• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercator (UTM) Sistem Grid : Grid UTM

Zone UTM : 49 M & 49 L

0 2.8 5.6 8.4 Km

U

Disusun Oleh : Nurul Khakhim No. Mhs. C 261030011/SPL

S A M

U D E R

A H I N

D I A

SAMU DERA HIND IA U 5 Km 0

PROVINSI D.I YOGYAKARTA

Lokasi Penelitian 410000 mT 420000 430000 440000 450000 460000 mT 460000 mT 450000 440000 430000 420000 410000 mT 9100000 mU 9110000 9120000 9130000 mU 9100000 mU 9110000 9120000 9130000 mU

5

5

Sumber Data : 1. Peta Rupabumi 1 : 25.000 th. 1998 2. Pengukuran lapangan, Oktober 2006 3. Peta Relief Wilayah Pesisir DIY

4. Peta Materi Penyusun Utama Wilayah Pesisir DIY 5. Peta Proses Genesa Wilayah Pesisir DIY

Tipologi Pesisir Erosi Darat

Tipologi Pesisir Pengendapan Darat Tipologi Pesisir Volkanik

Tipologi Pesisir Struktural

Tipologi Pesisir Pengendapan Laut Tipologi Pesisir Erosi Gelombang Tipologi Pesisir Organik

1 2 3 4 5 6 7

Tipologi Fisik Pesisir

LEGENDA : # Batas Desa Batas Kecamatan Batas Kabupaten Batas Propinsi Jalan Raya Sungai Garis Kontur Ibukota Kecamatan

$

Iklim adalah kondisi cuaca rata-rata suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Unsur-unsur penyusun iklim antara lain meliputi curah hujan, kelembaban udara, suhu udara dan angin.

Curah Hujan

Data curah hujan selama 15 tahun yaitu mulai dari tahun 1991-2005 yang diambil dari beberapa stasiun penakar hujan di daerah penelitian dapat dilihat seperti dalam Tabel 19. di bawah ini.

Tabel 19. Data Curah Hujan Rerata Bulanan (mm/bulan) di Beberapa Stasiun Penakar Hujan Daerah Penelitian

( / ? ( * # ? 0 ? 0 ( ? # ( ? ( ? ) " ? / # ? J 496 404 502 481 438 455 353 281 355 333 196 357,8 F 302 323 325 316 297 281 350 308 224 384 201 275,9 M 285 241 250 266 216 275 281 185 274 316 214 233,6 A 105 94 114 136 108 175 129 118 240 114 130 121,9 M 105 82 135 63 71 103 152 23 82 38 35 74,1 J 127 94 130 138 127 105 110 42 97 74 23 88,9 J 47 57 55 80 40 34 59 10 68 23 18 40,9 A 21 13 28 33 8 33 14 39 17 33 3 20,2 S 12 27 12 10 31 26 14 29 54 9 4 19 O 75 5 63 48 45 92 101 94 315 159 152 95,8 N 137 101 153 181 6 181 140 290 467 103 177 161,3 D 224 351 273 265 414 273 245 205 331 349 307 269,8 Jmlah 1936 1792 2040 2017 1801 2033 1948 1624 2524 1935 1460 1759,2

Sumber : BMG, Stasiun Geofisika Yogyakarta (2006)

Mendasarkan pada Tabel 20 terlihat bahwa jumlah curah hujan tahunan adalah lebih dari 1500 mm/tahun dengan bulan-bulan kering ( < 60 mm) terjadi pada bulan Juli – September dan bulan-bulan basah ( >100 mm) terjadi pada bulan November – Maret. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Koppen, tipe iklim yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Gunungkidul termasuk dalam tipe Awa, dan wilayah pesisir Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo termasuk dalam tipe iklim Am. Tipe iklim Awa memiliki karakteristik jumlah hujan pada bulan-bulan basah ( curah hujan > 100 mm) tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering (curah hujan < 60 mm), sedangkan tipe iklim Am memiliki karakteristik jumlah hujan pada bulan-bulan basah mampu untuk mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering.

Suhu Udara

Suhu udara adalah panas atau dinginnya udara yang diukur dengan termometer. Suhu udara suatu tempat sangat dipengaruhi oleh lintang geografi, tinggi tepat, jarak dari laut, angin, arus laut, terlindung atau tidaknya suatu tempat, dan keberadaan awan. Mengingat bahwa di wilayah pesisir daerah penelitian belum ada stasiun pengukur suhu udara maka data suhu udara di daerah penelitian didekati dengan pendekatan empiris menggunakan data suhu udara bulanan rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Adi Sucipto Tahun 1991 -2004, yaitu dengan menggunakan metode Mock dengan rumus :

T = 0,006 (Z1– Z2)oC ………(Mock, 1972)

Dalam hal ini :

T = beda temperature udara antara Z1 dan Z2

Z1= elevasi tempat 1 (m dpal)

Z2= elevasi tempat 2 (m dpal)

Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 20. Dari Tabel 20 tersebut menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata tahunan di daerah penelitian adalah

26,50 oC dengan suhu rata-rata minimum 23,45 oC dan maksimum sebesar

31,31oC.

Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah perbandingan massa uap air yang betul-betul ada di udara dalam suatu satuan volume dengan massa uap air yang jenuh dalam satuan volume itu, pada suhu dan tekanan udara yang sama. Satuan

kelembaban udara dinyatakan dalam persen (%). Jika kelembaban udara mencapai 100% berarti udara itu jenuh dengan uap air.

Data kelembaban udara diambil dari Stasiun Klimatologi Lanud Adi Sucipto Yogyakarta dalam jangka waktu 14 tahun (1991-2004) dan ditunjukkan dalam Tabel 21. Dari Tabel 21 tersebut terlihat bahwa besarnya kelembaban udara rata-rata bulanan maksimum 86% yang terjadi pada bulan Januari dan minimum 72,3% yang terjadi pada bulan Juni dan besarnya rata-rata tahunan adalah 81,08%.

Tabel 20. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan (oC) Tahun 1991 – 2005

' ?' Januari Minimum 23,72 Rata-rata 26,19 Maksimum 30,55 Februari Minimum 23,65 Rata-rata 26,28 Maksimum 30,86 Maret Minimum 23,87 Rata-rata 26,58 Maksimum 31,45 April Minimum 24,15 Rata-rata 26,83 Maksimum 31,87 Mei Minimum 23,8 Rata-rata 26,95 Maksimum 32,09 Juni Minimum 23,1 Rata-rata 26,48 Maksimum 31,73 Juli Minimum 21,95 Rata-rata 25,59 Maksimum 31,29 Agustus Minimum 21,95 Rata-rata 25,7 Maksimum 31,6 September Minimum 23,08 Rata-rata 26,56 Maksimum 32,11 Oktober Minimum 23,86 Rata-rata 27,3 Maksimum 32,73 November Minimum 24,29 Rata-rata 27,07 Maksimum 31,65 Desember Minimum 23,94 Rata-rata 26,51 Maksimum 27,82 ' ?' " Minimum !D$& Rata-rata :D&6 Maksimum ! D!

Tabel 21. Kelembaban Udara Rata-Rata Daerah Penelitian Tahun 1991-2004 ' ?' Januari 86 Februari 85,9 Maret 84,5 April 84 Mei 81,3 Juni 72,3 Juli 78,6 Agustus 77,8 September 76,5 Oktober 80 November 81,6 Desember 84

Sumber : Stasiun Klimatologi Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta (2005) Angin

Angin merupakan pergerakan udara pada arah horizontal atau hampir horizontal. Dimensi angin meliputi arah dan kecepatan bergeraknya udara. Arah

angin diukur dalam NoE (3 derajat ) atau searah jarum jam, sedangkan

kecepatan angin diukur dalam satuan km/jam, m/detik atau dalam knot.

Pengukuran arah dan kecepatan angin biasanya dilakukan dengan

menggunakan anemometer yang terpasang pada puncak menara stasiun dengan ketinggian kurang lebih 10 m dari muka tanah.

Data arah dan kecepatan angin diambil dari Stasiun Klimatologi Lanud Adi Sucipto Yogyakarta dalam rentang waktu 10 tahun (1995-2004), seperti yang tersaji dalam Tabel 22. Dari Tabel 22 tersebut nampak bahwa arah angin pada musim penghujan bertiup dari barat daya sampai barat laut sedangkan pada musim kemarau angin bertiup dari selatan sampai tenggara. Perubahan musiman dari arah dan kecepatan angin dipengaruhi oleh perubahan musim. Pada musim emarau angin dengan kecepatan tinggi bertiup dari selatan sampai tenggara, sedangkan mendekati musim hujan angin menjadi lebih lemah dan bertiup dari barat daya sampai barat laut.

Sebagian besar angin berkecapatan kurang dari 5 m/dt. Kecepatan angin terbesar terjadi pada bulan September dan Oktober. Angin maksimum dapat mencapai 10-15 m/dt.

Tabel 22. Arah (NoE) dan Kecepatan (m/dt) Angin Bulanan Rata-Rata (1995-2004)

44& 44: 44< 445 444 666 66 66 66! 66$ ' ? = ' arah 210 210 30 210 210 210 210 270 240 240 204 Kec.rata-rata 5 6 3 3 6 2 3 3 3 4 3,8 Kec.maksimum 13 15 12 12 11 11 12 12 11 15 12,4 - ' ' arah 210 210 20 210 210 210 230 240 210 240 199 Kec.rata-rata 7 6 3 4 3 3 3 3 2 4 3,8 Kec.maksimum 15 15 13 14 12 12 12 12 10 17 13,2 ' " arah 180 60 30 210 210 210 90 90 90 240 141 Kec.rata-rata 7 5 3 2 3 3 3 3 2 3 3,4 Kec.maksimum 14 12 12 11 12 11 13 12 10 15 12,2 ' arah 180 240 30 210 100 210 90 90 90 240 148 Kec.rata-rata 6 4 3 2 3 3 3 2 3 4 3,3 Kec.maksimum 13 11 12 10 10 11 11 11 11 14 11,4 arah 170 170 210 120 120 120 180 220 90 180 158 Kec.rata-rata 5 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2,7 Kec.maksimum 13 11 10 10 10 10 10 9 11 12 10,6 = arah 160 180 120 210 120 120 90 120 80 180 138 Kec.rata-rata 5 4 3 3 2 3 2 2 2 3 2,9 Kec.maksimum 12 10 10 4 9 10 11 10 10 11 9,7 = arah 160 180 130 130 210 120 180 180 180 180 165 Kec.rata-rata 5 5 3 2 3 3 3 2 2 3 3,2 Kec.maksimum 12 11 12 10 10 11 10 10 11 11 10,8 + (" ( arah 140 180 130 120 240 180 180 240 180 210 180 Kec.rata-rata 5 3 3 6 3 3 3 2 3 3 3,4 Kec.maksimum 11 11 12 13 11 14 11 12 13 11 11,9 ( " arah 140 180 210 130 210 180 210 240 180 210 189 Kec.rata-rata 5 6 3 4 3 3 4 3 3 4 3,8 Kec.maksimum 12 13 12 13 12 11 11 11 13 15 12,3 ,*" arah 140 170 130 210 210 180 210 270 210 210 194 Kec.rata-rata 4 7 3 4 4 3 2 3 3 4 3,7 Kec.maksimum 12 15 12 14 13 12 11 11 14 16 13 ,7 arah 110 180 210 210 120 210 240 270 240 240 203 Kec.rata-rata 6 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3,6 Kec.maksimum 14 13 12 12 12 11 10 11 20 15 13 ( arah 270 210 210 210 210 240 270 260 240 240 236 Kec.rata-rata 5 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3,5 Kec.maksimum 13 12 13 12 12 14 13 11 14 16 13

Gambar 17. Grafik Kecepatan Angin Bulanan Rata-Rata (m/dt) $ ! +

Kondisi geologi daerah penelitian secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 bagian meliputi kondisi geologi wilayah Kabupaten Gunungkidul dengan karakteristik wilayah pegunungan berupa lereng-lereng terjal/clif dan kondisi geologi wilayah Kabupaten Bantul dan Kulonprogo dengan karakteristik pesisir berupa dataran pantai dengan lereng yang relatif datar.

Menurut Bemmelen (1970) kondisi geologi wilayah pesisir Kabupaten Gunungkidul merupakan zonasi Gunung Sewu/Pegunungan Seribu yang membujur ke timur hingga wilayah Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Secara stratigrafi, daerah penelitian termasuk dalam formasi Wonosari yang mempunyai kemiringan lereng ke arah selatan dengan

dip rata-rata 15o – 30o. Litologi penyusunnya adalah batu gamping terumbu

, kecuali kawasan Pantai Siung bagian timur ke arah timur hingga kawasan Pantai Wediombo yang merupakan bagian dari satuan panggung masif berbatuan sedimen volkanik klastik berumur tersier (Bakosurtanal, 2000). Ketebalan formasi Wonosari ini adalah ± 800 m, sedangkan umur geologinya Miosen Atas – Pliosen. Formasi Wonosari ini membentuk perbukitan karst yang dikenal dengan nama Gunung Sewu/Pegunungan Seribu.

Surono (1992) menyatakan struktur geologi yang berkembang di daerah ini adalah berupa lipatan, sesar, dan kekar. Lipatan terdiri dari antiklin dan siklin dengan arah umum timurlaut-baratdaya dan timur-barat, serta beberapa lipatan

dengan arah baratlaut-tenggara. Lipatan yang berarah baratlaut-tenggara umumnya terdapat dibagian timur, dan yang berarah timurlaut-baratdaya dan timur-barat terdapat di bagian barat. Sesar utama berarah baratlaut-tenggara, dan setempat timurlaut-baratdaya. Batuan yang terdapat di Pegunungan Seribu merupakan batuan sedimen laut yang terdiri dari pasir dan pasir halus yang mempunyai lingkungan pengendapan di sekitar pantai dan membentuk bentuklahan gisik pantai berbentuk saku. Pada zona perbukitan karst terbentuk oleh batu gamping terumbu koral yang inti terumbunya membentuk ratusan bukit-bukit kecil membentuk Pegunungan Seribu.

Menurut Bemmelen (1970) kondisi geologi wilayah pesisir Kabupaten Bantul dan Kulonprogo tersusun dari sedimen marin tersier dan endapan volkanik yang terangkat pada kala miosen akhir. Pada kala Pliosen awal, jalur pegunungan tersebut patah yang sebagan besar mengalami penenggelaman secara tektonik ke arah Samudera Hindia. Bagian yang mengalami penenggelaman selanjutnya menjadi dasar lautan dan sejak kala Pleosen tengah terjadi kegiatan marin yang membentuk endapan lagun, fluviomarin. Pada kala Pleistosin – holosen terbentuk beting gisik dan gumuk-gumuk pasir yang tersusun atas bahan pasiran dari Pegunungan Kulonprogo, Serayu Selatan, Gunung Api Merapi, Merbabu, Sumbing dan Sundoro yang terangkut melalui Sungai Opak, Progo, Serang dan Bogowonto.

$ $ + %

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan yang membentuk permukaan bumi, baik yang ada di atas maupun di bawah permukaan laut yang menekankan pada genesis dan perkembangan bentuklahan dengan lingkungannya (Verstappen, 1983). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa aspek terpenting dari geomorfologi adalah bentuklahan dan untuk mengetahui bentuklahan suatu wilayah maka perlu pengklasifikasian bentuklahan atas dasar genesis, artinya bahwa pengelompokan bentuklahan didasarkan pada proses yang dominan yang membentuk bentuklahan tersebut. Berkaitan dengan wilayah pesisir maka proses-proses utama yang mungkin berlangsung terutama adalah proses marin (laut), fluvial (sungai), aeolin (angin), denudasional (erosi dan sedimentasi) atau gabungan dari proses-proses yang dominan tersebut (fluvio-marin, aeolio-marin, dsb).

Proses geomorfologi yang dominan yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Gunung Kidul antara lain pengendapan sedimen laut oleh arus dan

gelombang, sehingga membentuk bentuklahan gisik pantai yang arah pengangkutannya dipengaruhi oleh kondisi angin pada saat itu. Gelombang laut mengikis tebing-tebing curam/clif di bagian pinggir pantai, sedangkan di bagian yang ke arah darat terjadi proses pelarutan/solusional membentuk bukit dan ledok karst. Adanya iklim tropis dan curah hujan yang tinggi ikut mempengaruhi kelangsungan pembentukan topografi karst. Bentuklahan yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Gunungkidul meliputi bentuklahan asal proses marin, asal proses fluvial, asal proses solusional (karst), dan asal proses volkanik. Bentuklahan asal proses volkanik terdapat di kawasan Pantai Siung bagian timur ke arah timur hingga kawasan Pantai Wediombo yang merupakan bagian dari satuan panggung masif (G. Batur) berbatuan sedimen volkanik klastik berumur tersier.

Bentuklahan yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Bantul dan Kulonprogo lebih banyak didominasi oleh bentuklahan asal proses marin, fluvial dan aeolian. Proses fluvial (aliran sungai) menghasilkan bentuklahan dataran aluvial, dataran banjir, tanggul alam dan rawa belakang. Pada proses fluvial ini, material barasal dari daerah hulu terangkut oleh aliran sungai dan masuk ke laut. Material yang masuk ke laut ini oleh proses marin (laut) melalui gelombang laut dihempaskan di sepanjang pantai yang menghasilkan bentuklahan gisik. Selanjutnya proses aeolian (angin) mengangkut material pasir di sepanjang pantai yang dihempaskan oleh gelombang laut tersebut untuk diendapkan di tempat-tempat tertentu di darat menghasilkan bentuklahan gumuk pasir.

$ & "

Tanah adalah hasil transformasi mineral dan bahan organik dari permukaan bumi oleh pengaruh faktor lingkungan (iklim, organisme, batuan, dan relief) yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Tanah berfungsi sebagai media tumbuh tanaman. Jenis tanah, sifat, potensi dan kemampuan tanah sangat menentukan dalam keberhasilan dan produktifitas penggunaan tanah (lahan). Berdasarkan Peta Tanah Semi Detil Skala 1 : 50.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (2001), Jenis tanah yang terdapat di daerah penelitian meliputi :

1. Mediteran 4

Jenis tanah ini berkembang dari batuan gamping

. Jenis tanah ini mempunyai sifat-sifat : tekstur lempung, struktur granuler-gumpal, konsistensi sangat teguh dan bila basah lekat dan plastis, warna merah cerah hingga merah kekuningan,

permeabilitas lambat, pH 6,0 – 6,5, kejenuhan basa tinggi, kesuburan dan potensi tanah rendah – sedang. Tanah ini tegolong agak subur dengan potensi sedang untuk pertanian. Penyebaran jenis tanah ini umumnya menempati daerah bertopografi karst yang terdapat di bagian utara wilayah Kecamatan Panggang, Saptosari, Tepus, dan Girisubo.

Gambar 18. Tanah Mediteran di Pantai Krakal (Sumber : Foto Lapangan, 2006)

2. Tanah Litosol * - *

Tanah litosol merupakan jenis tanah yang berkembang dari asosiasi tanah latosol dan mediteran karena proses erosi sangat berat. Bahan induk jenis tanah litosol adalah batugamping koral. Jenis tanah ini mempunyai sifat-sifat : solum tanah tipis (kurang dari 25 cm) bahkan sebagian besar tinggal singkapan batuan induk

- tekstur geluh debuan hingga geluh pasiran, struktur

remah hingga gumpal, konsistensi agak teguh bila basah agak lekat, warna coklat hingga merah kekuningan, kejenuhan basa sedang, kesuburan dan potensi tanah sangat rendah. Penyebaran tanah ini mencakup sebagian besar wilayah Kecamatan Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, dan Girisubo.

3. Tanah Regosol

Bahan induk jenis tanah regosol adalah material pasir pantai atau material volkanik piroklastis. Jenis tanah ini berkembang di sepanjang pantai baik pada bentuklahan gisik, beting gisik, maupun gumuk pantai. Umumnya bertekstur pasir, struktur granuler, warna tanah putih kekuningan hingga coklat muda, permeabilitas sangat tinggi dan daya mengikat air rendah. Jenis tanah ini belum terjadi perkembangan horison tanah, pH umumnya netral, dan kesuburan sedang.

4. Tanah Grumusol

Jenis tanah ini berasal dari batuan gamping, batuan lempung (aluvium) atau batuan volkanis bersifat basa. Ciri-ciri tanah grumusol ini adalah tekstur lempung, struktur granuler di lapisan atas dan gumpalan hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi sangat teguh, bila basah sangat lengket dan sangat plastis, bila kering sangat keras dan retak-retak, permeabilitas lambat, dan peka erosi. Jenis tanah ini lebih banyak ditemukan di bekas laguna daerah penelitian. 5. Tanah Aluvial

Tanah aluvial merupakan tanah hasil pengendapan bahan-bahan aluvium. Tanah aluvial belum mengalami diferensiasi horison, tekstur pasir, pasir berdebu, dan pasir berlempung, pH antara 7 – 8, warna coklat tua, permeabilitas tinggi, konsistensi dalam keadaan basah lekat, dan kesuburannya sedang hingga tinggi. Tanah aluvial banyak terdapat di dataran aluvial sungai dan mayoritas digunakan untuk lahan pertanian dan juga permukiman.

$ : , %

Kondisi oseanografi yang akan dibahas berikut ini meliputi gelombang, arus, dan pasang surut air laut. Pemilihan ketiga elemen oseanografi ini berkaitan dengan peran yang begitu besar dalam penentuan tipologi fisik pesisir.

Gelombang laut

Gelombang laut adalah bentuk permukaan laut yang berupa punggung atau punca gelombang dan palung atau lembah gelombang oleh gerak ayunan , akibat tiupan angin, erupsi gunung api, pelongsoran dasar laut, atau lalu lintas kapal (Sunarto, 2003). Gelombang laut memilki dimensi yaitu periode gelombang, panjang gelombang, tinggi gelombang, dan cepat rambat gelombang. Periode gelombang (T) adalah waktu tempuh di antara dua puncak atau dua lembah gelombang secara berurutan pada titik yang tetap (satuan detik). Panjang gelombang (L) adalah jarak horizontal antara dua puncak atau dua lembah yang berurutan (satuan meter). Tinggi gelombang (H) adalah jarak vertikal antara puncak gelombang dan lembah gelombang (dalam meter). Cepat rambat gelombang (C) adalah kecepatan tempuh perjalanan suatu gelombang, yang dapat diperoleh dengan pembagian panjang gelombang (L) dengan periode gelombang (T) atau C=L/T.

Mendasarkan pada data hasil pengukuran gelombang yang dilakukan oleh Puslitbang Air pada tahun 1989 (selama 4,5 bulan) dan 1992 (selama satu tahun yaitu Maret 1992 sampai Februari 1993), hasil analisis gelombang tersebut

seperti disajikan pada Tabel 20. Dari hasil analisis gelombang didapat (Hs)5th =

3,8 m, (Hs)10th= 4,1 m, dan (Hs)20th= 4,5 m.

Tabel 23. Data Frekuensi Gelombang Tinggi Gelombang (H) (meter) Frekuensi 1989 (4,5 bulan) 1992 (12 bulan) 0,0 <0,5 7,16 18,41 0,5<1 41,90 44,78 1,0<1,5 29,70 33,00 1,5<2,0 14,08 3,20 2,0<2,5 4,08 0,10 2,5<3,0 1,68 0,01 3,0<3,5 0,40 ->3,5 0,20

-Sumber : Bappeda Kulonrpogo dan PUSTEK UGM, 2001 Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh JICA (1989) yang

mendasarkan pada hasil analisis gelombang yang didapat dari buku *(+( 3

% # : 9 (1976) didapatkan

data distribusi arah gelombang sebagai berikut yaitu dari arah tenggara 12,39%, dari arah selatan 65,79% dan dari arah baratdaya 21,82%. Data arah gelombang ini dibuat berdasarkan data gelombang yang dikumpulkan selama 120 tahun. Secara umum di pantai selatan Pulau Jawa tinggi gelombang dengan kala ulang 25 tahun berkisar antara 2,8 m, dengan periode gelombang (10 – 15) detik. Tinggi gelombang harian berkisar antara (1,0 – 2,0) m, gelombang ini berupa

gelombang " dengan daerah pembangkitan ( ) berada di

tengah laut.

Gelombang yang mencapai pantai akan mengalami pecah gelombang. Ada tiga tipe utama pecah gelombang yaitu tipe melimpah

, tipe menunjam , dan tipe menyentak atau

menggelora (

Tipe + biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil

menuju pantai yang datar (kemiringan kecil). Buih terjadi pada puncak gelombang selama mengalami pecah dan meninggal kan suatu lapis buih pada jarak yang cukup panjang.

Gambar 19. Gelombang tipe+ /melimpah (Sumber : Foto Lapangan, 2006)

Tipe , terjadi apabila kemiringan gelombang dan dasar

bertambah sehingga gelombang akan pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak gelombang akan terjun ke depan.

Gambar 20. Gelombang tipe, /menunjam (Sumber : Internet, 2007)

Tipe + terjadi pada pantai dengan kemiringan sangat besar seperti

terjadi pada pantai yang berkarang. Daerah gelombang pecah sangat sempit. Gelombang pecah tipe surging ini mirip dengan plunging, tetapi sebelum puncaknya terjun, dasar gelombang sudah pecah.

Tipe pecah gelombang yang terdapat di wilayah laut Provinsi DIY adalah

tipe (melimpah) seperti yang terlihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Gelombang tipe+ >melimpah di Pantai Parangtritis (Sumber : Foto Lapangan, 2006)

Arus laut

Arus laut adalah aliran air laut yang disebabkan oleh tiupan angin, gelombang, pasang surut, perbedaan kepekaan air laut, atau aliran air sungai yang bermuaran di laut itu (Sunarto, 2003). Pola arus pantai yang disebabkan gelombang yang menuju pantai disebabkan oleh besar sudut yang dibentuk oleh gelombang dengan arus pantai. Jika sudut datang cukup besar, maka akan terbentuk arus sepanjang pantai. Jika sudut datang kecil atau nol (gelombang yang datang sejajar pantai) maka akan membentuk arus meretas pantai dengan arah menjauhi pantai disamping terbentuknya arus sepanjang pantai.

Arus laut di Samudera Hindia sangat dipengaruhi oleh arus yang disebabkan oleh angin musim atau disebut dengan arus musim. Arus musim yang terjadi di Samudera Hindia terutama adalah arus musim barat dan arus

musim timur. Menurut Wyrtki (Nontji, 1987 Sunarto, 2003) arus musim

barat yang terjadi di Samudera Hindia pada bulan Februari rata-rata berkecepatan 75 cm/detik ke arah timur. Pada musim pancaroba (peralihan antara musim brat dan timur) awal tahun di bulan April rata-rata arus laut di Samudera Hindia berkecepatan 25 cm/detik ke arah timur. Pada bulan Agustus terjadi arus musim timur dengan kecepatan rata-rata 75cm/detik ke arah barat. Pada musim pancaroba akhir tahun pada bulan Oktober, arus laut di Samudera Hindia rata-rata berkecepatan 25 cm/detik.

Kedua arus musim tersebut sangat berpengaruh terhadap pergerakan/ transportasi sedimen sepanjang pantai yang terbawa ke laut oleh Sungai Opak dan Sungai Progo. Besarnya arus sepanjang pantai berpengaruh terhadap karakteristik sedimen terendapkan. Sedimen sepanjang pantai hampir tidak dijumpai debu ataupun lempung karena untuk mengendapkan tersebut hanya diperlukan kecepatan kurang dari 0,6 m/detik. (Sobur, 1982).

Jenis arus laut yang lain adalah arus susur pantai dan

arus balik . Arus susur pantai adalah arus laut yang terdapat di zona

empasan, yang umumnya bergerak sejajar garis pantai, yang ditimbulkan gelombang pecah yang datang menyudut terhadap garis pantai (Sunarto, 2003). Arus susur pantai berperan besar dalam dinamika pantai. Arus balik adalah aliran balik terkonsentrasi melewati jalur sempit yang mengalir kuat ke arah laut

dari zone empasan ! melintasi gelombnag pecah hingga di laut

lepas-pantai (Sunarto, 2003). Arus balik di Samudera Hindia memiliki kecepatan sekitar 2 m/detik dan berlangsung dalam waktu yang pendek (Ritter, 1996).

Arus balik umumnya membahayakan bagi para perenang maupun para wisatawan yang berkunjung ke pantai. Namun bagi para peselancar air dan para nelayan, arus balik sangat bermanfaat karena dapat membawa para peselancar, perahu nelayan, atau jaring nelayan ke arah lepas-pantai. Banyak wisatawan yang datang ke pantai selatan Yogyakarta mengalami kecelakaan yang antara lain banyak disebabkan oleh arus balik ini.

Pasang surut

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit.

Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di suatu daerah dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan dalam tiga tipe yaitu pasang

surut harian ganda , harian tunggal dan jenis

1. Pasang surut harian ganda

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

Dokumen terkait