• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang. Pengetahuan tentang seksualitas ataupun perkembangan seksual yang seharusnya dipahami oleh masyarakat. Perkembangan tentang perilaku seksual remaja merupakan salah satu pemahaman yang penting untuk diketahui oleh masyarakat, karena pada masa remaja merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anak-anak menjadi perilaku seksual remaja (Soetjiningsih, 2010).

(2)

Perilaku seks bebas tidak hanya ada di kalangan masyarakat umum atau kalangan mahasiswa saja ,tetapi saat ini pergaulan seks bebas juga sudah masuk didalam kalangan pelajar SMP, ataupun kalangan pelajar SMA. Hal ini terjadi di salah satu SMA yaitu di SMA Negeri 1 Karangdowo, Klaten.

Survei Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di Indonesia, belum lama ini juga menyatakan bahwa, secara nasional terdata bahwa ada sebanyak 66 persen remaja putri usia sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) tidak lagi perawan yang artinya pada usia sekolah tersebut mereka sudah mengenal seks bebas (Gunawan, 2014). Pusat studi kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan bahwa terdapat 26,35% dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan sekssual sebelum pernikahan dimana 50% diantaranya menyebabkan kehamilan (Soetjiningsih, 2010). Menurut penelitian yang berhubungan dengan kecenderungan perilaku seksual di empat kota menunjukkan hasil 36,6% remaja di daerah kota Medan , 8,5% remaja di daerah kota Yogyakarta, 3,4% remaja di daerah kota Surabaya dan 31,1% remaja di kota Kupang telah terlibat hubungan seksual secara aktif (Soetjiningsih, 2010).

(3)

dan mulut, meraba – raba/petting dan hubungan seksual atau senggama) sebanyak 65 orang (29,5 %) sedangkan responden yang berperilaku seksual tidak beresiko sebanyak 155 orang (70,5 %).

Hasil survey BKKBN 2010 sekitar 51 % remaja di wilayah Jabodetabek sudah tidak perawan. Sebanyak 4% responden yang mengaku melakukan hubungan seksual sejak usia 16-18 tahun, 16 % melakukan pada usia 13-15 tahun. Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung dan Medan 52%. Perilaku seks bebas di kalangan remaja berdampak pada kasus infeksi penularan HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia, sedangkan tempat favorit untuk melakukan hubungan seksual adalah di rumah sebanyak 40 %, di tempat kost 30 % dan di hotel 30% (Banun S & Setyorogo, 2013).Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Taufik dan Anganthi (Hidayah, dkk, 2013) dengan subyek sebanyak 1250 siswa SMU kelas III di Surakarta laki-laki dan 639 perempuan mendapatkan hasil ditemukan 164 subjek (13,12%) telah melakukan hubungan seksual, yang terdiri atas 139 subjek (11,12%) laki-laki dan 25 subjek (2%) perempuan.

(4)

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah satu guru BK dan siswa berinisial S.H, didapatkan data adanya perilaku seks bebas pada siswa – siswi SMA N1 Karangdowo. Dibuktikan dari adanya beberapa siswi yang hamil diluar nikah bahkan pada tahun ajaran 2014 - 2015 ini ada pula sepasang murid yang di keluar dari sekolah karena mereka berhubungan seks yang mengakibatkan kehamilan. Terdapat pula siwa atau siswi yang pernah berurusan dengan guru BK karena permasalahan yang berhubungan dengan perilaku seks bebas misalnya, (ketahuan berpegangan tangan dan berciuman di dalam sekolah). Dan banyaknya siswa-siswi yang sudah memiliki pasangan atau berpacaran sehingg perilaku seks bebas di kalangan pelajar khususnya di SMA ini semakin tinggi. Diperkuat dari penuturan S.H salah satu murid, yang menyatakan banyak siswi dan siswa yang bersekolah disini telah mempunyai pacar, termasuk S.H sendiri.

Seks bebas di kalangan pelajar adalah fenomena yang tidak asing lagi. Saat ini kebanyakan orang tua sangat khawatir kepada anaknya dan tidak sedikit orang tua berdoa agar anak-anaknya tidak menjadi salah satu pelakunya. Dengan peristiwa tersebut menjadikan orang tua waspada, dengan memberikan aturan-aturan didalam keluarga (dirumah) dan sebagai pencegahan orang tua berupaya untuk mengendalikan atau mengontrol anak agar tidak terjerumus (Gunawan, 2014).

(5)

meminimalisasi perilaku seks bebas, faktor-faktor tersebut yaitu meliputi jenis kelamin, usia pubertas, pengetahuan, sikap, status perkawinan orang tua, pola asuh orangtua, jumlah pacar, lama pertemuan dengan pacar, paparan media elektronik dan media cetak.

Berdasarkan uraian di atas salah satu faktor penting yang berhubungan dengan perilaku seksual adalah pola asuh orang tua. Berdasarkan analisa World Health Organization (WHO) pada berbagai literatur kesehatan reproduksi dari seluruh dunia yang menyatakan bahwa pola asuh merupakan faktor risiko berat terhadap perilaku seksual. Interaksi antara remaja dengan orang tua menunda bahkan mengurangi perilaku hubungan seksual pada remaja. Pengawasan dari orang tua yang kurang akan mempercepat remaja melakukan hubungan seksual. Pengawasan orang tua merupakan faktor penting yang mempengaruhi sikap perilaku seksual remaja. Remaja yang diawasi orangtuanya akan menunda bahkan menghindari hubungan seksual sedangkan pada remaja tanpa pengawasan orang tua akan melakukan hubungan seksual pertama pada usia lebih dini Nursal (Hidayah dkk, 2013).

(6)

Remaja yang memiliki orang tua dengan pola asuh permisif, cenderung memiliki kerentanan yang tinggi terhadap perilaku seks bebas. Hal ini dikarenakan orang tua yang permisif tidak terlalu mengawasi anak-anaknya. Sehingga anak merasa bebas untuk melakukan perbuatan yang anak lakukan meskipun itu tidak baik untuk dirinya sendiri. Remaja yang memiliki orang tua yang pola asuhnya permisif ,kebanyakan dari mereka mempunyai orang tua yang sibuk bekerja, sehingga perhatian orang tua kepada anak berkurang. Dengan perhatian yang kurang maka anak akan lebih leluasa melakukan hal hal negatif (Novantidkk, 2013).

Markurn (Novantidkk, 2013) juga menyatakan bahwa Pola asuh orang tua sangat berperan penting karena keluarga merupakan komunikasi pertama bagi anak , dimana anak bisa dididikdan di bentuk karekter pribadinya, orang tua yang dapat memberikan contoh yang baik akan berdampak baik pula bagi anak, begitu juga sebaliknya.

Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif dimana orang tua tersebut memberikan kebebasan kepada anaknya akan tetapi, kurang disertai adanya batasan-batasan dalam berperilaku, maka anak tersebut mengalami kesulitan dalam mengendalikan keinginan-keingannya maupun dalam perilaku untuk menunda pemuasan, entah itu pemuasan seksual atau pemuasan yang lainnya (Soetjiningsih,2010).

(7)

bebas. Dengan hal tersebut peneliti mengambil judul “Hubungan antara Pola Asuh

Permisif denganSikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja “.

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latr belakang dan perumusan maslaah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh permisif dengan sikap terhadap perilaku seks pada remaja.

2. Untuk mengetahui tingkat sikap terhadap perilaku seks bebas pada siswa. 3. Untuk mengetahui tingkat pola asuh permisif pada siswa.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis

a. Manfaat penelitian ini untuk menambah khasanah keilmuan terutama dalam psikologi pendidikan.

b. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu penegetahuan bagi mahasiswa Fakultas Psikologi.

2. Secara praktis

a. Menjadi dasar pengetahuan agar orang tua dapat memiliki pola asuh yang baik bagi anak-anaknya, sehingga dapat mengantisipasi timbulnya perilaku seks bebas pada remaja.

(8)

c. Bagi instansi tempat penelitian agar mau memperdulikan dan membantu untuk mengatasi masalah perilaku seksual pada anak didiknya.

Referensi

Dokumen terkait

 Perlu adanya tambahan dalam desain inkubator agar lebih menarik supaya menambah banyak telur yang akan ditetaskan

Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah tempat di mana siswa belajar. Tempat yang nyaman akan memiliki pengaruh

Sebesar 93,33% responden dari kota Semarang dan Yogyakarta memiliki ketertaikan untuk membeli produk APE berbasis metode Montessori yang ditawarkan, adanya peluang untuk

Hasil uji t-independent untuk membandingkan rerata durasi diare pada kelompok yang mendapatkan suplementasi vitamin A dan tidak mendapatkan suplementasi vitamin A

[r]

Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data,..

Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah dan serta sesuai dengan Berita Acara Hasil.

Inilah yang disitir Al-Qur’an (Q.s. Al-Anfal [8]: 2): innama-‘l- mu’minuuna-‘l-ladziina idza dzukira-‘l- laahu wajilat quluubuhum wa idzaa tuliyat aayaatuhu zaadathum