• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.1 Wujud Tuturan Fatis

4.2.1.2 Wujud Tuturan Fatis Salam

Tuturan fatis salam merupakan subkategori berdasarkan kategori acknowledgment. Wujud tuturan fatis berupa tuturan lisan. Tuturan itu bisa dilihat dalam tabulasi dengan kode B. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam kategori tersebut.

Tuturan B1 (a1 dan b1) M: “Iya, Pak”

D:“Nek berkomunikasi ki ra mesti dengan orang lain, ora berkomunikasi langsung, ora berkomuniksi dengan Simbok. Jadi, berkomunikasi itu tidak harus dengan orang lain. Kalau mau ditambah, nggak pa-pa, tapi ndak efisien, nah, begitu loh. Coba kowe maca kalimatmu sing awal. Orang yang berhasil berkomunikasi dengan lancar dengan orang lain dengan orang akan berhasil dalam pergaulan apabila mampu berkomunikasi dengan orang lain. Padha apa beda. Silakan. Wis. Malah ngenteni diusir.”

M: Iya Pak. Sebentar Pak, sebentar. Makasih. Mari Pak.” (B1)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan

dalam ruang dosen. Dosen memberikan penjelasan mengenai kesalahan struktur kalimat. Setelah berpamitan, mahasiswa berdiri kemudian meninggalkan ruang dosen).

Tuturan B1 merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks tuturannya. Dosen berusia 55 tahun berjenis kelamin laki-laki. Dosen sedang duduk di ruangannya. Mahasiswa berusia 21 tahun berjenis kelamin perempuan. Mahasiswa meninggalkan ruangan setelah memberikan salam kepada dosen. Tuturan terjadi ruang dosen. Tuturan terjadi pada hari Kamis, tanggal 12 Februari 2016. Wujud tuturan B1 adalah penutur mengucapkan salam saat akan meninggalkan ruangan setelah melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.

Tuturan tersebut yakni “Iya, Pak. Sebentar Pak, sebentar. Makasih. Mari Pak”.

Tuturan B1 melibatkan antara dosen dan mahasiswa yang sedang melakukan bimbingan skripsi. Tuturan ini terjadi di dalam ruang dosen.

Tuturan B1 dapat diwujudkan dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh mitra tutur, yaitu partikel “mari”. Partikel fatis “mari” dalam sebuah tuturan dapat berarti untuk mengukuhkan pembicaraan atau memulai pembicaraan. Dalam tuturan B1 penutur memberikan tambahan suatu partikel kalimat yaitu “mari” yang berfungsi mengakhiri pembicaraan agar lebih sopan. Selisih umur penutur yang cukup jauh dari mitra tutur juga berpengaruh sebagai bentuk rasa hormat.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturannya. Tuturan B1 tersebut termasuk ke dalam kategori tindak tutur acknowledgement subkategori basa-basi salam. Ibrahim mendefinisikan basa-basi salam (greet) berfungsi untuk menyatakan rasa senang karena bertemu dengan seseorang. Dalam tuturan basa basi B1 ini, tergolong basa-basi murni. Hal itu

dikarenakan penutur telah mengucapkan suatu salam atau sapaan kepada mitra tutur agar mendapat perhatian dari mitra tutur. Wujud basa-basi ini sesuai dengan teori Arimi (1998: 171) dalam tesisnya yang menjelaskan basa-basi murni yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan.

Tuturan B2 (a4 dan b3)

M: “Permisi, Bu, mau konsul.” (B2)

D: “Ya silakan, konsul apa?”

M: “Ini Bu tentang skripsi, masih bingung mau lanjut judul yang lama atau

yang baru.”

D: “Emang judul yang baru mau judul yang seperti apa?”

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen sedang duduk dan memasukkan latop ke dalam tas, kemudian mahasiswa menghampiri dosen dengan memberi salam terlebih dahulu. Tuturan terjadi di ruang kelas usai perkuliahan).

Tuturan B2 merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks tuturannya. Wujud tuturan B2 adalah penutur mengucapkan salam saat akan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Tuturan tersebut yakni “Permisi, Bu, mau konsul”. Tuturan B2 melibatkan antara dosen dan mahasiswa yang sedang melakukan bimbingan skripsi. Tuturan ini terjadi di dalam kelas selepas perkuliahan.

Tuturan B2 dapat diwujudkan dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh mitra tutur, yaitu partikel “Permisi”. Partikel fatis “Permisi” dalam sebuah tuturan dapat berarti untuk mengawali pembicaraan supaya terkesan sopan karena

memberi salam terlebih dahulu. Dalam tuturan B2 penutur memberikan tambahan suatu partikel kalimat yaitu “Permisi” yang berfungsi memulai atau mengukuhkan pembicaraan agar lebih sopan. Selisih umur penutur yang cukup jauh dari mitra tutur juga berpengaruh sebagai bentuk rasa hormat.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturannya. Tuturan B2 tersebut termasuk ke dalam kategori tindak tutur acknowledgement subkategori basa-basi salam. Ibrahim mendefinisikan basa-basi salam (greet) berfungsi untuk menyatakan rasa senang karena bertemu dengan seseorang. Dalam tuturan basa basi B2 ini, tergolong basa-basi murni. Hal itu dikarenakan penutur telah mengucapkan suatu salam atau sapaan kepada mitra tutur agar mendapat perhatian dari mitra tutur, sehingga mitra tutur dapat mengetahui keberadaannya.Wujud basa-basi ini sesuai dengan teori Arimi (1998: 171) dalam tesisnya yang menjelaskan basa-basi murni yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan.

Tuturan B3 (a4 dan b5)

D: “Paling tidak ada background yang bisa menjelaskan gitu, loh. Ya, saya

tahu, Pak Tri dulu itu juga dosen saya, ya, saya tau, sih. Eh, apa ya. kemampuannya tahu, tapi kan di sini namanya ahli media. Kamu nanti kalau ujian ditanya misalnya kenapa memilih ahli ini sebagai ahli media misalnya. Penjelasanmu apa? Ini namanya ahli media, loh. Ya, ta? Nah itu kan ada background yang mendukung.”

M: “Berarti saya harus tanya-tanya lagi.”

D: “Lha, iya”

M: “Ya, sudah Bu, kalau begitu. Permisi, makasih, ya Bu, selamat siang.”

D: “Iya, ya ya. Selamat siang”(B3)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di ruang dosen. Dosen memberikan penjelasan mengenai ahli media untuk penelitian mahasiswa. Mahasiswa berpamitan kepada dosen kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan).

Tuturan B3 merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks tuturannya. Mitra tutur seorang dosen berusia 45 tahun, berjenis kelamin perempuan. Penutur seorang mahasiswa berusia 22 tahu, berjenis kelamin perempuan. Wujud tuturan B3 adalah penutur mengucapkan salam saat akan meninggalkan ruangan setelah melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Tuturan tersebut yakni “ya sudah bu kalau begitu. Permisi, makasih ya bu, selamat siang”. Tuturan B3 melibatkan antara dosen dan mahasiswa yang sedang melakukan bimbingan skripsi. Tuturan ini terjadi di ruang dosen.

Tuturan B3 dapat diwujudkan dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh mitra tutur, yaitu partikel “selamat siang”. Partikel fatis “selamat siang” dalam sebuah tuturan dapat berarti untuk mengukuhkan pembicaraan atau memulai pembicaraan. Dalam tuturan B3 penutur memberikan tambahan suatu partikel kalimat yaitu “selamat siang” yang berfungsi memulai atau mengukuhkan pembicaraan agar lebih sopan. Selisih umur penutur yang cukup jauh dari mitra tutur juga berpengaruh sebagai bentuk rasa hormat.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturannya. Tuturan B3 tersebut termasuk ke dalam kategori tindak tutur acknowledgement subkategori basa-basi salam. Ibrahim mendefinisikan basa-basi salam (greet) berfungsi untuk menyatakan rasa senang karena bertemu dengan

seseorang. Dalam tuturan basa basi B3 ini, tergolong basa-basi murni. Hal itu dikarenakan penutur telah mengucapkan suatu salam atau sapaan kepada mitra tutur agar mendapat perhatian dari mitra tutur, sehingga mitra tutur dapat mengetahui keberadaannya. Wujud basa-basi ini sesuai dengan teori Arimi (1998: 171) dalam tesisnya yang menjelaskan basa-basi murni yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan.