“ PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA
PUTRI KOST dan REMAJA PUTRI ASRAMA ”
SKRIPSI
Disusun sebagai syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana S-1 Psikologi
Disusun oleh :
Yohana Tarida Damayanti Sinaga
NIM :029114032
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
He WiLL Make A way,
When There’s seems not be A way
When I come home, then I see how a Nice Blue sky Arround me, than I realize
it’s an amaze to have a cup a CoFFee with Him, in this NiceLy worLd.
“He’s so awesome”
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
Yesus Kristus dan Bunda Maria
Orangtuaku tercinta
Kakak-kakak dan adik ku yang selalu memberikan support
Sahabat serta semua teman yang pernah menghabiskan waktu bersama langkahku
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Yohana Tarida Damayanti Sinaga
No. Mahasiswa : 029114032
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Perbedaan
Perilaku Konsumtif Antara Remaja Kost Putri dan Remaja Asrama Putri
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 4 April 2008
Yang Menyatakan,
Yohana Tarida Damayanti Sinaga
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Februari 2008
Penulis
Yohana Tarida Damayanti Sinaga
ABSTRAK
Yohana Tarida Damayanti Sinaga (2007). Perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama : Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri yang tinggal di kost dan remaja putri yang tinggal di asrama.Subjek penelitian berjumlah 60, terdiri dari 30 remaja putri dari kost dan 30 remaja putri dari asrama. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala, yaitu skala kecenderungan perilaku konsumtif . Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji-t independent sample.
Uji asumsi penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama dimana p (0,00 < 0,05). Selain itu mean empirik remaja putri kost lebih tinggi dari mean empirik remaja putri yaitu 128,5 > 114,1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama, dimana remaja putri yang tinggal di kost mempunyai kecenderungan perilaku konsumtif lebih tinggi daripada remaja putri yang tinggal di asrama.
ABSTRACT
Yohana Tarida Damayanti Sinaga (2007),The Difference consumptive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory.
The subjects of this research are 60, consist of 30 subjects from boarding house and 30 subjects from dormitory. The measuring tools of this research is scale, by using a consumptive behavior scale. The method of this research is “t-independent sample test”
Assumption test from this research show there is differences consumtive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory (p= 0,00 < 0,05). Beside it, the empiric mean from the adolescent girls who stay in boarding house is higher than empiric mean from the adolescent girls who stay in dormitory (128,5 > 114,1). The conclusion from this research is there’s a difference consumptive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory, which the average of consumptive behavior the adolescent girls who stay in boarding house is higher than adolescent girls who stay in dormitory
KATA PENGANTAR
Kasih karunia dari-Nya telah membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini, yang merupakan syarat dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis juga tidak melupakan bantuan
yang diberikan berbagai pihak demi kelancaran penyelesaian skripsi ini, baik dukungan
secara moril maupun dukungan secara materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Eddy Suhartanto,S.Psi., M.Si., selaku dekan fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dan juga selaku dosen pembimbing
skripsi, “Terimakasih pak atas bimbingan, masukan dan kesabaran yang
sudah bapak berikan “
2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Titik Kristiyanti S.Psi selaku dosen pembimbing akademik selama
penulis menempuh perkuliahan di fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
4. Semua Dosen dan karyawan staf di fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, selamat bekerja dan juga selamat berkarya.
5. Pihak karyawan di fakultas Psikologi : mba’ Nanik, mas Gandung, Mas
Muji, Mas Donny serta Pak Gie, yang tentunya sudah bersedia membantu
selama berada di fakultas Psikologi. Tentunya banyak terimakasih untuk
senyum dan keramahan kalian.
6. Keluarga JC.Sinaga di Palembang , untuk Bapak dan Mama yang selalu
support dan menerima keluh kesahku, juga kepada kakak kakak-ku terkasih
, Kak Juni, Kak Diana dan Bang Guna, Dan Kak Anton yang selalu
memberikan dukungan baik secara moril maupun materi, “terimakasih
kakak-kakak-ku untuk bantuan yang tidak ternilai ini”, terimakasih
terimakasih dan terimakasih, dan juga untuk adikuwh tercinta Adek Maria,
yang selalu rajin nelepon untuk memberi semangat dan terimakasih untuk
bantuan literaturnya serta thank yah uncu mau dengerin kes curhat, huhu.
Uncu uncu... I’m proud to be a part of Our Family, coz we always bLessed
by HIM.
7. Seluruh subjek penelitian ini, suster dan teman-teman dari Asrama
Syantikara, Yogyakarta. Terimakasih untuk perijinan dan kerjasamanya.
Juga untuk teman-teman dari berbagai kost yang sudah membantu, banyak
terimakasih yang dapat saya ucapkan.
8. Untuk Yohanes Dodi, Jonathan Supriyadi dan Elman Andreson, thanx for
this great six years. Bangga bangga bangga mengenal oknum seperti kalian
: p
9. Kepada bapak editor, Yohanes Setia Panji W, terimakasih atas waktu dan
bimbingannya extra nya ☺
10. Untuk Iin-Jaiko, apa kabar cik? Makasih yah cik pinjeman motornya duLu2.
11. Untuk si Buz Kadex, cihuy..Let’s rock this WorLd lagh yah
12. Untuk teman-teman ex-kelas D, Cahya, fika, mitha ,obeth ,tina ,sisil ,mey,
Cyril, Eu, dan yang lainnya, terimakasih atas kebersamaan dan perjalanan
yang pernah kita lalui. Bangga kenal dan punya teman seperti kalian
13. Untuk teman- teman angkatan 2002 yang lainnya, yang juga sedang
berjuang menyelesaikan skripsi, terimakasih untuk sharing dan tukar pikiran
yang boleh saya dapatkan. Selamat berjuang.
14. Adik angkatan yang juga sedang berjuang menyelesaikan skripsi, selamat
bekerja dan untuk yang masih setia berkarya di kampus, selamat berkarya
15. Untuk Pak BoL, eQi, Leax, Cuki, Galuh, Yetty , Mitha, Via , Martin, Ronal,
Jun, Printa, Ajay Surajay, Si Kunz, Conrad dan juga teman yang lainnya,
“wah, kewalahan saya punya teman seperti kalian :p ”
16. Untuk Panji, Tanti Lokal, Rio, Tanti import, dresscode nya apah??duren nya
kapan??mari mari, thanks guys, keep this friendship well.
17. Semua teman- teman yang pernah bekerja sama dengan ku, baik dalam
kepanitiaan maupun keorganisasian di kampus, “terimakasih atas
pengalaman yang berharga”
18. Teman-teman PAT, BASKET, BEM (angk. Kang Adi), terimakasih atas
kebersamaan dan persaudaraan yang boleh penulis pelajari dari kalian.
Semoga dapat terus eksis.
19. Teman- teman kost, dik Funz (age doesn’t matter, rite?, thanks sudah
nemenin ambil data dan special thanks buat iboth. Keep the petakiLan high
:p ), TuniL , Laura , BumBum ( ibu bayangkari ), terimakasih telah
membuat kost menjadi hidup lebih hidup terimakasih terimakasih
terimakasih.
20. Untuk ibu-ibu arisan , QiQi brebes, Aya buk aji, Maria Ladebarosyo ,
terimaksih buat pertemanan yang tak seberapa ini, dari hal yang kecil bisa
membuka semua . keep silent is much better. hehe.tarik mang!
21. Dan juga untuk seluruh teman dan kerabat yang tidak dapat disebutkan satu-
satu, terimaksih atas dukungan, doa, masukan dan segala bantuan yang telah
diberikan.
Yogyakarta, 19 Februari 2008
Yohana Tarida Damayanti Sinaga
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….………iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……….…………..iv
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI………..……….………….v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..………..vi
ABSTRAK………..………..…….………..vii
ABSTRACT………..….…….………viii
KATA PENGANTAR………..………ix
DAFTAR ISI……….…….….……...….xii
DAFTAR TABEL……….…….………...xv
DAFTAR LAMPIRAN………..xvi
BAB I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang……...….……….………….1
B. Rumusan Masalah……….………8
C. Tujuan Penelitian……….………….8
D. Manfaat Penelitian………...……….…………8
BAB II.LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumtif………..………...…………10
1. Pengertian Perilaku Konsumtif………...………10
2. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif………..12
3. Faktor- faktor Perilaku Konsumtif……….13
B. Remaja Kost dan Asrama……….……….16
1. Remaja………...16
2. Kost dan Asrama………...…………18
3. Remaja sebagai konsumen………...….………21
4. Perilaku konsumtif remaja………22
C. Perbedaan Perilaku Konsumtif antara Remaja Putri
Kost dan Remaja putri Asrama………...23
D. Hipotesis Penelitian………..26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN………...……….27
B. IDENTIFIKASI VARIABEL………...27
C. DEFINISI OPERASIONAL……….27
1. Tempat tinggal………..27
2. Perilaku Konsumtif……….…….…….28
D. SUBJEK PENELITIAN……….………..29
E. METODE PENGUMPULAN DATA……….………….29
1. Alat Pengumpulan Data………...………29
F. VALIDITAS,SELEKSI ITEM dan RELIABILITAS………..34
1. Validitas……….. ……….34
2. Seleksi Item………..35
3. Reliabilitas………... 35
G. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi Analisis Data……….36
2. Uji Hipotesis……….37
BAB IV. PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian……….39
1. Uji Coba Validitas……….………..40
2. Seleksi Item……….40
3. Uji Realibilitas……….…………..….41
B. Pelaksanaan Penelitian………42
C. Deskripsi Subjek……….…43
D. Deskripsi Data Penelitian………....44
E. Uji Asumsi Analisis Data……….……...45
1. Uji Normalitas……….…....45
2. Uji Homogenitas………...…..46
F. Uji Hipotesis………47
G. Pembahasan ………49
BAB V. KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN………..53
B. SARAN……….…….53
1. Remaja Putri……….………..57
2. Peneliti Selanjutnya………..……….54
C. KETERBATASAN PENELITIAN………...55
DAFTAR PUSTAKA………....56
LAMPIRAN………..59
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Blue Print………..…….32
Tabel 2 : Blue Print dan spesifikasi nomor item……….…..38
Tabel 3 : Blue Print, disribusi item yang digunakan dalam penelitian……….43
Tabel 4 : Deskripsi subjek penelitian………44
Tabel 5: Hasil analisis………..45
Tabel 6 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov……….46
Tabel 7 : Perbedaan perilaku konsumtif ………..………48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Try Out………..60
Lampiran 2. Tabulasi data Try Out……….………70
Lampiran 3. Uji Reliabilitas………79
Lampiran 4. Uji Reliabilitas (yang fix)………...82
Lampiran 5. Skala Penelitian………...…...84
Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian………90
Lampiran 7. Uji Reliabitas Penelitian………...106
Lampiran 8. Uji Reliabiltas Penelitian (yang fix)……….108
Lampiran 7. Uji Normalitas………..110
Lampiran 8. Uji Homogenitas………...112
Lampiran 9. Uji t………...113
Lampiran 10. Wawancara singkat pada beberapa subjek penelitian………114
Lampiran 11. Surat keterangan Penelitian………118
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Remaja di jaman sekarang memiliki tantangan yang lebih besar,. Hal ini
terutama dikaitkan dengan semakin berkembangnya teknologi, dimana kemajuan
teknologi dapat mempengaruhi perilaku mereka, misalnya saja kemajuan dalam
dunia fashion / mode yang selalu up-to date dan sangat cepat beredar di dunia
internet ataupun melalui media iklan yang diterima melalui televisi. Melalui
media- media yang tersedia maka informasi dapat tersebar luas dengan sangat
cepat, dan hal ini lah yang dapat mempengaruhi perilaku remaja.
Perilaku remaja yang sangat beragam juga tidak lepas dari bagian
perkembangan remaja yang sedang mencari identitas (Hurlock 1980). Masa
remaja merupakan masa mencari identitas, dan bukan hanya merupakan masa
peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap selanjutnya saja. Tidak jarang
fenomena kemajuan di berbagai hal tersebut membuat remaja mengalami krisis
identitas. Maksudnya disini adalah dengan munculnya informasi yang terbaru dan
sangat cepat membuat remaja semakin bingung untuk menyikapi informasi –
informasi yang diberikan .
Seiring dengan berkembangnya jaman, maka semakin besar pula tingkat
kebutuhan seseorang, karena manusia akan semakin berusaha untuk tetap
bertahan dalam lingkungannya, kebutuhan bisa berupa kebutuhan yang muncul
dari diri sendiri, misalnya saja kebutuhan untuk makan disaat lapar, kebutuhan
untuk minum disaat haus. Selain itu juga ada kebutuhan yang muncul dari faktor
diluar konsumen itu sendiri, maksudnya disini kebutuhan lebih dikaitkan dengan
masyarakat / lingkungan sekitarnya, misal saja seperti kebutuhan untuk diakui
oleh lingkungan disekitarnya, atau juga kebutuhan untuk diterima oleh orang-
orang disekitarnya.
Belanja, saat ini sudah berkembang menjadi suatu cerminan gaya hidup
dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu dan segala usia
( R. Tambunan, www.yogyafree.net, 2001 ). Konsumen menghabiskan waktu
berjam- jam untuk berbelanja, dalam rangka pemenuhan kebutuhan untuk diakui
eksistensinya dalam lingkungan (Tambunan, 2001). Mereka ingin menunjukkan
bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar, padahal mode itu
sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang
dimilikinya (Tambunan, 2001), maka tidak mengherankan bila remaja cenderung
berperilaku konsumtif. Konsumtif disini lebih khusus menjelaskan keinginan
untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara
berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001). Perilaku
konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja
sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Namun remaja akan
bermasalah ketika kebiasaan itu menjadi berlebihan, seperti pepatah lebih besar
mereka memang belum dewasa namun sangat senang mengikuti tren yang selalu
berubah-ubah. Mereka mencoba untuk dapat diterima dalam lingkungan dan
kelompoknya, sehingga mencoba menyatu dengan mengikuti gaya dalam
kelompok pergaulan mereka. Jika tidak, mereka bisa dianggap kurang pergaulan,
dan bahkan tidak bisa masuk dalam suatu komunitas tertentu.
Perilaku konsumtif pada remaja ini akan menjadi masalah ketika
kecenderungan belanja yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara
berlebihan (Tambunan, 2001). Terkadang orang tua sebagai sumber dana, tidak
mampu memenuhi tuntutan remaja sehingga masalah ini dapat menjadi masalah
ekonomi keluarga. Selanjutnya perilaku konsumtif ini akan terus mengakar dan
berkembang menjadi gaya hidup, tetapi bila kemudian tingkat finansial kurang
mendukung maka seseorang tersebut dapat saja menggunakan cara-cara yang
tidak sehat seperti mencuri, bekerja berlebihan sampai melakukan korupsi. Pada
akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga
dampak psikologis, sosial, bahkan etika (Tambunan, 2001).
Perlu disadari, gaya hidup konsumtif membutuhkan penghasilan besar.
Hal tersebut dapat menjadi masalah besar bila untuk memenuhi ambisi, kita dapat
melakukan apa saja untuk mendapatkan uang, termasuk yang tidak halal, melalui
jalan pintas, seperti korupsi.
Saat ini masyarakat memang diserbu oleh segala jenis media dari segala
penjuru. Iklan berbagai macam produk dengan berbagai cara dan gaya membuat
tersebut. Hampir tiada ruang dan waktu yang kosong dari iklan. Televisi saat ini
penuh dengan berbagai tayangan iklan yang menawarkan bermacam produk.
Mulai produk-produk fashion, kecantikan, makanan, hingga tempat hiburan.
Belum lagi majalah-majalah remaja yang makin banyak ragamnya, yang tentunya
memaparkan informasi- informasi kebutuhan konsumen. Semuanya secara
perlahan-lahan namun pasti, menuntun kita memasuki budaya konsumtif.
Tanpa disadari saat ini televisi pun akhirnya menjadi media rekayasa
teknologi yang luas, dimana berdasar informasi dari televisi yang berupa iklan-
iklan atau sekedar informasi, sudah memberi ruang yang efektif untuk
menciptakan budaya konsumtif. Informasi yang sangat gencar, secara tidak
langsung mengajak remaja untuk meluangkan waktu mereka untuk mengenal
lebih dekat terhadap produk- produk yang sudah di informasikan. Akibatnya
sering ditemui remaja- remaja yang memang sengaja menyempatkan diri datang
ke pusat perbelanjaan hanya dengan tujuan untuk melihat- lihat produk- produk
baru yang di informasikan.
Rencana awal yang memang hanya mau melihat- lihat saja, namun juga
sering berbuntut dengan tuntutan sekitarnya untuk ikut membeli produk tersebut,
padahal belum tentu produk tersebut adalah produk yang dibutuhkan. Disinilah
media tersebut terus menginformasikan berbagai iklan yang turut membujuk
remaja untuk mencoba produk- produk baru yang belum tentu dibutuhkan yang
Kebutuhan untuk menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu
menyebabkan remaja berusaha mengikuti berbagai atribut yang sedang trendi /
berkembang saat ini (Tambunan, 2001). Berkembangnya jaman membuat remaja
selalu mencoba untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga terkadang dalam
pemenuhan untuk diakui eksistensinya, membuat konsumen menjadi tidak
terkontrol.
Walaupun belum ada hipotesis yang benar- benar pasti mengenai manakah
yang lebih konsumtif antara laki- laki dan perempuan tapi disini akan lebih
memfokuskan pada perempuan , hal ini disebabkan kebanyakan perempuan lebih
suka shopping ataupun hanya sekedar windows shopping (melihat-lihat ), selain
itu perempuan juga dalam melihat barang lebih tertarik pada warna dan bentuk ,
bukan pada hal teknis dan kegunaannya ( R. Tambunan, www.yogyafree.net ).
Penelitian Zebua, (2003) mengenai perilaku konsumtif pada remaja putri,
memaparkan bahwa konformitas memberikan kontribusi pada konsep diri yang
berpengaruh terhadap perilaku konsumtif. Dapat disimpulkan bahwa konformitas
mempunyai peranan yang signifikan kepada perilaku konsumtif pada remaja.
Contonhnya jika ada salah satu teman yang membeli barang baru, maka teman-
teman lainnya cenderung akan ikut membeli, hanya dengan alasan agar bisa
kompak dengan teman-sepermainan, walaupun sebenarnya barang tersebut tidak
dibutuhkan sama sekali.
Bagaimana dengan remaja yang jarang menonton televisi? Apakah
ketinggalan jaman dan jauh dari budaya perilaku konsumtif? Begitu juga dengan
para remaja yang tidak mempunyai waktu luang, apakah dengan tidak mempunyai
waktu luang sudah pasti mereka tidak menyempatkan diri untuk menoleh melihat
produk yang diinformasikan secara gencar? Apakah dengan jarang menonton
televisi dan tidak mempunyai waktu luang merupakan jaminan bahwa remaja
tersebut jauh dari budaya perilaku konsumtif ? Pertanyaan- pertanyaan yang
muncul, mempertanyakan gambaran mengenai kehidupan dari dua lapisan yang
berbeda, dimana dalam kehidupan kost, yang identik dengan kebebasan serta
peraturan- peraturan yang kurang mengikat, tidak adanya batasan menonton
televisi ataupun kaitannya dengan kebebasan dalam menentukan jadwal aktivitas.
Sedangkan kehidupan di asrama yang identik dengan aturan- aturan yang wajib
dipatuhi, mendapat batasan dalam jam aktivitas maupun aktivitas menonton
televisi, hal ini tentunya mengurangi kebebasan dari para penghuni asrama dalam
melakukan aktivitasnya.
Berdasarkan observasi yang diadakan oleh peneliti, didapatkan beberapa
gambaran bahwa dalam kehidupan penghuni asrama, rata-rata para penghuni
kembali ke asrama jam sembilan malam, dan tidak bisa keluar lagi, sekalipun
masih ada kepentingan yang harus dilakukan diluar asrama. Berbeda dengan
penghuni kost, yang jam pulang ke kost pun beragam, bahkan tidak jarang
penghuni kost baru mulai aktivitas diatas jam 9 malam, dengan alasan yang
beragam, misalnya pergi ke bioskop, atau sekedar nongkrong di café untuk
Berdasarkan interview yang dilakukan oleh peneliti, maka didapatkan
informasi bahwa rata- rata anak asrama menyesuaikan jadwal keluar mereka
dengan jadwal yang memang sudah disesuaikan oleh pihak yayasan pemilik
asrama. Misal jadwal makan siang pada pukul 12:00 – 13:00, pada jam tersebut
mereka harus pulang untuk makan siang, baru melanjutkan aktivitas setelah
jadwal tersebut. Sedangkan anak- anak yang tinggal di kost an menyatakan bahwa
mereka dapat makan siang jam berapa pun mereka mau, dan dimanapun mereka
mau, karena kebebasan yang mereka dapatkan di lingkungan kost, mereka pun
mengakui bahwa terkadang mereka jadi tidak terkontrol dalam hal keuangan,
seperti salah seorang subjek mengatakan
“ Ya, kalo lagi pengen makan pizza, yah berangkat ke Amplas, tapi selesai makan biasanya gak langsung pulang, seringnya keliling- keliling dulu, melihat- lihat siapa tau ada barang baru yang unik dan lucu, dan kadang- kadang kalau liat barang lucu, bisa-bisa malah beli. Jadi terjebak di mall berjam- jam, padahal rencana awalnya cuma mau makan saja” .
Pendapat yang hampir serupa juga sering ditemui, dimana budaya konsumtif
masuk secara pelan- pelan menjadi budaya yang sedang berkembang. Dari sini
maka diketahui bahwa kontrol diri memanglah sangat diperlukan, untuk
menghindari hal- hal yang menjebak ke dalam perilaku konsumtif.
Fenomena mengenai maraknya perilaku konsumtif tentunya perlu disikapi
dengan dewasa. Karena budaya konsumtif ini tentunya dapat membawa dampak
kurang baik. Selain itu budaya konsumtif dapat membawa kerugian bagi diri
sendiri. Maka melihat fenomena ini, peneliti tertarik untuk melihat apakah ada
tidak mempunyai waktu luang yang diwakili oleh mahasisiwi yang tinggal di
asrama yang notabene padat dengan jadwal yang sudah ditetapkan pihak asrama
dan dibandingkan dengan mahasiswi yang frekuensi menonton televisinya lebih
banyak serta mempunyai waktu luang yang lebih banyak yang diwakili oleh
remaja kost yang jadwal kegiatan ditentukan oleh diri sendiri.
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, “Apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara Remaja
Putri Kost dan Remaja Putri Asrama ?”
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara
ilmiah apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan
remaja putri asrama.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk menambah kepustakaan
atau khasanah teoritis dalam bidang psikologi, khususnya dalam melihat
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis ini juga dapat dijadikan informasi bagi remaja dalam
memberi tambahan pengetahuan mengenai perilaku pada remaja, sehingga remaja
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PERILAKU KONSUMTIF
1. Pengertian Perilaku Konsumtif
Kata “konsumtif” (sebagai kata sifat) sering diartikan sama dengan
kata “konsumerisme”. Padahal konsumerisme adalah mengacu pada segala
sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih
khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang
sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan
yang maksimal (Tambunan, 2001). Pendapat tersebut sejalan dengan Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang memberikan batasan
konsumtifisme, yaitu kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi
tanpa batas, dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada
kebutuhan (Mahdalela, dalam Lina dan Rosyid, 1997).
Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku
konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya
untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.
Ciri- ciri perilaku konsumtif ada 2 hal yaitu :
a. Perilaku membeli, memiliki dan memanfaatkan sesuatu tidak dengan
pemikiran, tidak dengan pertimbangan rasional maupun tidak dengan
rencana. Orang membeli karena hanya ingin membeli karena sesuatu itu sedang trendy, karena teman- temannya banyak yang mempunyai, tertarik oleh warna / kemasannya, karena ada hadiahnya, dan juga karena kebetulan membawa uang.
b. Perilaku membeli, memiliki serta memanfaatkan sesuatu yang sifatnya tidak bernilai kebutuhan yang wajib. Dengan memiliki sesuatu yang sedang trendy maka muncul perasaan senang dan percaya diri.
Konsumen yang berperilaku konsumtif dapat dilihat dari bagaimana konsumen membeli suatu barang. Hawkins, Coney, dan Bert (1980) menjelaskan bahwa perilaku konsumtif ini dapat diamati dari perilaku membeli seseorang. Jika seseorang telah melakukan proses konsumsi maka ia membeli dan memanfaatkan produk untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini telah ia lakukan dengan mempertimbangkan kebutuhannya, jumlah uang (materi) yang akan ia keluarkan, dan nilai guna produk dalam kehidupannya, apakah barang tersebut menguntungkan atau merugikan. Seseorang dikatakan konsumtif jika kurang memperhatikan kebutuhannya, kurang memperhitungkan keuangannya serta sering mengesampingkan nilai guna barang tersebut
dan juga tidak terencana. Memanfaatkan sesuatu bukan karena kebutuhan tapi karena keinginan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan seseorang dalam menggunakan sesuatu barang secara berlebihan yang sebenarnya kurang dibutuhkan, tetapi lebih karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi. Perilaku konsumtif dapat dilihat dari perilaku seseorang yang kurang memperhitungkan keuangan dan mengesampingkan kebutuhannya.
1. Aspek-aspek perilaku konsumtif
Menurut Hidayati (2001) aspek- aspek perilaku konsumtif yaitu : a. Impulsif
Perilaku membeli produk pada remaja yang lebih cenderung didasari oleh keinginan yang kuat atau hasrat tiba-tiba, dilakukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, sehingga tidak memikirkan apa yang terjadi kemudian dan biasanya pembelian ini bersifat emosional.
b. Pemborosan
c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking)
Perilaku membeli produk pada remaja cenderung semata-mata hanya untuk mencari kesenangan. Remaja membeli produk-produk tersebut karena ia senang misalnya untuk dikoleksi. Remaja juga senang dan nyaman ketika membeli dan memakai produk yang membuat ia tampak tampil gaya sesuai perkembangan mode atau sekedar ikut-ikutan teman sebaya.
d. Mengejar Kepuasan akan Status (satisfaction seeking)
Perilaku membeli pada remaja yang cenderung didasari keinginan untuk menunjukkan status yang lebih tinggi dari teman sebayanya. Remaja akan merasa bangga jika menggunakan produk yang paling mewah, paling mahal, dan modern, serta berbeda dari yang lain.
2. Faktor- faktor perilaku konsumtif
Penjelasan dari faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor Eksternal
1) Kebudayaan
Kebudayaan yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan, dan tindakan dalam permintaan bermacam-macam barang di pasar sangat mempengaruhi perilaku konsumen (Lina dan Rosyid, 1997). 2) Kelas Sosial
Menurut Engel, Kollet, dan Blackwell (1994) keanggotaan seseorang dalam suatu kelas dapat mempengaruhi pola konsumsinya dan sifat kepemilikan produk yang membedakannya dengan kelas sosial yang lain. Remaja sendiri cenderung menunjukkan kelas sosial tertentu dengan cara menggunakan produk tertentu untuk memperoleh pengakuan dari teman sebayanya.
3) Kelompok Referensi
Kelompok referensi remaja salah satunya adalah kelompok teman sebaya, dimana tekanan konformitas dari kelompok benar-benar dapat menimbulkan dampak pada keputusan pembelian produk (Engel, Kollet, dan Blackwell, 1994).
4) Keluarga
langsung dalam menetapkan keputusan konsumen (Loundon dan Bitta dalam Lina dan Rosyid, 1997).
b. Faktor Internal 1) Motivasi
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) terdapat motif rasional dan motif emosional pada individu dalam proses pembelian suatu produk. Motif rasional menunjukkan bahwa ketika membeli, seseorang mempertimbangkan dengan matang semua alternatif dan pada akhirnya memilih alternatif yang paling baik dari segi harga maupun dari segi kualitas. Sedangkan motif emosional lebih berkaitan dengan perasaan atau emosi subjektif seseorang seperti kebanggaan, status, afeksi, harga diri, persaingan, keinginan bersama orang lain, dan imitasi. Perilaku konsumtif biasanya lebih didasari oleh motif emosional, seperti pada remaja yang membeli barang lebih karena alasan agar diterima oleh kelompok sebaya.
2) Proses Belajar
3) Kepribadian
Menurut Ibid (dalam Saputro, 2004) kepribadian konsumen akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam membeli produk. 4) Konsep Diri
Konsep diri adalah cara seseorang melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain (Swastha, 1984). Individu membeli produk yang diharapkan dapat sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai konsep diri yang ideal (Saputro, 2004). Remaja membeli produk agar memberi kesan yang sesuai dengan standar kelompoknya.
5) Sikap
Sikap menurut Engel, dkk (1994) merupakan keseluruhan evaluasi atau reaksi perasaan positif dan negatif terhadap suatu produk yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, keadaan sekarang, dan harapan di masa datang.
B. REMAJA KOST-KOST AN dan ASRAMA
1. Remaja
a. Pengertian
dari kanak- kanak ke dewasa. Dalam tahap perkembangan ini, remaja tidak memiliki status yang jelas dan terdapat keraguan akan peran yang dilakukan. “Pada masa ini, remaja bukan lagi sebagai anak tapi juga bukan sebagai orang dewasa” (Hurlock 1990). Oleh karena itu, pencarian identitas menjadi permasalahan penting pada masa ini.
Sarwono (1994) menyatakan bahwa dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan ilmu-ilmu faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.
Remaja memiliki tugas perkembangan yang harus diselesaikan, karena keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada masa remaja akan menentukan keberhasilan tugas- tugas perkembangan pada masa dewasa
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Mappiare 1982) adalah menerima keadaan fisiknya dan menerima perannya sebagai pria / wanita, menjalin hubungan baru dengan teman sebaya, baik sesama jenis maupun yang lain jenis kelamin, remaja juga memperoleh kebebasan secara emosional, juga memperoleh kepastian kaitannya dengan kebebasan peraturan, remaja juga diharapkan mampu mengembangkan keterampilannya yang kelak akan diperlukan dalam hidup sebagai warga masyarakat, selain itu remaja juga diharapkan dapat mengembangkan perilaku sosialnya yang bertanggung jawab seperti norma yang berlaku di masyarakat.
2. Kost dan Asrama
a. Pengertian Kost.
Remaja yang tinggal di kost- kost-an pola perilakunya bisa jadi sangat beragam, karena pola lingkungan yang berbeda- beda dapat memunculkan pola perilaku yang beragam pula. Kebebasan yang diberlakukan di kost- kost-an membuat penghuni kost dapat lebih bebas dalam menentukan aktifitas maupun gaya hidupnya. Remaja kost harus belajar untuk memenuhi semua kebutuhannya sendiri, oleh karena itu remaja kost harus sekreatif mungkin dalam mengelola kebutuhannya. Kurang ketatnya peraturan di kost- kost-an serta kurangnya pengawasan dari pemilik kost- kost-an membuat penghuni kost- kost-an dapat dengan bebas menentukan jadwal kegiatannya masing- masing. Kelonggaran ini akan memberi dampak pada msing- masing penghuni kost- kost-an. b. Pengertian Asrama
berhubungan dengan sekolah atau yayasan yang memiliki tujuan tertentu. Anak yang diterima dalam asrama merupakan kelompok selektif, maksudnya selektif adalah ada beberapa tahapan dalam penerimaan tinggal di asrama, misal tahap administrasi dan tahap tatap muka (wawancara) dengan pihak orangtua.
Suatu asrama memiliki banyak peraturan, dan juga ketentuan- ketentuan yang ketat yang mutlak di taati oleh seluruh penghuninya. Apabila terjadi pelanggaran, maka akan diberikan sanksi dari asrama, Ahmad AK. Muda (2006),.
Jadi asrama adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh orang- orang yang mempunyai tujuan yang sama. Dan di dalam asrama terdapat aturan yang mengikat dan mutlak untuk dipenuhi, jika tidak maka akan dikenakan hukuman / sanksi. Hukuman bisa dari hal yang kecil sampai yang besar, misal ditegur sampai dengan dikeluarkan oleh pihak asrama. Kehidupan asrama yang penuh dengan aturan, tidak jarang membuat mereka merasa tertekan dan juga kurang menunjukkan ekspresinya secara bebas.
bisa jadi membuat kreatifitas para penghuni menjadi terbatas, selain itu jadwal yang sudah ditetapkan oleh pihak asrama bisa jadi membatasi kegiatan penghuni asrama, misalnya saja jam pulang ke asrama yang sudah dibatasi oleh pihak asrama, dapat membuat penghuni asrama harus membatasi kegiatannya di luar asrama. Sehingga tidak jarang penghuni asrama kekurangan informasi – informasi yang beredar di luar asrama.
3. Remaja sebagai konsumen
Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.
memiliki beberapa kebutuhan meliputi kebutuhan untuk eksperimen coba- coba. Penggunaan produk merupakan media untuk mengekspresikan kebutuhan- kebutuhan tersebut (Salomon, 1994)
4. Perilaku konsumtif remaja
Remaja sebagai konsumen tentu akan memunculkan perilaku yang beragam, ada remaja sebagai konsumen yang teliti, remaja sebagai konsumen yang hemat dan ada juga remaja sebagai konsumen yang konsumtif, dan remaja sebagai konsumen yang cenderung konsumtif akan dapat di mengerti bila melihat bahwa usia remaja adalah usia peralihan dalam mencari identitas diri. Misalnya kebutuhan remaja untuk diakui eksistensi oleh lingkungannya adalah dengan cara berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang trendi / berkembang.
Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup kelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.
C. PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA PUTRI
KOST dan REMAJA PUTRI ASRAMA
memiliki peraturan yang tidak terlalu ketat dan penghuni kost juga jarang mendapat pantauan dari pemilik kost. Sehingga cenderung pulang ke kost dan pergi keluar dengan sesuka hati.
Berbeda dengan remaja di Asrama yang memiliki jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan, serta adanya aturan- aturan yang ketat yang wajib dipatuhi, selain itu pihak pengurus asrama akan rutin memantau penghuni asrama, sehingga penghuni tidak dapat keluar- masuk dengan seenaknya. Dan tidak mendapat kebebasan untuk mengatur jadwal masing- masing.
Skema Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri Kost-kost an dan
Remaja Putri Asrama
PL. Konsumtif
Tindakan seseorang dalam menggunakan sesuatu barang secara berlebihan yang sebenarnya kurang dibutuhkan, tetapi lebih karena adanya keinginan yang sudah
mencapai taraf yang tidak rasional lagi.
↓
AsramaCiri-ciri:
1. Umumnya dimiliki yayasan 2. Aturan ketat
3. Adanya pengawasan 4. Menampung banyak anak
kost Ciri-ciri:
1. Jam keluar fleksibel 2. Pergaulan lebih luas
3. Tidak ada larangan menonton TV 4. Jumlah anak beragam
↓
↓
Anak asrama
1. Jam keluar terbatas 2. Pergaulan terbatas
3. Ada larangan menonton TV
Anak kost
1. Jam keluar fleksibel 2. Pergaulan lebih luas
3. Tidak ada larangan menonton TV
↓
↓
D. HIPOTESIS PENELITIAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini adalah jenis komparatif, yaitu jenis penelitian yang
berbentuk perbandingan dari dua sampel atau lebih. Penelitian ini disebut
penelitian komparatif, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat
perbedaan perilaku konsumtif penelitian uji perbedaan yang bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya perbedaan perilaku konsumtif antara remaja yang
tinggal di asrama dan remaja yang tinggal bukan di asrama (kost-kost an)
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel Bebas : Tempat tinggal ( kost dan asrama )
Variabel Tergantung : Perilaku Konsumtif
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Tempat tinggal
a. Kost
Kost / indekos didefinisikan sebagai tempat tinggal yang dikelola oleh
perseorangan, dimana penghuni menumpang tinggal dengan membayar. Aturan
yang ada pada kos- kosan kurang begitu ketat bila dibandingkan dengan peraturan
yang ada di asrama. Kost- kost-an tidak selalu mendapat pengawasan / pantauan
dari pemilik kost. Remaja putri yang tinggal di kost mempunyai kebebasan dalam
mengelola waktu masing- masing, misalnya saja mau makan jam berapa, mau
tidur jam berapa, semua jadwal kegiatan pribadi, diatur oleh diri sendiri. Identitas
tempat tinggal subjek penelitian akan diperoleh berdasarkan keterangan pada
angket yang akan diberikan.
a. Asrama
Bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh orang-orang yang
mempunyai tujuan yang sama. Dan di dalam asrama terdapat aturan yang
mengikat dan mutlak untuk dipenuhi, jika tidak maka akan dikenakan hukuman /
sanksi. Kehidupan asrama yang penuh aturan tadi terkadang membatasi kegiatan
ataupun perilaku dari penghuni asrama sendiri. Remaja putri yang tinggal di
asrama memiliki keterbatasan dalam mengatur jadwal pribadi, karena harus
menyesuiakan juga dengan jadwal yang sudah disusun oleh pihak yayasan
pemilik asrama. Identitas tempat tinggal subjek penelitian akan diperoleh
berdasarkan keterangan pada angket yang akan diberikan.
2. Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif adalah pola perilaku membeli produk (barang /
jasa) yang sebenarnya kurang dibutuhkan, dan konsumen membeli bukan karena
kebutuhan, tapi lebih karena keinginan. Perilaku konsumtif ini cenderung impulsif
dimana hasrat membeli datang secara tiba- tiba didorng oleh keinginan yang kuat,
dan akan mengakibatkan pemborosan materi dalam rangka untuk sekedar
mencari kesenangan semata dengan tujuannya untuk mengejar kepuasan akan
status / prestise. Perilaku konsumtif juga dapat dilihat dari kecenderungan
kebutuhannya yang sesungguhnya. Semakin tinggi skor total subjek maka
semakin tinggi pula perilaku konsumtif subjek tersebut.
Untuk mengetahui tinggi atau rendahnya kecenderungan perilaku
konsumtif pada subjek, akan dilihat berdasarkan penilaian skor total yang
diperoleh dari subjek penelitian.
B. SUBJEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi dengan rentang umur 18–20
tahun pada Asrama Syantikara Yogyakarta, yang berjumlah 30 orang. Dan juga
mahasisiwi dengan rentang umur 18 – 20 tahun yang berjumlah 30 orang yang
diambil dari beragam kost- kost an perempuan di Yogyakarta. Dan untuk
pengambilan data untuk subjek yang tinggal di Asrama, dilakukan di Asrama
Syantikara dengan alasan bahwa Asrama ini sudah cukup lama berdiri, juga
sebagai asrama yang sudah cukup terkenal di Yogyakarta, Asrama Syantikara
juga memiliki jadwal kegiatan dan peraturan yang ketat. Sehingga suasana
kehidupan asrama dapat benar- benar dirasakan di Asrama Syantikara ini.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Alat pengumpulan data
Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah skala perilaku konsumtif remaja. Skala adalah rangkaian
dalam hal ini mengukur kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja. Skala
ini disususun sendiri oleh peneliti, berdasar pada aspek-aspek kecenderungan
perilaku konsumtif pada remaja, seperti yang telah dijelaskan pada bab- bab
sebelumnya. Aspek- aspeknya perilaku konsumtif ( Hidayati,2001 ) adalah :
a. Impulsif
Perilaku membeli produk pada remaja yang lebih cenderung didasari oleh
keinginan yang kuat atau hasrat tiba-tiba, dilakukan tanpa pertimbangan
terlebih dahulu, sehingga tidak memikirkan apa yang terjadi kemudian dan
biasanya pembelian ini bersifat emosional.
b. Pemborosan
Perilaku membeli produk pada remaja cenderung berlebih-lebihan,
ditunjukkan dengan adanya keinginan yang besar untuk mencoba produk
baru, disertai adanya ketidakpuasan jika barang yang diinginkan belum
dimiliki sehingga menyebabkan remaja menghamburkan banyak dana tanpa
didasari kebutuhan yang jelas.
c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking)
Perilaku membeli produkpada remaja cenderung semata-mata hanya untuk
mencari kesenangan. Remaja membeli produk-produk tersebut karena ia
senang misalnya untuk dikoleksi. Remaja juga senang dan nyaman ketika
membeli dan memakai produk yang membuat ia tampak tampil gaya sesuai
d. Mengejar Kepuasan akan Status (satisfaction seeking)
Perilaku membeli pada remaja yang cenderung didasari keinginan untuk
menunjukkan status yang lebih tinggi dari teman sebayanya. Remaja akan
merasa bangga jika menggunakan produk yang paling mewah, paling mahal,
dan modern, serta berbeda dari yang lain.
Dari aspek- aspek yang telah dijelaskan di atas, diurai menjadi empat
komponen skala kecenderungan perilaku konsumtif remaja, yaitu impulsif,
pemborosan, mencari kesenangan dan mengejar kepuasan akan status / prestise.
Disertai dengan indikator- indikator perilaku pada masing- masing komponen.
Tabel 1
Blue Print Skala Perbedaan Perilaku Konsumtif Remaja Kost-kost an dan Remaja Asrama
No Komponen perilaku Bobot
(%)
Jumlah soal 1. Impulsif
Muncul keinginan yang kuat untuk memiliki
produk segera setelah melihat produk
Tidak mempertimbangkan apa yang terjadi
setelah pembelian produk
25 20
2. Pemborosan
Pembelian suatu produk karena iklannya
berlebihan (heboh)
Semakin banyak produk baru muncul, maka
semakin ingin mencoba produk paling terbaru
tersebut
Adanya keinginan coba- coba produk baru
25 20
3. Mencari kesenangan
Membeli produk untuk koleksi dan menjadi
kepuasan pribadi
Membeli produk, kaitannya dengan terlihat jadi
lebih trend, dan mengikuti mode yang beredar
25 20
4. Mengejar kepuasan akan status / prestise
Membeli produk karena dorongan dari teman-
teman sekitar
Membeli produk karena ingin dianggap lebih
tinggi dari teman sebayanya
25 20
Skala berisi daftar pernyataan yang akan dikenakan pada subjek penelitian.
Aitem- aitem dalam skala akan berisi pernyataan favorable / favorabel dan
unfavorable / tidak favorabel. Aitem favorabel yaitu berupa pernyataan yang
mendukung pada kecenderungan yang akan dikur, sedangkan aitem tidak
favorabel berisi pernyataan yang tidak mendukung pada kecenderungan yang
akan diukur. Untuk setiap skala pernyataan diberikan empat macam kategori
jawaban, yaitu “Sangat Tidak Setuju” (STS), “Tidak Setuju” (TS)”, ”Setuju” (S),
dan ”Sangat Setuju” (SS). Alternatif jawaban dibuat hanya empat kategori
jawaban yang dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan subjek penelitian
menjawab pernyataan dengan alternatif jawaban yang bersifat netral atau
ragu-ragu (Hadi, 1991).
Skala ini disusun dengan menggunakan teknik summated rating skala
Likert dimana subjek diminta untuk menjawab pernyataan dengan memilih salah
satu jawaban dari empat kategori jawaban yang tersedia. Total aitem soal pada
skala pernyataan harga diri ini berjumlah 80 aitem yang terdiri dari 40 aitem
pernyataan favorable dan 40 aitem unfavorable.
Setiap kategori diberi bobot nilai, sebagai berikut :
Jawaban Favorabel Tidak Favorabel
STS 1 4
TS 2 3
S 3 2
D. VALIDITAS, SELEKSI ITEM dan RELIABILITAS
Kriteria bagi setiap alat ukur psikologis untuk dapat dinyatakan sebagai
alat ukur yang baik, apabila mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya
tentang reliabilitas dan validitas alat ukurnya (Azwar, 2003)
1. Validitas
Validitas dapat diartikan sebagai ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi bila alat tersebut mampu memberi hasil ukur
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1992).
Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan
tepat akan tetapi juga dapat memberikan gambaran mengenai data tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode Validitas Isi. Validitas Isi
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional, untuk melihat sejauh mana isi tes mencerminkan atribut yang
hendak diukur. Dengan demikian, alat tes tersebut harus relevan dan tidak
keluar dari batas tujuan ukur (Azwar, 1992). Pengujian validitas isi tidak
dilakukan dengan analisi statistik, tapi dilakukan analisis dengan melihat
apakah item- item yang disusun sesuai dengan blue-print yang sudah disusun
sebelumnya atau tidak, dan juga mengadakan pengecekan ulang pada item-
item untuk mengetahui apakah item-item tersebut telah sesuai dengan
2. Seleksi item
Prosedur seleksi item adalah dengan memperhatikan pada koefisien
korelasi item, semakin baik maka koefisien korelasi semakin mendekati angka
1,00. dan pemilihan item yang baik dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan batas terbawah 0,3. dengan demikian, item yang memiliki
koefisien korelasi dibawah 0,3 maka akan disisihkan. Dan untuk item yang
memiliki koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau diatas 0,3 maka dinyatakan
item yang lolos seleksi dan dapat digunakan dalam angket penelitian.
3. Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya mengacu pada keajegan, kestabilan, dan
konsistensi, dimana reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya (Azwar, 2003). Pengukuran yang tidak reliabel akan
menghasilkan skor yang tidak kurang dapat dipercaya. Dan pengukuran yang
reliabel tentu akan konsisten pula dari waktu ke waktu. Pendekatan yang
digunakan dalam perhitungan reliabilitas alat tes ini adalah reliabilitas
koefisien
α
dari
Cronbach, karena koefiienα
mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi karena hanya dilakukan satu kali pada sekelompoksubjek (Azwar, 1997).
Koefisien reliabilitas (rxx) yang angkanya berada dalam rentang 0
sampai dengan 1,00. semakin mendekati 1,00 maka semakin tinggi
reliabilitas, dan semakin mendekati 0 maka reliabilitas semakin rendah.
Namun, koefisien yang tidak setinggi itu biasanya sudah dianggap cukup baik.
Dengan koefisien reliabilitas 0.900, berarti variasi yang tampak pada skor
skala tersebut mampu mencerminkan 90% dari variasi yang terjadi pada skor
murni kelompok subjek yang bersangkutan. Dengan kata lain, 10% dari
perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh variasi atau kesalahan
pengukuran tersebut (Azwar, 1999).
E. METODE ANALISIS DATA
1. Uji asumsi analisis data
Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik untuk melakukan
inferensi / kesimpulan terhadap informasi dari data sampel yang telah
dikumpulkan. Untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dalam
penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi data penelitian yang
meliputi :
a. Uji Normalitas
Dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel bebas dan
variabel tergantung bersifat normal / tidak. Pengujian normalitas data dengan
menggunaka teknik one-sample Kolmogorov test yang dipandang sebagai
suatu uji umum karena dapat digunakan untuk menentukan distribusi sebaran
dari suatu sampel (Santoso, 2003). Sehingga dengan uji Kolmogorov-Smirnov
dapat menginformasikan apakah data sampel berasal dari populasi- populasi
b. Uji Homogenitas
Dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari sampel yang akan diuji
tersebut adalah sama. Dengan menggunakan uji Lavene . Lavene test dapat
menguji varians populasi sampel- sampel sama atau berbeda. Nilai
signifikansi < 0,05 berasal dari populasi- populasi yang memiliki varians
tidak sama. Sedangkan nilai signifikansi > 0,05 berasal dari populasi-
populasi yang memiliki varians sama (Santoso, 2002)
2. Uji hipotesis
Uji hipotesis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data hasil
penelitian yang masih berupa data kasar menjadi data yang lebih mudah
dimengerti dan diinterpretasikan. Metode yang digunakan untuk analisis data
penelitian ini adalah dengan menggunakan program independent sample t-tes
dan spss 11,00 for windows. Uji t digunakan untuk melihat perbedaan
kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri
asrama. Melalui uji-t dapat dilihat perbedaan mean antara kedua kelompok
Tabel 2
Blue print Skala Perilaku Konsumtif
Aspek Nomor Item Jumlah
item
%
Favorabel 1,2*,17,25,32,40,51,52*, 67,80*
Impulsif
Unfavorabel 7,14,24,35,44,56,61,77,7 8,79
20 25
Favorabel 8,12,21*,30,38,41,42*,60 ,68,69
Pemborosan
Unfavorabel 3*,4,18*,26,34,48*,53,57 ,62,76
20 25
Favorabel 5,9*,22,29,36*,43*,55,59 ,66,75
Mencari Kesenangan
Unfavorabel 13,19,27,28,37,46*,47,54 ,72,73*
20 25
Favorabel 6,10,20,31,33*,49,58,63, 64,74
Mengejar kepuasan akan status / prestise
Unfavorabel 11*,15,16,23,39,45,50,65 ,70*,71
20 25
TOTAL 80 100
Keterangan :
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PERSIAPAN PENELITIAN
Persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu :
1. Mempersiapkan skala untuk mengukur perbedaan perilaku konsumtif antara
remaja putri kost dan remaja putri asrama.
2. Melakukan uji coba alat penelitian, Uji coba dilakukan untuk mengetahui layak
atau tidaknya skala tersebut jika digunakan sebagai alat pengambilan data
3. Mengurus surat keterangan penelitian dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma. Setelah surat ijin penelitian bernomor 79/Psi/USD/VII/2007
keluar, kemudian mengurus perijinan penelitian ke Asrama Syantikara, setelah
mendapat ijin dari pihak Asrama, lalu persiapan penyebaran angket diadakan.
4. Pelaksanaan penelitian berdasarkan skala uji coba, dengan item- item yang
sudah lolos uji coba.
Setelah persiapan penelitian matang, langkah yang dilakukan selanjutnya
adalah Pelaksanaan Uji Coba Alat Penelitian,uji coba penelitian dilakukan
dengan purpose sampling, dimana data diambil dari subjek- subjek yang sesuai
dengam kriteria subjek pada penelitian, dilakukan pada beberapa tempat yaitu
pada mahasiswi fakultas psikologi sendiri, pada mahasisiwi yang tinggal di
kost-kost an dan juga pada mahasiswi yang tinggal di asrama Syantikara,
Yogyakarta pada tanggal 9-12 Juli 2007. Sebelum memberikan skala juga
diajukan pertanyaan mengenai umur, karena disini peneliti memberi rentang umur antara 18 – 20. setelah memenuhi kriteria baru diberikan skala uji coba untuk di isi. Setelah subjek selesai mengisi, subjek mengembalikan kepada peneliti, dan peneliti kembali meneliti ulang, menghindari ada nya item yang terlewati. Dari 50 angket yang disebar, angket yang kembali kepada peneliti hanya 46. dari 46 angket yang kembali, lalu dianalisis.
Hasil uji coba alat ukur digunakan untuk memperoleh validitas dan reliabilitas alat ukur, sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian dapat akurat dan lebih dipercaya ( Azwar, 2000 ). Hasil uji coba alat ukur meliputi : 1. Uji Coba Validitas
Pada penelitian ini validitas skala yang digunakan yaitu validitas isi, uji validitas isi dilakukan dengan membandingkan item yang sudah ada dengan indikator yang telah ditentukan pada setiap variabel yang sudah dibuat sebelumnya. Dengan melakukan uji validitas isi, maka dapat diketahui apakah item- item dalam skala sudah mencakup keseluruhan yang akan diukur. Selain itu dengan validitas isi juga untuk memerikasa agar apa yang akan diukur tidak keluar dari indikator yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Uji Seleksi Item
dikatakan baik jika memiliki koefisien korelasi total yang mencapai nilai ≥ 0, 30. Hasil penguiian terhadap 80 item skala perbedaan perilaku konsumtif menunjukkan terdapat 64 item yang mempunya daya beda item berkisar antara 0,3108 sampai dengan 0,7055. Dan terdapat 16 item yang gugur yang mempunyai daya beda item yang berkisar antara -0, 1730 sampai dengan 0,2972. Nomor- nomor item yang gugur dapat dilihat pada lampiran..
Dari 64 item yang lolos seleksi, item- item ini lah yang digunakan untuk mengukur reliabilitas. Susunan item yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran.
3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada skala perbedaan perilaku konsumtif ini dihitung dengan menggunakan spss 11,00 for windows. Dan dari hasil perhitungan, didapatkan reliabilitas 0,9592.
Tabel 3
Distribusi item yang lolos seleksi item (Digunakan Dalam Penelitian)
Aspek Nomor
Item
Jumlah
item
Favorabel 1,17,25,32,40,51,67
Impulsif
Unfavorabel 7,14,24,35,44,56,61,77,78,79
17
Favorabel 8,12,30,38,41,60,68,69
Pemborosan Unfavorabel 4,26,34,53,57,62,76
15
Favorabel 5,22,29,55,59,66,75
Mencari
Kesenangan Unfavorabel 13,19,27,18,37,47,54,72
15
Favorabel 6,10,20,31,49,58,63,64,74
Mengejar
kepuasan
akan status /
prestise
Unfavorabel 15,16,23,39,45,50,65,71
17
TOTAL
64
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung selama 11 hari, hal ini disebabkan oleh pada rentang tanggal tersebut adalah waktu libur bagi mahasiswa, baik yang tinggal di kost- kost an ataupun di asrama, jadi sulit untuk ditemui. Untuk subjek yang di asrama, agak sulit untuk ditemui karena biasanya subjek-subjek hanya pulang asrama untuk makan siang, lalu mulai aktivitas lagi dan baru kembali di malam hari. Skala perbedaan perilaku konsumtif yang dibagikan ada 60 eksemplar, yang terdiri 30 untuk remaja yang tinggal di kost-kost an dan 30 eksemplar untuk remaja
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku konsumtif, dimana skala ini sebelumnya sudah melewati tahap seleksi item dan memiliki reliabilitas yang baik pula. Maka skala ini dianggap relevan untuk mengukur perbedaan perilaku konsumtif remaja putri kost-kost an dan remaja putri asrama
B. DESKRIPSI SUBJEK
Tabel 4
Deskripsi Subjek Penelitian
Umur Remaja putri Kost Remaja putri Asrama
Usia 18 tahun 9 7
19 tahun 7 12
20 tahun 14 11
Total 30 30
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Setelah pengambilan data maka diadakan uji reliabilitas pada penelitian perbedaan perilaku konsumtif dan dihitung dengan menggunakan spss 11,00 for windows. Terdapat 15 item yang gugur, dan penghitungan dilakukan pada 49 item tersisa yang sudah lolos. Hasil perhitungan didapatkan reliabilitas 0,9463
Berdasarkan hasil analisis akan didapatkan mean teoritis dan mean empiris, dimana mean teoritis adalah rata-rata skor skala penelitian yang didapatkan dari angka yang menjadi titik tengah dari nilai skala tersebut, sedangkan mean empiris adalah nilai tengah yang didapatkan berdasarkan skor data yang didapat dari penelitian yang dilakukan.
Tabel 5 Hasil analisis
Statistik Teoritis Empiris
Kost Asrama Gabungan
N 30 30 30 60
Skor
maksimum
196 162 148 162
Skor
minimum
49 83 86 83
Mean 122,5 128,5 114,1 121,3
SD 24,5 19,463 15,415 18,860 Keterangan :
Skor maksimum : skor terbesar pada skala x 4 Skor minimum : skor terkecil pada skala x 1 Mean : skor maksimum + skor minimum
2
Standard deviasi : range 6
D. UJI ASUMSI ANALISIS DATA
1. Uji Normalitas
Tabel 6
Hasil perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
Kost Asrama Kost+Asrama Kolmogorov Sminov 0,705 0,438 0,602
Asymp. Sig (p) 0,704 0,991 0,861
Berdasarkan pada tabel 8 maka didapatkan hasil pengujian perilaku konsumtif pada remaja putri kost dan remaja putri asrama diperoleh p sebesar 0,861. Karena p > 0,05 maka distribusi skor perilaku konsumtif pada remaja kost dan remaja asrama adalah normal. Untuk uji normalitas skor perilaku konsumtif pada remaja kost diperoleh p sebesar 0,704. Karena p > 0,05 maka distribusi skor perilaku konsumtif remaja kost adalah normal. Dan hasil uji normalitas skor perilaku konsumtif pada remaja asrama diperoleh p sebesar 0,991. Karena p > 0,05 maka distribusi skor perilaku konsumtif remaja kost adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.
2. Uji Homogenitas
Uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa skor pada penelitian in adalah normal dan homogen, sehingga syarat untuk melakukan uji-t terpenuhi.
E. UJI HIPOTESIS
Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan komputer SPSS for Windows Release versi 11.0.
Hipotesis untuk penelitian ini adalah :
Ha : Ada perbedaan yang signifikan perilaku konsumtif antara remaja putri
yang tinggal di kost dan remaja putri yang tinggal di asrama”
Dasar pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan nilai t hitung dengan
t tabel. Dan t-tabel dicari dengan tabel distribusi t pada taraf kepercayaan 95 %
(α= 5%) dengan ketentuan:
Tabel 7 Uji t
Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri Kost-kost an dan Remaja Putri Asrama
Tempat tinggal
N Mean SD df t p Keterangan
kost 30 128,5 19,463
Asrama 30 114,1 15,415
58 3,177 0,002 signifikan
Taraf signifikansi 5 %
Keterangan :
N : Jumlah Subjek
SD : Besarnya standard deviasi t : Hasil uji t
p : Probabilitas
Dari data pada tabel diatas terlihat bahwa setelah dilakukan uji signifikansi maka didapatkan t hitung, sebesar 3,177 dan t tabel sebesar 1,671. Karena t hitung > t tabel (3,177 > 1,671) maka Ha diterima. Penelitian menunjukkan bahwa
“Ada Perbedaan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Antara Remaja Putri Kost-kost an dan Remaja Putri Asrama”, dimana tingkat perilaku konsumtif remaja putri yang tinggal di kost-kost-an lebih tinggi daripada remaja putri yang tinggal di asrama.
F. PEMBAHASAN
Pengambilan keputusan dalam penelitian ini dengan menggunakan ketentuan apabila t hitung > daripada t tabel maka hipotesis diterima, demikian pula dengan sebaliknya. Dan dari hasil uji hipotesis yang sudah dilakukan maka didapatkan t hitung yang lebih besar daripada t tabel, yaitu 3,177 > 1,671. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ini dapat diterima. Yaitu dapat diambil hipotesis bahwa ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost-kost an dan remaja putri asrama.
Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean empiris antara remaja putri kost dan remaja putri asrama, dimana didapatkan mean empiris remaja putri kost (128,5) lebih besar daripada mean empiris remaja putri asrama (114,1). Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja putri kost memiliki kecenderungan perilaku konsumtif yang lebih tinggi daripada remaja putri yang tinggal di asrama.
bahwa mereka sudah mengeluarkan uang untuk barang- barang yang ternyata kurang dibutuhkan, selain itu pada beberapa subjek yang berasal dari kost-kost an menyatakan bahwa faktor kurangnya pengawasan dan kurang ketatnya jam malam, sering juga membawa mereka ke budaya konsumtif, misal saja pergi “nongkrong” di malam hari di tempat- tempat gaul yang sedang berkembang, yang sebenarnya bila dipikir lagi hal- hal tersebut bukanlah merupakan suatu kebutuhan, tapi hanya berupa bentuk keinginan semata. Dan disinilah peran pengawasan dan kontrol diri sangat diperlukan untuk menghindari budaya konsumtif mengakar menjadi gaya hidup.
Perilaku konsumtif adalah perilaku yang mengacu pada pola hidup pada masyarakat luas, artinya adalah bahwa perilaku konsumtif lebih menekankan pada perilaku yang muncul akibat pola hidup yang sedang trend dan berkembang di masyarakat. Menurut Lina dan Rosyid, konsumtif adalah kehidupan mewah yang berlebihan, dan penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik yang sebesar-sebsarnya. Sejalan dengan pendapat Loudon dan Bitta ( 1984 ) yang menyatakan bahwa remaja merupakan kelompok yang berorientasi konsumtif, karena remaja suka mencoba hal- hal yang baru.
selalu mendapatkan pengawasan dari pemiliknya (kost dan permasalahannya, Binar kartika, No.12, tahun V, desember 2000 dalam Catur Eko Prasetyo) jadi remaja yang tinggal di kost cenderung lebih bebas dalam menentukan perilakunya. Sedangkan untuk remaja yang tinggal di asrama, perilaku konsumtifnya cenderung lebih rendah dikarenakan mereka terbiasa dengan peraturan yang berlaku di asrama yang secara langsung akan mengikat mereka, dan juga mempengaruhi perkembangan perilakunya. Keluhan-keluhan yang diajukan penghuni asrama pada umumnya adalah mereka merasa hidup seperti dalam tahanan, dan tidak dapat datang dan pergi dengan bebas dan sesuka hati, segala hal serba ketat dan juga kurang bebas dalam menentukan jadwal bagi diri sendiri.
Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya.(e-psikologi.com).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan pada data penelitian ini, maka hipotesis
yang telah diajukan terbukti, yaitu ada perbedaan kecenderungan perilaku
konsumtif pada remaja putri kost dan remaja putri asrama.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan perilaku
konsumtif remaja kost lebih tinggi daripada remaja asrama yaitu 128,5 (anak
kost) > dari 114,1 (anak asrama)
Dimana dalam penelitian ini memberikan gambaran bahwa perilaku
konsumtif dapat terjadi pada siapa saja, namun dengan pemahaman mengenai
bahaya dari perilaku konsumtif, tentunya perilaku konsumtif dapat dihindari.
Misalnya saja kontrol diri yang kuat serta penanaman prinsip pada masing-
masing individu.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan serta hasil yang sudah didapatkan
maka saran yang dapat peneliti sampaikan kepada :
a. Remaja Putri
Mengingat bahwa hipotesis dalam penelitian terbukti, maka
diharapkan setiap individu dapat memperhitungkan bahayanya perilaku
konsumtif untuk kedepannya. Karena tanpa disadari budaya perilaku
konsumtif sudah beredar di dalam kehidupan sehari. Mengingat remaja
juga sebagai individu yang sedang mencari jati diri tentunya lebih mudah
terbujuk oleh rayu kenikmatan hidup yang sedang berkembang.
Untuk mencegah perilaku konsumtif muncul maka diperlukan
kontrol diri yang kuat dari masing- msing individu dan juga penanaman
prinsip yang kuat dalam diri, agar tidak mudah terbawa arus. Belajar untuk
membuat serta memperhatikan prioritas dalam kebutuhan, untuk
menghindari munculnya perilaku konsumtif yang menuju ke sebuah gaya
hidup yang nantinya dapat mengakar dalam kehidupan.
a. Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian dan
memperluas tentang hal yang berkaitan dengan topik ini, sebaiknya
mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan sampel yang
berbeda dan pengambilan subjek yang lebih banyak, selain itu juga pada
saat pengambilan data, perlu diadakan wawancara kecil-kecilan pada
subjek, agar data yang diperoleh dapat lebih m