• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama - USD Repository"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

“ PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA

PUTRI KOST dan REMAJA PUTRI ASRAMA ”

SKRIPSI

Disusun sebagai syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana S-1 Psikologi

Disusun oleh :

Yohana Tarida Damayanti Sinaga

NIM :029114032

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

He WiLL Make A way,

When There’s seems not be A way

When I come home, then I see how a Nice Blue sky Arround me, than I realize

it’s an amaze to have a cup a CoFFee with Him, in this NiceLy worLd.

“He’s so awesome”

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

Yesus Kristus dan Bunda Maria

Orangtuaku tercinta

Kakak-kakak dan adik ku yang selalu memberikan support

Sahabat serta semua teman yang pernah menghabiskan waktu bersama langkahku

(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Yohana Tarida Damayanti Sinaga

No. Mahasiswa : 029114032

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Perbedaan

Perilaku Konsumtif Antara Remaja Kost Putri dan Remaja Asrama Putri

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 4 April 2008

Yang Menyatakan,

Yohana Tarida Damayanti Sinaga

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat

karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Februari 2008

Penulis

Yohana Tarida Damayanti Sinaga

(7)

ABSTRAK

Yohana Tarida Damayanti Sinaga (2007). Perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama : Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri yang tinggal di kost dan remaja putri yang tinggal di asrama.Subjek penelitian berjumlah 60, terdiri dari 30 remaja putri dari kost dan 30 remaja putri dari asrama. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala, yaitu skala kecenderungan perilaku konsumtif . Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji-t independent sample.

Uji asumsi penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama dimana p (0,00 < 0,05). Selain itu mean empirik remaja putri kost lebih tinggi dari mean empirik remaja putri yaitu 128,5 > 114,1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama, dimana remaja putri yang tinggal di kost mempunyai kecenderungan perilaku konsumtif lebih tinggi daripada remaja putri yang tinggal di asrama.

(8)

ABSTRACT

Yohana Tarida Damayanti Sinaga (2007),The Difference consumptive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory.

The subjects of this research are 60, consist of 30 subjects from boarding house and 30 subjects from dormitory. The measuring tools of this research is scale, by using a consumptive behavior scale. The method of this research is “t-independent sample test”

Assumption test from this research show there is differences consumtive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory (p= 0,00 < 0,05). Beside it, the empiric mean from the adolescent girls who stay in boarding house is higher than empiric mean from the adolescent girls who stay in dormitory (128,5 > 114,1). The conclusion from this research is there’s a difference consumptive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory, which the average of consumptive behavior the adolescent girls who stay in boarding house is higher than adolescent girls who stay in dormitory

(9)

KATA PENGANTAR

Kasih karunia dari-Nya telah membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan

skripsi ini, yang merupakan syarat dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi di Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis juga tidak melupakan bantuan

yang diberikan berbagai pihak demi kelancaran penyelesaian skripsi ini, baik dukungan

secara moril maupun dukungan secara materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Eddy Suhartanto,S.Psi., M.Si., selaku dekan fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dan juga selaku dosen pembimbing

skripsi, “Terimakasih pak atas bimbingan, masukan dan kesabaran yang

sudah bapak berikan “

2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Titik Kristiyanti S.Psi selaku dosen pembimbing akademik selama

penulis menempuh perkuliahan di fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

4. Semua Dosen dan karyawan staf di fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, selamat bekerja dan juga selamat berkarya.

5. Pihak karyawan di fakultas Psikologi : mba’ Nanik, mas Gandung, Mas

Muji, Mas Donny serta Pak Gie, yang tentunya sudah bersedia membantu

selama berada di fakultas Psikologi. Tentunya banyak terimakasih untuk

senyum dan keramahan kalian.

6. Keluarga JC.Sinaga di Palembang , untuk Bapak dan Mama yang selalu

support dan menerima keluh kesahku, juga kepada kakak kakak-ku terkasih

, Kak Juni, Kak Diana dan Bang Guna, Dan Kak Anton yang selalu

memberikan dukungan baik secara moril maupun materi, “terimakasih

kakak-kakak-ku untuk bantuan yang tidak ternilai ini”, terimakasih

terimakasih dan terimakasih, dan juga untuk adikuwh tercinta Adek Maria,

(10)

yang selalu rajin nelepon untuk memberi semangat dan terimakasih untuk

bantuan literaturnya serta thank yah uncu mau dengerin kes curhat, huhu.

Uncu uncu... I’m proud to be a part of Our Family, coz we always bLessed

by HIM.

7. Seluruh subjek penelitian ini, suster dan teman-teman dari Asrama

Syantikara, Yogyakarta. Terimakasih untuk perijinan dan kerjasamanya.

Juga untuk teman-teman dari berbagai kost yang sudah membantu, banyak

terimakasih yang dapat saya ucapkan.

8. Untuk Yohanes Dodi, Jonathan Supriyadi dan Elman Andreson, thanx for

this great six years. Bangga bangga bangga mengenal oknum seperti kalian

: p

9. Kepada bapak editor, Yohanes Setia Panji W, terimakasih atas waktu dan

bimbingannya extra nya ☺

10. Untuk Iin-Jaiko, apa kabar cik? Makasih yah cik pinjeman motornya duLu2.

11. Untuk si Buz Kadex, cihuy..Let’s rock this WorLd lagh yah

12. Untuk teman-teman ex-kelas D, Cahya, fika, mitha ,obeth ,tina ,sisil ,mey,

Cyril, Eu, dan yang lainnya, terimakasih atas kebersamaan dan perjalanan

yang pernah kita lalui. Bangga kenal dan punya teman seperti kalian

13. Untuk teman- teman angkatan 2002 yang lainnya, yang juga sedang

berjuang menyelesaikan skripsi, terimakasih untuk sharing dan tukar pikiran

yang boleh saya dapatkan. Selamat berjuang.

14. Adik angkatan yang juga sedang berjuang menyelesaikan skripsi, selamat

bekerja dan untuk yang masih setia berkarya di kampus, selamat berkarya

15. Untuk Pak BoL, eQi, Leax, Cuki, Galuh, Yetty , Mitha, Via , Martin, Ronal,

Jun, Printa, Ajay Surajay, Si Kunz, Conrad dan juga teman yang lainnya,

“wah, kewalahan saya punya teman seperti kalian :p ”

16. Untuk Panji, Tanti Lokal, Rio, Tanti import, dresscode nya apah??duren nya

kapan??mari mari, thanks guys, keep this friendship well.

17. Semua teman- teman yang pernah bekerja sama dengan ku, baik dalam

kepanitiaan maupun keorganisasian di kampus, “terimakasih atas

pengalaman yang berharga”

(11)

18. Teman-teman PAT, BASKET, BEM (angk. Kang Adi), terimakasih atas

kebersamaan dan persaudaraan yang boleh penulis pelajari dari kalian.

Semoga dapat terus eksis.

19. Teman- teman kost, dik Funz (age doesn’t matter, rite?, thanks sudah

nemenin ambil data dan special thanks buat iboth. Keep the petakiLan high

:p ), TuniL , Laura , BumBum ( ibu bayangkari ), terimakasih telah

membuat kost menjadi hidup lebih hidup terimakasih terimakasih

terimakasih.

20. Untuk ibu-ibu arisan , QiQi brebes, Aya buk aji, Maria Ladebarosyo ,

terimaksih buat pertemanan yang tak seberapa ini, dari hal yang kecil bisa

membuka semua . keep silent is much better. hehe.tarik mang!

21. Dan juga untuk seluruh teman dan kerabat yang tidak dapat disebutkan satu-

satu, terimaksih atas dukungan, doa, masukan dan segala bantuan yang telah

diberikan.

Yogyakarta, 19 Februari 2008

Yohana Tarida Damayanti Sinaga

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….………iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….…………..iv

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI………..……….………….v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..………..vi

ABSTRAK………..………..…….………..vii

ABSTRACT………..….…….………viii

KATA PENGANTAR………..………ix

DAFTAR ISI……….…….….……...….xii

DAFTAR TABEL……….…….………...xv

DAFTAR LAMPIRAN………..xvi

BAB I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang……...….……….………….1

B. Rumusan Masalah……….………8

C. Tujuan Penelitian……….………….8

D. Manfaat Penelitian………...……….…………8

BAB II.LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumtif………..………...…………10

1. Pengertian Perilaku Konsumtif………...………10

2. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif………..12

3. Faktor- faktor Perilaku Konsumtif……….13

B. Remaja Kost dan Asrama……….……….16

1. Remaja………...16

2. Kost dan Asrama………...…………18

3. Remaja sebagai konsumen………...….………21

4. Perilaku konsumtif remaja………22

(13)

C. Perbedaan Perilaku Konsumtif antara Remaja Putri

Kost dan Remaja putri Asrama………...23

D. Hipotesis Penelitian………..26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN………...……….27

B. IDENTIFIKASI VARIABEL………...27

C. DEFINISI OPERASIONAL……….27

1. Tempat tinggal………..27

2. Perilaku Konsumtif……….…….…….28

D. SUBJEK PENELITIAN……….………..29

E. METODE PENGUMPULAN DATA……….………….29

1. Alat Pengumpulan Data………...………29

F. VALIDITAS,SELEKSI ITEM dan RELIABILITAS………..34

1. Validitas……….. ……….34

2. Seleksi Item………..35

3. Reliabilitas………... 35

G. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi Analisis Data……….36

2. Uji Hipotesis……….37

BAB IV. PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian……….39

1. Uji Coba Validitas……….………..40

2. Seleksi Item……….40

3. Uji Realibilitas……….…………..….41

B. Pelaksanaan Penelitian………42

C. Deskripsi Subjek……….…43

D. Deskripsi Data Penelitian………....44

E. Uji Asumsi Analisis Data……….……...45

1. Uji Normalitas……….…....45

(14)

2. Uji Homogenitas………...…..46

F. Uji Hipotesis………47

G. Pembahasan ………49

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN………..53

B. SARAN……….…….53

1. Remaja Putri……….………..57

2. Peneliti Selanjutnya………..……….54

C. KETERBATASAN PENELITIAN………...55

DAFTAR PUSTAKA………....56

LAMPIRAN………..59

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue Print………..…….32

Tabel 2 : Blue Print dan spesifikasi nomor item……….…..38

Tabel 3 : Blue Print, disribusi item yang digunakan dalam penelitian……….43

Tabel 4 : Deskripsi subjek penelitian………44

Tabel 5: Hasil analisis………..45

Tabel 6 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov……….46

Tabel 7 : Perbedaan perilaku konsumtif ………..………48

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Try Out………..60

Lampiran 2. Tabulasi data Try Out……….………70

Lampiran 3. Uji Reliabilitas………79

Lampiran 4. Uji Reliabilitas (yang fix)………...82

Lampiran 5. Skala Penelitian………...…...84

Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian………90

Lampiran 7. Uji Reliabitas Penelitian………...106

Lampiran 8. Uji Reliabiltas Penelitian (yang fix)……….108

Lampiran 7. Uji Normalitas………..110

Lampiran 8. Uji Homogenitas………...112

Lampiran 9. Uji t………...113

Lampiran 10. Wawancara singkat pada beberapa subjek penelitian………114

Lampiran 11. Surat keterangan Penelitian………118

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Remaja di jaman sekarang memiliki tantangan yang lebih besar,. Hal ini

terutama dikaitkan dengan semakin berkembangnya teknologi, dimana kemajuan

teknologi dapat mempengaruhi perilaku mereka, misalnya saja kemajuan dalam

dunia fashion / mode yang selalu up-to date dan sangat cepat beredar di dunia

internet ataupun melalui media iklan yang diterima melalui televisi. Melalui

media- media yang tersedia maka informasi dapat tersebar luas dengan sangat

cepat, dan hal ini lah yang dapat mempengaruhi perilaku remaja.

Perilaku remaja yang sangat beragam juga tidak lepas dari bagian

perkembangan remaja yang sedang mencari identitas (Hurlock 1980). Masa

remaja merupakan masa mencari identitas, dan bukan hanya merupakan masa

peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap selanjutnya saja. Tidak jarang

fenomena kemajuan di berbagai hal tersebut membuat remaja mengalami krisis

identitas. Maksudnya disini adalah dengan munculnya informasi yang terbaru dan

sangat cepat membuat remaja semakin bingung untuk menyikapi informasi –

informasi yang diberikan .

Seiring dengan berkembangnya jaman, maka semakin besar pula tingkat

kebutuhan seseorang, karena manusia akan semakin berusaha untuk tetap

(18)

bertahan dalam lingkungannya, kebutuhan bisa berupa kebutuhan yang muncul

dari diri sendiri, misalnya saja kebutuhan untuk makan disaat lapar, kebutuhan

untuk minum disaat haus. Selain itu juga ada kebutuhan yang muncul dari faktor

diluar konsumen itu sendiri, maksudnya disini kebutuhan lebih dikaitkan dengan

masyarakat / lingkungan sekitarnya, misal saja seperti kebutuhan untuk diakui

oleh lingkungan disekitarnya, atau juga kebutuhan untuk diterima oleh orang-

orang disekitarnya.

Belanja, saat ini sudah berkembang menjadi suatu cerminan gaya hidup

dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu dan segala usia

( R. Tambunan, www.yogyafree.net, 2001 ). Konsumen menghabiskan waktu

berjam- jam untuk berbelanja, dalam rangka pemenuhan kebutuhan untuk diakui

eksistensinya dalam lingkungan (Tambunan, 2001). Mereka ingin menunjukkan

bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar, padahal mode itu

sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang

dimilikinya (Tambunan, 2001), maka tidak mengherankan bila remaja cenderung

berperilaku konsumtif. Konsumtif disini lebih khusus menjelaskan keinginan

untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara

berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001). Perilaku

konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja

sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Namun remaja akan

bermasalah ketika kebiasaan itu menjadi berlebihan, seperti pepatah lebih besar

(19)

mereka memang belum dewasa namun sangat senang mengikuti tren yang selalu

berubah-ubah. Mereka mencoba untuk dapat diterima dalam lingkungan dan

kelompoknya, sehingga mencoba menyatu dengan mengikuti gaya dalam

kelompok pergaulan mereka. Jika tidak, mereka bisa dianggap kurang pergaulan,

dan bahkan tidak bisa masuk dalam suatu komunitas tertentu.

Perilaku konsumtif pada remaja ini akan menjadi masalah ketika

kecenderungan belanja yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara

berlebihan (Tambunan, 2001). Terkadang orang tua sebagai sumber dana, tidak

mampu memenuhi tuntutan remaja sehingga masalah ini dapat menjadi masalah

ekonomi keluarga. Selanjutnya perilaku konsumtif ini akan terus mengakar dan

berkembang menjadi gaya hidup, tetapi bila kemudian tingkat finansial kurang

mendukung maka seseorang tersebut dapat saja menggunakan cara-cara yang

tidak sehat seperti mencuri, bekerja berlebihan sampai melakukan korupsi. Pada

akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga

dampak psikologis, sosial, bahkan etika (Tambunan, 2001).

Perlu disadari, gaya hidup konsumtif membutuhkan penghasilan besar.

Hal tersebut dapat menjadi masalah besar bila untuk memenuhi ambisi, kita dapat

melakukan apa saja untuk mendapatkan uang, termasuk yang tidak halal, melalui

jalan pintas, seperti korupsi.

Saat ini masyarakat memang diserbu oleh segala jenis media dari segala

penjuru. Iklan berbagai macam produk dengan berbagai cara dan gaya membuat

(20)

tersebut. Hampir tiada ruang dan waktu yang kosong dari iklan. Televisi saat ini

penuh dengan berbagai tayangan iklan yang menawarkan bermacam produk.

Mulai produk-produk fashion, kecantikan, makanan, hingga tempat hiburan.

Belum lagi majalah-majalah remaja yang makin banyak ragamnya, yang tentunya

memaparkan informasi- informasi kebutuhan konsumen. Semuanya secara

perlahan-lahan namun pasti, menuntun kita memasuki budaya konsumtif.

Tanpa disadari saat ini televisi pun akhirnya menjadi media rekayasa

teknologi yang luas, dimana berdasar informasi dari televisi yang berupa iklan-

iklan atau sekedar informasi, sudah memberi ruang yang efektif untuk

menciptakan budaya konsumtif. Informasi yang sangat gencar, secara tidak

langsung mengajak remaja untuk meluangkan waktu mereka untuk mengenal

lebih dekat terhadap produk- produk yang sudah di informasikan. Akibatnya

sering ditemui remaja- remaja yang memang sengaja menyempatkan diri datang

ke pusat perbelanjaan hanya dengan tujuan untuk melihat- lihat produk- produk

baru yang di informasikan.

Rencana awal yang memang hanya mau melihat- lihat saja, namun juga

sering berbuntut dengan tuntutan sekitarnya untuk ikut membeli produk tersebut,

padahal belum tentu produk tersebut adalah produk yang dibutuhkan. Disinilah

media tersebut terus menginformasikan berbagai iklan yang turut membujuk

remaja untuk mencoba produk- produk baru yang belum tentu dibutuhkan yang

(21)

Kebutuhan untuk menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu

menyebabkan remaja berusaha mengikuti berbagai atribut yang sedang trendi /

berkembang saat ini (Tambunan, 2001). Berkembangnya jaman membuat remaja

selalu mencoba untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga terkadang dalam

pemenuhan untuk diakui eksistensinya, membuat konsumen menjadi tidak

terkontrol.

Walaupun belum ada hipotesis yang benar- benar pasti mengenai manakah

yang lebih konsumtif antara laki- laki dan perempuan tapi disini akan lebih

memfokuskan pada perempuan , hal ini disebabkan kebanyakan perempuan lebih

suka shopping ataupun hanya sekedar windows shopping (melihat-lihat ), selain

itu perempuan juga dalam melihat barang lebih tertarik pada warna dan bentuk ,

bukan pada hal teknis dan kegunaannya ( R. Tambunan, www.yogyafree.net ).

Penelitian Zebua, (2003) mengenai perilaku konsumtif pada remaja putri,

memaparkan bahwa konformitas memberikan kontribusi pada konsep diri yang

berpengaruh terhadap perilaku konsumtif. Dapat disimpulkan bahwa konformitas

mempunyai peranan yang signifikan kepada perilaku konsumtif pada remaja.

Contonhnya jika ada salah satu teman yang membeli barang baru, maka teman-

teman lainnya cenderung akan ikut membeli, hanya dengan alasan agar bisa

kompak dengan teman-sepermainan, walaupun sebenarnya barang tersebut tidak

dibutuhkan sama sekali.

Bagaimana dengan remaja yang jarang menonton televisi? Apakah

(22)

ketinggalan jaman dan jauh dari budaya perilaku konsumtif? Begitu juga dengan

para remaja yang tidak mempunyai waktu luang, apakah dengan tidak mempunyai

waktu luang sudah pasti mereka tidak menyempatkan diri untuk menoleh melihat

produk yang diinformasikan secara gencar? Apakah dengan jarang menonton

televisi dan tidak mempunyai waktu luang merupakan jaminan bahwa remaja

tersebut jauh dari budaya perilaku konsumtif ? Pertanyaan- pertanyaan yang

muncul, mempertanyakan gambaran mengenai kehidupan dari dua lapisan yang

berbeda, dimana dalam kehidupan kost, yang identik dengan kebebasan serta

peraturan- peraturan yang kurang mengikat, tidak adanya batasan menonton

televisi ataupun kaitannya dengan kebebasan dalam menentukan jadwal aktivitas.

Sedangkan kehidupan di asrama yang identik dengan aturan- aturan yang wajib

dipatuhi, mendapat batasan dalam jam aktivitas maupun aktivitas menonton

televisi, hal ini tentunya mengurangi kebebasan dari para penghuni asrama dalam

melakukan aktivitasnya.

Berdasarkan observasi yang diadakan oleh peneliti, didapatkan beberapa

gambaran bahwa dalam kehidupan penghuni asrama, rata-rata para penghuni

kembali ke asrama jam sembilan malam, dan tidak bisa keluar lagi, sekalipun

masih ada kepentingan yang harus dilakukan diluar asrama. Berbeda dengan

penghuni kost, yang jam pulang ke kost pun beragam, bahkan tidak jarang

penghuni kost baru mulai aktivitas diatas jam 9 malam, dengan alasan yang

beragam, misalnya pergi ke bioskop, atau sekedar nongkrong di café untuk

(23)

Berdasarkan interview yang dilakukan oleh peneliti, maka didapatkan

informasi bahwa rata- rata anak asrama menyesuaikan jadwal keluar mereka

dengan jadwal yang memang sudah disesuaikan oleh pihak yayasan pemilik

asrama. Misal jadwal makan siang pada pukul 12:00 – 13:00, pada jam tersebut

mereka harus pulang untuk makan siang, baru melanjutkan aktivitas setelah

jadwal tersebut. Sedangkan anak- anak yang tinggal di kost an menyatakan bahwa

mereka dapat makan siang jam berapa pun mereka mau, dan dimanapun mereka

mau, karena kebebasan yang mereka dapatkan di lingkungan kost, mereka pun

mengakui bahwa terkadang mereka jadi tidak terkontrol dalam hal keuangan,

seperti salah seorang subjek mengatakan

“ Ya, kalo lagi pengen makan pizza, yah berangkat ke Amplas, tapi selesai makan biasanya gak langsung pulang, seringnya keliling- keliling dulu, melihat- lihat siapa tau ada barang baru yang unik dan lucu, dan kadang- kadang kalau liat barang lucu, bisa-bisa malah beli. Jadi terjebak di mall berjam- jam, padahal rencana awalnya cuma mau makan saja” .

Pendapat yang hampir serupa juga sering ditemui, dimana budaya konsumtif

masuk secara pelan- pelan menjadi budaya yang sedang berkembang. Dari sini

maka diketahui bahwa kontrol diri memanglah sangat diperlukan, untuk

menghindari hal- hal yang menjebak ke dalam perilaku konsumtif.

Fenomena mengenai maraknya perilaku konsumtif tentunya perlu disikapi

dengan dewasa. Karena budaya konsumtif ini tentunya dapat membawa dampak

kurang baik. Selain itu budaya konsumtif dapat membawa kerugian bagi diri

sendiri. Maka melihat fenomena ini, peneliti tertarik untuk melihat apakah ada

(24)

tidak mempunyai waktu luang yang diwakili oleh mahasisiwi yang tinggal di

asrama yang notabene padat dengan jadwal yang sudah ditetapkan pihak asrama

dan dibandingkan dengan mahasiswi yang frekuensi menonton televisinya lebih

banyak serta mempunyai waktu luang yang lebih banyak yang diwakili oleh

remaja kost yang jadwal kegiatan ditentukan oleh diri sendiri.

A. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah, “Apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara Remaja

Putri Kost dan Remaja Putri Asrama ?”

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara

ilmiah apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan

remaja putri asrama.

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk menambah kepustakaan

atau khasanah teoritis dalam bidang psikologi, khususnya dalam melihat

(25)

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis ini juga dapat dijadikan informasi bagi remaja dalam

memberi tambahan pengetahuan mengenai perilaku pada remaja, sehingga remaja

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERILAKU KONSUMTIF

1. Pengertian Perilaku Konsumtif

Kata “konsumtif” (sebagai kata sifat) sering diartikan sama dengan

kata “konsumerisme”. Padahal konsumerisme adalah mengacu pada segala

sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih

khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang

sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan

yang maksimal (Tambunan, 2001). Pendapat tersebut sejalan dengan Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang memberikan batasan

konsumtifisme, yaitu kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi

tanpa batas, dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada

kebutuhan (Mahdalela, dalam Lina dan Rosyid, 1997).

Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku

konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya

untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.

Ciri- ciri perilaku konsumtif ada 2 hal yaitu :

a. Perilaku membeli, memiliki dan memanfaatkan sesuatu tidak dengan

pemikiran, tidak dengan pertimbangan rasional maupun tidak dengan

(27)

rencana. Orang membeli karena hanya ingin membeli karena sesuatu itu sedang trendy, karena teman- temannya banyak yang mempunyai, tertarik oleh warna / kemasannya, karena ada hadiahnya, dan juga karena kebetulan membawa uang.

b. Perilaku membeli, memiliki serta memanfaatkan sesuatu yang sifatnya tidak bernilai kebutuhan yang wajib. Dengan memiliki sesuatu yang sedang trendy maka muncul perasaan senang dan percaya diri.

Konsumen yang berperilaku konsumtif dapat dilihat dari bagaimana konsumen membeli suatu barang. Hawkins, Coney, dan Bert (1980) menjelaskan bahwa perilaku konsumtif ini dapat diamati dari perilaku membeli seseorang. Jika seseorang telah melakukan proses konsumsi maka ia membeli dan memanfaatkan produk untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini telah ia lakukan dengan mempertimbangkan kebutuhannya, jumlah uang (materi) yang akan ia keluarkan, dan nilai guna produk dalam kehidupannya, apakah barang tersebut menguntungkan atau merugikan. Seseorang dikatakan konsumtif jika kurang memperhatikan kebutuhannya, kurang memperhitungkan keuangannya serta sering mengesampingkan nilai guna barang tersebut

(28)

dan juga tidak terencana. Memanfaatkan sesuatu bukan karena kebutuhan tapi karena keinginan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan seseorang dalam menggunakan sesuatu barang secara berlebihan yang sebenarnya kurang dibutuhkan, tetapi lebih karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi. Perilaku konsumtif dapat dilihat dari perilaku seseorang yang kurang memperhitungkan keuangan dan mengesampingkan kebutuhannya.

1. Aspek-aspek perilaku konsumtif

Menurut Hidayati (2001) aspek- aspek perilaku konsumtif yaitu : a. Impulsif

Perilaku membeli produk pada remaja yang lebih cenderung didasari oleh keinginan yang kuat atau hasrat tiba-tiba, dilakukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, sehingga tidak memikirkan apa yang terjadi kemudian dan biasanya pembelian ini bersifat emosional.

b. Pemborosan

(29)

c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking)

Perilaku membeli produk pada remaja cenderung semata-mata hanya untuk mencari kesenangan. Remaja membeli produk-produk tersebut karena ia senang misalnya untuk dikoleksi. Remaja juga senang dan nyaman ketika membeli dan memakai produk yang membuat ia tampak tampil gaya sesuai perkembangan mode atau sekedar ikut-ikutan teman sebaya.

d. Mengejar Kepuasan akan Status (satisfaction seeking)

Perilaku membeli pada remaja yang cenderung didasari keinginan untuk menunjukkan status yang lebih tinggi dari teman sebayanya. Remaja akan merasa bangga jika menggunakan produk yang paling mewah, paling mahal, dan modern, serta berbeda dari yang lain.

2. Faktor- faktor perilaku konsumtif

(30)

Penjelasan dari faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor Eksternal

1) Kebudayaan

Kebudayaan yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan, dan tindakan dalam permintaan bermacam-macam barang di pasar sangat mempengaruhi perilaku konsumen (Lina dan Rosyid, 1997). 2) Kelas Sosial

Menurut Engel, Kollet, dan Blackwell (1994) keanggotaan seseorang dalam suatu kelas dapat mempengaruhi pola konsumsinya dan sifat kepemilikan produk yang membedakannya dengan kelas sosial yang lain. Remaja sendiri cenderung menunjukkan kelas sosial tertentu dengan cara menggunakan produk tertentu untuk memperoleh pengakuan dari teman sebayanya.

3) Kelompok Referensi

Kelompok referensi remaja salah satunya adalah kelompok teman sebaya, dimana tekanan konformitas dari kelompok benar-benar dapat menimbulkan dampak pada keputusan pembelian produk (Engel, Kollet, dan Blackwell, 1994).

4) Keluarga

(31)

langsung dalam menetapkan keputusan konsumen (Loundon dan Bitta dalam Lina dan Rosyid, 1997).

b. Faktor Internal 1) Motivasi

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) terdapat motif rasional dan motif emosional pada individu dalam proses pembelian suatu produk. Motif rasional menunjukkan bahwa ketika membeli, seseorang mempertimbangkan dengan matang semua alternatif dan pada akhirnya memilih alternatif yang paling baik dari segi harga maupun dari segi kualitas. Sedangkan motif emosional lebih berkaitan dengan perasaan atau emosi subjektif seseorang seperti kebanggaan, status, afeksi, harga diri, persaingan, keinginan bersama orang lain, dan imitasi. Perilaku konsumtif biasanya lebih didasari oleh motif emosional, seperti pada remaja yang membeli barang lebih karena alasan agar diterima oleh kelompok sebaya.

2) Proses Belajar

(32)

3) Kepribadian

Menurut Ibid (dalam Saputro, 2004) kepribadian konsumen akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam membeli produk. 4) Konsep Diri

Konsep diri adalah cara seseorang melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain (Swastha, 1984). Individu membeli produk yang diharapkan dapat sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai konsep diri yang ideal (Saputro, 2004). Remaja membeli produk agar memberi kesan yang sesuai dengan standar kelompoknya.

5) Sikap

Sikap menurut Engel, dkk (1994) merupakan keseluruhan evaluasi atau reaksi perasaan positif dan negatif terhadap suatu produk yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, keadaan sekarang, dan harapan di masa datang.

B. REMAJA KOST-KOST AN dan ASRAMA

1. Remaja

a. Pengertian

(33)

dari kanak- kanak ke dewasa. Dalam tahap perkembangan ini, remaja tidak memiliki status yang jelas dan terdapat keraguan akan peran yang dilakukan. “Pada masa ini, remaja bukan lagi sebagai anak tapi juga bukan sebagai orang dewasa” (Hurlock 1990). Oleh karena itu, pencarian identitas menjadi permasalahan penting pada masa ini.

Sarwono (1994) menyatakan bahwa dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan ilmu-ilmu faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.

(34)

Remaja memiliki tugas perkembangan yang harus diselesaikan, karena keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada masa remaja akan menentukan keberhasilan tugas- tugas perkembangan pada masa dewasa

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Mappiare 1982) adalah menerima keadaan fisiknya dan menerima perannya sebagai pria / wanita, menjalin hubungan baru dengan teman sebaya, baik sesama jenis maupun yang lain jenis kelamin, remaja juga memperoleh kebebasan secara emosional, juga memperoleh kepastian kaitannya dengan kebebasan peraturan, remaja juga diharapkan mampu mengembangkan keterampilannya yang kelak akan diperlukan dalam hidup sebagai warga masyarakat, selain itu remaja juga diharapkan dapat mengembangkan perilaku sosialnya yang bertanggung jawab seperti norma yang berlaku di masyarakat.

2. Kost dan Asrama

a. Pengertian Kost.

(35)

Remaja yang tinggal di kost- kost-an pola perilakunya bisa jadi sangat beragam, karena pola lingkungan yang berbeda- beda dapat memunculkan pola perilaku yang beragam pula. Kebebasan yang diberlakukan di kost- kost-an membuat penghuni kost dapat lebih bebas dalam menentukan aktifitas maupun gaya hidupnya. Remaja kost harus belajar untuk memenuhi semua kebutuhannya sendiri, oleh karena itu remaja kost harus sekreatif mungkin dalam mengelola kebutuhannya. Kurang ketatnya peraturan di kost- kost-an serta kurangnya pengawasan dari pemilik kost- kost-an membuat penghuni kost- kost-an dapat dengan bebas menentukan jadwal kegiatannya masing- masing. Kelonggaran ini akan memberi dampak pada msing- masing penghuni kost- kost-an. b. Pengertian Asrama

(36)

berhubungan dengan sekolah atau yayasan yang memiliki tujuan tertentu. Anak yang diterima dalam asrama merupakan kelompok selektif, maksudnya selektif adalah ada beberapa tahapan dalam penerimaan tinggal di asrama, misal tahap administrasi dan tahap tatap muka (wawancara) dengan pihak orangtua.

Suatu asrama memiliki banyak peraturan, dan juga ketentuan- ketentuan yang ketat yang mutlak di taati oleh seluruh penghuninya. Apabila terjadi pelanggaran, maka akan diberikan sanksi dari asrama, Ahmad AK. Muda (2006),.

Jadi asrama adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh orang- orang yang mempunyai tujuan yang sama. Dan di dalam asrama terdapat aturan yang mengikat dan mutlak untuk dipenuhi, jika tidak maka akan dikenakan hukuman / sanksi. Hukuman bisa dari hal yang kecil sampai yang besar, misal ditegur sampai dengan dikeluarkan oleh pihak asrama. Kehidupan asrama yang penuh dengan aturan, tidak jarang membuat mereka merasa tertekan dan juga kurang menunjukkan ekspresinya secara bebas.

(37)

bisa jadi membuat kreatifitas para penghuni menjadi terbatas, selain itu jadwal yang sudah ditetapkan oleh pihak asrama bisa jadi membatasi kegiatan penghuni asrama, misalnya saja jam pulang ke asrama yang sudah dibatasi oleh pihak asrama, dapat membuat penghuni asrama harus membatasi kegiatannya di luar asrama. Sehingga tidak jarang penghuni asrama kekurangan informasi – informasi yang beredar di luar asrama.

3. Remaja sebagai konsumen

Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.

(38)

memiliki beberapa kebutuhan meliputi kebutuhan untuk eksperimen coba- coba. Penggunaan produk merupakan media untuk mengekspresikan kebutuhan- kebutuhan tersebut (Salomon, 1994)

4. Perilaku konsumtif remaja

Remaja sebagai konsumen tentu akan memunculkan perilaku yang beragam, ada remaja sebagai konsumen yang teliti, remaja sebagai konsumen yang hemat dan ada juga remaja sebagai konsumen yang konsumtif, dan remaja sebagai konsumen yang cenderung konsumtif akan dapat di mengerti bila melihat bahwa usia remaja adalah usia peralihan dalam mencari identitas diri. Misalnya kebutuhan remaja untuk diakui eksistensi oleh lingkungannya adalah dengan cara berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang trendi / berkembang.

(39)

Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup kelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.

C. PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA PUTRI

KOST dan REMAJA PUTRI ASRAMA

(40)

memiliki peraturan yang tidak terlalu ketat dan penghuni kost juga jarang mendapat pantauan dari pemilik kost. Sehingga cenderung pulang ke kost dan pergi keluar dengan sesuka hati.

Berbeda dengan remaja di Asrama yang memiliki jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan, serta adanya aturan- aturan yang ketat yang wajib dipatuhi, selain itu pihak pengurus asrama akan rutin memantau penghuni asrama, sehingga penghuni tidak dapat keluar- masuk dengan seenaknya. Dan tidak mendapat kebebasan untuk mengatur jadwal masing- masing.

(41)

Skema Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri Kost-kost an dan

Remaja Putri Asrama

PL. Konsumtif

Tindakan seseorang dalam menggunakan sesuatu barang secara berlebihan yang sebenarnya kurang dibutuhkan, tetapi lebih karena adanya keinginan yang sudah

mencapai taraf yang tidak rasional lagi.

Asrama

Ciri-ciri:

1. Umumnya dimiliki yayasan 2. Aturan ketat

3. Adanya pengawasan 4. Menampung banyak anak

kost Ciri-ciri:

1. Jam keluar fleksibel 2. Pergaulan lebih luas

3. Tidak ada larangan menonton TV 4. Jumlah anak beragam

Anak asrama

1. Jam keluar terbatas 2. Pergaulan terbatas

3. Ada larangan menonton TV

Anak kost

1. Jam keluar fleksibel 2. Pergaulan lebih luas

3. Tidak ada larangan menonton TV

(42)

D. HIPOTESIS PENELITIAN

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini adalah jenis komparatif, yaitu jenis penelitian yang

berbentuk perbandingan dari dua sampel atau lebih. Penelitian ini disebut

penelitian komparatif, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat

perbedaan perilaku konsumtif penelitian uji perbedaan yang bertujuan untuk

menemukan ada tidaknya perbedaan perilaku konsumtif antara remaja yang

tinggal di asrama dan remaja yang tinggal bukan di asrama (kost-kost an)

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel Bebas : Tempat tinggal ( kost dan asrama )

Variabel Tergantung : Perilaku Konsumtif

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Tempat tinggal

a. Kost

Kost / indekos didefinisikan sebagai tempat tinggal yang dikelola oleh

perseorangan, dimana penghuni menumpang tinggal dengan membayar. Aturan

yang ada pada kos- kosan kurang begitu ketat bila dibandingkan dengan peraturan

yang ada di asrama. Kost- kost-an tidak selalu mendapat pengawasan / pantauan

dari pemilik kost. Remaja putri yang tinggal di kost mempunyai kebebasan dalam

mengelola waktu masing- masing, misalnya saja mau makan jam berapa, mau

(44)

tidur jam berapa, semua jadwal kegiatan pribadi, diatur oleh diri sendiri. Identitas

tempat tinggal subjek penelitian akan diperoleh berdasarkan keterangan pada

angket yang akan diberikan.

a. Asrama

Bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh orang-orang yang

mempunyai tujuan yang sama. Dan di dalam asrama terdapat aturan yang

mengikat dan mutlak untuk dipenuhi, jika tidak maka akan dikenakan hukuman /

sanksi. Kehidupan asrama yang penuh aturan tadi terkadang membatasi kegiatan

ataupun perilaku dari penghuni asrama sendiri. Remaja putri yang tinggal di

asrama memiliki keterbatasan dalam mengatur jadwal pribadi, karena harus

menyesuiakan juga dengan jadwal yang sudah disusun oleh pihak yayasan

pemilik asrama. Identitas tempat tinggal subjek penelitian akan diperoleh

berdasarkan keterangan pada angket yang akan diberikan.

2. Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif adalah pola perilaku membeli produk (barang /

jasa) yang sebenarnya kurang dibutuhkan, dan konsumen membeli bukan karena

kebutuhan, tapi lebih karena keinginan. Perilaku konsumtif ini cenderung impulsif

dimana hasrat membeli datang secara tiba- tiba didorng oleh keinginan yang kuat,

dan akan mengakibatkan pemborosan materi dalam rangka untuk sekedar

mencari kesenangan semata dengan tujuannya untuk mengejar kepuasan akan

status / prestise. Perilaku konsumtif juga dapat dilihat dari kecenderungan

(45)

kebutuhannya yang sesungguhnya. Semakin tinggi skor total subjek maka

semakin tinggi pula perilaku konsumtif subjek tersebut.

Untuk mengetahui tinggi atau rendahnya kecenderungan perilaku

konsumtif pada subjek, akan dilihat berdasarkan penilaian skor total yang

diperoleh dari subjek penelitian.

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi dengan rentang umur 18–20

tahun pada Asrama Syantikara Yogyakarta, yang berjumlah 30 orang. Dan juga

mahasisiwi dengan rentang umur 18 – 20 tahun yang berjumlah 30 orang yang

diambil dari beragam kost- kost an perempuan di Yogyakarta. Dan untuk

pengambilan data untuk subjek yang tinggal di Asrama, dilakukan di Asrama

Syantikara dengan alasan bahwa Asrama ini sudah cukup lama berdiri, juga

sebagai asrama yang sudah cukup terkenal di Yogyakarta, Asrama Syantikara

juga memiliki jadwal kegiatan dan peraturan yang ketat. Sehingga suasana

kehidupan asrama dapat benar- benar dirasakan di Asrama Syantikara ini.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Alat pengumpulan data

Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah skala perilaku konsumtif remaja. Skala adalah rangkaian

(46)

dalam hal ini mengukur kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja. Skala

ini disususun sendiri oleh peneliti, berdasar pada aspek-aspek kecenderungan

perilaku konsumtif pada remaja, seperti yang telah dijelaskan pada bab- bab

sebelumnya. Aspek- aspeknya perilaku konsumtif ( Hidayati,2001 ) adalah :

a. Impulsif

Perilaku membeli produk pada remaja yang lebih cenderung didasari oleh

keinginan yang kuat atau hasrat tiba-tiba, dilakukan tanpa pertimbangan

terlebih dahulu, sehingga tidak memikirkan apa yang terjadi kemudian dan

biasanya pembelian ini bersifat emosional.

b. Pemborosan

Perilaku membeli produk pada remaja cenderung berlebih-lebihan,

ditunjukkan dengan adanya keinginan yang besar untuk mencoba produk

baru, disertai adanya ketidakpuasan jika barang yang diinginkan belum

dimiliki sehingga menyebabkan remaja menghamburkan banyak dana tanpa

didasari kebutuhan yang jelas.

c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking)

Perilaku membeli produkpada remaja cenderung semata-mata hanya untuk

mencari kesenangan. Remaja membeli produk-produk tersebut karena ia

senang misalnya untuk dikoleksi. Remaja juga senang dan nyaman ketika

membeli dan memakai produk yang membuat ia tampak tampil gaya sesuai

(47)

d. Mengejar Kepuasan akan Status (satisfaction seeking)

Perilaku membeli pada remaja yang cenderung didasari keinginan untuk

menunjukkan status yang lebih tinggi dari teman sebayanya. Remaja akan

merasa bangga jika menggunakan produk yang paling mewah, paling mahal,

dan modern, serta berbeda dari yang lain.

Dari aspek- aspek yang telah dijelaskan di atas, diurai menjadi empat

komponen skala kecenderungan perilaku konsumtif remaja, yaitu impulsif,

pemborosan, mencari kesenangan dan mengejar kepuasan akan status / prestise.

Disertai dengan indikator- indikator perilaku pada masing- masing komponen.

(48)

Tabel 1

Blue Print Skala Perbedaan Perilaku Konsumtif Remaja Kost-kost an dan Remaja Asrama

No Komponen perilaku Bobot

(%)

Jumlah soal 1. Impulsif

Muncul keinginan yang kuat untuk memiliki

produk segera setelah melihat produk

Tidak mempertimbangkan apa yang terjadi

setelah pembelian produk

25 20

2. Pemborosan

Pembelian suatu produk karena iklannya

berlebihan (heboh)

Semakin banyak produk baru muncul, maka

semakin ingin mencoba produk paling terbaru

tersebut

Adanya keinginan coba- coba produk baru

25 20

3. Mencari kesenangan

Membeli produk untuk koleksi dan menjadi

kepuasan pribadi

Membeli produk, kaitannya dengan terlihat jadi

lebih trend, dan mengikuti mode yang beredar

25 20

4. Mengejar kepuasan akan status / prestise

Membeli produk karena dorongan dari teman-

teman sekitar

Membeli produk karena ingin dianggap lebih

tinggi dari teman sebayanya

25 20

(49)

Skala berisi daftar pernyataan yang akan dikenakan pada subjek penelitian.

Aitem- aitem dalam skala akan berisi pernyataan favorable / favorabel dan

unfavorable / tidak favorabel. Aitem favorabel yaitu berupa pernyataan yang

mendukung pada kecenderungan yang akan dikur, sedangkan aitem tidak

favorabel berisi pernyataan yang tidak mendukung pada kecenderungan yang

akan diukur. Untuk setiap skala pernyataan diberikan empat macam kategori

jawaban, yaitu “Sangat Tidak Setuju” (STS), “Tidak Setuju” (TS)”, ”Setuju” (S),

dan ”Sangat Setuju” (SS). Alternatif jawaban dibuat hanya empat kategori

jawaban yang dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan subjek penelitian

menjawab pernyataan dengan alternatif jawaban yang bersifat netral atau

ragu-ragu (Hadi, 1991).

Skala ini disusun dengan menggunakan teknik summated rating skala

Likert dimana subjek diminta untuk menjawab pernyataan dengan memilih salah

satu jawaban dari empat kategori jawaban yang tersedia. Total aitem soal pada

skala pernyataan harga diri ini berjumlah 80 aitem yang terdiri dari 40 aitem

pernyataan favorable dan 40 aitem unfavorable.

Setiap kategori diberi bobot nilai, sebagai berikut :

Jawaban Favorabel Tidak Favorabel

STS 1 4

TS 2 3

S 3 2

(50)

D. VALIDITAS, SELEKSI ITEM dan RELIABILITAS

Kriteria bagi setiap alat ukur psikologis untuk dapat dinyatakan sebagai

alat ukur yang baik, apabila mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya

tentang reliabilitas dan validitas alat ukurnya (Azwar, 2003)

1. Validitas

Validitas dapat diartikan sebagai ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan

mempunyai validitas yang tinggi bila alat tersebut mampu memberi hasil ukur

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1992).

Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan

tepat akan tetapi juga dapat memberikan gambaran mengenai data tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode Validitas Isi. Validitas Isi

merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan

analisis rasional, untuk melihat sejauh mana isi tes mencerminkan atribut yang

hendak diukur. Dengan demikian, alat tes tersebut harus relevan dan tidak

keluar dari batas tujuan ukur (Azwar, 1992). Pengujian validitas isi tidak

dilakukan dengan analisi statistik, tapi dilakukan analisis dengan melihat

apakah item- item yang disusun sesuai dengan blue-print yang sudah disusun

sebelumnya atau tidak, dan juga mengadakan pengecekan ulang pada item-

item untuk mengetahui apakah item-item tersebut telah sesuai dengan

(51)

2. Seleksi item

Prosedur seleksi item adalah dengan memperhatikan pada koefisien

korelasi item, semakin baik maka koefisien korelasi semakin mendekati angka

1,00. dan pemilihan item yang baik dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan batas terbawah 0,3. dengan demikian, item yang memiliki

koefisien korelasi dibawah 0,3 maka akan disisihkan. Dan untuk item yang

memiliki koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau diatas 0,3 maka dinyatakan

item yang lolos seleksi dan dapat digunakan dalam angket penelitian.

3. Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya mengacu pada keajegan, kestabilan, dan

konsistensi, dimana reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran

dapat dipercaya (Azwar, 2003). Pengukuran yang tidak reliabel akan

menghasilkan skor yang tidak kurang dapat dipercaya. Dan pengukuran yang

reliabel tentu akan konsisten pula dari waktu ke waktu. Pendekatan yang

digunakan dalam perhitungan reliabilitas alat tes ini adalah reliabilitas

koefisien

α

dari

Cronbach, karena koefiien

α

mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi karena hanya dilakukan satu kali pada sekelompok

subjek (Azwar, 1997).

Koefisien reliabilitas (rxx) yang angkanya berada dalam rentang 0

sampai dengan 1,00. semakin mendekati 1,00 maka semakin tinggi

reliabilitas, dan semakin mendekati 0 maka reliabilitas semakin rendah.

(52)

Namun, koefisien yang tidak setinggi itu biasanya sudah dianggap cukup baik.

Dengan koefisien reliabilitas 0.900, berarti variasi yang tampak pada skor

skala tersebut mampu mencerminkan 90% dari variasi yang terjadi pada skor

murni kelompok subjek yang bersangkutan. Dengan kata lain, 10% dari

perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh variasi atau kesalahan

pengukuran tersebut (Azwar, 1999).

E. METODE ANALISIS DATA

1. Uji asumsi analisis data

Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik untuk melakukan

inferensi / kesimpulan terhadap informasi dari data sampel yang telah

dikumpulkan. Untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dalam

penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi data penelitian yang

meliputi :

a. Uji Normalitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel bebas dan

variabel tergantung bersifat normal / tidak. Pengujian normalitas data dengan

menggunaka teknik one-sample Kolmogorov test yang dipandang sebagai

suatu uji umum karena dapat digunakan untuk menentukan distribusi sebaran

dari suatu sampel (Santoso, 2003). Sehingga dengan uji Kolmogorov-Smirnov

dapat menginformasikan apakah data sampel berasal dari populasi- populasi

(53)

b. Uji Homogenitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari sampel yang akan diuji

tersebut adalah sama. Dengan menggunakan uji Lavene . Lavene test dapat

menguji varians populasi sampel- sampel sama atau berbeda. Nilai

signifikansi < 0,05 berasal dari populasi- populasi yang memiliki varians

tidak sama. Sedangkan nilai signifikansi > 0,05 berasal dari populasi-

populasi yang memiliki varians sama (Santoso, 2002)

2. Uji hipotesis

Uji hipotesis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data hasil

penelitian yang masih berupa data kasar menjadi data yang lebih mudah

dimengerti dan diinterpretasikan. Metode yang digunakan untuk analisis data

penelitian ini adalah dengan menggunakan program independent sample t-tes

dan spss 11,00 for windows. Uji t digunakan untuk melihat perbedaan

kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri

asrama. Melalui uji-t dapat dilihat perbedaan mean antara kedua kelompok

(54)

Tabel 2

Blue print Skala Perilaku Konsumtif

Aspek Nomor Item Jumlah

item

%

Favorabel 1,2*,17,25,32,40,51,52*, 67,80*

Impulsif

Unfavorabel 7,14,24,35,44,56,61,77,7 8,79

20 25

Favorabel 8,12,21*,30,38,41,42*,60 ,68,69

Pemborosan

Unfavorabel 3*,4,18*,26,34,48*,53,57 ,62,76

20 25

Favorabel 5,9*,22,29,36*,43*,55,59 ,66,75

Mencari Kesenangan

Unfavorabel 13,19,27,28,37,46*,47,54 ,72,73*

20 25

Favorabel 6,10,20,31,33*,49,58,63, 64,74

Mengejar kepuasan akan status / prestise

Unfavorabel 11*,15,16,23,39,45,50,65 ,70*,71

20 25

TOTAL 80 100

Keterangan :

(55)

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN

Persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

1. Mempersiapkan skala untuk mengukur perbedaan perilaku konsumtif antara

remaja putri kost dan remaja putri asrama.

2. Melakukan uji coba alat penelitian, Uji coba dilakukan untuk mengetahui layak

atau tidaknya skala tersebut jika digunakan sebagai alat pengambilan data

3. Mengurus surat keterangan penelitian dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma. Setelah surat ijin penelitian bernomor 79/Psi/USD/VII/2007

keluar, kemudian mengurus perijinan penelitian ke Asrama Syantikara, setelah

mendapat ijin dari pihak Asrama, lalu persiapan penyebaran angket diadakan.

4. Pelaksanaan penelitian berdasarkan skala uji coba, dengan item- item yang

sudah lolos uji coba.

Setelah persiapan penelitian matang, langkah yang dilakukan selanjutnya

adalah Pelaksanaan Uji Coba Alat Penelitian,uji coba penelitian dilakukan

dengan purpose sampling, dimana data diambil dari subjek- subjek yang sesuai

dengam kriteria subjek pada penelitian, dilakukan pada beberapa tempat yaitu

pada mahasiswi fakultas psikologi sendiri, pada mahasisiwi yang tinggal di

kost-kost an dan juga pada mahasiswi yang tinggal di asrama Syantikara,

Yogyakarta pada tanggal 9-12 Juli 2007. Sebelum memberikan skala juga

(56)

diajukan pertanyaan mengenai umur, karena disini peneliti memberi rentang umur antara 18 – 20. setelah memenuhi kriteria baru diberikan skala uji coba untuk di isi. Setelah subjek selesai mengisi, subjek mengembalikan kepada peneliti, dan peneliti kembali meneliti ulang, menghindari ada nya item yang terlewati. Dari 50 angket yang disebar, angket yang kembali kepada peneliti hanya 46. dari 46 angket yang kembali, lalu dianalisis.

Hasil uji coba alat ukur digunakan untuk memperoleh validitas dan reliabilitas alat ukur, sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian dapat akurat dan lebih dipercaya ( Azwar, 2000 ). Hasil uji coba alat ukur meliputi : 1. Uji Coba Validitas

Pada penelitian ini validitas skala yang digunakan yaitu validitas isi, uji validitas isi dilakukan dengan membandingkan item yang sudah ada dengan indikator yang telah ditentukan pada setiap variabel yang sudah dibuat sebelumnya. Dengan melakukan uji validitas isi, maka dapat diketahui apakah item- item dalam skala sudah mencakup keseluruhan yang akan diukur. Selain itu dengan validitas isi juga untuk memerikasa agar apa yang akan diukur tidak keluar dari indikator yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Uji Seleksi Item

(57)

dikatakan baik jika memiliki koefisien korelasi total yang mencapai nilai ≥ 0, 30. Hasil penguiian terhadap 80 item skala perbedaan perilaku konsumtif menunjukkan terdapat 64 item yang mempunya daya beda item berkisar antara 0,3108 sampai dengan 0,7055. Dan terdapat 16 item yang gugur yang mempunyai daya beda item yang berkisar antara -0, 1730 sampai dengan 0,2972. Nomor- nomor item yang gugur dapat dilihat pada lampiran..

Dari 64 item yang lolos seleksi, item- item ini lah yang digunakan untuk mengukur reliabilitas. Susunan item yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran.

3. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada skala perbedaan perilaku konsumtif ini dihitung dengan menggunakan spss 11,00 for windows. Dan dari hasil perhitungan, didapatkan reliabilitas 0,9592.

(58)

Tabel 3

Distribusi item yang lolos seleksi item (Digunakan Dalam Penelitian)

Aspek Nomor

Item

Jumlah

item

Favorabel 1,17,25,32,40,51,67

Impulsif

Unfavorabel 7,14,24,35,44,56,61,77,78,79

17

Favorabel 8,12,30,38,41,60,68,69

Pemborosan Unfavorabel 4,26,34,53,57,62,76

15

Favorabel 5,22,29,55,59,66,75

Mencari

Kesenangan Unfavorabel 13,19,27,18,37,47,54,72

15

Favorabel 6,10,20,31,49,58,63,64,74

Mengejar

kepuasan

akan status /

prestise

Unfavorabel 15,16,23,39,45,50,65,71

17

TOTAL

64

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

(59)

Penelitian ini berlangsung selama 11 hari, hal ini disebabkan oleh pada rentang tanggal tersebut adalah waktu libur bagi mahasiswa, baik yang tinggal di kost- kost an ataupun di asrama, jadi sulit untuk ditemui. Untuk subjek yang di asrama, agak sulit untuk ditemui karena biasanya subjek-subjek hanya pulang asrama untuk makan siang, lalu mulai aktivitas lagi dan baru kembali di malam hari. Skala perbedaan perilaku konsumtif yang dibagikan ada 60 eksemplar, yang terdiri 30 untuk remaja yang tinggal di kost-kost an dan 30 eksemplar untuk remaja

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku konsumtif, dimana skala ini sebelumnya sudah melewati tahap seleksi item dan memiliki reliabilitas yang baik pula. Maka skala ini dianggap relevan untuk mengukur perbedaan perilaku konsumtif remaja putri kost-kost an dan remaja putri asrama

B. DESKRIPSI SUBJEK

(60)

Tabel 4

Deskripsi Subjek Penelitian

Umur Remaja putri Kost Remaja putri Asrama

Usia 18 tahun 9 7

19 tahun 7 12

20 tahun 14 11

Total 30 30

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Setelah pengambilan data maka diadakan uji reliabilitas pada penelitian perbedaan perilaku konsumtif dan dihitung dengan menggunakan spss 11,00 for windows. Terdapat 15 item yang gugur, dan penghitungan dilakukan pada 49 item tersisa yang sudah lolos. Hasil perhitungan didapatkan reliabilitas 0,9463

Berdasarkan hasil analisis akan didapatkan mean teoritis dan mean empiris, dimana mean teoritis adalah rata-rata skor skala penelitian yang didapatkan dari angka yang menjadi titik tengah dari nilai skala tersebut, sedangkan mean empiris adalah nilai tengah yang didapatkan berdasarkan skor data yang didapat dari penelitian yang dilakukan.

(61)

Tabel 5 Hasil analisis

Statistik Teoritis Empiris

Kost Asrama Gabungan

N 30 30 30 60

Skor

maksimum

196 162 148 162

Skor

minimum

49 83 86 83

Mean 122,5 128,5 114,1 121,3

SD 24,5 19,463 15,415 18,860 Keterangan :

Skor maksimum : skor terbesar pada skala x 4 Skor minimum : skor terkecil pada skala x 1 Mean : skor maksimum + skor minimum

2

Standard deviasi : range 6

D. UJI ASUMSI ANALISIS DATA

1. Uji Normalitas

(62)

Tabel 6

Hasil perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

Kost Asrama Kost+Asrama Kolmogorov Sminov 0,705 0,438 0,602

Asymp. Sig (p) 0,704 0,991 0,861

Berdasarkan pada tabel 8 maka didapatkan hasil pengujian perilaku konsumtif pada remaja putri kost dan remaja putri asrama diperoleh p sebesar 0,861. Karena p > 0,05 maka distribusi skor perilaku konsumtif pada remaja kost dan remaja asrama adalah normal. Untuk uji normalitas skor perilaku konsumtif pada remaja kost diperoleh p sebesar 0,704. Karena p > 0,05 maka distribusi skor perilaku konsumtif remaja kost adalah normal. Dan hasil uji normalitas skor perilaku konsumtif pada remaja asrama diperoleh p sebesar 0,991. Karena p > 0,05 maka distribusi skor perilaku konsumtif remaja kost adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.

2. Uji Homogenitas

(63)

Uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa skor pada penelitian in adalah normal dan homogen, sehingga syarat untuk melakukan uji-t terpenuhi.

E. UJI HIPOTESIS

Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan komputer SPSS for Windows Release versi 11.0.

Hipotesis untuk penelitian ini adalah :

Ha : Ada perbedaan yang signifikan perilaku konsumtif antara remaja putri

yang tinggal di kost dan remaja putri yang tinggal di asrama”

Dasar pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan nilai t hitung dengan

t tabel. Dan t-tabel dicari dengan tabel distribusi t pada taraf kepercayaan 95 %

(α= 5%) dengan ketentuan:

(64)

Tabel 7 Uji t

Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri Kost-kost an dan Remaja Putri Asrama

Tempat tinggal

N Mean SD df t p Keterangan

kost 30 128,5 19,463

Asrama 30 114,1 15,415

58 3,177 0,002 signifikan

Taraf signifikansi 5 %

Keterangan :

N : Jumlah Subjek

SD : Besarnya standard deviasi t : Hasil uji t

p : Probabilitas

Dari data pada tabel diatas terlihat bahwa setelah dilakukan uji signifikansi maka didapatkan t hitung, sebesar 3,177 dan t tabel sebesar 1,671. Karena t hitung > t tabel (3,177 > 1,671) maka Ha diterima. Penelitian menunjukkan bahwa

“Ada Perbedaan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Antara Remaja Putri Kost-kost an dan Remaja Putri Asrama”, dimana tingkat perilaku konsumtif remaja putri yang tinggal di kost-kost-an lebih tinggi daripada remaja putri yang tinggal di asrama.

(65)

F. PEMBAHASAN

Pengambilan keputusan dalam penelitian ini dengan menggunakan ketentuan apabila t hitung > daripada t tabel maka hipotesis diterima, demikian pula dengan sebaliknya. Dan dari hasil uji hipotesis yang sudah dilakukan maka didapatkan t hitung yang lebih besar daripada t tabel, yaitu 3,177 > 1,671. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ini dapat diterima. Yaitu dapat diambil hipotesis bahwa ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost-kost an dan remaja putri asrama.

Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean empiris antara remaja putri kost dan remaja putri asrama, dimana didapatkan mean empiris remaja putri kost (128,5) lebih besar daripada mean empiris remaja putri asrama (114,1). Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja putri kost memiliki kecenderungan perilaku konsumtif yang lebih tinggi daripada remaja putri yang tinggal di asrama.

(66)

bahwa mereka sudah mengeluarkan uang untuk barang- barang yang ternyata kurang dibutuhkan, selain itu pada beberapa subjek yang berasal dari kost-kost an menyatakan bahwa faktor kurangnya pengawasan dan kurang ketatnya jam malam, sering juga membawa mereka ke budaya konsumtif, misal saja pergi “nongkrong” di malam hari di tempat- tempat gaul yang sedang berkembang, yang sebenarnya bila dipikir lagi hal- hal tersebut bukanlah merupakan suatu kebutuhan, tapi hanya berupa bentuk keinginan semata. Dan disinilah peran pengawasan dan kontrol diri sangat diperlukan untuk menghindari budaya konsumtif mengakar menjadi gaya hidup.

Perilaku konsumtif adalah perilaku yang mengacu pada pola hidup pada masyarakat luas, artinya adalah bahwa perilaku konsumtif lebih menekankan pada perilaku yang muncul akibat pola hidup yang sedang trend dan berkembang di masyarakat. Menurut Lina dan Rosyid, konsumtif adalah kehidupan mewah yang berlebihan, dan penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik yang sebesar-sebsarnya. Sejalan dengan pendapat Loudon dan Bitta ( 1984 ) yang menyatakan bahwa remaja merupakan kelompok yang berorientasi konsumtif, karena remaja suka mencoba hal- hal yang baru.

(67)

selalu mendapatkan pengawasan dari pemiliknya (kost dan permasalahannya, Binar kartika, No.12, tahun V, desember 2000 dalam Catur Eko Prasetyo) jadi remaja yang tinggal di kost cenderung lebih bebas dalam menentukan perilakunya. Sedangkan untuk remaja yang tinggal di asrama, perilaku konsumtifnya cenderung lebih rendah dikarenakan mereka terbiasa dengan peraturan yang berlaku di asrama yang secara langsung akan mengikat mereka, dan juga mempengaruhi perkembangan perilakunya. Keluhan-keluhan yang diajukan penghuni asrama pada umumnya adalah mereka merasa hidup seperti dalam tahanan, dan tidak dapat datang dan pergi dengan bebas dan sesuka hati, segala hal serba ketat dan juga kurang bebas dalam menentukan jadwal bagi diri sendiri.

Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya.(e-psikologi.com).

(68)
(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan pada data penelitian ini, maka hipotesis

yang telah diajukan terbukti, yaitu ada perbedaan kecenderungan perilaku

konsumtif pada remaja putri kost dan remaja putri asrama.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan perilaku

konsumtif remaja kost lebih tinggi daripada remaja asrama yaitu 128,5 (anak

kost) > dari 114,1 (anak asrama)

Dimana dalam penelitian ini memberikan gambaran bahwa perilaku

konsumtif dapat terjadi pada siapa saja, namun dengan pemahaman mengenai

bahaya dari perilaku konsumtif, tentunya perilaku konsumtif dapat dihindari.

Misalnya saja kontrol diri yang kuat serta penanaman prinsip pada masing-

masing individu.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan serta hasil yang sudah didapatkan

maka saran yang dapat peneliti sampaikan kepada :

a. Remaja Putri

Mengingat bahwa hipotesis dalam penelitian terbukti, maka

diharapkan setiap individu dapat memperhitungkan bahayanya perilaku

(70)

konsumtif untuk kedepannya. Karena tanpa disadari budaya perilaku

konsumtif sudah beredar di dalam kehidupan sehari. Mengingat remaja

juga sebagai individu yang sedang mencari jati diri tentunya lebih mudah

terbujuk oleh rayu kenikmatan hidup yang sedang berkembang.

Untuk mencegah perilaku konsumtif muncul maka diperlukan

kontrol diri yang kuat dari masing- msing individu dan juga penanaman

prinsip yang kuat dalam diri, agar tidak mudah terbawa arus. Belajar untuk

membuat serta memperhatikan prioritas dalam kebutuhan, untuk

menghindari munculnya perilaku konsumtif yang menuju ke sebuah gaya

hidup yang nantinya dapat mengakar dalam kehidupan.

a. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian dan

memperluas tentang hal yang berkaitan dengan topik ini, sebaiknya

mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan sampel yang

berbeda dan pengambilan subjek yang lebih banyak, selain itu juga pada

saat pengambilan data, perlu diadakan wawancara kecil-kecilan pada

subjek, agar data yang diperoleh dapat lebih m

Gambar

Tabel 1 : Blue Print…………………………………………………………..…….32
Tabel 1
Tabel  2 Blue print Skala Perilaku Konsumtif
Tabel 3  Distribusi item yang lolos seleksi item
+5

Referensi

Dokumen terkait

1. Terdapat perbedaan perilaku konsumtif mahasiswi kost dan mahasiswi yang tinggal dengan orangtua. Secara rata-rata, tingkat konsumtif mahasiswa yang tinggal kost

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. Subjek

Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan an tara citra diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. Subjek penelitian (N=96) adalah

membeli produk-produk yang sesuai dengan trend yang sedang berkembang, dimana remaja putri akan lebih mudah untuk mengeluarkan uang dalam mem- beli produk-produk fashion

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan seksual prnikah pada remaja putri yang tinggal di kost lingkungan V Kelurahan

Begitu pula dalam perilaku pembelian, remaja putri yang memiliki keinginan untuk menunjukkan individualitasnya dan mandiri akan cenderung tidak berperilaku sama dengan

Hal ini membuat remaja putri menerapkan perilaku yang tidak tepat dalam mencapai tubuh ideal dengan melakukan diet yang terlalu ketat, sehingga akan berdampak negatif pada

gambaran dirinya positif tentunya akan membeli produk-produk yang sesuai dengan trend yang sedang berkembang, dimana remaja putri akan lebih mudah untuk mengeluarkan