• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara persepsi terhadap pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara persepsi terhadap pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri - USD Repository"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH PERMISIF DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Stefani Dwi Astuti

07 9114 005

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Ther e's always gonna be anot her mount ain

I'm always gonna wanna make it move

Always gonna be an uphill bat t le

Somet imes I'm gonna have t o lose

Ain't about how f ast I get t her e

Ain't about what 's wait ing on t he ot her side

It 's t he climb...

- M iley Cyr us-

Kar ya seder hana ini kuper sembahkan kepada:

Yesus Kr ist us untuk semua war na kehidupan yang telah mewar nai kehidupanku..

Papa dan Mama unt uk set iap doa dan kasih sayang yang tak per nah ada habisnya, untaian kata pun t idak akan per nah bisa menggambar kan betapa ber unt ungnya aku memiliki kalian..

(5)
(6)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH PERMISIF DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI

Stefani Dwi Astuti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri. Hipotesis dari penelitian ini yaitu adanya hubungan positif antara persepsi pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 58 orang dengan rentang usia 14 hingga 20 tahun yang bertempat tinggal di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu skala pola asuh permisif dan skala perilaku konsumtif. Skala persepsi pola asuh permisif memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.919 sedangkan skala perilaku konsumtif memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.959. Hasil penelitian ini menghasilkan r sebesar 0.351 dan nilai p sebesar 0.004. Hal ini berarti persepsi pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri memiliki hubungan positif yang signifikan.

Kata kunci: Persepsi pola asuh permisif, perilaku konsumtif, remaja putri.

(7)

CORRELATION BETWEEN PERCEPTION PERMISSIVE PARENTING AND CONSUMPTIVE BEHAVIOR AMONG FEMALE TEENAGERS

Stefani Dwi Astuti

ABSTRACT

This research aims to investigate the correlation between perception permissive parenting style and consumptive behavior among female teenagers. The hypothesis is that there was positive relationship between perception permissive parenting and consumptive behavior among female teenagers. Subjects involved in this research were 58 female teenagers from the age of 14 up to 20. There were two measures used as the instruments of the research, i.e. the scale of permissive parenting and consumptive behavior. The perception permissive parenting scale showed that the alpha reliability coefficient was 0.919 and the coefficient of consumptive behavior scale was 0.959. This research showed that the value of r was 0.351 and p was 0.004. It proved that perception permissive parenting and consumptive behavior among female teenagers had significantly positive correlation.

Key words: perception permissive parenting, consumptive behavior, female teenagers

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan berkat dan kekuatan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan indah pada waktunya. Skripsi dengan judul “Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri” ini merupakan salah satu persyaratan dalam mencapai tingkat Strata Satu (S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini mengalami berbagai hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Titik Kristiyani, M.Si selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Agnes Indar Etikawati., M.Si., Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dari awal hingga akhir dan bersedia meluangkan waktu di sela-sela kesibukan mengurus putri kecilnya. Matur nuwun sanget nggih bu...

(10)

4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih untuk masukan dan pengarahan selama penulis menyelesaikan perkuliahan.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan mengajar penulis selama menempuh perkuliahan.

6. Para staff dan karyawan Fakultas Psikologi, Mas Gandung dan Ibu Nani yang selalu siap membantu penulis dalam mengurus dan menyelesaikan urusan administrasi. Mas Doni dan Mas Muji yang juga selalu siap membantu penulis menyelesaikan urusan perkuliahan. Secara khusus untuk Pak Gie yang secara tidak langsung mengajarkan arti keikhlasan dan ketulusan melalui senyuman dan bantuan yang beliau berikan selama penulis menempuh perkuliahan.

7. Pada Papa dan Mama tersayang, terimakasih untuk semua doa, kasih sayang, kesabaran, dan berjuta semangat yang telah diberikan kepada penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Kehadiran kalian adalah berkat untuk hidupku.

8. Pada mbak Maria Kristi dan Mas Banu yang sedang menantikan kehadiran anak pertamanya, terimakasih untuk semua semangat yang diberikan. 9. Semua teman-teman yang membantu menyebarkan kuesioner, Risa,

Ochak, Ines, Puti, Reno, Anin, dan Wahyu, terimakasih untuk semua bantuan tanpa kalian penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancar. 10. Kepada teman-teman yang bersedia mengisi kuesioner penelitian ini,

terimakasih untuk kesediaan berpartisipasi, bantuan teman-teman sangat

(11)

membantu kelancaran penelitian ini dan tanpa kalian skripsi ini tidak akan terselesaikan.

11. Mas Dian Brotie, yang bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk mengajari SPSS, thank you so much mas Brotie...

12. Pada teman-teman seperjuangan, Sella, De’a, Visca, Nina, Lily, Dewi, Brian, Dody, Tino, Bambang dan Anton terimakasih untuk semua dukungan, keceriaan, kebersamaan maupun kekesalan yang telah kita lewati bersama, sangat beruntung bisa mengenal teman-teman seperti kalian. Keep our friendship yaa...

13. Untuk Dita, Nidya, Ochak, Ines, dan Bella, terimakasih untuk semua canda tawa dan kekonyolan yang membuat betah berada di dekat kalian, dan pastinya untuk semangat yang kalian berikan sehingga penulis bisa melewati kegalauan-kegalauan terutama kegalauan skripsi, hehehe

14. Kepada Mas Windra, Mas Wawan, Mba Devi, terimakasih untuk semua waktu yang selama ini kalian sediakan demi mendengarkan keluhkesah, menemani disaat-saat sulit, dan tentunya dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

15. Untuk Patemoners, Frater Eko, mba Tissa, Bella, Pritha, Janu, Kawat, Radianto, Niko, Dini, Tika, Dion, dan semua anggota Patemon, terimakasih untuk semua kerjasama dan kebersamaan selama ini. Pertanyaan yang terlontar dari kalian, seperti “mba Fanoy kapan lulus?”, telah menjadi motivasi penulis untuk segera lulus. Salam Ardens In Servitio.

(12)

16. Untuk PSF Angels Voice, terimakasih untuk kesempatan bergabung menjadi satu keluarga, semoga suara malaikat kalian tetap berkumandang dan mengharumkan nama Fakultas maupun Universitas.

17. Untuk penghuni kos Pelangi, Bapak dan Ibu Gatot selaku pemilik kos, Nani dan Ivon, terimakasih untuk kebersamaan yang telah membuat penulis betah dan nyaman berada di kos.

18. Pada teman-teman Psikologi angkatan 2007, terimakasih untuk kebersamaan yang terasa singkat ini.

19. Untuk semua orang dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu terimakasih untuk semua bantuan dan dukungan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan-kekurangan, sehingga penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat diterima dan menjadi manfaat bagi yang membacanya.

Yogyakarta, 18 Juni 2012

Penulis Stefani Dwi Astuti

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SKEMA ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Perilaku Konsumtif ... 11

(14)

1. Definisi Perilaku Konsumtif ... 11

2. Faktor-faktor Perilaku Konsumtif ... 12

3. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif ... 15

B. Remaja Putri ... 17

1. Batasan Remaja ... 17

2. Karakteristik Remaja Putri ... 20

3. Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri ... 23

C. Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif ... 24

1. Pengertian Persepsi ... 24

2. Pengertian dan Ragam Pola Asuh ... 25

3. Pola Asuh Permisif ... 29

4. Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif ... 33

D. Hubungan Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri ... 34

E. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 39

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39

D. Subyek Penelitian ... 41

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 42

F. Pertanggungjawaban Mutu ... 46

1. Uji Validitas... 46

(15)

2. Uji Reliabilitas ... 47

3. Uji Daya Beda Item ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 50

1. Uji Asumsi ... 50

2. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Pelaksanaan Penelitian ... 52

B. Hasil Penelitian... 52

1. Deskripsi Demografi Subyek Peneltian ... 52

2. Uji Asumsi ... 53

3. Uji Hipotesis ... 54

C. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 64

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Fitur-Fitur Pola Asuh (Berk, 2008) ... 28

Tabel 2 Skor Butir Favorable ... 42

Tabel 3 Skor Butir Unfavorable ... 42

Tabel 4 Spesifikasi Item-item Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif ... 44

Tabel 5 Spesifikasi Item-item Skala Perilaku Konsumtif ... 46

Tabel 6 Spesifikasi Item-item Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif Sebelum dan Sesudah Uji Coba ... 49

Tabel 7 Spesifikasi Item-item Skala Perilaku Konsumtif Sebelum dan Sesudah Uji Coba ... 50

Tabel 8 Data Demografi Subyek ... 53

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Sebaran ... 53

Tabel 10 Hasil Uji Linearitas Hubungan antar Variabel ... 54

Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis ... 55

(17)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Hubungan Pola Asuh Permisif dalam Perkembangan dan

Penyesuaian (Berk, 2008) ... 32 Skema 2 Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan

Perilaku Konsumtif Remaja Putri ... 38

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Estimasi Reliabilitas dan Uji Seleksi Item Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan Skala Perilaku

Konsimtif ... 65 Lampiran II Uji Normalitas, Uji Linearitas, Uji Hipotesis ... 72 Lampiran III Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan Skala Perilaku

Konsumtif ... 75

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi. Perkembangan jaman menyebabkan kebutuhan masyarakat ikut mengalami perkembangan. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi barang atau jasa demi terpenuhinya kebutuhannya tersebut. Namun, terkadang masyarakat tidak dapat membedakan mana yang perlu dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan mana yang hanya untuk memenuhi keinginan hawa nafsu semata. Oleh karena itu, saat masyarakat mengkonsumsi kebutuhan secara berlebihan dan lebih didasarkan oleh keinginan hawa nafsu semata maka ini akan menjadi dasar terjadinya perilaku konsumtif (Tambunan, 2010).

Gaya hidup atau lebih dikenal dengan life style pun terkadang menjadi dasar utama seseorang mengkonsumsi sebuah produk. Didasari alasan untuk mengikuti perkembangan jaman, seseorang akan dengan mudah mengikuti keinginannya untuk mengkonsumsi suatu produk yang terkadang bukanlah kebutuhan utamanya. Di beberapa media, produsen mengemas sebuah produk dengan memberikan janji-janji kepada konsumen sehingga para konsumen dapat tertarik dengan produk yang mereka tawarkan (Yosinta, 2010). Konsumen akan dengan mudahnya

(20)

mengikuti emosi mereka untuk mengkonsumsi produk tanpa memikirkan apakah produk tersebut memang sangat dibutuhkan atau tidak. Hal ini pulalah yang semakin mendorong masyarakat berperilaku konsumtif.

Menurut Tambunan (2001), perilaku konsumtif merupakan perilaku konsumen yang menggunakan nilai uang melebihi nilai produksi yang sesungguhnya, atau dalam kata lain penggunaan uang secara berlebihan. Menurut Sarwono (1994), perilaku konsumtif dapat terjadi karena lebih didorong oleh faktor emosional daripada logika dan tidak didasari oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomis. Berdasarkan pengertian dan pendapat mengenai perilaku konsumtif tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif tersebut terjadi saat seseorang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan dengan didorong oleh keinginan hawa nafsu saja tanpa adanya pertimbangan ekonomis.

(21)

dimanfaatkan oleh para produsen untuk menjadikan para remaja sebagai target pasar.

Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi dari masa kanak-kanak hingga menjadi dewasa. Pada proses transisi tersebut terjadi beberapa perubahan pada remaja dari perubahan fisik hingga kognitif (Santrock, 2002). Perubahan fisik pada remaja secara tidak langsung menyebabkan bertambahnya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, seperti dalam hal berpenampilan dan lain sebagainya. Di sisi lain, perkembangan kognitif pada remaja cenderung kurang realistis, sehingga saat memenuhi kebutuhan akan menimbulkan pemenuhan kebutuhan secara berlebihan yang dapat berujung pada perilaku konsumtif.

(22)

mendorong para remaja menjadi mudah tergoda bujuk rayu iklan yang ditawarkan.

Perilaku konsumtif lebih cenderung dialami oleh remaja putri dibandingkan remaja putra. Menurut Hadipranata (dalam Nashori, 1991), wanita memiliki kecenderungan berperilaku konsumtif lebih besar daripada pria. Tingginya perilaku konsumtif pada remaja putri tersebut didasari karena wanita lebih mudah tertarik secara emosi dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan pria lebih cenderung menggunakan nalarnya dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Kefgen dan Specht (dalam Rosyid dan Lina, 1997) menemukan bahwa remaja putri membelanjakan uangnya dua kali lipat lebih banyak dibandingkan pria. Remaja putra pun memiliki kecenderungan kurang menikmati kegiatan berbelanja karena mereka tidak cukup sabar dalam memilih barang yang diinginkan (Tambunan, 2010). Remaja putri cenderung membeli produk untuk menunjang penampilannya, seperti sepatu, pakaian, kosmetik, serta aksesoris. Orientasi wanita lebih banyak mengarah keluar pada subyek lain dan berusaha untuk menarik perhatian pihak lain. Dalam sebuah artikel online (Yosinta, 2010) menyebutkan bahwa, untuk dapat menarik

(23)

Bila kecenderungan perilaku konsumtif remaja putri dilakukan terus menerus akan menimbulkan permasalahan maupun kecenderungan yang buruk. Mereka akan cenderung menggunakan uang mereka untuk sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi kebutuhan mendasar mereka. Neufeldt (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001), menyatakan bahwa perilaku konsumtif menggambarkan suatu tindakan yang tidak rasional dan kompulsif sehingga, secara ekonomis dapat menimbulkan pemborosan dan ketidakefisienan biaya sedangkan, secara psikologis dapat menimbulkan kecenderungan rasa cemas dan tidak aman.

Permasalahan dan kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja tersebut tentu saja dapat diantisipasi bila ada kontrol dari pihak keluarga khususnya orang tua. Dalam hal ini, keluarga merupakan salah satu faktor kuat terhadap pembentukan perilaku seorang remaja. Menurut Santrock (2007), para remaja cenderung untuk mengidentifikasi perilaku orang tua mereka sebelum mengidentifikasi perilaku orang lain. Salah satu bentuk pengaruh keluarga dalam pembentukan perilaku seseorang adalah melalui gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua.

(24)

dkk, 2008). Pengaruh orang tua secara langsung berhubungan dengan pengendalian perilaku anak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Basir (2003) menunjukan bahwa pola asuh permisif berhubungan dengan pengendalian perilaku pada perilaku demonstran.

Jenis pola asuh orang tua ada berbagai macam dan perbedaan pola asuh orang tua ini dapat membentuk perilaku dan kepribadian yang berbeda-beda pula pada diri seseorang (Hauck, 1995). Semakin positif pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya maka akan menimbulkan kecenderungan perilaku yang positif pula pada anaknya tersebut. Pola asuh positif yang dimaksud adalah pola asuh yang memberikan kebebasan pada anak untuk menentukan pilihannya sendiri namun masih dalam batasan tertentu dan tetap memberikan aturan maupun hukuman bila anak melakukan kesalahan, sehingga anak memahami apa saja yang baik dan tidak baik untuk dilakukan.

(25)

pada anak untuk mengatur dirinya namun tetap pada batasan tertentu sehingga anak pun tetap dalam pengawasan orang tua. Orang tua yang mengasuh anaknya dengan gaya otoritatif ini cenderung memiliki anak yang kompeten secara sosial, percaya diri, serta bertanggung jawab secara sosial. Pada pola asuh uninvolved, orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak. Orang tua dengan pola asuh uninvolved ini pun sangat tidak terlibat serta tidak tertarik maupun memberikan perhatian pada berbagai hal yang berkaitan dengan anaknya. Hal ini membentuk anak menjadi tidak percaya diri dalam akademik dan kinerja di sekolah serta memiliki perilaku antisosial (Berk, 2008). Pada pola asuh permisif, orang tua membebaskan anak untuk mengatur dirinya sendiri. Orang tua pun tidak memberikan hukuman maupun aturan kepada anak. Orang tua selalu mengikuti apa yang anak inginkan atau dalam kata lain memanjakan anak sehingga, hal ini dapat menimbulkan adanya kurang pengendalian diri pada anak. Kurangnya pengendalian diri anak ini seperti halnya pada pengendalian dalam berperilaku, berkegiatan, maupun dalam memenuhi keinginan mereka.

(26)

dan menginterpretasikan informasi sensori dan kemudian memberikan makna pada informasi yang diterima tersebut (King, 2010). Berdasarkan definisi tersebut, bila remaja mempersepsikan pola asuh orang tua sebagai pola asuh permisif yang memberikan kebebasan maka remaja ini akan memiliki pengendalian diri yang kurang baik.

Dengan demikian, peneliti ingin membuktikan adanya hubungan antara persepsi pola asuh permisif dan perilaku konsumtif, mengingat masih terdapat faktor lain yang dapat berpengaruh pada perilaku konsumtif.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri?

C. Tujuan Penelitian

(27)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan empiris dan referensi dalam psikologi perkembangan dan psikologi konsumen, khususnya menyangkut perkembangan perilaku konsumtif remaja putri berkaitan dengan pola asuh orang tua khususnya pola asuh permisif.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Orangtua

Bagi para orangtua, penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan atau wawasan mengenai pola asuh orang tua dan dampaknya terhadap perkembangan remaja, khususnya pola asuh permisif terhadap perilaku konsumtif remaja putri. Dengan demikian, orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak-anak.

b. Bagi Subyek Penelitian

(28)
(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Konsumtif

1. Definisi Perilaku Konsumtif

Tambunan (2001), mengatakan bahwa perilaku konsumtif merupakan perilaku konsumen menggunakan nilai uang melebihi nilai produksinya untuk membeli barang atau jasa diluar kebutuhan yang sesungguhnya. Menurut Sarwono (1994), perilaku konsumtif lebih dipengaruhi oleh faktor emosional daripada logika, karena dalam pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang atau jasa lebih menitikberatkan pada status sosial serta kemudahan-kemudahannya daripada pertimbangan ekonomis maka barang yang dikonsumsi pun cenderung hanya sebatas keinginan semata dan bukan kebutuhan pokok.

Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai perilaku konsumtif tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif merupakan perilaku atau tindakan mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan yang tidak didasari oleh pertimbangan realistik dan cenderung hanya bersifat emosional semata.

(30)

2. Faktor-faktor Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut:

a. Motivasi

Dalam motivasi terdapat variabel sentral berupa motif, dimana motif tersebutlah yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan tertentu (Engel dkk, 1994). Hal ini menunjukan bahwa perilaku konsumtif seseorang didorong oleh adanya motivasi seseorang untuk memiliki atau mengkonsumsi suatu produk maupun jasa tertentu.

b. Sikap dan keyakinan

Sikap sebagai suatu perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek dan dipandang sebagai hasil dari penilaian terhadap objek tertentu sehingga menyebabkan munculnya perilaku tertentu, termasuk perilaku seseorang dalam mengkonsumsi suatu produk (Amirullah, 2002).

c. Konsep diri (self-concept)

(31)

diharapkannya (ideal self). Hal ini mendorong seseorang untuk menemukan hal-hal yang dapat menunjang pembentukan dirinya tersebut. Kecenderungan tersebut ditunjang pula melalui penampilan dirinya sehingga mendorong seseorang untuk mengkonsumsi suatu produk atau jasa hingga apa yang diharapkannya terpenuhi. Bila tidak ada kontrol dan hanya didasari oleh keinginan semata, maka akan menimbulkan perilaku mengkonsumsi yang berlebihan pada suatu produk (perilaku konsumtif).

d. Kelas sosial

(32)

e. Budaya

Budaya merupakan kreatifitas manusia yang tumbuh dari satu generasi ke generasi selanjutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku masyarakat (Mowen dan Minor, 2002). Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol yang bermakna yang membantu individu berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat (Engel dkk, 1994). Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dilihat bahwa budaya memberikan sumbangan pula dalam membentuk pola pikir individu sehingga membentuk suatu perilaku tertentu, termasuk didalamnya perilaku mengkonsumsi suatu produk.

f. Keluarga

(33)

3. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif

Menurut Sumartono (dalam Sari, 2009), perilaku konsumtif dapat dilihat melalui beberapa aspek, di antaranya yaitu:

a. Memberi produk karena iming-iming hadiah

Pembelian suatu produk karena adanya hadiah yang ditawarkan bila membeli porduk tertentu.

b. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaan)

Seseorang dengan perilaku konsumtif cenderung ditandai dengan kehidupan yang mewah sehingga produk atau jasa yang dibeli pun merupakan barang mewah dengan harga yang tinggi

c. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi Seseorang dengan perilaku konsumtif memiliki keinginan untuk membeli yang tinggi yang bertujuan untuk menunjang penampilannya sehingga dapat lebih percaya diri.

d. Membeli lebih dari dua produk sejenis (merk berbeda)

(34)

Menurut Amirullah (2002), ada beberapa aspek dari perilaku konsumtif, di antaranya sebagai berikut:

a. Aspek promosi

Persepsi seseorang terhadap suatu produk dapat terbentuk melalui proses promosi yang dilakukan oleh para produsen. Seseorang yang berperilaku konsumtif memiliki kecenderungan mudah terpengaruh oleh promosi yang ditawarkan para penjual. Terutama promosi produk yang sedang populer di masanya dan dapat menunjang penampilannya.

b. Aspek manfaat produk

Manfaat produk merupakan salah satu hal yang mendorong seseorang mengkonsumsi suatu produk serta apakah produk yang dikonsumsi memiliki manfaat sesuai dengan yang diharapkan. Seseorang dengan perilaku konsumtif, memiliki kecenderungan tidak memikirkan manfaat produk yang sesungguhnya dan hanya memikirkan bahwa produk yang dikonsumsi dapat memenuhi harapan atau keinginannya semata.

c. Aspek harga produk

(35)

konsumtif, selama produk itu mampu menunjang keinginan mereka. Hal inilah yang menimbulkan pemborosan dalam pengeluaran bagi mereka yang berperilaku konsumtif.

d. Aspek tempat penjualan produk

Seseorang yang berperilaku konsumtif memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi produk dimana pun mereka berada.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan beberapa aspek dalam perilaku konsumtif, yaitu mudah terpengaruh rayuan penjual, pembelian hanya berdasarkan keinginan semata, pemborosan dalam pengeluaran serta mengkonsumsi produk bisa dimana pun dan kapan pun.

B. Remaja Putri 1. Batasan Remaja

(36)

Adapun karakteristik masa remaja adalah sebagai berikut: a. Keinginan mencoba hal baru

Menurut Gunarsa (1981), para remaja memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal terutama yang dilakukan oleh orang dewasa, sebagai pembuktian bahwa dirinya bisa melakukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa pada umumnya. Pada remaja putra, mereka mencoba untuk merokok, sedangkan remaja putri mulai merias diri sesuai dengan perkembangan mode.

b. Citra tubuh

Santrock (2007) berpendapat bahwa remaja memiliki minat yang besar terhadap citra tubuh mereka. Pada remaja awal, minat mereka terhadap citra tubuh lebih besar dibandingkan dengan remaja akhir.

c. Keragu-raguan

Para remaja cenderung mengalami keraguan dalam menentukan suatu strategi atau keputusan tertentu. Hal ini didasari karena banyaknya alternatif pikiran yang dimiliki oleh remaja namun tidak diimbangi dengan pengalaman sepadan (Papalia, dkk, 2008).

d. Otonomi

(37)

Tuntutan akan otonomi ini didasari karena adanya pertentangan dan perbedaan pendapat antara remaja dan orang tuanya (Gunarsa dan Gunarsa, 1981).

e. Pemekaran diri sendiri (extension of the self)

Pemekaran diri pada remaja ini ditandai dengan munculnya kemampuan untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya, seperti halnya mencintai seseorang atau alam sekitar (Sarwono, 2007). Ciri lain ditandai pula dengan berkembangnya ego ideal berupa cita-cita, idola, dan hal-hal lain yang menggambarkan wujud ego (diri sendiri) di masa depan. Pada remaja putra, mereka

akan lebih berkhayal mengenai prestasi dan karier, sedangkan pada remaja putri terlihat lebih banyak berkhayal mengenai romantika hidup (Gunarsa dan Gunarsa, 1981). f. Berkelompok

(38)

2. Karakteristik Remaja Putri

Menurut Kartono (2006), remaja putri mengalami pertumbuhan jasmani secara pesat. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan tubuh yang semakin meningkat, seperti berat badan dan tinggi badan yang meningkat serta diimbangi pula dengan menambahnya aktivitas kesehariannya. Selain mengalami pertumbuhan pada jasmani, remaja putri pun mengalami pertumbuhan intelektual yang sangat intensif. Hal ini dapat dilihat pada besarnya minat remaja putri pada dunia luar. Minat yang besar tersebut kemudian membangunkan macam-macam fungsi psikis, rasa ingin tahu, dan dorongan mencari ilmu pengetahuan serta pengalaman baru.

(39)

Proses pembentukan identitas ini secara tidak langsung mendorong remaja putri untuk menjalin relasi dengan dunia luar. Relasi yang terjalin tersebut pada dasarnya diupayakan agar dapat menunjang pencarian dan penetapan identitas yang akan dicapainya. Berdasarkan dorongan tersebut muncullah karakteristik remaja putri dalam berelasi, dimana relasi tersebut pada umumnya bersifat monogam. Pada relasi yang monogam ini, unsur eksklusifitas dan kesetiaan, rasa menghargai pada loyalitas dan solidaritas pada masalah yang dihadapi oleh masing-masing pribadi pun sangat dijunjung tinggi. Maka dari itu diusia remaja jalinan pertemanan atau persahabatan para remaja putri terjalin sangat akrab satu sama lain.

(40)

remaja putri tersebut mulai menemukan kemampuan dirinya sendiri, harga dirinya, identitas serta egonya.

Karakteristik remaja putri sesuai dengan fase nya (Kartono, 2006):

a. Pada masa pra-pubertas, anak sering merasa bingung, cemas, gelisah, takut, gelap hati, risau, sedih hati dan lain-lain. Namun tidak mengetahui penyebab munculnya perasaan-perasaan tersebut.

b. Pada masa pubertas, anak memiliki keinginan tertentu dan berusaha mencari sesuatu tanpa ia ketahui apa yang sebenarnya yang ia inginkan dan ia cari.

c. Pada masa adolesensi, anak mulai merasa mantap dan stabil, mulai memahami arah hidupnya serta menyadari tujuan hidupnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka terdapat beberapa karakteristik yang terdapat pada remaja putri, yaitu:

a. Pertumbuhan pada jasmani secara pesat b. Pertumbuhan intelektual yang sangat intensif c. Mulai melepaskan diri dari identifikasi lama d. Relasinya bersifat monogami

e. Pertemanan dan persahabatannya terjalin sangat akrab satu sama lain

(41)

g. Adanya dorongan untuk meningkatkan prestasi belajar h. Kurang realistik dan sangat terpengaruh oleh emosionalnya i. Pemikiran yang impulsif

j. Mudah terpengaruh dengan dunia luar k. Memperhatikan penampilan

l. Tingkah laku yang kurang terkendali m. Agresif

n. Egois atau mau menang sendiri o. Mulai kritis terhadap orang tuanya

p. Tingginya rasa ingin tahu dan mencoba hal baru

3. Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri

(42)

Menurut Neufeldt (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001), kecenderungan tersebut pun secara ekonomis menyebabkan terjadinya pemborosan dalam pengeluaran karena barang atau jasa yang dikonsumsi harus selalu dan hanya didasari oleh keinginan sesaat. Hal ini bila dilakukan terus menerus tanpa adanya pengendalian akan menimbulkan perilaku konsumtif.

C. Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif 1. Pengertian Persepsi

(43)

sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Davidoff, dalam Budi, 2008).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses otak dalam menerima informasi atau stimulus tertentu yang kemudian menginterpretasikan informasi atau stimulus tersebut menjadi sebuah makna tertentu sehingga seseorang dapat mengenal dan menilai lingkungan sekitarnya.

2. Pengertian dan Ragam Pola Asuh

(44)

Terdapat beberapa jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya, yaitu:

a. Pola asuh otoriter (authoritarian)

Pola asuh authoritarian merupakan pola asuh yang memberikan batasan pada anak dan menuntut anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua serta menghormati suatu pekerjaan dan usaha. Pola asuh authoritarian atau yang lebih dikenal dengan pola asuh otoriter ini memberikan batasan maupun aturan-aturan yang tegas pada anak dan tidak memberikan kebebasan pada anak untuk mengutarakan pendapat mereka (Santrock, 2002).

b. Pola asuh demokratis (authoritative)

(45)

c. Pola asuh permisif atau bebas

Pada pola asuh permisif ini orang tua memberikan kebebasan yang tinggi pada anak-anaknya tanpa adanya batasan ataupun aturan yang harus dipatuhi anak-anak mereka namun masih menaruh ketertarikan pada anak mereka (Santrock, 2002). Pola asuh ini orang tua membiarkan anak mengatur dirinya sendiri termasuk aktivitas yang akan mereka lakukan, contoh kecil seperti jam mereka menonton televisi, jam tidur serta jam makan (Bukatko, 2008). Pola asuh permisif ini lebih memanjakan anak dengan mengikuti keinginan anak.

d. Pola asuh uninvolved

(46)

Tabel. 1

Fitur-fitur Pola Asuh (Berk, 2008)

Pola Asuh Karakteristik Pola Asuh Dampak Pada

(47)
(48)

Terdapat beberapa aspek dari pola asuh permisif, di antaranya yaitu sebagai berikut (Berk, 2008):

a. Aspek penerimaan dan keterlibatan

Pada aspek ini orang tua cenderung terlalu sabar dalam menghadapi perilaku anak, sekali pun perilaku tersebut kurang baik. Orang tua pun menuruti apa saja yang anak inginkan, tanpa memilah mana yang perlu dan tidak perlu untuk dituruti. Penerimaan dan kesabaran orang tua terhadap perilaku anak menimbulkan kecenderung kurang adanya keterlibatan dan perhatian orang tua terhadap kegiatan anaknya.

b. Aspek pengendalian terhadap perilaku

Pada pola asuh permisif, orang tua kurang bahkan tidak memberikan kontrol atau aturan terhadap perilaku anak. Orang tua tidak memberikan hukuman maupun nasehat bila anak melakukan suatu kesalahan. Orang tua pun tidak ada pemberitahuan maupun penjelasan apakah yang anak lakukan sudah sesuai atau belum sesuai.

c. Aspek pemberian otonomi

(49)

Berdasarkan aspek pola asuh permisif tersebut, orang tua cenderung memiliki kesabaran dan dapat menerima perilaku anak, sekalipun perilaku anak tersebut kurang baik. Orang tua pun cenderung memanjakan anak dimana orang tua selalu menuruti apa saja yang anak inginkan. Kecenderungan orang tua dalam memberikan kebebasan dan memanjakan anak ini didasari pula dengan tidak adanya pengendalian dari orang tua terhadap anak. Dimana orang tua tidak memberikan aturan dan hukuman terhadap perilaku yang kurang baik yang dilakukan oleh anak, sehingga anak pun kurang dapat mengontrol atau mengendalikan perilakunya sendiri. Orang tua dengan pola asuh permisif ini pun memberikan otonomi terhadap anak terutama dalam mengatur kegiatan dan aktivitas anak, sehingga orang tua kurang begitu mengetahui dan terlibat terhdap kegiatan anak secara langsung.

(50)

menunjukkan bahwa anak dengan pola asuh permisif memiliki sifat trial and error dalam perkembangan perilaku mereka. Selain itu,

mereka terlalu merasa “lepas-bebas” dalam berperilaku tanpa adanya batasan maupun kontrol dari orang tua. Hal inilah yang menyebabkan anak memiliki perkembangan sosial yang kurang baik. Mereka cenderung kurang memiliki tenggang rasa dan kurang toleran serta sering melanggar batasan kebebasan dan hak orang lain.

Skema 2

Hubungan Pola Asuh Permisif dalam Perkembangan dan Penyesuaian (Berk, 2008)

Berdasarkan skema hubungan gaya membesarkan anak dalam perkembangan dan penyesuaian di atas, dapat dilihat dampak-dampak pola asuh orang tua terhadap anak hingga beranjak remaja. Pola asuh permisif orang tua cenderung memberi kebebasan yang penuh pada anak tanpa adanya kontrol dan batasan-batasan tertentu. Dampak dari pola asuh permisif yang demikian akan cenderung menyebabkan Masa Anak-Anak:

 Semaunya sendiri, tidak taat, dan senang memberontak

(51)

remaja menjadi kurang bisa mengendalikan dirinya, serta senang membangkang dan cenderung antisosial. Hal ini tampak jelas bahwa pola asuh permisif akan cenderung menimbulkan beberapa perilaku yang kurang baik pada remaja.

4. Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif

Pola asuh orang tua dapat diketahui melalui persepsi anak terhadap pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya. Persepsi itu sendiri mengandung pengertian sebagai suatu proses otak dalam menerima informasi dan menginterpretasikan informasi yang diterima menjadi sebuah makna tertentu sehingga seseorang dapat mengenal dan menilai lingkungan sekitarnya. Pengertian dari pola asuh permisif yaitu suatu gaya orang tua dalam mendidik anaknya dengan kurang bahkan tidak memberikan aturan maupun hukuman tertentu pada anak, dimana anak diberikan kebebasan penuh untuk mengatur dirinya.

(52)

D. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri

Pada masanya, remaja putri cenderung memiliki keinginan untuk mencari jati diri dengan mengubah penampilannya dari kanak-kanak menjadi lebih dewasa. Remaja putri tersebut akan cenderung mengidentifikasi objek lain yang dianggapnya menarik, seperti para artis atau pun temannya yang populer di sekolah (Kartono, 2006). Agar dapat menunjang penampilannya tersebut mereka pun mengikuti trend yang sedang populer dimasanya tersebut sesuai dengan objek identifikasi mereka. Hal ini mendorong remaja putri untuk mengkonsumsi barang atau jasa yang dapat menunjang penampilannya tersebut. Kecenderungan yang demikian ini tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif ini terkait dengan kurang atau tidak adanya pengendalian diri pada diri mereka sendiri yang dalam hal ini adalah para remaja putri. Pengendalian diri pada remaja putri ini tidak terlepas dari peran keluarga yang dalam hal ini terkait dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua saat mereka masih anak-anak.

(53)

sedikit hukuman (Bukatko, 2008). Mereka sangat terlibat dengan anak serta memberikan dan membiarkan mereka melakukan berbagai hal yang mereka inginkan tanpa ada batasan-batasan tertentu (Santrock, 2007).

Kecenderungan pola asuh tersebut dapat menimbulkan persepsi tertentu dalam diri anak terhadap pola asuh yang diterapkan oleh orang uanya dan membentuk karakteristik tertentu dalam perkembangan diri anak. Persepsi itu sendiri mengandung pengertian sebagai suatu proses otak dalam menerima dan menginterpretasikan informasi yang diterima dan kemudian membentuk mana terteantu, (King, 2010). Anak yang mempersepsikan pola asuh orang tuanya sebagai pola asuh permisif yang memberikan kebebasan penuh maka memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu atas kemauannya sendiri, tidak taat, senang memberontak, penuntut, tidak sabaran serta kurang tekun dalam mengerjakan tugas dan dalam kinerja di sekolah (Berk, 2008). Anak dengan pola asuh permisif ini pun memiliki kecenderungan impulsif (Bukatko, 2008), serta tidak memiliki kontrol terhadap dirinya dan tidak suka bereksplorasi (Papalia, 2008).

(54)

pertimbangan-pertimbangan tertentu dan hanya didasari oleh keinginan sesaat mereka saja. Pendapat lain dikemukakan pula oleh Barus (2003) dalam sebuah penelitiannya mengenai pola asuh orang tua terhadap remaja. Barus menemukan bahwa anak dengan pola asuh permisif memiliki sifat trial and error dalam perkembangan perilakunya. Mereka pun terlalu merasa

bebas dalam berperilaku tanpa adanya batasan sehingga menyebabkan perkembangan sosialnya menjadi kurang baik, kurang memiliki tenggang rasa, serta kurang toleran.

(55)

E. Hipotesis

(56)

Pola asuh permisif: - Sangat senang berbelanja - Mudah terpengaruh rayuan

penjual

- Lebih tertarik pada warna dan bentuk daripada kegunaan

- Mudah tertarik dengan mode - Tidak berpikir hemat atau

boros dalam pengeluaran - Keinginannya harus selalu

terpenuhi

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian korelasional, di mana penelitian ini berbentuk hubungan antara dua variabel yang memiliki tujuan untuk melihat variasi antara satu variabel dengan variabel yang lainnya (Azwar, 2009). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel persepsi terhadap pola asuh permisif dengan variabel perilaku konsumtif pada remaja putri

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas : Persepsi terhadap pola asuh permisif

2. Variabel tergantung : Perilaku konsumtif pada remaja putri

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif

Persepsi terhadap pola asuh permisif adalah persepsi dari remaja putri terhadap pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak, yang ditandai dengan kurang adanya kontrol terhadap perilaku anak. Orang tua

(58)

memberikan kebebasan yang penuh pada anak untuk mengatur dirinya tanpa ada batasan-batasan yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama.

Persepsi terhadap pola asuh permisif pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala pola asuh yang didasarkan pada beberapa aspek menurut Berk (2008):

a. Aspek penerimaan dan keterlibatan b. Aspek pengendalian terhadap perilaku c. Aspek pemberian otonomi

Perolehan skor total dari skala menentukan tinggi rendahnya pola asuh permisif yang dipersepsi oleh subyek. Semakin tinggi skor totalnya maka menunjukan semakin tinggi pula pola asuh permisif yang dipersepsikan subyek sebaliknya, bila skor totalnya rendah maka menunjukan pola asuh permisif yang dipersepsikan subyek tersebut rendah.

2. Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri

(59)

Terdapat beberapa aspek dalam perilaku konsumtif, diantaranya yaitu terpengaruh rayuan penjual, pembelian hanya berdasarkan keinginan semata, pemborosan dalam pengeluaran dan mengkonsumsi produk bisa dimana pun dan kapan pun.

Perolehan skor total dari skala menentukan tinggi rendahnya perilaku konsumtif pada subyek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka perilaku konsumtif pun semakin tinggi sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh, maka perilaku konsumtif pun semakin rendah.

D. Subyek Penelitian

(60)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Angket dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan metode penskalaan. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert. Pada skala ini terdiri dari pernyataan-pernyataan favorable dan unfavorable dengan alternatif jawaban seperti “Selalu”, “Sering”, “Kadang-kadang”, “Tidak Pernah”. Adapun penilaian subyek untuk pernyataan favorable dan unfavorable dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 2 Skor Butir Favorable

Respon Skor

Selalu 4

Sering 3

Kadang-kadang 2

Tidak pernah 1

Pada skala persepsi terhadap pola asuh permisif butir favorable, bila total skor tinggi maka semakin tinggi pula pola asuh permisif dan begitu pula pada perilaku konsumtif, semakin tinggi skor total maka semakin tinggi pula perilaku konsumtifnya.

Tabel. 3

Skor Butir Unfavorable

Respon Skor

Tidak pernah 4

Kadang-kadang 3

Sering 2

(61)

Pada persepsi terhadap pola asuh permisif butir unfavorable, bila skor total tinggi maka menunjukan rendahnya pola asuh permisif dan bila skor total rendah maka menunjukan semakin tingginya pola asuh permisif. Pada perilaku konsumtif, skor tinggi yang diperoleh maka menunjukan semakin rendahnya perilaku konsumtif sedangkan, skor rendah menunjukan tingginya perilaku konsumtif.

Penelitian ini terdapat dua skala, yaitu skala persepsi terhadap pola asuh permisif dan skala perilaku konsumtif. Adapun skala dari masing-masing variabel penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Permisif

(62)

melakukan kesalahan. Adapun aspek ketiga yaitu pemberian otonomi terhadap anak, dimana anak mendapatkan ijin untuk membuat keputusan sendiri serta bebas melakukan apapun yang mereka inginkan.

Peneliti membuat 60 pernyataan berdasarkan aspek-aspek pola asuh permisif di atas. Pernyataan tersebut terdiri dari dua jenis yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 4

Spesifikasi Item-item

Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Permisif

(63)

2. Skala Perilaku Konsumtif

(64)

Peneliti membuat 60 pernyataan favorable berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada perilaku konsumtif.

Tabel. 5

Spesifikasi Item-item Skala Perilaku Konsumtif

Aspek No Item Favorable Jumlah

Mudah

(65)

dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkonsultasikan item-item tersebut kepada ahli yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam alat ukur ini mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2007).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu penelitian dapat dilihat dari sejauh mana konsistensi atau kesesuaian antara alat ukur dan apa yang diukur. Hal ini menunjukan sejauh mana penelitian ini dapat dipercaya. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien realibilitas (Rxy) dengan rentang angka dari 0 hingga 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya yang mendekati 1,00 maka tingkat reliabilitasnya pun tinggi yang berarti tinggi pula tingkat kepercayaan hasil pengukuran terhadap subyek yang diteliti (Azwar, 2007).

Pengujian pada reliabilitas dengan menggunakan koefisien realibilitas Alpha cronbach. Pendekatan tersebut bertujuan untuk melihat konsistensi antar item dalam satu kali penyajian pada subyek. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 16.0 for windows, Skala Persepsi Pola Asuh Permisif memiliki koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,919. Hasil koefisien alpha Skala Persepsi Pola

(66)

koefisien alpha Skala Perilaku Konsumtif menunjukan bahwa skala tersebut reliabel.

3. Uji Daya Beda Item

Uji daya beda item ini bertujuan untuk melihat sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2009). Pengujian beda daya item ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan skor skala yang nantinya akan menghasilkan koefisien korelasi item total (r ix).

Semakin tinggi koefisien korelasi positif antar skor item dengan skor skala maka menunjukan semakin tingginya konsistensi antar item tersebut dengan skala secara keseluruhan. Tingginya konsistensi antar item tersebut menunjukan semakin tingginya daya beda. Namun bila koefisien korelasinya rendah dengan mendekati nol maka fungsi item tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala sehingga, daya beda item tidak baik. (Azwar, 2009).

(67)

analisis pengukuran skala perilaku konsumtif menunjukan dari 60 item yang diujikan, terdapat 52 item yang baik dan 8 item yang tidak baik. Besar koefisien korelasi bergerak dari angka 0.171 hingga 0.720. Dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan untuk menurunkan standar pengguguran item, di mana item yang gugur adalah item yang memiliki korelasi item lebih besar atau sama dengan 0,25. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar jumlah total item sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Azwar (2010), apabila jumlah item yang lolos seleksi tidak memenuhi atau mencukupi jumlah yang diinginkan, maka peneliti dapat mempertimbangkan untuk menurunkan standart dari 0,30 menjadi 0,25.

Tabel. 6

Spesifikasi Item-item

(68)

Tabel.7

Spesifikasi Item-item

Skala Perilaku Konsumtif Sebelum dan Sesudah Uji Coba

Aspek Nomor lama Nomor baru

(69)

b. Uji Linearitas

Uji linearitas ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan linear atau tidak antara variabel bebas dan variabel tergantung. Hal tersebut ditunjukan dengan ada tidaknya garis lurus dalam pengujian tersebut. Apabila hubungan dua variabel tersebut menunjukan garis lurus berarti hubungan dua variabel ini memiliki korelasi linear dan memiliki signifikansi kurang dari 0,05 (Priyanto, 2008).

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan positif anatar dua variabel yaitu pola asuh permisif dan perilaku konsumtif. Pengujian hipotesis dilakukan menngunakan teknik Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS for Windows versi

(70)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini melibatkan subyek yang berasal dari beberapa SMA dan universitas di Yogyakarta. Dari 70 kuesioner yang dibagikan, terdapat 64 kuesioner yang kembali. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 Maret 2012 sampai 22 Maret 2012. Para subyek diminta untuk mengisi kuesioner yang terdiri dari 2 macam skala, yaitu skala pola asuh permisif dan skala perilaku konsumtif.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Demografi Subyek Penelitian

Usia subyek dalam penelitian ini berkisar dari usia 15 hingga 19 tahun. Subyek dengan usia 15 tahun berjumlah 9 orang, usia 16 tahun berjumlah 14 orang, 17 tahun berjumlah 21, 18 tahun berjumlah 14 orang, dan yang berusia 19 tahun berjumlah 6 orang. Subyek yang duduk dibangku SMA berjumlah 54 orang dengan rentang usia 15-18tahun dan yang duduk dibangku kuliah berjumlah 10 orang dengan rentang usia 18-19 tahun. Berikut ini dapat dilihat tabel data demografi subyek:

(71)

Tabel. 8

Berdasarkan lokasi sekolah dari 64 subyek, 32 diantaranya berasal dari sekolah yang terletak di kota Yogya, dan 32 lainnya berasal dari sekolah yang terletak di kabupaten Sleman.

2. Uji Asumsi

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data variabel penelitian tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini digunakan dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui hasilnya yaitu sebagai berikut:

(72)

0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data pada variabel pola asuh permisif adalah normal.

2. Nilai probabilitas (p) pada variabel perilaku konsumtif sebesar 0.328. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data pada variabel perilaku konsumtif adalah normal.

b. Uji Linearitas

Tabel.10

Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel

Uji Linearitas F Sig

Linearity 11.415 0.002 Deviation from

Linearity

1.500 0.148

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Hasil uji linearitas menunjukan nilai 0.002. Nilai

tersebut menunjukan bahwa hubungan antara pola asuh permisif dan perilaku konsumtif tersebut linear, karena nilai dari hasil uji tersebut lebih kecil dari 0.05.

3. Uji Hipotesis

(73)

Berikut ini tabel hasil uji hipotesis pola asuh permisif dan perilaku konsumtif:

Tabel. 11 Hasil Uji Hipotesis

Perilaku Konsumtif

Pola Asuh Permisif Perilaku

Konsumtif

Pearson Correlation 1 0.351

Sig (2-tailed) 0.004

N 64 64

Persepsi Pola Asuh Permisif

Pearson Correlation 0.351 1 Sig (2-tailed) 0.004

N 64 64

(74)

C. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel persepsi terhadap pola asuh permisif dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukan nilai koefisien korelasi sebesar 0.351 dengan probabilitas 0.004. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara variabel persepsi terhadap pola asuh permisif dengan perilaku konsumtif.

Koefisien korelasi persepsi terhadap pola asuh permisif dan perilaku konsumtif berada pada taraf rendah, dan masing-masing variabel memiliki skor total yang berbeda pada tiap aspek. Pada persepsi terhadap pola asuh permisif, aspek yang memberi sumbangan skor terbesar yaitu pada aspek pemberian otonomi, sedangkan pada perilaku konsumtif yang memberi sumbangan terbesar yaitu pada aspek mudah terpengaruh rayuan iklan. Pada penelitian ini, pola asuh permisif memberi sumbangan sebesar 12,4% terhadap perilaku konsumtif pada remaja putri, sedangkan 87,6% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang turut mempengaruhi perilaku konsumtif tersebut yaitu motivasi, sikap dan keyakinan, konsep diri, kelas sosial dan budaya.

(75)

hanya membuat sedikit bahkan tidak ada aturan terhadap anak-anaknya dan hanya memberikan sedikit hukuman (Bukatko, 2008). Orang tua dengan pola asuh permisif tersebut akan membentuk karakter tertentu pada diri anak hingga anak beranjak remaja. Pada pola asuh permisif karakter yang terbentuk yaitu anak tidak memiliki kontrol terhadap dirinya. Remaja khususnya remaja putri memiliki kecenderungan mudah terpengaruh secara emosi dan kurang realistik sehingga mereka pun menjadi mudah tergoda dengan hal-hal yang mereka anggap menarik dan sangat memperhatikan penampilannya.

Karakter tersebut membentuk perilaku tertentu dalam diri para remaja putri, termasuk di dalamnya perilaku mengkonsumsi suatu produk. Perilaku mengkonsumsi suatu produk bila tidak dikontrol maka akan menimbulkan perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif yang dialami para remaja putri ini tidak didasari dengan pertimbangan-pertimbangan realistis dan hanya berdasarkan oleh keinginan semata (Sarwono, 1994). Seperti sudah dibahas sebelumnya bahwa perilaku konsumtif didasari oleh beberapa faktor, yang salah satunya adalah faktor keluarga. Keluarga dengan penerapan pola asuh tertentu akan membentuk pribadi tertentu dalam diri anak dengan memunculkan perilaku tertentu pula.

(76)

Hal ini menunjukan bahwa faktor lain memiliki sumbangan lebih besar dalam hubungannya variabel persepsi terhadap pola asuh permisif dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. Berdasarkan temuan dari penelitian ini, faktor lain yang dapat memiliki hubungan dengan perilaku konsumtif pada remaja putri ini adalah lokasi tempat tinggal subyek. Sebagian subyek dalam penelitian ini bersekolah di kabupaten Sleman, yang berlokasi agak jauh dari perkotaan. Lokasi yang jauh dari perkotaan membuat remaja tidak terlalu terpengaruh oleh trend untuk mengkonsumsi suatu barang atau jasa.

(77)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien korelasi antara dua variabel penelitian sebesar 0.351 dengan probabilitas 0.004. Sumbangan koefisien korelasi tersebut menunjukan adanya hubungan positif dan signifikan antar variabel dalam penelitian ini. Hasil tersebut menunjukan bahwa semakin tingginya persepsi terhadap pola asuh permisif maka perilaku konsumtif pada remaja putri pun semakin tinggi.

B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara persepsi terhadap pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri. Untuk itu peneliti selanjutnya disarankan agar memilih pola asuh lain yang kemungkinan dapat memberikan sumbangan lebih besar terkait dengan hubungan pada perilaku konsumtif pada remaja putri. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel demografis seperti uang saku serta membedakan perilaku konsumif tersebut berdasarkan lokasi tempat tinggal.

(78)

2. Bagi Orang tua

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua berperan penting dalam pembentukan sikap dan perilaku anak, sehingga orang tua diharapkan untuk selalu mengevaluasi perilaku yang muncul pada anak dan memberikan kontrol tertentu pada diri anak. Dengan demikian, diharapkan anak mampu mengontrol perilakunya terutama dalam perilaku mengkonsumsi suatu barang maupun jasa.

3. Bagi Remaja Putri

(79)

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. (2002). Perilaku Konsumen. Yogyakarta : Graha Ilmu

Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson., Edward E. Smith., Daryl J. Bem. (2002). Pengantar Psikologi, edisi 11, jilid 1. (Alih bahasa: Dr. Widjaja Kusma). Batam: Interaksara

Azwar, Saifuddin. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, Saifuddin. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azwar, Saifuddin. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Barus, Gendon, (2003). Memaknai Pola Pengasuhan Orangtua Pada Remaja. Jurnal Intelektual, Volume 1 nomor 2 (151 - 164). Yogyakarta

Basir, Suparian A. (2003). Perilaku Demonstran Ditinjau Dari Pengasuhan Orang Tua, Penanaman Norma Agama Dan Media Massa. Phornesis, Volume 5 nomor 10. Yogyakarta

Berk, Laura. E. (2008). Child Development (7th ed). Newyork : Pearson

Budi, Ayi Setia. (2008). Definisi Persepsi. Diunduh 10 Agustus 2012. Dari:

http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1837978-definisi-persepsi/

Bukatko, Danuta. (2008). Child And Adolescent Develpoment : Achronological Logical Approach, Boston : Houghton Mifflin Company

Engel, James. F., Roger. D. Blackwell., Paul W. Miniard. (1994). Perilaku Konsumen. Jilid I Edisi 6. (Alih bahasa: Drs. F. X. Budianto) Jakarta : Binarupa Aksara

Gunarsa, Dra. Ny. Y. Sinngih.D dan Gunarsa, Dr. Singgih. D. (1981). Psikologi Remaja. Jakarta : Tira Pustaka

Hadi, Sutrisno. (2004). Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset

(80)

Hauck, P. (1995). Mendidik Anak dengan Berhasil. Psikologi Pupuler (ed. V). Jakarta : Arcan

Kartono, K. (2006). Psikologi Wanita 1, Mengenal Gadis Remaja & Wanita Dewasa. Bandung : Mandar Maju

Kelly, William A. (1956). Educational psychology. United Stated Of America: The Bruce Publishing company

King, Laura A. (2010). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Humanika

Mowen, John. W., & Minor, Michael. (2002). Perilaku Konsumen. (Alih Bahasa: Dr. Dwi Kartono Yahya, S.E., Spec, Lic). Jakarta: Erlangga

Nashori, F. (1991). Konsumtivisme Masyarakat Indonesia. Psikomedia. Edisi 7. Yogyakarta

Papalia, Diane.E., Selly Wendkes Old., Ruth Duskin Feldman. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Edisi 9 cetakan I. (Alih Bahasa: A. K. Anwar). Jakarta: Kencana

Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Jakarta: Buku Kita

Rosyid, Haryanto.F & Lina. (!997). Perilaku Konsumtif Berdasarkan Locus Of Control Pada Remaja Putri. Psikologika. Nomor 4 tahun II. Yogyakarta Santrock, John.W. (2002). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup

jilid ke-1, ed. ke-2). Jakarta : Erlangga.

Santrock, John.W. (2003). Adolencense: Perkembangan Remaja. Edisi ke 6. (Alih Bahasa: Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga

Santrock, John.W. (2007). Remaja (jilid 1, ed. ke-11). Jakarta : Erlangga.

Sari, Tiurma Yustisi. (2009). Hubungan Antara Perilaku Konsumtif dengan Body Image Pada Remaja Putri. Laporan Penelitian. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara

(81)

Tambunan, R. (2001). Remaja dan Perilaku Konsumtif. Diunduh 16 mei 2011, dari http://www.e.psikologi.com/2001/11/19/remaja-dan-perilaku-konsumtif/.

Yosinta, M. (2010). Pola Hidup Konsumtif. Diunduh 16 Mei 2011, dari http://sdk.yski.info/co.id/2010/03/01/pola-hidup-konsumtif/

Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya (Rosda)

(82)
(83)

Lampiran I

(84)

a. Estimasi reliabilitas skala persepsi terhadap pola asuh permisif Case Processing Summary

N %

Cases Valid 57 98.3

Excludeda 1 1.7

Total 58 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

(85)
(86)

item29 121.1754 360.004 .681 .916

(87)

c. Estimasi reliabilitas skala persepsi terhadap pola asuh permisif Case Processing Summary

N %

Cases Valid 58 96.7 Excludeda 2 3.3 Total 60 100.0 a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

(88)
(89)

item29 111.9828 525.280 .521 .955

(90)

Lampiran II

(91)

a. Uji Normalitas

Skala persepsi terhadap pola asuh permissif One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

total

N 64

Normal Parametersa Mean 1.0362E2 Std. Deviation 1.86841E

Asymp. Sig. (2-tailed) .509

a. Test distribution is Normal.

Skala Perilaku konsumtif

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test total

N 64

Normal Parametersa Mean 1.0308E2 Std. Deviation 2.32681E

Asymp. Sig. (2-tailed) .328

(92)

b. Uji Linearitas

(93)

Lampiran III

(94)

SKALA PENELITIAN

Oleh: Stefani Dwi Astuti

07 9114 005

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(95)

SKALA PENELITIAN

Kepada Yogyakarta, Maret 2012

Yth. Saudari yang turut berpartisipasi dalam peneitian ini Dengan hormat, saya

Nama : Stefani Dwi Astuti NIM : 07 9114 005 Fakultas : Psikologi Universitas : Sanata Dharma

Sedang menyusun tugas akhir guna menyelesaikan tanggung jawab saya sebagai mahasiswi. Oleh karena itu, saya mohon bantuan Anda sekalian untuk memberi tanggapan pada skala penelitian ini. Semua tanggapan yang Anda berikan dijamin kerahasiaannya, sehingga sangat diharapkan Anda untuk menjawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan Anda dalam mengisi skala penelitian ini.

Hormat saya

(96)

Identitas Usia:

PETUNJUK PENGERJAAN

Berikut ini ada beberapa pernyataan. Baca dan pahami dengan teliti setiap pernyataan. Kemudian, Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri Anda dengan memberikan tanda (√) pada salah satu alternatif jawaban yang tersedia.

SS : Bila pernyataan tersebut Selalu terjadi pada Anda S : Bila pernyataan tersebut Sering terjadi pada Anda

K : Bila pernyataan tersebut Kadang-kadang terjadi pada Anda TP : Bila pernyataan tersebut Tidak Pernah terjadi pada Anda

Tidak ada jawaban yang benar atau pun salah, maka dari itu jawablah pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan Anda yang sebenarnya. Jangan melewatkan setiap pernyataan atau membiarkan ada pernyataan yang tidak dijawab.

Pernyataan pada skala A berisi tentang pola asuh, sedangkan skala B berisikan tentang perilaku konsumtif.

Gambar

Tabel. 1 Fitur-fitur Pola Asuh (Berk, 2008)
Skor Butir Tabel. 2 Favorable
Tabel. 4 Spesifikasi Item-item
Tabel. 5  Spesifikasi Item-item
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari skor kemandirian dengan mean = 96, standar deviasi = 21 maka diperoleh hasil kemandirian remaja dengan pola asuh permisif yang tergolong dalam kategori rendah tidak ada, 7

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menyangkut dengan Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Orang Tua dengan Tindakan Seksual Remaja di SMK Cendana Padang Panjang Tahun

B-1 Data Item Try Out Terpakai Perilaku Seksual Remaja.. B-2 Data Try Out Skala Pola Asuh Permisif

yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Permisif Dan Kontrol Diri Dengan

Pada remaja putri yang tinggal di kost, faktor pengawasan yang tidak ketat, serta mendapat kebebasan untuk mengatur jadwal sendiri sesuai dengan keinginan, tidak jarang membuat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marsito dan Yudha (2011) mengenai pola asuh dalam keluarga dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pranikah

Pada penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi pola asuh orang tua dengan perilaku konsumtif pada remaja di Jakarta.. Hal ini mungkin

5 KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang positif antara pola asuh permisif dengan kecenderungaan gaya hidup hedonis pada remaja, dimana