• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah Rawan Bencana

Dalam dokumen PROFIL SANITASI KABUPATEN MAGELANG (Halaman 46-56)

2.1. Gambaran Kondisi Umum Daerah

2.1.4. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

2.1.5.3. Wilayah Rawan Bencana

Kabupaten Magelang rawan terhadap bencana alam khususnya bencana gunung berapi dan gerakan tanah. Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Magelang merupakan konsekuensi dari kondisi morfologi, geologi, hidrologi wilayah dan keberadaan gunung Merapi. Ancaman bencana oleh faktor alam yang pernah terjadi di Kabupaten Magelang adalah:

a) Tanah longsor di 17 kecamatan.

b) Banjir di aliran sungai terutama Sungai Progo dan Sungai Elo. c) Banjir lahar hujan di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. d) Angin lesus/puting beliung yang sering terjadi di 13 kecamatan.

e) Kekeringan/krisis air bersih di 10 kecamatan (kemarau panjang) sedangkan pada musim kemarau pendek terjadi krisis air bersih di 3 kecamatan (6 desa), yaitu Kecamatan Kajoran (Kwaderan, Wonogiri), Kecamatan Salaman (Margoyoso dan Sriwedari), Kecamatan Borobudur (Kenalan dan Sambeng).

f) Kebakaran hutan.

g) Letusan Gunung Merapi, 3 (tiga) kecamatan berada di KRB III.

Posisi Kabupaten Magelang yang dikelilingi oleh beberapa gunung api dan salah satunya masih aktif memberikan konsekuensi munculnya bencana alam seperti letusan gunung berapi yaitu Gunung Merapi. Sebagian wilayah Kabupaten Magelang masuk dalam wilayah KRB I, KRB II, dan KRB III, dengan perincian sebagai berikut:

 KRB III, 3 kecamatan, 19 desa:

1) Kecamatan Srumbung di 8 desa (Kaliurang, Kemiren, Tegalrandu, Mranggen, Srumbung, Kamongan, Nglumut, Ngablak, Ngargosoko);

2) Kecamatan Dukun di 8 desa (Kalibening, Keningar, Sumber, Krinjing, Sengi, Mangunsuko, Sewukan, Ngargomulyo, Paten);

3) Kecamatan Sawangan di 3 desa (Wonolelo, Ketep, Kapuhan).

Pemutakhiran SSK Kabupaten Magelang II-47 1) Kecamatan Srumbung (Bringin, Kamongan, Kradenan, Banyuadem,

Pucanganom, Pandanretno, Jerukagung, Sudimoro, Polengan);

2) Kecamatan Dukun (Wates, Banyudono, Banyubiru, Dukun, Ngadipuro, Mangunsuko);

3) Kecamatan Sawangan (Krogowanan, Sawangan, Gondowangi).

 KRB I, 5 kecamatan, 24 desa: 1) Kecamatan Dukun (Ketunggeng);

2) Kecamatan Ngluwar di 5 desa (Blongkeng, Pakunden, Bligo, Somokaton, Ngluwar);

3) Kecamatan Mungkid di 4 desa (Pabelan, Progowati, Ngrajek, Bojong);

4) Kecamatan Salam di 8 desa (Salam, Mantingan, Sucen, Kadiluwih, Gulon, Jumoyo, Seloboro, Sirahan);

5) Kecamatan Muntilan di 7 desa (Muntilan, Ngawen, Gunungpring, Tamanagung, Gondosuli, Adikarto, Keji).

Sumber: RTRW Kabupaten Magelang, 2010-2030

Pemutakhiran SSK Kabupaten Magelang II-48 Selain itu, sebagian besar wilayah Kabupaten Magelang mempunyai kedalaman tanah >60 cm. Tanah yang cukup tebal dan kelerengan sebagian besar wilayah Kabupaten Magelang >15% dan curah hujan cukup tinggi menyebabkan Kabupaten Magelang rawan terhadap bencana gerakan tanah. Untuk bencana gerakan tanah sebagian wilayah Kabupaten Magelang juga masuk dalam wilayah rawan gerakan tanah tingkat tinggi, tingkat menengah sampai dengan tingkat sangat rendah.

Sumber: Analisis Indikator Kinerja Pembangunan Daerah, 2013

Pemutakhiran SSK Kabupaten Magelang II-49 Sumber: RTRW 2010-2030

Gambar 2.8. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Magelang

Sumber: RTRW, 2010-2030

Pemutakhiran SSK Kabupaten Magelang II-50 Sumber: RTRW, 2010-2030

Gambar 2.10. Peta Sistem Perkotaan Kabupaten Magelang

Berdasarkan peta diatas, Secara rinci dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Magelang terbagi ke dalam Sistem Pusat Pelayanan Perkotaan yaitu sebagai berikut: A. SISTEM PERKOTAAN

1. Pengembangan PKL, yaitu:

a. Kawasan Perkotaanungkid; b. Kawasan Perkotaan Muntilan; c. Kawasan Perkotaan Mertoyudan;

d. Kawasan Perkotaan Borobudur yang mengacu pada Kawasan Strategis Nasional (KSN) Borobudur; dan

e. Kawasan perkotaan Secang. 2. Pengembangan PPK, yaitu:

a. Ibukota Kecamatan Salaman; b. Ibukota kecamatan Grabag; c. Ibukota Kecamatan Salam; d. Ibukota Kecamatan Sawangan; e. Ibukota kecamatan Bandongan; dan f. Ibukota Kecamatan Tegalrejo.

Pemutakhiran SSK Kabupaten Magelang II-51 3. Pengembangan PPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (4) huruf c,

meliputi:

a. Ibukota Kecamatan Ngablak; b. Ibukota Kecamatan Pakis; c. Ibukota Kecamatan Windusari; d. Ibukota kecamatan Kaliangkrik; e. Ibukota Kecamatan Kajoran; f. Ibukota Kecamatan Tempuran; g. Ibukota Kecamatan Candimulyo; h. Ibukota Kecamatan Dukun;

i. Ibukota Kecamatan Srumbung; dan j. Ibukota Kecamatan Ngluwar.

4. Berdasarkan potensi pertanian dan pariwisata, terdapat pusat-pusat pertumbuhan sebagai berikut:

a. Pusat pertumbuhan Kota Mungkid, yang didukung oleh wilayah Kecamatan Borobudur, Mungkid, Mertoyudan, Salaman dan Tempuran diprioritaskan sebagai:

-

pusat pengembangan wisata budaya; dan

-

pusat pengembangan desa wisata dengan mengarahkan pada upaya pembibitan tanaman dan upaya konservasi lingkungan.

b. Pusat pertumbuhan Kaliangkrik, yang didukung oleh wilayah Kecamatan Kaliangkrik, Windusari, Kajoran dan Bandongan diprioritaskan sebagai:

-

pusat penghasil tanaman padi dan hortikultura;

-

pusat pengembangan wisata alam; dan

-

pusat pemasaran olahan pertanian daerah ke arah Kabupaten Temanggung dan Wonosobo.

c. Pusat pertumbuhan Tegalrejo, yang didukung oleh wilayah Kecamatan Tegalrejo, Secang, Candimulyo, Grabag, Pakis dan Ngablak diprioritaskan sebagai:

-

pusat penghasil dan pemasaran tanaman sayuran dan bunga;

-

pusat pengembangan peternakan sapi potong dan ayam potong; dan

-

pusat penelitian bidang pertanian (Sekolah Tinggi Pertanian di Kecamatan Tegalrejo).

Pemutakhiran SSK Kabupaten Magelang II-52 d. Pusat pertumbuhan Dukun, yang didukung oleh wilayah Kecamatan

Dukun, Sawangan, dan Srumbung diprioritaskan sebagai:

-

pusat perdagangan hasil pertanian kawasan agropolitan Merapi-Merbabu Pasar Sewukan); dan

-

pusat penghasil salak Nglumut.

e. Pusat pertumbuhan Salam, yang didukung oleh wilayah Kecamatan Salam, Muntilan, dan Ngluwar diprioritaskan sebagai:

-

pusat pemasaran hasil pertanian skala regional (antarkabupaten), nasional (antarprovinsi); dan

-

pusat rest area daerah wisata. B. SISTEM PERDESAAN

Pengembangan desa pusat pertumbuhan dilakukan dengan menumbuhkan banyak pusat kegiatan dengan prioritas pengembangan sektor pertanian, pariwisata dan industri kecil menengah sebagai desa pusat pertumbuhan Yaitu:

-

Desa Salamkanci, Kecamatan Bandongan;

-

Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur;

-

Desa Giyanti, Kecamatan Candimulyo;

-

Desa Sewukan, Kecamatan Dukun;

-

Desa Losari dan Cokro, Kecamatan Grabag ;

-

Desa Sambak, Kecamatan Kajoran;

-

Desa Beseran, Kecamatan Kaliangkrik;

-

Desa Bondowoso dan Kalinegoro, Kecamatan Mertoyudan;

-

Desa Paremono, Kecamatan Mungkid;

-

Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan;

-

Desa Tejosari, Kecamatan Ngablak;

-

Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar;

-

Desa Kaponan, Kecamatan Pakis ;

-

Desa Gulon, Kecamatan Salam;

-

Desa Kalisalak dan Krasak, Kecamatan Salaman;

-

Desa Ketep, Kecamatan Sawangan;

-

Desa Pucang, Kecamatan Secang;

Pemutakhiran SSK Kabupaten Magelang II-53

-

Desa Banyuurip, Kecamatan tegalrejo;

-

Desa Bawang, Kecamatan Tempuran; dan

-

Desa Banjarsari, Kecamatan Windusari.

2.1.1. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, Bupati Kabupaten Magelang dibantu oleh seperangkat institusi Pemerintah Daerah yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda namun terorganisir dan merupakan suatu kesatuan, dengan rincian Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Bagan organisasi Pemerintah Kabupaten Magelang dapat dilihat pada gambar berikut.

Adapun institusi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi terkait dengan sanitasi diantaranya :

 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana;

 Badan Lingkungan Hidup;

 Dinas Kesehatan;

Pemutakhiran SSK Kabupaten Magelang II-54 Sumber: Pemerintahan Kabupaten Magelang, 2015

Pemutakhiran SSK Kabupaten Magelang II-55 Sumber: SK Pokja AMPL, 2015

Pemutakhiran SSK Kabupaten Magelang II-56

2.2. Kemajuan pelaksanaan SSK

SSK adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi tentang potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK Kabupaten Magelang merupakan penjabaran dari strategi sanitasi yang memuat empat sub sektor pilar utama sanitasi yaitu sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase, dan sub sektor PHBS.

Penyusunan dokumen SSK Kabupaten/Kota ini berdasarkan Buku Putih Sanitasi (BPS) di mana BPS sebagai dokumen yang memuat data dasar kondisi sanitasi Kabupaten/Kota saat ini. Kedudukan SSK diantara dokumen perencanaan di bidang sanitasi lainnya yang terdapat di Kabupaten Magelang adalah sebagai pelengkap dan penyempurna dokumen-dokumen perencanaan bidang sanitasi yang telah ada.

Dalam dokumen PROFIL SANITASI KABUPATEN MAGELANG (Halaman 46-56)

Dokumen terkait