• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prioritas lokasi pembangunan dilakukan dengan melihat kondisi fisik alami dan sosial ekonomi penduduknya, sehingga diusahakan laju pertumbuhan dan pembangunan daerah dapat berjalan secara seimbang, sedangkan perwilayah pembangunan dan masing-masing pusat pengembangannya.

Daerah penelitian difokuskan pada Kab. Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, Kab. Kediri daerah yang menjadi pusat ekonomi adalah Kabupaten Kediri. Di Kabupaten Kediri banyak kebijakan-kebijakan strategis yang dibuat secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi daerah lainnya sehingga mampu

Timur khususnya Kab. Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, Kab. Kediri.

Kabupaten Kediri, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungangung, dan Kotamadya Blitar menjadi wilayah / kawasan penyanggah (buffer zone) dari Kabupaten Kediri. Diantara masing-masing Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) dalam lingkup Jawa Timur antara lain:

1. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) I: meliputi Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, Kotamadya Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Lamongan.

2. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) II: meliputi Kabupaten Sumenep, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Pamekasan.

3. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) III: meliputi Kabupaten Banyuwangi.

4. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) IV: meliputi Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo.

5. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) V: meliputi Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, Kotamadya Probolinggo.

6. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) VI: meliputi Kabupaten Malang, Kotamadya Malang, Kabupaten Pasuruan, Kotamadya Pasuruan. 7. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) VII: meliputi Kabupaten

Blitar, Kabupaten Kediri, Kotamadya Kediri, Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk.

8. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) VIII: meliputi Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kotamadya Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi

9. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) IX: meliputi Kabupaten Bojonegoro,dan Tuban.

(Anonim, 2007 : 7) 2.2.15. Analisis Tipologi Daerah

Analisis tipologi daerah merupakan alat analisis yang dapat mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi prioritas atau unggulan suatu daerah. Dalam hal ini analisis tipologi daerah dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-rata di tingkat yang lebih tinggi atau secara nasional.hasil analisis tipologi daerah akan menunjukan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variable regional suatu daerah. Tipologi daerah merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumgbuhan ekonomi suatu daerah.

Pada pengertian ini, tipologi daerah dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan perbandingan pertumbuhan PDRB perkapita daerah dengan PDRB daerah yang menjadi acuan atau PDB perkapita (secara nasional), teknik yang digunakan untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah, menurut Sjafrizal, menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat analisis ini dapat diperoleh empat klasifikasi pertumbuhan daerah, yaitu:

1. Kuadran I, daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income growing region). Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi tertentu.

2. Kuadran II, daerah maju tapi tertekan (hight income low growth / retarted region). Daerah yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi tertentu.

3. Kuadran III, daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (rapid growth region). Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibandingkan dengan provinsi tertentu,

4. Kuadran IV, daerah relatif tertinggal (relatively backwaard region). Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan dengan provinsi tertentu.

Klasifikasi penggolongannya adalah sebagai berikut :

• yi

> y,ri > r

Keadaan dimana PDRB perkapita daerah lebih besar dari pada PDRB rata-rata daerah dan laju pertumbuhan ekonomi daerah i lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah atau yang bisa di sebut daerah cepat maju dan cepat tumbuh

yi >y,ri < r

Keadaan dimana PDRB perkapita daerah i lebih besar dari pada PDRB rata-rata daerah akan tetapi laju pertumbuhan ekonomi daerah i lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi, daerah ini bisa di sebut daerah cepat maju tapi tertekan

yi < y,ri > r

Keadaan dimana PDRB perkapita daerah lebih kecil dari pada PDRB rata-rata daerah, tetapi laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi, daerah tersebut adalah daerah berkembang cepat.

• yi < y,ri < r

Keadaan dimana kedua indikator baik PDRB maupun pertumbuhan ekonominya menunjukan tingkat yang lebih rendah dari rata-rata

PDRB daerah maupun rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah, daerah seperti ini tergolong daerah relatif tertinggal.

Keterangan :

r : pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan y : PDRB daerah yang menjadi acuan

ri : pertumbuhan ekonomi yi : PDRB perkapita daerah i (Anonim 2011, Surabaya : 55)

2.2.15.1. Tipologi Daerah Berdasar kan HDI dan Pendapatan

Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu HDI (human development index)sebagai sumbu vertikal dan rata-rata Pendapatan perkapita sebagai sumbu hirizontal. Daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi,yaitu :

• Daerah dengan pendapatan dan pembangunan manusia yang tinggi (Kuadran I)

• Daerah dengan pendapatan tinggi namun pembangunan manusianya rendah (Kuadran II)

• Daerah dengan pembangunan manusia tinggi namun pendapatannya rendah (Kuadran III)

• Daerah relatif tertinggal, baik dalam pendapatan maupun pembangunan manusia (Kuadran IV)

2.2.15.2. Tipologi Daerah Berdasar kan HDI dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Tipologi daerah jenis ini, membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu HDI dan pertumbuhan ekonomidaerah. Dengan menentukan rata-rata HDI sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu :

• Daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia yang tinggi.(Kuadran I)

• Daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi pembangunan manusia yang rendah.(Kuadran II)

• Daerah dengan pembangunan manusia tinggi namun pertumbuhan ekonominya rendah.(Kuadran III)

• Daerah relatif tertinggal,baik dalam pertumbuhan ekonomi maupun pembangunan mausianya.(Kuadran IV).

(Anonim 2011, Surabaya : 56) 2.2.16. Analisis Location Quotient(LQ)

Location Quotient (LQ) yaitu usaha untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan cara

membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.

Analisis LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektorbasis atau unggulan (leading sector). Indikator yang digunakan yaitu kesempatan kerja (tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.

Analisis LQ merupakan suatu alat analisis untuk menunjukkan basis ekonomi suatu wilayah terutama dari kriteria kontribusi. Alat analisis ini juga dipakai untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah itu dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional. Perhitungan basis tersebut menggunakan variabel PDRB wilayah atas suatu kegiatan dalam struktur ekonomi wilayah.

2.2.16.1. Kunggulan Metode LQ

Ada beberapa keunggulan dan metode LQ, antara lain:

1. Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung

2. Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis untuk mengetahui trend.

2.2.16.2. Kelemahan Metode LQ

Beberapa kelemahan Metode LQ adalah:

1. Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sarna dengan produktivitas tiap pekeIja dalam industri-industri nasional.

2. Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.

Ada 3 (tiga) kategori hasil perhitunganLocation Quotient (LQ) dalam perekonomiandaerah, yaitu:

1) Jika nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi lebih berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi. Artinya, sektor tersebut dalam perekonomian daerahdi wilayah studi memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagaisektor basis.

2) Jika nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi kurang berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi. Sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor non basis.

3) Jika nilai LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan baik di wilayah studi maupun di wilayah referensi memiliki peningkatan.

2.3. Kerangka Pikir

Satuan Wilayah Pembangunan merupakan gabungan dari beberapa kabupaten/kotamadya. Satuan Wilayah Pembangunan dibagi menjadi 9 SWP. Dari ke 9 SWP di provinsi jawa timur tersebut, dipilihlah objek penelitian yaitu Satuan Wilayah Pembangunan VII (SWP VII), diantaranya Kabupaten Trenggalek, Kabupaten TulungAgung, Kotamadya Blitar, Kabupaten Kediri, yang ditentukan dengan sektor-sektor mana yang dapat dijadikan sebagai sektor unggulan untuk dijadikan sebagai prioritas pembangunan yang bertujuan untuk memicu pertumbuhan sektor-sektor lainnya dengan harapan dapat meningkatkan pendapatkan pendapatan pada Satuan Wilayah Pembangunan VII.

Gambar3 : Kerangka Konseptual 6. Pe r d a g a n g a n , h o t e l , d a n r e st o r a n 7. A n g k u t a n ,k o m u n i k a si 8 . BA N K . k e u a n g a n , p e r u m AH A N 9. J a sa - j a sa 1. PER T A N IA N 2. PER T A M BA N G AN 3. IN D U ST R I PEN G O LA H A N 4. LIST R IK , G AS, D A N A IR BERSIH 5. BA N G U N A N

SEK T O R PD R B

SWP VII

- KAB. TULUNGAGUNG - KAB. KEDIRI - KAB. TRENGGALEK - KOTA BLITAR

ANALISIS LQ ANALISIS TIPOLOGI

SEKTOR BASIS

SEKTOR NON BASIS

DAERAH CEPAT M AJU,CEPAT TUM BUH

DAERAH M AJU TAPI TERTEKAN

DAERAH BERKEM BANG CEPAT

DAERAH RELATIF TERTINGGAL

K EBIJ A K A N

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas, melihat dari latar belakang,hasil-hasil terdahulu dan juga landasar teori yang telah dijelaskan seperti diatas. Maka dapat ditarik beberapa hipotesis dari penelitian ini, sebagai berikut :

1. Diduga ada sektor yang menjadi sektor basis disetiap daerah tersebut (SWP VII) yang berpotensi mengekspor hasil industrinya ke daerah lain (dalam hal ini daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah SWASEMBADA)

2. Diduga ada sektor yang menjadi sektor non basis di setiap daerah tersebut (SWP VII) yang harus mengimpor dari daerah lain (dalam hal ini daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah minus)

3. Diduga terdapat beberapa daerah di dalam SWP VII yang dapat di golongkan kedalam tipologi daerah yang cepat maju dan tumbuh.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) VII dengan variabel yang dikaji adalah total produksi yang dihasilkan dari setiap sektor yang dihitung dalam jutaan rupiah, yaitu meliputi: (a) Sektor pertanian; (b) Sektor Pertambangan dan Penggalian; (c) Sektor Industri Pengolahan; (d) Sektor Listrik dan Air Minum; (e) Sektor Bangunan; (f) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; (g) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (h) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; (i) Sektor Jasa-jasa

3.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui secara jelas perkembangan perekonomian SWP VII di Provinsi Jawa Timur. Data yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam rumus-rumus matematis sederhana yang telah ada. Dari hasil pengolahan data-data tersebut akan diperoleh gambaran tentang daerah-daerah dalam SWP VII yang mungkin pertumbuhannya tergolong lambat agar dapat diprioritaskan dalam pembangunannya dengan mengembangkan

sektor-sektor ekonomi yang potensional supaya lebih mempercepat pertumbuhan daerah, sehingga dapat menunjang perekonomian nasional.

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah pengertian terhadap variabel yang dibahas serta memudahkan dalam penerapan data yang digunakan.

Untuk memperjelas terhadap masing-masing variabel yang diamati, maka pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Analisis Location Quotient (LQ)

Didalam analisis ini dipergunakan beberapa data dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur, dan PDRB per sektor. Selain itu dipergunakan juga PDRB Kota Batu dan PDRB Kota Pasuruan. PDRB dinyatakan dalam satuan jutaan rupiah. Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui sektor basis dan non basis di daerah-daerah SWP VII di Provinsi Jawa Timur.

2. Analisis Tipologi Daerah

Sama seperti Analisis Location Quotient (LQ), didalam analisis Tipologi Daerah juga dipergunakan beberapa data dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur dan PDRB masing-masing daerah. PDRB dinyatakan dalam satuan jutaan rupiah. Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui daerah mana yang cepat maju di dalam Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) VII.

a. PDRB Perkapita Daerah

Adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu (dalam waktu satu tahun) daerah yang diteliti. Dalam hal ini adalah daerah dlam lingkup Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) VII di Provinsi Jawa Timur. PDRB Perkapita Daerah dinyatakan dalam satuan juataan rupiah.

b. PDRB Daerah Yang Menjadi Acuan

Adalah rata-rata total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dan dalam waktu tertentu (dalam waktu satu tahun) daerah yang menjadi acuan. Dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Timur dan dinyatakan dalam satuan jutaan rupiah.

c. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Adalah kenaikan PDRB perkapita daerah tanpa memandang apakah kenaikkan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari pada

tingkat pertumbuhan penduduk daerah yang diteliti. Dalam hal ini adalah daerah Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) VII Provinsi Jawa Timur dinyatakan dalam satuan persen (%).

d. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Yang Menjadi Acuan

Adalah Kenaikkan PDRB Perkapita Daerah tanpa memandang apakah kenaikkan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari pada tingkat pertumbuhan penduduk daerah yang menjadi acuan. Dalam hal ini adalah provinsi Jawa Timur dan dinyatakan dalam satuan persen (%).

Definisi Operasional dan Pegukuran Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sembilan sektor dalam PDRB, yaitu: a. Pertanian

Sektor ini terdiri dari segala macam hasil pertanian baik darat maupun perairan menurut data time series Produk Domestik Regional Bruto. Pengukurannya dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

b. Pertambangan dan Penggalian

Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah minyak mentah dan gas bumi yodium, biji besi, belerang, serta segala jenis penggalian menurut data time series Produk Domestik Regional Bruto. Pengukurannya dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

c. Industri Pengolahan

Sektor ini terdiiri dari industri besar, industri kecil dan kerajinan rumah tangga, dan industri pengilangan minyak menurut data time series Produk Domestik Regional Bruto. Pengukurannya dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

d. Listrik, Gas, dan Air Bersih

Data statistik yang disajikan adalah dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), Produksi Perubahan Negara Gas, dan Perusahaan Daerah Air Minum menurut data time series Produk Domestik Regional Bruto. Pengukurannya dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

e. Kontruksi

Sektor konstruksi mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi baik berupa pembangunan gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dan irigasi, maupun jaringan listrik, gas, telepon, air minum, dan sebagainya menurut data time series Produk Domestik Regional Bruto. Pengukurannya dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

f. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor ini terdiri dari 3 subsektor yaitu perdagangan besar dan eceran, hotel, dan restoran menurut data time series Produk Domestik Regional Bruto. Pengukurannya dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

g. Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang baik melalui darat, laut, udara, maupun sungai. Mencakup pula jasa penunjang angkutan dan komunikasi menurut data time series Produk Domestik Regional Bruto. Pengukurannya dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

h. Jasa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan menurut data time series Produk Domestik Regional Bruto. Pengukurannya dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

i. Jasa – jasa

Sektor ini mencakup jasa pemerintahan dan jasa sosial dan kemasyarakatan menurut data time series Produk Domestik Regional Bruto. Pengukurannya dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

3.4. Teknik Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (Data yang sudah ada), berupa data time series yang diambil dari tahun 2011 sampai dengan 2012. Dalam penelitian ini yang akan diamati

mencakup seluruh Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) VII . Dalam kaitannya dengan seluruh variabel diatas.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan daa sekunder. Di dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, antara lain :

1. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku literatur sebagai bahan pustaka yang dapat menunjang masukan yang dibahas dalam skripsi ini.

2. Studi Lapangan

Penelitian lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data sekunde yang diperlukan untuk penyusunan skripsi, data-data laporan, catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas pada lembaga-lembaga yang telah disebutkan diatas.

3.6. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Data yang berhubungan dengan obyek penelitian disusun untuk selanjutnya diolah dengan alat analisis matematiis yakni berupa Analisis Location Quotient (LQ) dan Analisis Tipologi Daerah yang kemudian dilakukan pengamatan selama kurun waktu tertentu.

Notasi yang digunakan dalam kedua teknik analisis dari penelitian ini adalah :

1. Location Quotient (LQ)

Analisis LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektorbasis atau unggulan (leading sector). Indikator yang digunakan yaitu kesempatankerja (tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.

=

Keterangan :

Vaji = PDRB sektor kabupaten Vaii = PDRB sektor provinsi PDRBJ = PDRB total kabupaten PDRBI = PDRB total provinsi 2. Analisis Tipologi Daerah

Gambar : 4 Klasifikasi Daerah Tipologi Klassen

Sumber : (Kuncor o, Mudr ajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Er langga, J akar ta : 119) La ju P e rt u m b u h a n E k o n o m i (% ) Relat if Tert inggal ( Kuadran IV ) M aju Tertekan ( Kuadran II )

PDRB Perkapit a (Jut aan Rupiah)

Berkembang Pesat ( Kuadran III ) Cepat M aju & Cepat Tumbuh ( Kuadran I )

Keterangan:

r : Pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan

y : PDRB daerah yang menjadi acuan

ri : Pertumbuhan ekonomi daerah i

yi : PDRB perkapita daerah i

Kriterianya adalah :

1. Jika (yi>y , ri>r) maka daerah tersebut tergolong daerah cepat maju

dan cepat tumbuh.

2. Jika (yi>y , ri<r) maka daerah tersebut tergolong daerah maju tapi

tertekan.

3. Jika (yi<y , ri>r) maka daerah tersebut tergolong daerah yang

masih dapat berkembang dengan pesat.

4. Jika (yi<y , ri<r) maka daerah tersebut tergolong daerah yang

4.1. Deskr ipsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambar an Umum Provinsi J awa Timur

Jawa Timur terletak antara 110.54 dan 115.57 BT, 5.37 dan 8.48 LS.

Dengan luas daratan mencapai 46.712,80 km2 dan terbagi dalam 37 wilayah

Kabupaten/Kota. Menurut kondisi geografisnya, Jawa Timur dibagi menjadi 3 bagian: dataran tinggi (lebih dari 100 meter diatas permukaan laut), sedang (45-100 meter diatas permukaan laut), dan rendah (dibawah 45 meter diatas permukaan laut). Jumlah penduduk jawa timur berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 mencapai 37.476.757 jiwa.

Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio-kultur, potensi alam dan infrastruktur, maka Jawa Timur dibagi menjadi 4 bagian:

1.Bagian Utara dan Pulau Madura, merupakan daerah pantai dan

dataran rendah serta daerah pegunungan kapur yang relatif kurang subur.

2.Bagian Tengah merupakan daaerah dataran rendah dengan

perbukitan dan gunung-gunung berapi yang relatif subur.

3.Bagian Selatan-Barat (Daerah Mataraman) merupakan daerah

pegunungan dengan gunung-gunung berbatu dan kapur yang relatif kurang subur.

4.Bagian Timur, karena posisinya sebagai penghubung dengan Pulau Bali dan Indonesia bagian timur, maka industri dan perdagangan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.

4.1.2. Gambar an Umum Kab. Trenggalek

Trenggalek adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahan berada di Trenggalek kota. Kabupaten ini menempati wilayah seluas 1.205,22 km² yang dihuni oleh ±700.000 jiwa. Letaknya di pesisir pantai selatan dan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kabupaten Ponorogo, Sebelah timur dengan Kabupaten Tulungagung, Sebelah selatan dengan pantai selatan, dan Sebelah barat dengan Kabupaten Pacitan. Jarak tempuh antara Surabaya dengan Kab. Trenggalek adalah ± 196 Km.

4.1.3. Gambar an umum Kab.TulungAgung

Kabupaten Tulungagung adalah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Tulungagung terkenal sebagai satu dari beberapa daerah penghasil marmer terbesar di Indonesia, dan terletak terletak 154 km barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Jarak tempuh antara Surabaya dengan Kab. Tulungagung adalah ± 154 Km.

4.1.4. Gambar an umum Kota Blitar

sebelah selatan Surabaya. Kota Blitar terkenal sebagai tempat kelahiran dan dimakamkannya Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.

Selain disebut sebagai Kota Patria, kota ini juga disebut sebagai Kota PETA (Pembela Tanah Air) karena di bawah kepimpinanan Suprijadi, Laskar PETA melakukan perlawanan terhadap Jepang untuk pertama kalinya pada tanggal 14 februari 1945 yang menginspirasi timbulnya perlawanan menuju kemerdekaan di daerah lain. Jarak tempuh antara Surabaya dengan Kota Blitar adalah ± 167 Km.

4.1.5. Gambar an umum Kab.Kediri

Kabupaten Kediri merupakan salah satu Kabupaten yang berada di propinsi Jawa Timur, secara geografis diapit dua gunung besar yaitu Gunung Kelud disebelah timur dan Gunung Wilis disebelah barat. Adapun kondisi geografis pada bagian tengah wilayah Kabupaten Kediri adalah DAS Brantas, yang membelah wilayah Kabupaten Kediri menjadi dua bagian dengan hamparan persawahan ditepian Sungai Brantas yang sangat subur. Posisi geografi Kabupaten Kediri terletak antara 111° 47' 05" sampai dengan 112° 18' 20" Bujur Timur dan 7° 36' 12" sampai dengan 8° 0' 32 Lintang Selatan, Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh 5 Kabupaten, yakni : Sebelah Utara Jombang dan Nganjuk, Sebelah Timur Jombang dan Malang, Sebelah Selatan Tulungagung dan Blitar, Sebelah Barat Tulungagung dan Nganjuk. Kabupaten Kediri terdiri dari 26 Kecamatan, 343 Desa dan 1 Kelurahan, dengan luas wilayah ± 1.386,05 km², Masyarakat Kabupaten Kediri masih bercorak agraris dimana

sebagian besar penduduk masih sangat bergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Jumlah penduduk Kabupaten Kediri mencapai ± 1.475.815 jiwa. Jarak tempuh antara Surabaya dengan Kab. Kediri adalah ± 123 Km.

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran umum tentang data-data serta perkembangan sektor ekonomi dalah Produk Domestik

Dokumen terkait