• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2. Wilayah Administratif dan Penduduk

Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat

merupakan Propinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad

Nomor: 378). Propinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950,

tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat. Selama lebih kurang 50 tahun sejak

pembentukannya, wilayah kabupaten dan kota di Jawa Barat baru bertambah 5

wilayah, yakni Kabupaten Subang (1968), Kota Tangerang (1993), Kota Bekasi

(1996), Kota Cilegon dan Kota Depok (1999). Padahal dalam kurun waktu

tersebut telah banyak perubahan baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi,

maupun kemasyarakatan.

Dalam kurun waktu 1994-1999, secara kuantitatif jumlah Wilayah

Pembantu Gubernur tetap 5 wilayah dengan tediri dari: 20 kabupaten dan 5

kotamadya, dan tahun 1999 jumlah kotamadya bertambah menjadi 8 kotamadya.

Kota administratif berkurang dari enam daerah menjadi empat, karena Kotip

Depok pada tahun 1999 berubah status menjadi kota otonom.

Dengan lahirnya UU No.23 Tahun 2000 tentang Propinsi Banten, maka

Wilayah Administrasi Pembantu Gubernur Wilayah I Banten resmi ditetapkan

Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten dan kota Tangerang

serta Kota Cilegon.

Adanya perubahan itu, maka sejak tahun 2000 Propinsi Jawa Barat terdiri

dari 16 Kabupaten dan 9 Kota, dengan membawahi 584 Kecamatan, 5.201 Desa

dan 609 Kelurahan. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat luas wilayah, jumlah penduduk

serta kepadatan penduduk pada masing-masing kabupaten dan kota di Propinsi

Jawa Barat.

Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Barat

No Kabupaten dan kota Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk Kepadatan (Jiwa/Km2) 1. Kab. Bogor 3.440,71 3.945.111 1.147 2. Kab. Sukabumi 3.934,47 2.210.091 562 3. Kab. Cianjur 3.432,96 2.079.306 606 4. Kab. Cirebon 988,28 2.084.572 2.109 5. Kab. Indramayu 2.000,99 1.749.170 874 6. Kab. Kuningan 1.178,58 1.073.172 911 7. Kab. Majalengka 1.204,24 1.184.760 984 8. Kab. Bekasi 1.484,37 1.917.248 1.292 9. Kab. Karawang 1.737,53 1.939.674 1.116 10. Kab. Purwakarta 969,82 760.220 784 11. Kab. Subang 2.051,76 1.406.976 686 12. Kab. Bandung 2.000,91 4.134.504 2.066 13. Kab. Sumedang 1.522,21 1.043.340 685 14. Kab. Garut 3.065,19 2.260.478 737 15. Kab. Tasikmalaya 2.680,48 1.635.661 610 16. Kab. Ciamis 2.556,75 1.522.928 596 17. Kota Depok 200,29 1.353.249 6.756 18. Kota Bogor 21,56 833.523 38.661 19. Kota Sukabumi 12,15 278.418 22.915 20. Kota Cirebon 37,54 276.912 7.376 21. Kota Bekasi 210,49 1.931.976 9.178 22. Kota Bandung 167,27 2.290.464 13.693 23. Kota Cimahi 48,42 482.763 9.970 24. Kota Tasikmalaya 471,62 579.128 1.228 25. Kota Banjar 1.135,90 166.868 147 Jumlah 34.816,96 39.140.812

4.3. Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan

masyarakat yang ada di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang

terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan ini diukur dalam nilai riil,

artinya diukur dalam harga konstan. Kondisi ekonomi makro di Propinsi Jawa

Barat menunjukkan bahwa selama kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2000

sampai 2004 cenderung mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada Tabel

4.2, tetapi apabila dilihat dari persentasenya peningkatan PDRB tersebut

cenderung mengalami penurunan, kecuali tahun 2004. Tahun 2001 meningkat

sebesar 3.014.202,14 (5,06 %), tahun 2002 sebesar 3.050.426,68 (4,88 %), tahun

2003 sebesar 3.110.592,91 (4,74 %) sedangkan tahun 2004 sebesar 3.590.334,43

(5,26 %).

Tabel 4.2. Nilai Produk Domestik Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Barat Tahun 2000-2004 Atas Dasar Harga Konstan 1993 (Juta Rupiah)

Tahun Sektor-Sektor Perekonomian 2000 2001 2002 2003 2004 1. Industri Pengolahan 21.269.223,75 (35,74) 22.351.528,47 (35,74) 23.563.411,90 (35,93) 24.745.737,63 (36,02) 25.886.592,67 (35,81) 2. Perdagangan, Hotel &

Restoran 12.249.647,99 (20,58) 12.640.082,56 (20,21) 13.354.567,37 (20,36) 14.190.094,41 (20,66) 15.041.332,01 (20,81) 3. Pertanian 8.624.494,12 (14,49) 9.005.802,25 (14,40) 9.212.067,15 (14,05) 9.338.382,01 (13,59) 9.727.150,59 (13,46) 4. Jasa-Jasa 5.606.285,13 (9,42) 5.922.130,86 (9,47) 6.168.380,30 (9,41) 6.471.141,44 (9,42) 6.957.290,93 (9,62) 5. Pengangkutan & Komunikasi 3.428.208,22 (5,76) 3.687.739,30 (5,90) 3.943.429,03 (6,01) 4.180.863,73 (6,09) 4.460.726,38 (6,17) 6. Bangunan/Konstruksi 2.321.445,77 (3,90) 2.454.524,51 (3,93) 2.581.854,81 (3,94) 2.713.918,56 (3,95) 2.953.690,85 (4,09) 7. Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan 2.310.848,14 (3,88) 2.455.245,34 (3,93) 2.584.565,04 (3,94) 2.756.210,66 (4,01) 2.976.531,67 (4,12) 8. Pertambangan & Penggalian 2.211.859,07 (3,72) 2.361.896,62 (3,78) 2.404.847,31 (3,67) 2.439.247,22 (3,55) 2.264.408,81 (3,13) 9. Listrik, Gas & Air bersih 1.496.870,99

(2,51) 1.654.135,41 (2,65) 1.770.389,09 (2,70) 1.858.509,25 (2,71) 2.016.715,44 (2,79) Total PDRB 59.518.883,18 (100) 62.533.085,32 (100) 65.583.512,00 (100) 68.694.104,91 (100) 72.284.439,34 (100) Sumber: BPS Propinsi Jawa Barat, 2000-2004

Dilihat secara keseluruhan perekonomian di Propinsi Jawa Barat, sektor

yang menyumbang pendapatan tertinggi terdapat pada sektor industri pengolahan

yaitu sekitar 35 persen dari seluruh pendapatan yang ada di Propinsi Jawa Barat,

diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, nilainya mencapai sekitar 20

persen sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil dalam PDRB Jawa

Barat adalah sektor listrik, gas dan air bersih, nilainya tidak mencapai 3 persen

Metode Location Quotient (LQ) dapat digunakan untuk mengetahui

sektor-sektor perekonomian yang menjadi basis atau non basis dalam suatu

wilayah yaitu dengan memperbandingkan antara sektor-sektor perekonomian di

tingkat kabupaten dan kota (wilayah bawah) terhadap propinsi (wilayah atas).

Analisis ini menggunakan indikator pendapatan. Tujuan dari analisis ini untuk

mengetahui potensi sektor-sektor perekonomian terhadap perekonomian suatu

wilayah. Sektor basis adalah sektor yang mempunyai nilai LQ lebih besar dari

satu, artinya sektor tersebut mampu memenuhi kebutuhan sektor tersebut di

wilayahnya dan mempunyai potensi untuk mengekspor ke luar wilayah.

Berdasarkan Tabel 5.1, secara umum kabupaten/kota yang ada di Propinsi

Jawa Barat mempunyai sektor basis di sektor perdagangan, hotel dan restoran

serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini terlihat dari jumlah

kabupaten/kota yang memiliki sektor basis tersebut yaitu mencapai 15

kabupaten/kota. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan penyumbang

PDRB terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan, sedangkan sektor

industri pengolahan yang merupakan penyumbang PDRB terbesar tersebut

ternyata hanya menjadi sektor basis bagi 7 kabupaten/kota.

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat adanya perbedaan sektor basis yang dimiliki

oleh kabupaten dan kota. Sebagian besar kabupaten memiliki sektor basis pada

perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan.

Tabel 5.1. Urutan Sektor Basis Berdasarkan Jumlah Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat Tahun 2000-2004

Sektor Basis

Jumlah Kabupaten

dan Kota

Kabupaten dan Kota

1. Perdagangan, Hotel & Restoran

15 (9 kab.+

6 kota)

Kabupaten: Karawang, Subang, Garut, Sumedang, Purwakarta, Kuningan, Cianjur, Tasikmalaya, Ciamis

Kota: Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bogor, Bekasi, Depok

2. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

15 (9 kab.+

6 kota)

Kabupaten: Cirebon, Tasikmalaya, Ciamis, Purwakarta, Sumedang, Garut, Sukabumi, Cianjur, Majalengka

Kota: Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Depok, Bekasi

3. Jasa-Jasa

13 (10 kab.+

3 kota)

Kabupaten: Kuningan, Tasikmalaya, Garut, Subang, Cirebon, Ciamis, Sukabumi, Majalengka, Sumedang, Cianjur

Kota: Sukabumi, Bandung, Depok

4. Pengangkutan & Komunikasi

12 (7 kab.+

5 kota

Kabupaten: Ciamis, Cirebon, Cianjur, Tasikmalaya, Majalengka, Sukabumi, Karawang

Kota: Cirebon, Sukabumi, Bandung, Bogor, Depok

5. Bangunan/Konstruksi

12 (7 kab.+

5 kota)

Kabupaten: Tasikmalaya, Cirebon, Ciamis, Kuningan, Bogor, Majalengka, Garut

Kota: Bogor, Depok, Sukabumi, Bandung, Bekasi

6. Pertanian 12

(12 kab.)

Kabupaten: Cianjur, Subang, Kuningan, Sukabumi, Garut, Ciamis, Majalengka, Sumedang, Cirebon, Tasikmalaya, Karawang, Indramayu

7. Listrik, Gas & Air bersih

9 (5 kab.+

4 kota)

Kabupaten: Bogor, Bandung, Purwakarta, Karawang, Cirebon

Kota: Bogor, Depok, Bandung, Bekasi

8. Industri Pengolahan

7 (5 kab.+

2 kota)

Kabupaten: Bekasi, Bandung, Bogor, Purwakarta, Karawang

Kota: Bekasi, Depok 9. Pertambangan & Penggalian 2

(2 kab.)

Kabupaten: Indramayu, Sukabumi

Sumber: Lampiran 2 (diolah)

Pada Tabel 5.2, dilihat dari jumlah sektor basis yang dimiliki oleh setiap

kabupaten dan kota yang ada di Propinsi Jawa Barat. Kabupaten/kota yang

memiliki sektor basis terbanyak adalah Kota Depok, sedangkan yang memiliki

Tabel 5.2. Jumlah Sektor Basis Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat dengan Indikator Pendapatan Tahun 2000-2004

KABUPATEN/KOTA Sektor Basis Jumlah Sektor Basis

KABUPATEN

Tasikmalaya 6 Bangunan/Konstruksi; Jasa-Jasa; Pertanian; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Pengangkutan & Komunikasi; Perdagangan, Hotel & Restoran

Ciamis 6

Pertanian; Bangunan/Konstruksi; Perdagangan, Hotel & Restoran; Pengangkutan & Komunikasi; Jasa-Jasa; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Cirebon 6 Pertanian; Bangunan/Konstruksi; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Jasa-Jasa; Pengangkutan & Komunikasi; Listrik, Gas & Air Bersih Cianjur 5 Pertanian; Jasa-Jasa; Pengangkutan & Komunikasi; Perdagangan, Hotel &

Restoran; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Majalengka 5 Pertanian; Bangunan/Konstruksi; Pengangkutan & Komunikasi; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Jasa-Jasa

Sukabumi 5 Pertanian; Jasa-Jasa; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Pertambangan & Penggalian; Pengangkutan & Komunikasi

Garut 5 Pertanian; Jasa-Jasa; Perdagangan, Hotel & Restoran; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Bangunan/Konstruksi

Karawang 5 Listrik, Gas & Air Bersih; Perdagangan, Hotel & Restoran; Pertanian; Pengangkutan & Komunikasi; Industri Pengolahan

Purwakarta 4 Listrik, Gas & Air Bersih; Perdagangan, Hotel & Restoran; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Industri Pengolahan

Sumedang 4 Pertanian; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Jasa-Jasa; Perdagangan, Hotel & Restoran

Kuningan 4 Pertanian; Jasa-Jasa; Bangunan/Konstruksi; Perdagangan, Hotel & Restoran Bogor 3 Listrik, Gas & Air Bersih; Industri Pengolahan; Bangunan/Konstruksi Subang 3 Pertanian; Jasa-Jasa; Perdagangan, Hotel & Restoran

Bandung 2 Listrik, Gas & Air Bersih; Industri Pengolahan Indramayu 2 Pertambangan & Penggalian; Pertanian Bekasi 1 Industri Pengolahan

KOTA

Depok 7

Bangunan/Konstruksi; Listrik, Gas & Air Bersih; Perdagangan, Hotel & Restoran; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Industri Pengolahan; Pengangkutan & Komunikasi, Jasa-Jasa

Bandung 6

Pengangkutan & Komunikasi; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Perdagangan, Hotel & Restoran; Jasa-Jasa; Bangunan/Konstruksi; Listrik, Gas & Air Bersih

Bekasi 5 Industri Pengolahan; Perdagangan, Hotel & Restoran; Bangunan/Konstruksi; Listrik, Gas & Air Bersih; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Bogor 5

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Bangunan/Konstruksi;

Pengangkutan & Komunikasi; Listrik, Gas & Air Bersih; Perdagangan, Hotel & Restoran

Sukabumi 5 Perdagangan, Hotel & Restoran; Pengangkutan & Komunikasi; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Jasa-Jasa; Bangunan/Konstruksi

Cirebon 3 Pengangkutan & Komunikasi; Perdagangan, Hotel & Restoran; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

5.2. Analisis Surplus Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian dan

Dokumen terkait