were taken with a purposive sampling technique. Data were collected using questionnaires and analyzed by Pearson Product Moment correlation test.

The results of this study indicated that: (1) there was a correlation between perception on full day school and academic stress with the correlation coefficient value of +0.202 and the significance value (2-tailed) of 0.022; (2) there was a correlation between perception on full day school and the character of students withthe correlation coefficient value of +0.381 and the significance value (2-tailed) of 0,000; and (3) there was a correlation between perception on full day school and learning interest with the correlation coefficient value of +353 and the significance value (2-tailed) of 0,000.

Keywords: Perception on full day school, academic stress, character, interest in

(7)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIHAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 4

A. Full Day School ... 4

1. Pengertian Full Day School ... 4

2. Karakteristik Full Day School ... 6

3. Keunggulan dan Kelemahan Full Day School ... 7

4. Manfaat Full Day School ... 8

5. Faktor Penunjang Program Full Day School ... 9

6. Faktor Penghambat Program Full Day School ... 9

B. Stres Akademik ... 10

1. Pengertian Stres Akademik ... 10

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik ... 12

(8)

xiii

1. Pengertian Karakter ... 15

2. Fungsi Pendidikan Karakter ... 16

3. Nilai-nilai Karakter ... 16

D. Minat Belajar ... 17

1. Pengertian Minat Belajar ... 17

2. Ciri-ciri Minat Belajar ... 18

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 19

4. Indikator Minat Belajar ... 19

E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 20

F. Kerangka Berpikir ... 21

G. Paradigma Penelitian ... 23

H. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel ... 35

E. Teknik Penarikan Sampel... 37

F. Variabel Penelitian ... 37

G. Pengukuran Variabel ... 38

H. Teknik Pengumpulan Data ... 39

I. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 42

J. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Responden ... 47

B. Analisis Deskripsi ... 62

C. Analisis Korelasi ... 69

1. Uji Prasyarat Analisis ... 69

2. Pengujian Hipotesis ... 71

D. Pembahasan ... 77

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 65

(9)

xiv

(10)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Peserta Didik SMA Stella Duce 2 ... 35

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Peserta Didik Kelas XI IPA, IPS, BB SMA Stella Duce 2 .... 36

Tabel 3.3 Skala Likert ... 38

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Persepsi tentang Full Day School ... 39

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel Stres Akademik ... 40

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Variabel Karakter Peserta Didik ... 41

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Variabel Minat Belajar... 42

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Item Variabel Persepsi Tentang Full Day School... 43

Tabel 3.9 Hasil Uji Ulang Validitas Item Variabel Persepsi Tentang Full Day School .. 44

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Item Variabel Stres Akademik... 45

Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Variabel Karakter Peserta Didik ... 46

Tabel 3.12 Hasil Uji Ulang Validitas Variabel Karakter Peserta Didik ... 47

Tabel 3.13 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Belajar... 48

Tabel 3.14 Hasil Uji Ulang Validitas Variabel Minat Belajar ... 49

Tabel 3.15 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 51

Tabel 3.16 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Persepsi Tentang Full Day School 52 Tabel 3.17 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Stres Akademik ... 52

Tabel 3.18 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Karakter Peserta Didik ... 53

Tabel 3.19 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Minat Belajar... 53

Tabel 3.20 Kategori Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 54

Tabel 3.21 Perhitungan Rentang Skor Variabel Persepsi Tentang Full Day School Berdasarkan PAP Tipe II ... 55

Tabel 3.22 Perhitungan Rentang Skor Variabel Stres Akademik Berdasarkan PAP Tipe II ... 56

Tabel 3.23 Perhitungan Rentang Skor Variabel Karakter Peserta Didik Berdasarkan PAP Tipe II... 57

Tabel 3.24 Perhitungan Rentang Skor Variabel Karakter Minat Belajar Berdasarkan PAP Tipe II ... 58

(11)

xvi

Tabel 4.1 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Stres Akademik ... 61

Tabel 4.2 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Karakter Peserta Didik ... 62

Tabel 4.3 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Minat Belajar ... 62

Tabel 4.4 Kategori Penilaian Persepsi tentang Full Day School ... 64

Tabel 4.5 Deskripsi Data Persepsi tentang Full Day School ... 65

Tabel 4.6 Kategori Penilaian Stres Akademik ... 65

Tabel 4.7 Deskripsi Data Stres Akademik ... 66

Tabel 4.8 Kategori Penilaian Karakter Peserta Didik ... 67

Tabel 4.9 Deskripsi Data Minat Karakter Peserta Didik ... 67

Tabel 4.10 Kategori Penilaian Minat Belajar ... 68

Tabel 4.11 Deskripsi Data Karakter Minat Belajar... 69

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Bivariat Variabel Persepsi Tentang Full Day School dengan Stres Akademik ... 70

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Bivariat Variabel Persepsi Tentang Full Day School dengan Karakter Peserta Didik ... 70

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Bivariat Variabel Persepsi Tentang Full Day School dengan Minat Belajar ... 71

Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi antara Variabel Persepsi tentang Full Day School dengan Stres Akademik... 72

Tabel 4.16 Hasil Uji Korelasi antara Variabel Persepsi tentang Full Day School dengan Karakter Peserta Didik... 74

Tabel 4.17 Hasil Uji Korelasi antara Variabel Persepsi tentang Full Day School dengan Minat Belajar ... 76

(12)

xvii DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I ... 86 LAMPIRAN II ... 96 LAMPIRAN III ... 116 LAMPIRAN IV ... 133 LAMPIRAN V ... 136

(13)

1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju. Menurut para ahli ada beberapa pengertianyang mengupas tentang definisi dari pendidikan itu sendiri diantaranya menurut Jhon Dewei, pendidikan adalah salah satu proses pembaharuan makna pengalaman. Menurut Nurkholis (2013:24), pendidikan merupakan sebuah aktifitas yang memiliki maksud atau tujuan tertentu yang diarahkan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia.

Full day school merupakan perubahan yang dilakukan olehpemerintah

dalam pendidikan di Indonesia dari segi jam pembelajaran dari belajar delapan jam menjadi seharian penuh atau dapat dikatakan sampai sore. Proses pembelajaran ini dapat menyita banyak waktu peserta didik baik saat di rumah maupun di masyarakat. Dengan kata lain peserta didik tidak dapat melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan di luar sekolah. Dengan adanya penerapan full day school dapat berpengaruh terhadap stres peserta didik, stres yang dimaksud adalah stres akademik. Stres akademik adalah persepsi subjekif terhadap suatu kondisi akademik atau respon dialami siswa berupa reaksi fisik, perilaku, pikiran, dan emosi negatif yang muncul akibat adanya tuntutan sekolah atau akademik. Stres akademik merupakan kasus yang sering dialami oleh para

(14)

pesera didik. Hal tersebut dikarenakan banyaknya tuntutan akademik yang harus dihadapi, misalnya: ujian, tugas-tugas dan lain sebagainya.

Karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan pada anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, peyalahgunaan obat-obat terlarang, pornografi dan perusakan milik orang lain.

Full day school memiliki peran yang sangat penting terhadap penanaman

karakter pada peserta didik yaitu tidak hanya dari segi aspek kecerdasan kognitif tetapi juga meningkatkan aspek pendidikan karakter, pengaruh yang sangat signifikan terhadap penanaman karakter dan peningkatan pengetahuan pada peserta didik. Interaksi yang lebih lama memberikan kesempatan untuk guru mengamati karakter pada peserta didik.

Belajar yang terus-menerus hanya akan berpusat pada kegiatan akademik dan membutuhkan mental tinggi dan berkepanjangan. Dampaknya membuat peserta didik lelah, emosi terganggu, atensi konsentrasi yang kurang. Hal tersebut dapat berpegaruh terhadap minat belajar peserta didik. Minat belajar peserta didik akan berkurang, hal ini diakibatkan peserta didik sudah mulai lelah karena terus diberikan materi dari pagi sampai sore. Sedangkan pada anak yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi (pintar) minat belajarnya tinggi, karena peserta didik merasa senang terus mendapatkan materi dari guru dan banyak waktu untuk interaksi antara guru dan siswa. Dengan memiliki minat belajar yang tinggi, siswa akan mampu belajar dengan baik sehingga siswa akan lebih

(15)

dengan mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dengan latar belakang di atas penulis mengambil judul penelitian “Hubungan Persepsi tentang Full Day School dengan Stres Akademik, Karakter, dan Minat Belajar Peserta Didik”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan stres akademik peserta didik?

2. Apakah ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan karakter peserta didik?

3. Apakah ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan minat belajar peserta didik?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dikemukakan tujuan penelitian, yaitu:

1. Mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan stres akademik peserta didik.

2. Mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan karakter peserta didik.

(16)

3. Mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan minat belajar peserta didik.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat teoritik

a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan persepsi tentang full day school dengan stres akademik, karakter, dan minat belajar peserta didik.

b. Sebagai informasi atau dasar pijak akan penelitian pada waktu yang akan datang.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan informasi dan manfaat untuk bahan acuan bagi penelitian selanjutnya dan berbagai pihak terkait program full day school dalam upaya meningkatkan pengetahuan di bidang pendidikan.

(17)

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Program Full Day School 1. Pengertian Full Day School

Menurut Wahidin (Asmani 2017:15), pendidikan adalah usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menggembangkan potensi dirinnya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Full day school dapat diartikan dengan sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 07.00-15.15, sedangkan pada sekolah-sekolah umum, anak biasanya belajar di sekolah sampai pukul 13.00 WIB. Program sekolah sepanjang hari (full dayschool) merupakan program pendidikan yang seluruh aktivitasnya berada di sekolah sejak pagi sampai sore. Pelaksanaan sekolah full day school membutuhkan pemikiran-pemikiran yang analitis dalam penyusunan rencana strategis yang membutuhkan kemampuan prediktif berdasarkan data dan fakta sehingga kebutuhan-kebutuhan pelaksanaannya dapat terpenuhi pada saat ini dan masa yang akan datang.

Menurut Sismamto (Asmani 2017:19), full day school merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran. Full day school merupakan proses belajar yang dilaksanakan 8 jam dalam 1 hari atau 40 jam

(18)

selama 50 hari dalam 1 minggu, sesuai dengan Peraturan Menteri No. 23 tahun 2017.

Sistem full day school dapat diwujudkan dengan adanya pihak sekolah yang harus bisa bekerja sama dengan orang tua sehingga menjadi tim yang saling melengkapi untuk mencapai kecerdasan intelektual anak.

Menurut Alanshori (2016: 131-130), penerapan sistem full day

school diharapkan peserta didik dapat memperoleh :

a. Pendidikan umum yang luas terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

b. Pendidikan bahasa Inggris yang lebih proporsional.

c. Pendidikan kepribadian yang antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan bebasnya arus informasi dan globalisasi.

d. Potensi siswa tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler. e. Perkembangan minat, bakat dan kecerdasan anak sejak dini melalui

pemantauan psikologis.

f. Pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin karena waktu pendidikan siswa sekolah lebih lama, lebih terencana dan terarah.

Sistem pembelajaran full day school memfokuskan segala program pendidikan yang seluruh aktivitas berada di sekolah. Dengan begitu diharapkan dapat bermanfaat untuk pembinaan generasi yang kompak. Full

(19)

pembelajaran yang berkualitas yakni mendapat kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Menurut Alanshori (2016: 131-130), prestasi belajar yang dimaksimalkan dalam full day school dibagi menjadi tiga macam yaitu:

a. Prestasi yang Bersifat Kognitif

Prestasi bersifat kognitif yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, pengamatan, analisis, sintesis dan lain-lain. Misalnya seorang siswa dapat menyebutkan atau menguraikan kembali materi pembelajaran yang sudah dipelajari pada minggu lalu, maka siswa tersebut bisa dikatakan baik dalam prestasi kognitifnya.

b. Prestasi yang Bersifat Afektif

Prestasi yang bersifat afektif yaitu sikap menghargai, penerimaan, penolakan, dan lain-lain. Misalnya seorang siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan atau suatu permasalahan.

c. Prestasi yang Bersifat Psikomotorik

Prestasi yang bersifat psikomotorik yaitu kecakapan, eksperimen verbal dan nonverbal, keterampilan bertindak dan gerak. Misalnya seorang siswa menerima pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang tua.

(20)

Menurut Wicaksono (2018: 10-18), karakteristik yang paling mendasar dalam model pembelajaran full day school yaitu proses

integrated curiculum dan integrated activity yang merupakan bentuk

pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk siswa yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik. Sekolah yang menerapkan pembelajaran full day school, dalam melaksanakan pembelajaranaya bervariasi, baik ditinjau dari segi waktu yang dijadwalkan maupun kurikulum lembaga atau lokal yang digunakan, pada prinsipnya tetap mengacu pada penanaman nilai-nilai agama dan akhlak yang mulia. Baharudin Wicaksono (2018: 10-18), menyatakan bahwa sekolah yang bersistem full day school tidak hanya berbasis sekolah formal, namun juga informal. Sistem pengajaran yang diterapkan sangat menyenangkan (tidak kaku dan monoton). Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif sedangkan siswa diberi keleluasaan untuk memilih tempat belajar. Sekolah yang menerapkan full day school dapat menciptakan situasi yang sangat menyenangkan serta mewujudkan keakraban antara siswa dan guru yang nantinya melahirkan generasi cerdas intelektual serta emosional.

Karakteristik full day school adalah mengedepankan akhlak dan prestasi akademik, memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler, sistem pengajaranya sangat menyenangkan, tenaga pengajar terdiri dari guru guru bidang studi yang profesional, menggunakan kurikulum yang terpadu serta memberikan pengalaman belajar yang luas pada anak.

(21)

Pelaksanaan full day school merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan, baik dalam prestasi maupun dalam hal moral dan akhlak. Dengan mengikuti full day school, orang tua dapat mencegah dan menetralisir kemungkinan dan kegiatan-kegiatan anak yang menjerumus pada kegiatan yang negatif.

3. Keunggulan dan Kelemahan Full Day School

Sebagai sebuah terobosan progresif dalam dunia pendidikan, full day

school menarik para orang tua yang memiliki mobilitas tinggi atau orang

tua yang menyadari zaman yang semakin berat di mana peran orang tua sudah tidak mendominasi lagi dalam pendidikan anak. Daya tarik full day

school tidak lepas dari keunggulan dan keistimewaanya. Menurut Asmani

(2017:31), keunggulan dari full day school adalah: a. Optimalisasi pemanfaatan waktu.

b. Intensif menggali dan menggembangkan bakat. c. Menanamkan pentingnya proses.

d. Fokus dan belajar. e. Memaksimalkan potensi. f. Menggembangkan kreativitas. g. Anak terkontrol dengan baik.

Tidak hanya keunggulan, namun program full day school masih memiliki kelemahan. Menurut Asmani (2017:49), kelemahan program full

day school adalah :

(22)

b. Sifat egoisme pada peserta didik.

c. Program full day school menimbulkan rasa bosan pada peserta didik d. Program full day school acapkali menimbulkan rasa bosan pada siswa.

Sistem pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan kesiapan baik fisik, psikologis, maupun intelektual yang bagus. Jadwal kegiatan pembelajaran yang padat dan penerapan sanksi yang konsisten, dalam batas tertentu akan menyebabkan siswa menjadi jenuh.

e. Program full day school memerlukan perhatian dan kesungguhan manajemen bagi pengelola. Agar proses pembelajaran pada lembaga pendidikan yang berpola full day school berlangsung optimal.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa keunggulan dan kelemahan full day school adalah siswa memperoleh pendidikan umum, mendapatkan tambahan jam pelajaran di sekolah yang diberikan oleh tenaga pengajar yang profesional dan tidak hanya itu siswa juga dapat mengasah bakat, minat dan kemampuannya melalui kegiatan non akademik di sekolah. Kelemahan program ini sendiri adalah rasa bosan pada siswa, perlunya perhatian dan kesungguhan manajemen pengelola untuk mengontrol perkembangan program tersebut.

4. Manfaat Full Day School

Full day school masih menjadi perdebatan karena penyelengaraannya yang seharian penuh di sekolah. Banyak yang setuju dengan full day school, namun ada juga yang tidak setuju dengan sistem

(23)

sekolah ini. Menurut Apriyani, dkk (2018: 532-542), manfaat dari full day

school:

a. Membentuk Karakter Siswa

Penerapan full day school akan membuat siswa tinggal selama 8 jam di sekolah, guru akan lebih mudah memantau aktivitas siswa. Kelakuan siswa akan lebih mudah dikontrol di lingkungan sekolah, ini juga akan memberikan manfaat disiplin di sekolah sehingga siswa dapat terhindar dari pengaruh buruk dari lingkungan luar.

b. Waktu Belajar Lebih Lama

Dengan adanya full day school siswa akan berada selama 8 jam di sekolah. Hal ini membuat siswa memiliki waktu belajar yang lama dibandingkan dengan sistem sekolah sebelumnya.

c. Kegiatan Ekstrakurikuler Lebih Efektif

Setiap sekolah biasanya terdapat kegiataan tambahan, atau bisa disebut ekstrakurikuler. Dengan adanya sistem full day school, siswa tentunya masi berada di sekolah, sehingga tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

5. Faktor Penunjang Program Full Day School

Menurut Utami (2018: 687-693), faktor penunjang keberhasilan program full day school adalah:

(24)

Lingkungan sekolah yang kondusif dapat terwujud apabila kepala sekolah memiliki kecerdasan emosi tinggi dan gaya kepemimpinan yang tepat.

b. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Kompetensi manajerial kepala sekolah meliputi kemampuan manajemen dan kepemimpinan, yang dilengkapi keterampilan, konseptual dan teknis.

c. Profesionalisme Guru

Adanya guru profesional diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan proses belajar mengajar serta mampu memaksimalkan perkembangan anak didik dengan sebaik- baiknya.

d. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana tersebut berupa buku bacaan, ruang belajar, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, dan lain-lain. Semua itu sangat berguna sebagai pendukung pelaksanaan full day school bahkan menjadi faktor yang sangat penting dalam kelancaran proses belajar mengajar.

6. Faktor Penghambat Program Full Day School

Menurut Utami (2018: 687-693), faktor penghambat dalam program

full day school yaitu:

(25)

Strategi yang bersifat input oriented lebih bersandar kepada asumsi bahwa semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku, sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan lulusan yang bermutu sebagaimana yang diharapkan.

b. Pengelolaan Pendidikan yang Banyak Diatur oleh Pusat

Pengelolaan pendidikan yang banyak diatur oleh pusat akan menyebabkan tidak terselenggaranya pendidikan secara tidak optimal, mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan beragam, sehingga dibutuhkan kedinamisan dan kreativitas dalam melaksanakan peningkatan kualitas atau mutu pendidikan.

c. Rendahnya Partisipasi Masyarakat

Rendahnya partisipasi masyarakat akan menghambat proses pengembangan pendidikan yang sedang berlangsung.

(26)

B. Stres Akademik

1. Pengertian Stres Akademik

Pendidikan di sekolah dapat memenuhi beberapa kebutuhan siswa dan menentukan kualitas kehidupan mereka di masa depan. Namun dalam proses pendidikan di sekolah siswa tidak jarang mengalami stres karena ketidakmampuannya beradaptasi dengan program di sekolah. Stres yang dialami siswa akan terakumulasi terhadap gangguan psikolog dan penyakit fisik. Stres yang tidak dapat dikendalikan oleh siswa akan mempengaruhi pikiran, perasaan, reaksi fisik dan tingkah lakunya. Siswa akan sulit memusatkan perhatian dalam belajar, sulit mengingat pelajaran atau susah lupa, sulit memahami bahan pelajaran dan berpikir negatif pada diri dan lingkungan siswa. Stres akademik adalah stres yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa di sekolah, berupa ketegangan-ketegangan yang bersumber dari faktor akademik yang dialami siswa, sehingga mengakibatkan terjadinya distrosi pada pikiran siswa yang mempengaruhi fisik, emosi, dan tingkah laku.

Stres adalah tekanan yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan harapan, dimana terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan individu untuk memenuhinya yang dinilai potensial membahayakan, mengancam, menggangu, dan tidak terkendali. Stres akademik adalah stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan. Stres akademik adalah stres yang disebabkan oleh academic

(27)

dari proses pembelajaran atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar seperti: tekanan untuk naik kelas, lama belajar, mencontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, keputusan menetukan jurusan atau karier serta kecemasan ujian dan manajemen stres. Stres akademik adalah suatu kondisi atau keadaan dimana terjadi ketidaksesuaian antara tuntutan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan.

Stres akademik merupakan respon siswa terhadap berbagai tuntutan yang bersumber dari proses belajar mengajar :

a. Tuntutan kelas.

b. Menyelesaikan banyak tugas. c. Mendapat nilai ulangan yang tinggi. d. Keputusan menentukan jurusan. e. Kecemasan menghadapi ujian.

f. Tuntutan untuk dapat mengatur waktu belajar.

Berdasarkan berbagai definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa stres akademik adalah tekanan akibat persepsi subjektif terhadap suatu kondisi akademik. Tekanan ini melahirkan respon yang dialami siswa berupa reaksi fisik, perilaku, pikiran, dan emosi yang negatif yang muncul akibat adanya tuntutan sekolah atau akademik.

(28)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik

Menurut Barseli (2017: 143-148), faktor-fakor yang dapat mempengaruhi stres akademik yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor Internal

Individu yang berpikir tidak dapat mengendalikan situasi, cenderung mengalami stres lebih besar. Semakin besar kendali bahwa ia dapat melakukan sesuatu, semakin kecil kemungkinan stres yang dialamisiswa. 1) Kepribadian

Kepribadian seorang siswa dapat menentukan tingkat toleransinya terhadap stres. Tingkat stres siswa yang optimis biasanya lebih kecil dibandingkan siswa yang sifatnya pesimis.

2) Keyakinan

Penyebab internal yang selanjutnya yang turut menentukan tingkat stres siswa adalah keyakinan atau pemikiran terhadap diri. Keyakinan terhadap diri memainkan peranan penting dalam menginterpretasikan situasi-situasi di sekitar individu. Penilaian yang diyakini siswa dapat mengubah pola pikirnya terhadap suatu hal bahkan dalam jangka panjang dapat membawa stres secara psikologis.

b. Faktor Ekstrernal

Menurut Barseli (2017: 143-148), faktor eksternal yang mengakibatkan stres akademik adalah sebagai berikut:

(29)

1) Pelajaran Lebih Padat

Kurikulum dalam sistem pendidikan standarnya semakin lebih tinggi. Akibatnya persaingan semakin ketat, waktu belajar bertambah, dan beban siswa semakin meningkat.

2) Tekanan untuk Berprestasi Tinggi

Para siswa sangat ditekan untuk berprestasi dengan baik dalam ujian-ujian mereka. Tekanan ini terutama datang dari orangtua, keluarga, guru, tetangga, teman sebaya, dan diri sendiri.

3) Dorongan Status Sosial

Pendidikan selalu menjadi simbol status sosial. Orang-orang dengan kualifikasi akademik tinggi akan dihormati masyarakat dan yang tidak berpendidikan tinggi akan dipandang rendah. Siswa yang berhasil secara akademik sangat disukai, dikenal, dan dipuji oleh masyarakat. Sebaliknya, siswa yang tidak berprestasi di sekolah disebut lambat, malas atau sulit. Mereka dianggap sebagai pembuat masalah, cenderung ditolak oleh guru, dimarahi orangtua, dan diabaikan teman- teman sebayanya.

4) Orangtua Saling Berlomba

Pada kalangan orangtua yang lebih terdidik dan kaya informasi, persaingan untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan dalam berbagai aspek juga lebih keras. Seiring dengan perkembangan pusat-pusat pendidikan informal, berbagai macam

(30)

program tambahan, kelas seni rupa, musik, balet, dan drama yang juga menimbulkan persaingan siswa terpandai, terpintar, dan serba bisa. 3. Gejala-gejala Stres Akademik

Menurut Barseli (2017: 143-148), individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala emosional dan fisik. Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:

a. Gejala Emosional

Siswa yang mengalami stres emosional ditandai dengan gelisah dan cemas, sedih atau depresi karena tuntutan akademik, dan merasa harga dirinya menurun atau merasa tidak mampu untuk melaksanakan tuntutan dari pendidikan atau akademik.

b. Gejala Fisik

Siswa yang mengalami stres akademik secara fisik ditandai dengan sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur, susah tidur, sakit punggung, mencret, lelah atau kehilangan energi untuk belajar. Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :

1) Gejala Fisik

Gejala yang termaksud kategori fisik yaitu: sakit kepala, jantung berdebar-debar, perubahan pola makan lemah atau lemas, seringbuang air kecil, dan sulit menelan.

(31)

2) Gejala Emosi

Gejala yang termaksud kategori emosi yaitu: depresi, cepat marah, murung, cemas, khawatir, mudah menangis, gelisah terhadap hal-hal yang kecil, panik, dan berperilaku implusif.

3) Gejala Perilaku

Gejala yang termaksud kategori perilaku: dahi berkerut, tindakan agresif, kecendrungan menyendiri, ceroboh, menyalahkan orang lain, melamun, gelak tawa gelisah bernada tinggi, berjalan mondar-mandir, dan perilaku sosial yang berubah.

4. Respon terhadap Stres Akademik

Menurut Barseli (2017: 143-148), reaksi terhadap stresor akademik terdiri dari pikiran, perilaku, reaksi tubuh, dan perasaan. Lebih lanjut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Pemikiran

Respon yang muncul dari pemikiran, seperti: kehilangan rasa percaya diri, takut gagal, sulit berkonsentrasi, cemas akan masa depan, melupakan sesuatu, dan berpikir terus-menerus mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan.

b. Perilaku

Respon yang muncul dari perilaku, seperti: menarik diri, menggunakan obat-obatan dan alkohol, tidur terlalu banyak atau sedikit, makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, dan menangis tanpa alasan.

(32)

c. Perasaan

Respon yang muncul dari perasaan, seperti: cemas, mudah marah, murung, dan merasa takut.

C. Karakter

1. Pengertian Karakter

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahaan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai- nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa. Karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hiup bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Ki Hadjar Dewantara (Suparno, 2015: 28), karakter atau watak adalah paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehigga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan yang satu dengan yang lain.

Driyarkara (Suparno, 2015: 28), menyamakan karakter dengan budi pekerti. Seseorang dikatakan mempunyai budi pekerti atau karakter apabila dia mempunyai kebiasaan mengalahkan dorongan yang tidak baik dalam dirinya. Dalam budi pekerti, bakat-bakat yang baik dikembangkan

(33)

sehingga mendominasi kehidupan orang tersebut. Unsur pendidikan sangat baik untuk membangun karakter seseorang.

Karakter merupakan kualitas atau kekuatan mental moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

Menurut Suparno (2015:29-30), pendidikan karakter berarti pendidikan yang bertujuan untuk membantu agar siswa-siswa mengalami, memperoleh, dan memiliki karakter yang kuat yang diinginkan. Jika karakter jujur terjadi, maka pendidikan karakter berari suatu usaha untuk membantu siswa agar nilai kejujuran itu menjadi miliknya dan menjadi bagian hidupnya yang mempengaruhi seluruh cara berpikir dan bertindak dalam hidupnya. Secara umum pendidikan ini adalah untuk membentuk karakter seorang peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral berahklak mulia, bertoleran, tangguh, dan perilaku baik. Menurut Puspitasari (2014: 46), tujuan pendidikan karakter sebagai berikut:

a. Membentuk bangsa yang tangguh, bermoral, kompetitif, berahklak mulia bertoleran, tangguh, bergotong royong, berjiwa patriok, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

(34)

b. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan simbang, sesuai standar kompetensi lulusan.

2. Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut Puspitasari (2014: 46), fungsi dari pendidikan karakter sebagai berikut:

a. Mengembangkan potensi dalam diri manusia sehingga menjadi individu yang bepikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik, b. Untuk membangun dan memperkuat perilaku masyarakat yang

multikultural,

c. Untuk membangun dan meningkatan peradaban bangsa yang kompetitif dalam hubungan internasional.

3. Nilai-nilai Pembentuk Karakter

Menurut Puspitasari (2014: 46), nilai-nilai pembentuk karakter sebagai berikut: a. Religius b. Jujur c. Toleransi d. Disiplin e. Kreatif f. Mandiri g. Tanggung jawab

(35)

h. Peduli sosial

D. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Menurut Slameto (Siagian 2012: 122-131), pengertian minat adalah suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan yang memberi pengaruh positif terhadap pembelajaran akademik, domain pengetahuan dan bidang studi tertentu bagi individu. Jadi dalam proses belajar siswa harus mempunyai minat atau kesukaan untuk mengikuti kegiatan belajar yang berlangsung, karena dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk menunjukkan perhatian, aktivitasnya dan partisipasinya dalam mengikuti belajar yang berlangsung. Menurut Ahmadi (Siagian 2012: 122-131), minat adalah sikap jiwa seseorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang kuat. Menurut Slameto (Siagian 2012: 122-131), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu hal atau aktivitas tertentu cenderung memberikan perhatian yang besar terhadap kegiatan tersebut.

(36)

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian minat adalah rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan. Dengan demikian disimpulkan bahwa pengertian minat belajar adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku.

2. Ciri-Ciri Minat Belajar

Menurut Syardiansah (2016: 444), ciri-ciri minat belajar yaitu: a. Minat tergantung pada kegiatan belajar.

b. Perkembangan minat mungkin terbatas. c. Minat tergantung pada kesempatan belajar. d. Minat dipengaruhi oleh budaya.

e. Minat berbobot emosional.

f. Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

Menurut Slameto (Siagian 2012: 122-131), ciri-ciri siswa yang berminat dalam belajar adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

b. Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya.

(37)

d. Lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal yang lainnya.

e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian prestasi belajar. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Menurut Marleni (2016:149-159), faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa yang meliputi dua aspek, yakni:

1) Aspek Fisiologis

Kondisi jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam pembelajaran.

(38)

2) Aspek Psikologis

Aspek psikologis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang terdiri dari, intelegensi, bakat siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial terdiri dari: sekolah, keluarga, masyarakat dan teman sekelas.

2) Lingkungan Nonsosial

Lingkungan sosial terdiri dari: gedung sekolah dan letaknya, faktor materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah tempat tinggal, alat-alat belajar.

4. Indikator Minat Belajar

Menurut Ricardo, dkk (2017: 188-201), indikator dari minat belajar sebagai berikut:

a. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu pelajaran maka ia sama sekali tidak merasa terpaksa mengikuti pelajaran tersebut.

(39)

b. Ketertarikan Siswa

Ketertarikan siswa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, atau bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

c. Perhatian Siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, maka dengan sendirinya akan memperhatikan objek tertentu.

d. Intensitas Belajar Siswa

Minat atau tidak minat seseorang terhadap suatu aktifitas dapat dilihat dari keaktifannya dalam bidang tertentu.

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan pada tujuan awal penelitian, maka perlu adanya penelitian yang relevan. Beberapa penelitian yang relevan, meliputi:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sandi Pratama dengan judul “Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui Program Pembelajaran Full Day School”. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter di sekolah Alam Insan Kamil melalu pembelajaran full day school membentuk karakter siswa diantaranya: karakter keagamaan, karakter kebangsaan dan karakter kemanusiaan. Karakter siswa dibentuk melalui kegiatan pembelajaran

(40)

seharian penuh dari pagi hari sampai sore hari di sekolah. Karakter dikembangkan melalui pengetahuan, menuju kebiasaan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dina Melan Sari dengan judul “Pengaruh Program Full Day School terhadap Prestasi Belajar Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 93,2% siswa menyatakan bosan , hal ini dikarenakan kegiatan di sekolah yang padat membuat siswa merasa lelah, dan jenuh. Waktu untuk bermain, bersosialisasi dengan orang tua, teman dan lingkungan sekitar berkurang karena lamanya waktu mereka di sekolah, terlebih lagi guru masih memberikan tugas yang di kumpul keesokan harinya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Hesi Oktamiati dengan judul “Tingkat Stres Akademik Anak Usia Sekolah terhadap Sistem Full Day School di Sekolah Dasar Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang memiliki sistem full day school tidak akan menimbulkan stres akademik pada siswa jika konsep full day school diterapkan dengan baik dan benar sesuai kondisi anak didik.

F. Kerangka Berpikir

Full day school dapat diartikan dengan sekolah sepanjang hari atau

proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 07.00-15.15, sedangkan pada sekolah-sekolah umum, anak biasanya sekolah sampai pukul 13.00 WIB. Jika persepsi siswa terhadap full day school tidak baik maka pelaksanaan program full day school tidak dapat berjalan dengan baik. Namun, bila persepsi siswa terhadap pelaksanaan full day school baik, maka peserta didik akan

(41)

mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa baik prestasi yang berisfat kognitif, prestasi yang bersifat afektif, maupun prestasi yang bersifat psikomotorik.

Dengan adanya penambahan jam belajar pada program full day school, kemungkinan besar akan menimbulkan berbagai permasalahan yang dialami peserta didik. Permasalahan ini muncul karena kurangnya waktu istirahat dan banyaknya tekanan yang harus dihadapi di bidang akademik, hal ini akan mempengaruhi suasana hati peserta didik sehingga munculnya ketidakmampuan peserta didik mengelola stres. Stres yang dialami peserta didik akan berpengaruh terhadap perasaan, fisik, dan tingkah laku dari peserta didik. Peserta didik yang berpersepsi tidak baik tentang pelaksanaan program full day school akan mengalami stres akademik, karena dalam penerapan program full day school memberikan banyak permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Permasalahan yang dialami peserta didik adalah pemberian tugas yang banyak, sulit mengingat materi dan mudah lupa dan juga proses pelaksanaan pembelajaran yang cukup lama di sekolah.

Pendidikan karakter sangat erat hubunganya dengan pendidikan moral dimana tujuanya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus menerus guna penyempurnaan diri ke arah hidup yang lebih baik. Pada sekolah yang sudah menerapkan program ful day school erat kaitannya dengan konsep pendidikan karakter. Pembentukan karakter merupakan pembiasaan kepada hal-hal yang membuat terbentuknya karakter yang diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan, tindakan serta inovasi untuk

(42)

memberikan dampak dan mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini tujuan yang diharapkan adalah tertanamnya karakter yang baik/mulia pada peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap, motivasi dan perilaku. Dalam proses implementasi full day school seorang pendidik tidak hanya menguasai materi pelajaran saja, tetapi juga menguasai nilai-nilai spiritual moral dan akhlak yang dibiasakan dalam keseharian untuk diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran yang mengarah kepada pembentukan karakter peserta didik. Pendidik memiliki peran yang penting dalam memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang muncul selama penerapan full day school, dengan demikian penerapan full day school dalam pembentukan karakter yang baik/mulia akan tercapai. Peserta didik yang berpersepsi baik tentang pelaksanaan program full

day school maka dapat menanamkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-

hari.

Minat belajar setiap siswa berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan keinginan siswa untuk belajar. Dalam full day school peserta didik mempunyai waktu yang lama untuk belajar, hal ini akan berpengaruh terhadap minat belajar dari peserta didik. Minat belajar yang tinggi akan menimbulkan reaksi bagi seseorang seperti senang suka bertanya dan sebagainya. Minat belajar yang tinggi membuktikan bahwa siswa tersebut memahami dan mengerti materi yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan demikian siswa merasa program

full day school memberikan peserta didik pengetahuan yang lebih banyak.

Peserta didik yang berpersepsi baik tentang program pelaksanaan full day school akan memiliki minat belajar yang tinggi.\

(43)

Y2 Y1

Y3 G. Paradigma Penelitian

Pada penelitian ini, dapat digambarkan paradigma penelitiannya sebagai berikut:

Keterangan :

Y1 = Stres Akademik Y2 = Minat Belajar

Y3 = Karakter Peserta Didik

X = Persepsi tentang Full Day School

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah proposisi yang dibuat dan dimaksudkan untuk mengumpulkan bukti-bukti dalam rangka menguji proposisi tersebut. Dalam bahasa yang lebih sederhana hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan sementara dimana masih diperlukan bukti-bukti untuk menguji dugaan tersebut. Atau hipotesis adalah proposisi yang perlu diuji.

(44)

1. Hipotesis 1

H0 : Tidak ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan stres akademik peserta didik

H1 : Ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan stres akademik peserta didik

2. Hipotesis 2

H0 : Tidak ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan karakter peserta didik

H1 : Ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan karakter peserta didik

3. Hipotesis 3

H0 : Tidak ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan minat belajar peserta didik

H1 : Ada hubungan antara persepsi tentang full day school dengan minat belajar peserta didik

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex post facto.

Ex post facto berarti setelah kejadian, dalam penelitian ini peneliti menyelidiki

permasalahan dengan mempelajari atau meninjau variabel-variabel yang ada. Menurut (Sudaryono, 2016:15), penelitian ex post facto berusaha untuk menentukan sebab akibat, atau adanya perbedaan dalam tingkah laku atau status kelompok individu. Penelitian ini dapat dilakukan dengan baik, dengan menggunakan kelompok pembanding. Dalam penelitian ini, sampel yang dibandingkan adalah persepsi tentang full day school dengan tingkat stres akademik, karakter, dan minat belajar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang beralamat di Jl. Doktor Sutomo No.16, Baciro, Kec. Gondokusuma, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu satu bulan yang berlangsung mulai bulan Mei hingga Juni 2020.

(46)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah persepsi tentang full day school, stres akademik, karakter, dan minat belajar peserta didik.

D. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sudaryono,2016:117). Populasi dalam penelitian ini didasarkan pada jumlah seluruh peserta didik SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 462. Secara rinci jumlah tersebut dapat disajikan dengan tabel distribusi populasi penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Distribusi Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Peserta Didik

1 X 153

2 XI 129

3 XII 180

(47)

Seluruh peserta didik SMA Stella Duce 2 memiliki rentang usia 15-18 tahun dan tergolong sebagai remaja yang sedang dalam tahap perkembangan dan mengalami kegiatan belajar mengajar dengan program full day school.

b. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:118), sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI jurusan MIPA, IPS dan Bahasa.

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Peserta Didik Kelas XI SMA Stella Duce 2

No Kelas Jumlah Peserta Didik

1 XI BB 18 2 XI MIPA 1 27 3 XI MIPA 2 27 4 XI IPS 1 29 5 XI IPS 2 28 Jumlah Sampel 129

(48)

E. Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling yang akan digunakan dalam penarikan sampel adalah purposive sampling. Peserta didik yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI karena siswa kelas XI lebih lama beradaptasi dengan sistem pembelajaran full day school. Peserta didik yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA, IPS, dan BB sebanyak 129 responden.

F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Variabel Terikat (Dependen Variable)

Variabel terikat atau dependen variabel merupakan faktor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh faktor lain. Dalam penelitian ini variabel terikat sebagai berikut:

1) Variabel terikat pertama (Y1) yaitu stres akademik. 2) Variabel terikat kedua (Y2) yaitu karakter.

3) Variabel terikat ketiga (Y3) yaitu minat belajar. 2. Variabel Bebas (Independen Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sudaryono, 2016: 49). Variabel bebas menjelaskan atau mempengaruhi variabel-variabel yang

(49)

lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi peserta didik terhadap full day school (X).

G. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, variabel persepsi peserta didik terhadap full day

school diukur dengan skala Likert sebagai alternatif jawaban dari dua bentuk

pernyataan yaitu pernyataan negatif dan pernyataan positif. Skala Likert digunakan untuk mengukur pendapat, sikap, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Sudaryono, 2016:100). Subjek penelitian diminta untuk memilih salah satu dari lima alternatif jawaban. Skala dari masing-masing jawaban disajikan sebagai berikut:

Tabel 3.3 Skala Likert Alternatif Jawaban Skor Pernyataan

Positif Skor Pernyataan Negatif Sangat Setuju 5 1 Setuju 4 2 Ragu-ragu 3 3 Tidak Setuju 2 4

(50)

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara langsung (Sudaryono, 2016:77). Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner ini untuk mendapatkan data mengenai persepsi peserta didik tentang full

day school dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan dijawab oleh

responden dengan memberi tanda checklist (√) pada alternatif jawaban yang tersedia. Adapun kisi-kisi kuesioner pengumpulan data sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Variabel Persepsi Peserta Didik tentang Full Day School

No Dimensi Indikator Nomor Pernyataan Jumlah Positif Negatif 1 Keunggulan

full day school

Optimalisasi pemanfaatan Waktu 1, 2, 3 3 Pengembangan Ekstrakurikuler 5 4 2 Fokus belajar 6, 7 2

Anak terkontrol dengan baik 8 13, 14 1 Memaksimalkan potensi 9 1 Menanamkan pentingnya proses 10 1 Keagamaan 11, 12 2 Jumlah 14

(51)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Variabel Stres Akademik No Dimensi Indikator

Nomor

pernyataan Jumlah Positif Negatif

1 Aspek Fisik Pusing 1 1

Pola tidur tidak teratur 2 1 Keringat berlebihan 3 1 Mudah lelah 4, 5 2 Perubahan berat badan 6 1 2 Emosional Gelisah 7 1 Mudah marah 8 1 Kurang PD 9 1 Merasa terbebani 10 1 Semangat menurun 11 1 3 Intelektual Sulit berkonsentrasi 12 1 Mudah lupa 13 1 Banyak pikiran 14 1 Jumlah 14

(52)

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Variabel Karakter

No Dimensi Indikator Nomor Pernyataan Jumlah Positif Negatif 1 Taqwa Nilai-nilai pendidikan karakter Bertanggung jawab 1, 2 2 Disiplin 3, 4, 6 3 Percaya diri 7 8 2 Kerja keras 9 1 Santun 10, 11 2 Kerja sama 10 1 Taqwa 11, 12, 13 3 Jumlah 13

(53)

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar Variabel Dimensi Indikator

Item Jumlah Positif Negatif

Minat Perasaan Tertarik dengan 1 2 2

Belajar Senang materi pelajaran

Selalu bersemangat 3, 4 5 3 dalam mengikuti

proses pembelajaran

Merasa senang jika 6 7, 8 3 mendapat tugas

sekolah

Merasa sedih jika 10 9 2 tidak mengikuti

pembelajarana di kelas

Merasa kecewa jika 11, 12, 3 guru tersebut tidak 13

hadir Perhatian

dalam Belajar

Perhatian terpusat saat guru menjelaskan

6 Keterlibatan

dan

ketertarikan

Senang pada materi tertentu

20 1

Jumlah 20

I. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2006:168), uji validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai nilai validitas yang tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkap data

(54)

dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam melakukan fungsi ukurnya menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Karl Pearson, yaitu:

Rxy = ( )( ) √ ( ) ( )

Keterangan:

rxy =”Koefisien korelasi antara X dan Y” X =”skor setiap pernyataan”

Y = skor”dari total semua pernyataan” ∑XY =”Jumlah hasil kali antara X dan Y” N = Banyaknya responden

Untuk melakukan pengujian validitas digunakan bantuan program

IBM SPSS Statistics 21. Kriteria setiap butir pernyataan pada kuesioner

dikatakan valid jika pada taraf signifikansi 5% (α =5% atau 0,05) rhitung bersifat positif dan nilainya lebih besar dari rtabel. Pelaksanaan analisis uji validitas ini dilakukan kepada seluruh peserta didik kelas XI SMA Stella Duce 2 dengan jumlah responden 129 dan df= n-2. Dari hasil pengujian diketahui bahwa derajat kebebasan 217 (df=219-2) dengan taraf signifikansi 5% menunjukan rtabel sebesar 0,1455. Nilai rhitung dihitung menggunakan SPSS. Berikut adalah hasil uji validitas dalam penelitian ini:

(55)

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Item Variabel Persepsi tentang Full day

School

Item Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

X1 0,600 0,1455 Valid X2 0,497 0,1455 Valid X3 0,491 0,1455 Valid X4 0,016 0,1455 Tidak Valid X5 0,575 0,1455 Valid X6 0,612 0,1455 Valid X7 0,401 0,1455 Valid X8 0,642 0,1455 Valid X9 0,670 0,1455 Valid X10 0,675 0,1455 Valid X11 0,509 0,1455 Valid X12 0,625 0,1455 Valid X13 0,033 0,1455 Tidak Valid X14 0,014 0,1455 Tidak Valid

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa ada 3 butir pernyataan yang tidak valid yaitu pada butir 4, 13, dan 14 dimana rhitung < rtabel, sehingga butir 4, 13, dan 14 harus dikeluarkan.

(56)

Tabel 3.9

Hasil Uji Ulang Validitas Item Variabel Persepsi tentang Full day

School

Item Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

X1 0,657 0,1455 Valid X2 0,545 0,1455 Valid X3 0,575 0,1455 Valid X5 0,640 0,1455 Valid X6 0,657 0,1455 Valid X7 0,431 0,1455 Valid X8 0,667 0,1455 Valid X9 0,708 0,1455 Valid X10 0,725 0,1455 Valid X11 0,557 0,1455 Valid X12 0,660 0,1455 Valid

(57)

Tabel 3.9 menunjukkan hasil pengujian kembali setelah butir 4, 13, dan 14 dikeluarkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh rhitung > rtabel, sehingga seluruh butir pernyataan adalah valid.

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Item Variabel Stres Akademik Item Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

X1 0,505 0,1455 Valid X2 0,478 0,1455 Valid X3 0,618 0,1455 Valid X4 0,595 0,1455 Valid X5 0,576 0,1455 Valid X6 0,531 0,1455 Valid X7 0,729 0,1455 Valid X8 0,620 0,1455 Valid X9 0,483 0,1455 Valid X10 0,380 0,1455 Valid X11 0,484 0,1455 Valid X12 0,586 0,1455 Valid X13 0,564 0,1455 Valid X14 0,696 0,1455 Valid

Tabel 3.10 menunjukkan bahwa 14 butir pernyataan pada variabel stres akademik dikatakan valid sebab keseluruhan nilai rhitung > rtabel.

(58)

Tabel 3.11

Hasil Uji Validitas Item Variabel Karakter Peserta Didik Item Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

X1 .337 0,1455 Valid X2 .378 0,1455 Valid X3 .335 0,1455 Valid X4 .403 0,1455 Valid X5 .354 0,1455 Valid X6 .447 0,1455 Valid X7 .431 0,1455 Valid X8 .540 0,1455 Valid X9 .619 0,1455 Valid X10 .529 0,1455 Valid X11 -.022 0,1455 Tidak Valid X12 .261 0,1455 Valid X13 .180 0,1455 Valid

Tabel 3.11 menunjukkan bahwa ada 1 butir pernyataan yang tidak valid yaitu pada butir 11 dimana rhitung < rtabel, sehingga butir 11 harus dikeluarkan.

(59)

Tabel 3.12

Hasil Uji Ulang Validitas Item Variabel Karakter Peserta Didik Item Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

X1 0,366 0,1455 Valid X2 0,390 0,1455 Valid X3 0,314 0,1455 Valid X4 0,403 0,1455 Valid X5 0,356 0,1455 Valid X6 0,437 0,1455 Valid X7 0,438 0,1455 Valid X8 0,562 0,1455 Valid X9 0,650 0,1455 Valid X10 0,564 0,1455 Valid X12 0,291 0,1455 Valid X13 0,278 0,1455 Valid

Tabel 3.12 menunjukkan hasil pengujian kembali setelah butir 11 dikeluarkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh rhitung>rtabel, sehingga seluruh butir pernyataan adalah valid.

(60)

Tabel 3.13

Hasil Uji Validitas Item Variabel Minat Belajar Item Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

X1 0,014 0,1455 Tidak Valid X2 0,548 0,1455 Valid X3 0,009 0,1455 Tidak Valid X4 0,540 0,1455 Valid X5 0,507 0,1455 Valid X6 0,265 0,1455 Valid X7 0,585 0,1455 Valid X8 0,506 0,1455 Valid X9 0,513 0,1455 Valid X10 0,416 0,1455 Valid X11 0,531 0,1455 Valid X12 0,274 0,1455 Valid X13 0,436 0,1455 Valid X14 0,246 0,1455 Valid X15 0,515 0,1455 Valid X16 0,496 0,1455 Valid X17 0,501 0,1455 Valid X18 0,613 0,1455 Valid X19 0,411 0,1455 Valid X20 0,593 0,1455 Valid

Tabel 3.13 menunjukkan bahwa ada 2 butir pernyataan yang tidak valid yaitu pada butir 1 dan 3 dimana rhitung < rtabel, sehingga butir 1 dan 3

(61)

harus dikeluarkan.

Tabel 3.14

Hasil Uji Ulang Validitas Item Variabel Minat Belajar Item Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

X2 0,

545

0,1455 Valid X4 0,

535

0,1455 Valid X5 0,

501

0,1455 Valid X6 0,

248

0,1455 Valid X7 0,

590

0,1455 Valid X8 0,

520

0,1455 Valid X9 0,

558

0,1455 Valid X10 0,

433

0,1455 Valid X11 0,

546

0,1455 Valid X12 0,

258

0,1455 Valid X13 0,

446

0,1455 Valid X14 0,

222

0,1455 Valid X15 0,

562

0,1455 Valid X16 0,

491

0,1455 Valid X17 0,

523

0,1455 Valid X18 0,

607

0,1455 Valid X19 0,

381

0,1455 Valid X20 0,

633

0,1455 Valid

(62)

Tabel 3.14 menunjukkan hasil pengujian kembali setelah butir 1 dan 3 dikeluarkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh rhitung>rtabel, sehingga seluruh butir pernyataan adalah valid.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2009:17), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu. Dalam menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai Alpa 0,6. Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen ini adalah dengan rumus Cronbach Alpha.

2 = [ ] [1 − ] − 1 2 Keterangan: α = Cronbach Alpha N = Banyaknya Pernyataan ∑α2 α2

= Varians dari pernyataan = Varians Total

(63)

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui keandalan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Uji reliabilitas instrumen yang digunakan berdasarkan rumus Cronbach Alpha, dengan kriteria:

1) Bila rhitung > 0,60 maka instrumen dinyatakan reliabel 2) Bila rhitung < 0,60 maka instrumen dinyatakan tidak reliabel.

Untuk melakukan uji reliabilitas digunakan bantuan SPSS versi 21. Kemudian hasil perhitungan α yang diperoleh diinterpretasikan dengan tingkat reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.15

Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas 0,800- 1,000 Sangat Reliabel 0,600- 0,800 Reliabel 0,400- 0,600 Cukup Reliabel 0,200- 0,400 Agak Reliabel 0,000- 0,200 Kurang Reliabel

(64)

Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha yang diperoleh dengan menggunakan SPSS versi 21:

Tabel 3.16

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Persepsi tentang Full Day School

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .803 .826 14

Tabel 3.16 menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha sebesar 0,803 > 0,6, maka instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi tentang

full day school dapat dinyatakan sangat reliabel.

Tabel 3.17

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Stres Akademik Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .883 .886 14

Tabel 3.17 menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha sebesar 0,883 > 0,6, maka instrumen yang digunakan untuk mengukur stres akademik dapat dinyatakan sangat reliabel.

Gambar

Tabel 3.3  Skala Likert  Alternatif Jawaban  Skor Pernyataan
Tabel  3.9  menunjukkan  hasil  pengujian  kembali  setelah  butir  4,  13,  dan 14 dikeluarkan
Tabel 3.14 menunjukkan hasil pengujian kembali setelah butir 1 dan  3 dikeluarkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh r hitung&gt; r tabel,
Tabel         3.25  Interpretasi Nilai r
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis minat peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sangat antusias karena pada saat pembelajaarn

Buku ini, merupakan agenda utama tahunan kami guna menyediakan acuan yang dapat menjelaskan kepada para pejabat, petugas pelayanan dan masyarakat luas mengenai data dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika peserta didik menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) lebih baik dari hasil

Topik ini merupakan topik yang tidaklah menyenangkan untuk dibicarakan. Oleh karena itu mengherankan jika kita mau mendiskusikannya. Mengapa kita mau membicarakan hal tersebut?

Teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berfungsi menjadi alat ukur kompetensi siswa kelas 4 dalam mata pelajaran Matematika di SDN Gendongan

Kajian ini dilakukan adalah bertujuan untuk mengenalpasti respon murid terhadap aktiviti kemahiran mendengar yang dijalankan semasa proses pengajaran dan pembelajaran di dalam

1986-88 kaikkien mukana olleiden lajikkeiden kauppakelpoinen sadon Määrä sekä kasvuaika, lajittelu p-96, kokonaissato ja kerän kiinteys.. Vuoden 1986 ja 1987 satotulosten

Persatuan Guru Republik Indonesia atau disingkat PGRI merupakan wadah organisasi yang menampung semua guru di Indonesia. PGRI memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan,