• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayatul Faqih

Dalam dokumen Perang Terminologi Islam Versus Barat (Halaman 193-197)

ISTILAH Wilayat al-faqih dipakai dalam pemikiran Syi'ah Itsna 'Asyariyyah yang berarti otoritas ulama fiqih. Batasan-batasan otoritas wilayah ini menjadi obyek yang diperselisihkan oleh para "mujtahid" kelompok Syiah ini. Menurut Syiah --dan dalam kerangka aqidah imamah-- bagi imam yang ma’shum (bebas dari dosa) memiliki segala otoritas dan keumuman wilayah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang merupakan wilayah Allah.

Setelah Imam keduabelas yaitu Abu al-Qasim Muhammad bin al-Husain (lahir 870 M) yang dipercaya sebagai Imam Mahdi (Ratu Adil dalam tradisi Jawa atau Pemimpin yang dinantikan kedatangannya di akhir jaman dalam tradisi Islam) oleh kelompok ini -- maka para fuqaha mujtahid menjadi wakil sang imam yang gaib, menunggu kedatangannya kembali.

Di kalangan Syiah muncul pemikiran bahwa revolusi dan mendirikan pemerintahan adalah tugas khusus Imam bukan tugas wewenang wilayat al-faqih, sebab wilayat al-faqih adalah khusus menangani masalah-masalah fiqih ibadat dan muamalat, bukan politik, khususnya revolusi dan mendirikan negara. Akan tetapi selama Imam tidak ada dan selama masa-masa penantian kehadiran sang Imam, muncul dalam pemikiran Syiah --meskipun dalam bentuk parsial-- sejumlah penyelesaian jalan keluar yang mengatakan tentang keumuman wilayat al-faqih serta cakupannya termasuk urusan politik yaitu mendirikan negara dan melakukan perubahan sistem yang zalim dan rusak dengan pertimbangan demi kemaslahatan kehidupan manusia serta karena dikhawatirkan realitas yang rusak ini akan berlanjut secara berkepanjangan akibat Imam al-Muntazhar (yang dinantikan) tidak kunjung datang selama berabad abad.

Di antara ulama mujtahid kenamaan Syiah yang memandang keumuman wilayat al-faqih ialah:

a. Mujtahid an-Naraqi, Ahmad bin Muhammad bin Mahdi bin Abu Dzar an-Naraqi (1771-1828).

b. Mujtahid asy-Syirazi, Husein bin Mahmud bin Ismail bin Fathullah asy-Syirazi (1815-1895).

c. Mujtahid asy-Syiwazi, Muhammad Taqi bin Muhib Ali bin Muhammad Ali al-Hairi (wafat 1920).

d. Mujtahid an-Naeni, Husein bin Abdurrahman an-Najafi (1857-1936)

e. Ayatullah Ruhullah Khomaini (wafat 1989) pemimpin "revolusi Islam" Iran (1979) yang dipandang sebagai yang paling menonjol yang mengatakan tentang teori keumuman wilayat faqih, berdasarkan kebutuhan praktis yang menuntut para ulama melaksanakan perubahan sistem despotik, Khomaini mengemukakan: "Kegaiban besar imam kita al-Mahdi telah lewat lebih dari seribu tahun. Boleh jadi akan terus berlanjut ribuan tahun sebelum kedatangan Imam muntazhar (yang dinanti). Akankah hukum-hukum Islam tetap tidak dijalankan, di mana selama masa kegaibannya manusia akan berbuat sekehendak hati? Apakah Allah membatasi syari'ah hanya dua ratus tahun, umpamanya?

194

Haruskah Islam merugi setelah kegaiban ini dalam segala hal? Sesungguhnya keyakinan seperti ini bagiku lebih buruk daripada berkeyakinan bahwa Islam dihapus! Kita diwajibkan berusaha sekuat tenaga untuk membentuk pemerintahan Islam."

Berdasarkan pada teorinya tentang keumuman wilayat al-faqih, Khomaini memimpin revolusi yang didukung oleh para fuqaha Syiah: penguasa rohani dan marjai-e-dini (referensi agama) untuk melaksanakan tugas-tugas yang bersifat profesi dan teknis. Akan tetapi ijtihad ini --yang mengatakan keumuman wilayat al- faqih-- tetap menjadi topik perselisihan paham di kalangan ulama syiah Itsna ‘Asyariyyah sendiri sampai sekarang.123)

Catatan Kaki:

1. Judul makalah yang ditulis Dr. Nashr Abu Hamid Yazid (tokoh sekuler Mesir). Kajian ini dimuat dalam majalah al-Arabi; edisi Juli 1994, yang merupakan satu model pembahasan kandungan terminologi agar di sana ada dialog obyektif dan serius antara aliran-aliran pemikiran modern.pun berakal sehat yang menentang keharusan menggunakan akal dan daya nalar. Para ulama klasik yang dikritik oleh Dr. Nashr telah menjadikan "memelihara akal" sebagai saIah satu dari lima prinsip dan keharusan serta tujuan umum syari'ah, lebih dari seribu tahun yang lalu. Akan tetapi akal yang mana? lntelektualitas yang mana? Inilah yang menjadi permasalahan, yang perlu dijelaskan agar kita mempunyai posisi dan pegangan yang jelas dalam merumuskan kandungan pengertian dan konsep terminologi.

2. Al-Iqtishad fi al-l'tiqad, hal: 302, cetakan al Mathba’ah at-Tijariyyah, Kairo, tt.

3. Dr. Abdurrahman Badawi, Mausu’ah al-Falsafah, entri: Aristoteles, hal 104-106, Beirut 1984.

4. Emille Paula, Kebebasan dan Sekularisme (Freedom and Secularization), Paris 1987. Dikutip majalah Wihdah, al-Maghrib edisi Februari - Maret 1993, hal: 20-215)

5. Dr. as-Sayyid Ahmad Faraj, 'Ilmani wa ‘Ilmaniyyah, Ta’sil Mu’jami; dimuat majalah al-Hiwar, ed.2 hal: 101-110. 6. Al-Majallah, Abdullah an-Nadim, ed 22, hal: 514-515, tahun 1893.

7. Ibid, edisi 19, hal: 439, edisi 28 hal: 912

8. Amin Sani Pashe, Taqwin an-Nil, juz 3 hal: 160, Kairo 1936. 9. Abdurrahman ar-Rafi’i, 'Ashr Ismail, juz 1, hal: 47-48, Kairo, 1948. 10. ibid, juz 2, hal: 242-246.

11. ibid, hal: 249.

12. ibid hal: 243, 247 dikutip dari Mashr wa Uruba, juz 1, hal: 118, 205, Kairo 1882.

13. Rifa'ah ath-Thahtowi, al-A’mal al-Kamilah, juz 1 hal: 544, 369, 370. Kajian dan editing Dr. Muh. Ammarah, Beirut 1973. 14. Arrafi'i, op cit juz 3, hal: 240.

15. Az-Zarkali, al-'Alam, Sarkis Beirut, tt, juga Sarkis, Mu’jam al-Mathbu'at al- ‘Arabiyyah wal al Mishriyyah, Kairo 1938. 16. Al-'Amal al-Kamilah, opcit, juz 3, hal: 205.

17. Ibid, hal: 278, 225, 226, 233, 285, 286 18. Ibid, hal: 109, 231.

19. Santillana, al-Qanun wa al-Mujtama', Terjemahan Jarjis Fathullah, hal: 411, 438, 431, Beirut 1972. 20. Ahmad Abdul Wahhab, al-Islam fi al-Fikr al-Gharbi, hal: 81-83, Kairo 1993.

21. Majmu’ah al-Watsaiq as-Siyasiyyah li al-'Ahd an-Nabawi wa al-Khilafah arRasyidah, kompilani dan editing Dr Muhammad Hamidullah al-Haidar abadi, hal: 20, Kairo 1956

22. Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah, hal: 150-151, Kairo 1322. 23. al-Ghazali, aI-lqtishad fi al-I’tiqad, hal: 30, Kairo, tt.

24. Ali Abdul Raziq, al-lslam wa ushul al-Hukm, hal: 69, Kairo 1925.

25. Thaha Husein, Mustaqbal ats-Tsaqafah fi Mishr, juz 1, hal: 16-17, Kairo 1938. 26. Ibid, hal: 21-22.

27. Thaha Husein. Min asy-Syathi' al-Akhar; naskah dalam bahasa Prancis yang dikompilasi dan diterjemahkan setelah ia wafat, oleh Abdul Rasyid ash-Shadiq al-Mahmudi, hal: 191-192, Beirut 1990: 29.

28. Mustaqbal ats-Tsaqafah, op cit, hal: 36-37.

29. Lihat, Dr. Muhammad 'Immarah, al-lslam wa as-Siyasah, hal: 118-et seq, Kairo 1993.

195

31. Lihat, Encyclopedia of Britannica, entry: Fundamentalism.

32. Lihat, sebagai contoh, Ibnu Manzhur, Lisan al-‘Arab dan referensi-referensi lainnya.

33. Ibnu Rusyd, Faishal al-Maql baina al-Hikmah wa asy-Syari’ah bin al-Ittishal, hal: 32, ed. Dr. Muhammad 'Immarah, Kairo 1983.

34. Al-Ghazali, Faishal at-Tafriqah baina al-Islam wa az-Zindiqah, hal: 4-10, Kairo, 1907.

35. Muhammad Abduh, al-Amal al-Kamilah, juz 2, hal: 301-302, ed. DR. Muhammad 'Immarah. Kairo 1993. 36. Majmu’ah Rasail al-Imam asy-Syahid, hal: 122, Daar asy-Syihab, Kairo, tit.

37. Ibid, bag. Risalah Ta'alim. Hal 271 dan Risalah Da'watuna fi Thaur Jadid, hal: 110-112.

38. Nixon, al-Furshah as-Sanihah, terj. Kedalam bahasa Arab oleh Ahmad Shidqi Murad, hal: 140-141, Kairo 1992.

39. Lihat Majalah al- Wasth, terbitan London tentang pendapat orientalis mengenai gerakan Islam, ed 96-102 yang terbit dari 19-11-1993 s/d 10-1-1994.

40. Pemakaian istilah Islamis (Islam! dan Islamivyun) dengan pengertian ini telah lama dikenal dalam tradisi Islam. Abu al-Qasim al-Balkhi (wafat 931 M) menulis kitab Maqalat al-Islarniyyin. Abu al-Hasan al-'Asy'ari juga menulis kitab dengan judul yang sama Maqalat al-Islamiyyin

41. lihat Hisyam Shaleh dan Majalah al-Wihdah, ed Februari-Maret 1993, hal: 20-21, Maroko.perolehan dari observasi dan eksperimen kedalam wilayah di balik akal dan empirisme sebagai pengetahuan naqliah dan wujdaniyyah (teks agama dan intuisi).

42. Murad Wahbah, Mazhab ila at-Tanwir, hal: 25-70, Kairo dan Kuwait.

43. Lebih lengkapnya lihat, Dr. Muhammad 'Ammarah dalam Istratijiyyah atTanshir fi al-‘Alam al-Islami, Malta 1992. 44. Lebih lanjut, lihat, Dr 'Amarah dalam Ma’alim al-Manhaj al-Islami, Kairo 1997.

45. Ar-rasyid Ishfahani, Mufradat fi Gharib Quran, ent: Asy-Syari'ah, Dar at-Tahrim, Kairo. Juga Abu Baqa' al-Kafawi, dalam al-Kulliyyat.

46. Nahj al-Balaghah, hal 65, Dar asy-Sya'b, Kairo, tt.

47. Lihat al-Maududi, Nazhariyyah al-Islam as-Siyasiyyah, hal 31-33, Terj. Jalil Hasan al-Ishlahi, Beirut 1969. 48. Ibid, hal: 49.

49. al-Maududi, al-Hukumah al-Islamiyyah, terj. Ahmad Idris, hal: 65, Kairo 1977. 50. Ibid, hal: 82.

51. ibid, hal: 84. 52. ibid, hal: 34-35.

53. al-Maududi, al-Mabadi ‘al-Asasiyyah li fahm al-Quran, hal: 62, terj. Khalil Ahmad al-Hamidi, Kuwait 1971. 54. al-Maududi, al-Islam wa al-Madaniyyah al-Haditsah, hal: 40.

55. Ibnu Hazm, Mufadhahah baina ash-Shahabah, hal: 66 dikutip dari Dr. Musthafa Hilmi dalam Nizham Khilafah fi al-Fikr al-Islami, hal: 7171, Dar ad-Dakwah, Iskandariah, Mesir, tt.

56. Al-Ghazali, al-Iqtishad fi al-I'tiqad, hal: 134, Maktabah Shubaih, Kairo,tt. 57. Al-Ghazali, Faishal at-Tafriqah baina al-Islam wa al-Zandaqah, hal: 15. 58. Al-Juwaini, al-Irsyad, hal: 410, Kairo 1950.

59. Dalam Syarh al-Mawaqif, juz 3, hal: 261, Kairo 1311 H.

60. asy-Syahristani, Nihayah al-Iqdam, hal: 479, ed Alfred Guillome, tk, tt. 61. Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah, hal: 186, Kairo, 1322H.

62. Dr. Jamaluddin 'Athiah, an-Nazhariyyah al-‘Ammah li asy-Syariah allslamiyyah, hal: 47, dalam teks Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya Ighasah al-Lahfan, juz 1, hal: 348-349.

63. Ibid, hal: 116

64. Lihat al-Qaarafi, dalam al-Ihkam fi tamyiz al-Fatawa 'an al-Ahkam wa Tasharrufat al- Qadhi wa al-Imam, hal: 20, 27-30, ed. Syeikh Abdul Fattah Abu Ghaddah, Aleppo 1967.

65. Lihat al-Muwafaqat, juz 4, no: 163. 66. Al-Ihkam , op cit, hal: 69-70.

67. Ibnu al-Qayyim, A’lam al-Miqi'in, juz 3, hal et. Seq. 68. Al-Ihkam, op cit, hal: 249.

69. Ibid, hal: 221.

70. Al-Muwafaqat, juz 4, hal: 161-162. 71. Al-Ihkam, op cit, hal: 219-223.

196

72. Asy-Syafi'l, ar-Risalah, hal: 21-22, juga Ibnu al-Qayyim dalam ath-Thuruq al-Hukmiyyah fi as-Siyasah asy-Syar’iyyah, hal: 107.

73. Lihat al-Ihkam, op cit, hal: 21-22 dan Hujjatullah al-Balighah juz 1, hal: 128-129. 74. Lihat an-Nasafi dalam Madarik at-Tanzil, juz 1, hal 189, Kairo 1344H. 75. lihat, Thabaqat lbnu Sa’ad, Juz 2, hal: 215-216, 219, Dar at-Tahrir, Kairo, t.t.

76. Nahi al-Balaghah, hal: 408, 373, 366, Dar asy-Sya'b Kairo t.t dan juga syarh Nahj al-Balaghah juz: 7 hal: 37 Kairo t.t. 77. Kitab al-Aghania, juz: 9, hal: 3375, Dar asy-Sya'b, Kairo t.t.

78. Ibnu Hazm, al-Muhalla, juz 2, hal: 59, Kairo, tt. 79. Al-Ghazali dalam al-Iqtishad, op cit, hal: 135.

80. Lebih jauh lihat, DR. Muhammad Immarah dalam al-Islam wa Huquq al-Insan, Kairo, 1989.

81. Lebih jauh, lihat, DR. Muhammad Immarah, al-Islam wa Huquq al-Insan, juga dalam al-Islam wa ats-Tsaurah.

82. Lihat DR. Muhammad Immarah, Islam wa Huquq Insan, op cit. Juga Islam ats-Tsaurah, op cit, serta Nahj al-Balaghah.

83. Lebih jauh lihat, DR. Muhammad Ammarah dan al-Islam wa Falsafah al-Hukm, Kairo 1989, juga dalam al-Islam wa Huquq al-Insan, op cit.

84. Mausu’ah an-Sijasah, al-Muassasal al-‘Arabiyyah li ad-Dirasat wa an-Nasyr, Beirut 1981. 85. Lihat al-Islam wa Huquq al-Insan, op cit. Juga Tayyarat al-Fikr al-Islami oleh penulis yang sama.

86. Lebih lanjut, lihat DR. Muhammad 'Immarah, dalam al-Islam wa ats-Tsaurah, juga Muslimun Tsuwwar, Kairo 1988. 87. Guillaume, al-Filsafah wa ‘ilm al-Kalam, dalam kitab Turats al-Islam, hal: 379, Beirut 1973.

88. Dr. Ali Fahmi Khusyain, al-Jabariyyah: Abu Ali wa Abu Hasyim hal: 333, Tripoli, Libiya 1968. 89. Al-Qadhi Abdul Jabbar bin Ahmad, Fadhl al-I'tizal wa Thabaqat alMu'tazilah, hal: 127, Tunis 1972. 90. Adal al-Qadhi, juz 1, hal: 274-275, Baghdad 1971.

91. Al-Mawardi, Adab ad-Dunya wa ad-Din, hal: 19, Kairo 1973.

92. Al-Jahizh, Kitab al-Hayawan, juz 2, hal: 134-135, ed. Abd. Assalam Harun, Kairo, t.t. 93. Ibnu al-Qoyyim, juz 1, hal: 76-77, Beirut 1973.

94. Ibid, hal: 79.

95. Lihat, Ibnu al-Qoyyim, ath-Thuruq al-Hukmiyyah fi as-Siyyah asy-Sar'iyah, hal: 400, juga Ibnu Taymiyah, risalah al-Furqon Aulia ar-Rahman wa Aulia asy-Saithon, hal: 736-737 dll.

96. Al-A’mal al-Kamilah, al-Afghani, op cit, hal: 256-257.

97. Al-A’mal al-Kamilah, Muhammad Abduh, juz 5, hal: 428. juz: 3, hal: 298, ed. DR. Muhammad 'Immarah, Kairo 1993. 98. Op cit, hal: 265.

99. Op cit, juz 3, hal: 325. 100. Ibid, hal: 356-357.

101. Ibid hal: 151, 279-281, dan juz 4, hal: 414. 102. Ibid hal: 379.

103. Ibid hal: 397. 104. Ibid hal: 412. 105. Ibid hal: 301.

106. Al-Iqtishad fi al-I’tiqad, op cit hal: 2-3.

107. Lihat Rifa ah ath-Thanthawi, al-Qaul as-Sadiq fi al-Ijtihad wa at-Taqlid, ed. DR. Muhammad 'Immarah, Beirut 1981. Juga Dairah al-Ma’arif -- entry: al-Ijtihad, DR. Subhi ash-Shalih, Beirut 1957.

108. Lihat lebih lanjut DR. Muhammad Ahmad, dalam Ma’alim al-Manhaj al-Islami, tp.tt.

109. Lebih lanjut, lihat al-Ghazali dalam Faishal at-Tafriqah Baina al-Islam wa az-Zandaqah, Kairo 1907, DR. Abdurrahman Badawi, dalam Madzahib al-lslamiyyin, Beirut 1973, juga DR. Muhammad Ammarah, dalam at-Tafsir al-Marksi li al-Islam, Kairo 1966.

110. Lihat ar-Raghib al-Ishfahani, dalam al-Mufradat fi Gharib al-Quran, entry: badi'a, Kairo 1991, dan at-Tahawuni, dalam Kasysyaf isthilahat al-Funun, India 1891, juga Ibnu Manzhur dalam Lisan al-Arab, Dar al-Ma'arif, Kairo t.t.

111. Ibnu al-Qayyim, I’lam al-Muqi'in, juz 4, hal: 372, 375, Beirut 1973, juga ath-Thuruq al-Hukmiyyah fi as-Siyasah asy-Syar iyyah, hal: 17-19, ed: DR. Jamil Ghazi, Kairo 1977.

112. Al-Mufradat fi Gharib al-Qur an. Op cit .

113. Michelle Aflaq, al-Kitab at as-Siyasiyyah al-Kamilah, juz 3, hal: 33, 269, juz 5, hal: 68, Bagdad 1987 dan 1988. 114. Lebih lanjut lihat DR. Muhammad 'Immarah, dalam Ma'alim al-Manhaj al-Islami, Kairo 1991.

197

115. At-Tahawi, Kasysyaf lshthilahat al-Funun, India 1891.

116. Muhammad Abduh, dalam al-A’mal al-Kamilah, op.cit. juz 4, hal: 695-697.

117. Majmu’ah Rasail al-Imam asy-Syahid Hasan al-Banna, Risalah al-Mu'tama al-Khamis -- Risalah Da'watina- hal: 176-178, Dar asy-Syihab, Kairo t.t.

118. Lebih lanjut, lihat DR. Muhammad 'Immarah, dalam Tayyarat al-Fikr alIslam, Kairo 1991.

119. Lebih lanjut lihat, Imam Ahmad bin Hanbal, dalam ‘Aqaid as-Salafiyyah, ed. DR. Ali Sami' an-Nasysya', dan DR. Ammar Thalibi, al-Iskandariah, 1971.

120. Lebih lanjut, lihat DR. Muhammad 'Immarah, dalam Tayyarat al-Fikr al-Islami.

121. Lebih lanjut, lihat DR. Muhammad Ammarah dalam Ma'alim al-Manhaj al-Islami, Kairo 1991. Juga lihat, al-Ghazw al-Fikri Wahm am Haqiqah? Kairo 1989.

122. Lebih lanjut, lihat DR. Abdurraman Badawi dalam Madzahib al-Islamiyyin, Beirut 1973, juga DR. Muhammad Ammarah, dalam al-Islam wa ats-Tsaurah, Kairo 1988.

123. Lihat, al-Imam al-Khomaini, al-Hukumah al-Islamiyyah; Wilayah al-Faqih, Kairo 1979.

Dalam dokumen Perang Terminologi Islam Versus Barat (Halaman 193-197)

Dokumen terkait