• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI JAKARTA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA

ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU

KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI

JAKARTA

Intan Sari

Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III No.45

Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat, Telp 021-5327630/fax 021-5332985, Intan.psikologi@gmail.com

Moondore Madalina Ali

Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III No.45

Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat, Telp 021-5327630/fax 021-5332985, Mali@binus.edu

ABSTRACT

Nowadays adolescents tend to behave consumptively, they have a high shopping lifestyle so they only have a few savings. Family is one of the factors that influence consumer behavior of an individual. This study aims to examine the role of correlation between perceptions of parenting style with consumptive behavior among adolescents in Jakarta area. This study uses quantitative method with a number of samples of 161 Jakarta (47 males, 114 females). This study is using non-probability purposive sampling technique and snowball. Research design of this study is correlational design with Spearman Rank Correlation (Rho) as analyzing technique. The result of this research is there’s no significant correlation between perception of parenting style authoritarian (p = 0.234 and (ρ) =-0.183), parenting style authoritative (p = 0.488 and (ρ) = -0.096), parenting style permissive indulgent (p = 0.145 and (ρ) = -0.268) and parenting style permissive neglectful (p = 0.679 and (ρ) = 0.076) with consumptive behavior within late adolescents in Jakarta area. This might happened because there are other factors that related to consumptive behavior such as peer groups.

Keywords : parenting style, consumptive behavior, late adolescents

ABSTRAK

Dewasa ini remaja cenderung berperilaku konsumtif, mereka memiliki gaya hidup berbelanja yang tinggi sehingga mereka hanya sedikit memiliki tabungan. Dimana keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi pola asuh orang tua dengan perilaku konsumtif pada remaja di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jumlah sample 161 orang remaja akhir di Wilayah DKI Jakarta (47 laki-laki, 114 perempuan) Penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik purposive sampling dan snowball. Desain penelitian ini adalah korelasional dengan teknik analisa Spearman Rank Correlation (Rho). Hasil penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi antara pola asuh otoriter (p = 0.234 dan (ρ) =-0.183), pola asuh otoritatif (p = 0.488 dan

(ρ) = -0.096), pola asuh permisif memanjakan (p = 0.145 dan (ρ) = -0.268) dan permisif mengabaikan (p = 0.679 dan(ρ) = 0.076) terhadap perilaku konsumtif pada remaja akhir di Jakarta. Hal ini mungkin terjadi

karena faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perilaku konsumtif seperti teman sebaya.

(2)

PENDAHULUAN

Periode peralihan perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional disebut dengan masa remaja (Santrok, 2007). Perubahan biologis meliputi perubahan fisik individu yang ditandai dengan pubertas. Pubertas merupakan perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2007). Pada remaja laki-laki masa pubertas ditandai dengan mimpi basah dan perubahan suara, sedangkan pada remaja putri ditandai dengan datangnya menstruasi dan payudara yang mulai membesar. Perubahan kognitif pada remaja meliputi perubahan dalam pikiran, intelegensi dan bahasa, seperti kemampuan dalam memecahkan masalah dan kemampuan dalam penalaran mengenai hal-hal abstrak sedangkan perubahan sosial-emosional mencangkup perubahan emosi, kepribadian dan peran. Hall (dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa sejalan dengan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional yang dialami oleh remaja, mereka menjadi cenderung menyimpang dan penuh konflik seperti menggunakan obat-obatan terlarang, pesta, seks bebas, tauran dan gemar mengikuti mode. Salah satu aspek psikologis dari masa remaja adalah mereka menjadi sangat memperhatikan citra tubuh dan mulai membangun jati diri (Santrock, 2007). Rentang masa remaja berkisar antara 10 hingga 21 tahun yang terbagi menjadi empat kelompok yaitu masa pra remaja (10-12 tahun), masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Santrock (2007) membedakan masa remaja menjadi dua periode yaitu masa remaja awal antara 10-13 tahun dan masa remaja akhir usia 18-22 tahun (Idhami,dalam Farida 2013).

Berdasarkan data majalah Marketing (2008, dalam Suharyadi dan Purwanto 2009) remaja di Indonesia senang mengikuti tren gaya hidup, 75 % senang jalan-jalan di mall, 96% remaja sangat menyukai jajan, 74% remaja telah memiliki telepon genggam pribadi dan mereka hanya memiliki 24% tabungan yang diambil kurang dari 50% uang jajan mereka. Perilaku yang dilakukan oleh remaja tersebut didukung dengan bermunculannya waralaba (francise), pusat perbelanjaan (shopping center), dan supermarket yang rata-rata menjual komoditas remaja (Sumartono,2002). Menurut Aryo (2013) di Jakarta terdapat 173 shopping center dan Jakarta merupakan kota dengan pusat perbelanjaan terbanyak didunia. Brotoharsajo, Sjabadhyni, Mokoginta dan Wutun (2005) menyatakan bahwa dalam dunia perindustrian, remaja merupakan pangsa pasar potensial karena walaupun memiliki keterbatasan dalam kemampuan keuangan remaja termasuk kelompok yang konsumtif bahkan melebihi kelompok yang memiliki penghasilan tetap. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Beliau mengungkapkan bahwa pembangunan di Jakarta berpusat pada shopping center menjadikan masyarakat menjadi hedonis, menyukai hal-hal yang bersifat konsumtif dan mewah (Jordan, 2013). Surbakti (2009) menjelaskan perilaku hedonis adalah suatu pandangan yang mengutamakan duniawi atau menganggap bahwa kesenangan merupakan tujuan hidup sedangkan yang dimaksudkan dengan perilaku konsumtif menurut Fromm (1995, dalam Arysa 2013) adalah perilaku dimana individu mempunyai suatu barang dengan tujuan untuk menunjukan status dari pemiliknya dan tidak berorientasi pada fungsi atau manfaat dari barang itu sendiri.

Fromm (1995, dalam Arysa 2013) menyebutkan empat dimensi perilaku konsumtif yaitu pemenuhan keinginan, barang di luar jangkauan, barang tidak produktif dan status. Pemenuhan keinginan adalah ketika individu memiliki rasa puas yang terus mengalami peningkatan maka dari itu ia menginginkan sesuatu yang lebih untuk memenuhi kepuasannya , walaupun sebenarnya individu tidak memiliki kebutuhan akan barang tersebut. Kedua, barang di luar jangkauan yaitu ketika individu mengeluarkan uang yang tidak sedikit demi memenuhi rasa puasnya dalam mengkonsumsi barang dan jasa tersebut. Ketiga, barang tidak produktif adalah ketika individu mengkonsumsi barang/jasa secara berlebihan maka kegunaan konsumsi menjadi tidak jelas. Sehingga barang/produk yang telah dibeli menjadi tidak produktif. Keempat, status adalah ketika perilaku individu dalam memiliki barang atau menggunakan jasa dengan alasan untuk mempertimbangkan ataupun untuk meningkatkan status yang dimiliki

Perilaku konsumtif menjadi permasalahan karena dampak negatif yang ditimbulkannya. Menurut Waluyo, Suwardi, Feryanto dan Haryanto (2008) ada tiga dampak negatif dari perilaku konsumtif yaitu pertama, terjadinya pemborosan. Hal ini terjadi karena seseorang menggunakan uang untuk keperluan yang tidak penting. Kedua, perilaku konsumtif menimbulkan kesenjangan sosial karena secara sosial seseorang yang berperilaku konsumtif terlihat lebih menarik sehingga menimbulkan kesenjangan bagi yang melihat. Terakhir, menimbulkan inflasi ekonomi karena ketika permintaan meningkat maka harga barang juga ikut meningkat. Dampak negatif dari perilaku konsumtif adalah orang-orang yang berperilaku konsumtif biasanya kurang memikirkan masa depan dan masyarakat pada umumnya kurang menghormati

(3)

orang-orang yang berperilaku konsumtif (Kurnia, 2007). Ia juga mengemukakan bahwa orang-orang yang berperilaku konsumtif dapat menjadi berbahaya ketika tidak lagi memiliki penghasilan dan hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan tindak kriminal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen seseorang yaitu budaya, kelompok anutan dan keluarga (Mangkunegara,2005). Pertama, faktor budaya dapat memprediksi perilaku konsumen seseorang berdasarkan nilai-nilai yang dipegangnya, dimana nilai tersebut didapatkannya dari generasi ke generasi. Kedua, faktor kelompok anutan yaitu unit masyarakat kecil yang perilakunya dapat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan dalam mendapatkan atau menggunakan barang dan jasa. Terakhir adalah faktor keluarga yang merupakan suatu unit masyarakat terkecil dimana perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli.

Keluarga merupakan kelompok sosial yang bersifat kekal, diresmikan dalam hubungan pernikahan yang memberikan pengaruh terhadap keturunan dan lingkungan (Gunarsa,1991). Bronfenbrenner (dalam Santrock, 2005) menyatakan bahwa konteks sosial atau tempat dimana anak-anak tinggal sangat mempengaruhi perkembangan mereka hingga dewasa karena keluarga merupakan konteks sosial pertama perkembangan anak. Keluarga inti merupakan keluarga yang terbentuk dari ikatan pernikahan yang direncanakan, terdiri dari suami (ayah), istri (ibu) dan anak (Sudiharto,2007). Ayah dan ibu memiliki peran penting dalam keluarga dimana salah satu tugas mereka adalah untuk mengasuh dan mendidik anak. peran ibu dalam keluarga adalah sebagai pendidik yang mampu mengatur dan mengendalikan anak, sebagai contoh teladan, pengatur yang bijaksana, memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikis, merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, penuh kehangatan dan konsisten, memberi rangsangan dan pelajaran. Sedangkan peran ayah dalam keluarga adalah berpartisipasi dalam pendidikan anak, pencari nafkah bagi keluarga, sebagai suami yang penuh pengertian akan pemberi rasa aman, sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana dan mengasihi keluarga ( Gunarsa & Gunarsa,1991).

Dalam keluarga terdapat pola pengasuhan anak yang diterapkan oleh orang tua untuk mendidik dan mengendalikan anaknya. Pola asuh merupakan cara atau perlakuan orang tua yang diterapkan kepada anaknya (Wahyuning, Jash & Rachmadiana,2005). Pola asuh turut membentuk dasar kepribadian seseorang, apakah nantinya anak akan memiliki kepribadian yang kuat atau rapuh dimana hal tersebut mempengaruhi pandangan anak terhadap dunia (Suwanto, 2009). Menurut Surbakti (2009) sekecil apapun kesalahan dalam penerapan pola asuh yang dilakukan terhadap remaja dapat berakibat fatal dan sulit untuk diperbaiki.

Terdapat tiga jenis pola pengasuhan anak yang biasa diterapkan oleh orang tua (Baumrind,dalam Santrock 2007). Pertama, pola asuh otoriter yaitu pola asuh yang bersifat menghukum dan membatasi. Kedua, jenis pola asuh otoritatif dimana orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya dan tetap memberikan batas-batas agar anak dapat mengontrol perilaku mereka. Pola asuh terakhir adalah pola asuh permisif yang kemudian terbagi menjadi dua yakni mengabaikan dan permisif. Pola asuh mengabaikan adalah dimana orang tua memberikan kebebasan tanpa kontrol yang tepat dan tidak mencampuri hal-hal dalam kehidupan remaja. sedangkan pola asuh permisif memanjakan adalah dimana orang tua sangat berperan dalam setiap aspek kehidupan remaja, mengizinkan remaja melakukan apa saja yang di inginkannya dengan sedikit kontrol. Setiap keluarga melakukan tipe pengasuhan anak yang berbeda-beda sehingga pada akhirnya membentuk kepribadian anak yang cocok dengan nilai budaya dan kebutuhan mereka (Feist,2010).

Perilaku konsumtif remaja telah menjadi fenomena di kota-kota besar didukung dengan banyak berdirinya pusat perbelanjaan. Kemudian dalam dunia perindustrian, remaja merupakan pangsa pasar potensial karena walaupun memiliki keterbatasan dalam kemampuan keuangan remaja termasuk kelompok yang konsumtif bahkan melebihi kelompok yang memiliki penghasilan tetap. Fenomena ini menarik untuk diteliti karena secara finansial mereka masih bergantung terhadap pemberian orang tua dan mengingat dampak negatif yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif. Keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen seseorang dimana orang tua memiliki andil dalam mengasuh anak mereka. Maka dari itu peneliti tertarik melakukan suatu penelitian mengenai hubungan antara persepsi pola asuh orang tua dengan perilaku konsumtif pada remaja.

METODE PENELITIAN

Teknik sampling adalah teknik penelitian dimana peneliti tidak meneliti seluruh subjek yang ada didalam populasi melainkan hanya meneliti sebagian saja atau sampel (Iskandar, 2013). Menurut Nawawi (dalam Iskandar, 2013) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang terdiri dari makhluk hidup dan benda-benda yang meniliki karakteristik tertentu sebagai sumber data dalam penelitian. Sedangkan definisi sampel menurut Iskandar (2013) adalah bagian kecil dari populasi yang diamati untuk mewakili populasi. Karakteristik Subjek Penelitian ini adalah remaja akhir usia 18-21 tahun,

(4)

tinggal bersama orangtua, subjek terdiri dari laki-laki dan perempuan dan berdomisili di wilayah DKI Jakarta.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non-probalility sampling yaitu sebuah teknik pengambilan sampel di mana peneliti tidak memberikan kesempatan atau peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sarjono, Julianita & Setiadi, 2011). Teknik

Non-probability sampling juga merupakan teknik dimana peneliti tidak mengetahui besarnya populasi dan

tidak dapat mendaftarkan siapa saja yang ada didalamnya (Gravetter & Forzano, 2012). Kemudian peneliti menggunakan teknik pengambilan sample purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dianggap memiliki karakteristik yang sesuai dengan subjek yang akan diteliti (Iskandar, 2013). Kemudian peneliti juga menggunakan teknik pengambilan sampel snowball yaitu teknik pengambilan sampel yang pada mulanya berjumlah sedikit tetapi semakin lama semakin banyak dan berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai telah cukup (Siregar, 2013).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Iskandar (2013) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan tentang suatu fenomena atau gejala yang terjadi dimasyarakat. Penelitian ini sering disebut dengan penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya (Iskandar, 2013). Sedangkan menurut Learly (2008) penelitian korelasi bertujuan untuk mencari bukti ada atau tidaknya hubungan diantara dua variabel.

Penelitian ini menggunakan alat ukur pola asuh berdasarkan teori Baumrind yang peneliti adaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Marshallina (2012). Kemudian alat ukur perilaku konsumtif ini merujuk pada teori Fromm (1995) yang peneliti adaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Arsya (2013). Peneliti menambahkan beberapa item, mengubah kalimat pada item agar lebih mudah untuk dipahami. Alat ukur pola asuh orang tua sebanyak 32 item yang terdiri dari 8 item dimensi pola asuh otoritatif, 8 item pola asuh otoriter, 8 item pola asuh mengabaikan dan 8 item pola asuh memanjakan. Sedangkan jumlah item perilaku konsumtif sebanyak 33 item yaitu 18 item favorable dan 15 item

unfovable.

Validitas pada penelitian ini menggunakan content validity, menurut Azwar (2013) content validity merupakan validitas yang melewati uji kelayakan melalui analisis rasional oleh orang yang berkompeten atau expert judgement. Selain itu, dalam pengujian validitas tes ini menggunakan teknik analisis item

corrected item-total correlation dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics (version 22.0).

Reliabilitas konsistensi internal yang digunakan adalah Cronbach’s Alpha dimana apabila mendapatkan hasil koefisien yang cukup tinggi maka ada kemungkinan reliabilitas yang sesungguhnya lebih tinggi lagi dan sebaliknya (Azwar, 2013). Dengan kriteria index Alpha > 0.6. apabila nilai

Cronbach’s Alpha Coefficient sama dengan atau lebih besar dari 0.6, maka instrumen tersebut dapat

dikatakan reliabel (Santoso, 2001).

HASIL DAN BAHASAN

Dalam penelitian ini uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel pola asuh dengan variabel perilaku konsumtif. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan kolmogorov smirnov dengan SPSS (Statistical Product And Service Solution). Menurut Priyatno (2012), kriteria pengujian dengan metode Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:

a. Apabila nilai signifikansi (Asym Sig 2 tailed) > 0.05, maka data berdistribusi normal. b. Apabila nilai signifikansi (Asym Sig 2 tailed) < 0.05, maka data tidak berdistribusi normal.

Tabel 1 Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig. Otoriter ,180 161 ,000 Otoritatif ,123 161 ,000 Memanjakan ,102 161 ,000 Mengabaikan ,179 161 ,000

(5)

Konsumtif

,071 161 ,044

Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 22

Karena distribusi data yang tidak normal maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik analisis korelasi Spearman Rank Correlation (Rho). Dalam penelitian kali ini, kriteria pengujian hipotesis menurut Priyatno (2012) adalah sebagai berikut : Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 atau (p) > 0.05, maka H0 diterima ( Ha ditolak), artinya tidak signifikan. Jika nilai signifikansi kurang dari 0.05 atau

(p) < 0.05, maka Ha ditolak ( H0 diterima ), artinya signifikan. Berikut ini adalah hasil uji korelasi

menggunakan Spearman Rank Correlation (Rho):

Tabel 2

Uji Korelasi Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Konsumtif Dimensi Pola Asuh

Correlation

Coefficient Sig. (2-Tailed)

Otoriter -0,183 0,234

Otoritatif -0,096 0,488

Memanjakan -0,268 0,145

Mengabaikan 0,076 0,679 Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 22

Berdasarkan uji analisa korelasi Spearman Rank Correlation (Rho) dapat dilihat bahwa signifikansi antara pola asuh otoriter dengan perilaku konsumtif adalah (p) = 0.234 dan (ρ) =-0.183. Signifikansi antara pola asuh otoritatif dengan perilaku konsumtif adalah (p) = 0.488 dan (ρ) = -0.096. Signifikansi antara pola asuh memanjakan dengan perilaku konsumtif adalah (p) = 0.145 dan(ρ) = -0.268. Signifikansi antara pola asuh mengabaikan dengan perilaku konsumtif adalah (p) = 0.679 dan(ρ) = 0.076. Jika nilai p lebih besar dari 0.05 hal ini berarti bahwa hasil penelitian ini tidak signifikan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi pola asuh otoriter dengan perilaku konsumtif pada remaja Jakarta.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi pola asuh orang tua dengan perilaku konsumtif pada remaja di Jakarta. Hal ini mungkin terjadi karena ada faktor lain diluar pola asuh yang berhubungan dengan perilaku konsumtif. Menurut Papalia (2008) pada masa remaja seseorang melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional pada orangtua, dan mulai mengembangkan kemampuan hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain. Dengan terjadinya perubahan peran orang tua yang digantikan oleh teman sebaya, maka pengaruh teman sebaya menjadi lebih kuat. Hal ini dilakukan remaja agar mendapatkan penerimaan dari kelompok teman sebayanya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hotpascaman (2009) mengenai hubungan antara perilaku konsumtif dengan konformitas pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di ketahui bahwa terdapat hubungan postif antara perilaku konsumtif dengan konformitas pada remaja. Berarti semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi pula perilaku konsumtifnya.

Kemudian selain faktor tersebut, juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumtif pada pada remaja salah yaitu konsep diri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arysa (2013) menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara konsep diri dan perilaku konsumtif. Semakin positif konsep diri, maka akan semakin tinggi pula perilaku konsumtif. Dan Semakin negatif konsep diri, maka akan semakin rendah pula perilaku konsumtif. Berarti dapat dilihat bahwa faktor konsep diri merupakan faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku konsumtif seseorang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini ingin melihat hubungan antara persepsi pola asuh orang tua dengan perilaku konsumtif pada remaja usia 18-21 tahun di Jakarta. Penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Test dan korelasi Spearman Rank Correlation. Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh melalui pengolahan data software IBMSPSS Statistics (version 22.0) menunjukan kesimpulan bahwa persepsi pola asuh dengan perilaku konsumtif pada dimensi otoriter (p) = 0.234 dan (ρ) = -0.183), otoritatif ( p)= 0.488 dan

(6)

menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan maka H0 diterima yang berarti bahwa tidak terdapat

hubungan antara persepsi pola asuh orang tua dengan perilaku konsumtif pada remaja di Jakarta.

Saran Akademis

Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang persepsi pola asuh orangtua dengan perilaku konsumtif. Peneliti menyarankan untuk menggunakan sampel atau subjek penelitian yang berbeda, ekonomi, usia, latar pendidikan atau budaya, sehingga hal ini akan memperluas jangkauan penelitian.Penelitian selanjutnya dapat menambahkan teori-teori terbaru baik sebagai teori utama, teori pendukung maupun dalam pembuatan skala yang digunakan sebagai acuan instrumen penelitian. Penelitian ini memiliki keterbatasan seperti jumlah responden yang kurang merata berdasarkan kuota sampel untuk disetiap wilayah di DKI Jakarta. Sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu diperbesar jumlah sample dan pemerataan disetiap wilayah di DKI Jakarta. Jumlah responden yang didapatkan juga mungkin kurang sesuai dengan jumlah populasi yang ada.

Saran Praktis

Diadakan seminar di sekolah sebagai tindakan preventif, tentang topik yang berkaitan dengan perilaku konsumtif dan dampaknya pada kehidupan remaja. Kemudian dapat juga diadakan sebuah pertemuan atau acara yang dihadiri oleh orang tua dan anak dimana mereka bisa saling berinteraksi dengan tujuan menjalin keintiman diantara mereka.

REFERENSI

Aryo, D. (2013). Data pertumbuhan mall di kawasan Jakarta. Retrieved 13 Januari 2014. From: http://www.tempo.co/read/news/2013/09/18/083514312/Data-Pertumbuhan-Mal-di-Kawasan-Jakarta.

Arysa, A. D. (2013). Hubungan antara konsep diri mahasiswa/I pendatang angkatan 2009 Universitas

Bina Nusantara dengan perilaku konsumtif pada produk fashion. Disertasi tidak diterbitkan.

Jakarta: Universtas Bina Nusantara.

Brotoharsajo, Sjabadhyni, Mokoginta dan Wutun. (2005). Psikologi ekonomi dan konsumen. Bogor: Bagian Psikologi Industri dan Organisasi Universitas Indonesia.

Dananjoyo, Adityo. (2012). Hubungan antara persepsi pola asuh permisif pada orangtua dengan

perilaku konsumtif pada remaja. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Indonesia.

Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard, P. W. (1994). .Perilaku konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara. Farida, A. (2013). Karakter remaja. Bandung: Nuansa Cendikia.

Feist, J. (2010). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Greening, L., Luebbe, A., & Stoppelbein, L. (2010). The moderating effects of parenting styles on

african-american and caucasian children’s suicidal behaviors: Youth adolescence

Gravetter, F. J. & Wallnau, L. B. (2009). Statistic for the behavioral sciences. (7th Ed.) Wadsworth Publishing.

Gunarsa, S. (2002). Psikologi perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, S. dan Gunarsa, S. (1991). Psikologi praktis: Anak remaja dan keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. (5th Ed.). Jakarta: Erlangga.

Hotpascaman (2009). Hubungan antara perilaku konsumtif dengan konformitas pada remaja. Disertasi tidak diterbitkan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Iskandar (2013). Metode penelitian pendidikan dan sosial. Jakarta: Refrensi.

Jordan, R. (2013). Jokowi: Jakarta kota dengan mall terbanyak di dunia. Retrieved 13 Januari 2014 From: http://news.detik.com/read/2013/09/16/150619/2359979/10/.

Kumar, R. (1999). Research methodology: A step-by-step guide for beginners. London: Sage Publication. Kurnia, A. (2007). IPS Terpadu SMP kelas VII 1B Semester 2. Jakarta: Yudistira.

Learly, Ms. R. (2008). Behavioral research method. (5th Ed.). USA: Pearson International Edition. Lina dan Rasyid, H. F. (1997). Perilaku konsumtif berdasarkan locus of control pada remaja putra. Jurnal

Psikologika, 4, 24-28.

(7)

Marshalina (2012). Hubungan pola asuh orangtua dengan identitas diri pada remaja akhir. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Bina Nusantara.

Noor,I. M. (2013). Perilaku konsumtif, anak remaja dan prostitusi. Retrieved 14 Januari 2014. From: http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/06/14/perilaku-konsumtif-anak-remaja-dan-prostitusi-568706.html.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development (10th Ed.). USA: McGraw-Hill.

Priyatno, D. (2012). Cara kilat belajar analisis data dengan SPSS 20. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Reportase Investigasi Trans Tv .(2013). Masa remajaku dijual mucikari. Retrieved 24 Juli 2014. From:

http://www.youtube.com/watch?v=dhQeOnM0_O0.

Santrock, J. W. (2005). Psikologi pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. Santrock, J. W. (2007). Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Sarjono, H. dan Julianita, W. (2011). Spss vs lisrel sebuah pengantar, Aplikasi untuk riset. Jakarta: Salemba Empat.

Seniati, L.,Yulian, A., & Setiadi, B. N. ( 2011). Psikologi eksperimen. Jakarta: Indeks. Siregar, Syofian. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: KENCANA.

Sudiharto (2007). Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan transultural. Jakarta: EGC.

Suharyadi & Purwanto (2009). Statistika untuk ekonomi dan keuangan moderen. (2nd Ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Sumartono (2002). Terperangkap dalam iklan : Meneropong imbas pesan iklan televisi. Bandung: Alfabeta.

Sunarto (2003). Perilaku organisasi. Yogyakarta: AMUS.

Surbakti, E. B. (2009). Kenalilah anak remaja anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Stewart, C. J & Cash, W. B. (2011). Interviewing : Principles and practices. NY: Mc-Graw-Hill. Swastha, B. & Handoko, T. H. (1987). Manajemen pemasaran. (3rd Ed.). Jakarta: Erlangga. Wade, C & Tavris, C. (2007). Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Wahyuning, J., & Rachmadiana. (2005). Mengkomunikasikan moral kepada anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Walgito, B. (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: AND.

Waluyo, Suwardi, Feryanto, A., & Haryanto, T. (2008). IPS Untuk SMP/MTS kelas VIII. Jakarta: Gramedia.

Widyatun (2005). Ilmu perilaku.(1st Ed.). Jakarta: Rineka Cipta.

RIWAYAT PENULIS

Intan Sari, lahir di kota Jakarta pada tanggal 18 Februari 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang psikologi pada tahun 2014. Saat ini bekerja sebagai asisten penelitian di Fakultas Humaniora Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara.

Gambar

Tabel 1  Uji Normalitas   Tests of Normality  Kolmogorov-Smirnov a Statistic  Df  Sig

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua, gambaran kecerdasan interpersonal remaja, serta

Kecenderungan perilaku delinkuensi pada remaja diukur dengan menggunakan skala kecenderungan perilaku delinkuensi dan pola asuh authoritative orang tua diukur dengan skala

Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Bullying Pada Anak Remaja Awal Usia 13-15 Tahun Di

Penelitian Maryatun (2013) menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua mempunyai peran dengan perilaku seksual remaja. Pada hasil uji statistik ditemukan remaja dengan pola asuh

Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara persepsi terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan agresivitas pada

Tabulasi Silang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja Di SMA Gadjah Mada Yogyakarta.. Dari 19 responden tersebut,

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan persepsi remaja tentang perilaku seks pranikah di MAN II Yogyakarta tahun 2010 yang

Abstrak: Penelitian mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku seksual pada remaja di SMAN 1 Sanden.. Metode penelitian survey analitik dengan