• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegunaan Penelitian

SMK-TI : § YAPIS

§Tri Dharma 1 §PGRI 2 Siswa kelas 2 di 3 SMK-TI = 628 orang Contoh = 71 orang Purposive Random

Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas pribadi contoh, karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi contoh, jenis kepribadian, tingkat depresi, serta tingkat kenakalan. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dibawah pengawasan enumerator. Adapun teknik wawancara dilakukan sebagai sarana untuk memperoleh informasi tambahan yang diperlukan.

Data sekunder yang digunakan meliputi data tentang jumlah siswa SMK-TI bermasalah, tingkat kenakalan, dan tindak kejahatan atau tingkat kriminalitas remaja SMK - TI di Kota Bogor. Data mengenai jumlah siswa SMK -TI yang melakukan tidak kejahatan serta kriminalitas diperoleh dari Polresta Bogor, sedangkan data mengenai tingkat kenakalan contoh diperoleh dari sekolah yang bersangkutan.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif dan inferensia menggunakan program SPSS 10.0 for windows, yang meliputi uji beda T (T-test), uji beda U-Mann Whitney, uji korelasi Spearman, dan uji Regresi Linear Berganda. Analisa deskriptif dilakukan untuk menjelaskan faktor- faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat kenakalan. Sedangkan analisa inferensia dilakukan untuk melihat adanya perbedaan, adanya hubungan, serta adanya pengaruh antara variabel- variabel yang diteliti (Santoso, 2001).

Analisis inferensia dengan uji beda T (T-test), dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata pada variabel karakteristik contoh dan karakteristik sosial ekonomi contoh yang sifat datanya parametrik, pada dua jenis kepribadian (Introvert dan Ekstrovert). Uji beda U-

Mann Whitney dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata pada variabel karakteristik keluarga contoh yang sifat datanya non parametrik, serta tingkat depresi (Berat, Sedang, Ringan, dan Normal) dan tingkat kenakalan contoh (Berat dan Ringan) pada dua jenis kepribadian. Sedangkan uji korelasi Spearman, dilakukan untuk melihat hubungan antara karakteristik contoh, sosial ekonomi contoh, jenis kepribadian contoh, tingkat depresi contoh, dan tingkat kenakalan contoh (Santoso, 2001).

Analisis inferensia dengan uji Regresi Linear Berganda, dilakukan untuk melihat pengaruh karakteristik contoh, sosial ekonomi contoh, jenis kepribadian contoh dan tingkat depresi contoh; terhadap tingkat kenakalan contoh. Menurut Sudarmanto (2005), analisis regresi digunakan untuk tujuan peramalan, dimana dalam model tersebut ada sebuah variabel dependent (tergantung) yang disebut dengan kriterium dan variabel independent

(bebas) disebut dengan istilah prediktor. Adapun model dari uji statistik regresi linier berganda adalah :

Y = βo + β1X1 + β2X2 + .... + βkXk + ε

Keterangan : Y = Variabel dependent

βo... βk = Parameter koefisien regresi

X1... Xk= Variabel independent

ε = Galat

Sebelum dilakukan skoring, semua variabel diuji kekonsistenannya dengan metode

Cronbach’s Alpha. Konsistensi variabel menggambarkan kemantapan dan “keajegan” alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur tersebut stabil sehingga dapat diandalkan dan dapat digunakan untuk meramalkan (predictability). Reliabilitas hasil uji Cronbach’s Alpha dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Alpha Cronbach dan Jumlah Pertanyaan Tiap Variabel yang Diukur

Variabel Nilai

Alpha Cronbach

Jumlah Pertanyaan

Kepribadian 0,8629 7

Depresi Aspek Perasaan Diri 0,5374 4

Depresi Aspek Pekerjaan 0,7328 4

Depresi Aspek Fisik 0,6341 3

Depresi Total 0,7625 11

Kenakalan Biasa 0,8004 13

Kenakalan Kriminal 0,6835 11

Kenakalan Total 0,8498 24

Pengkategorian terhadap variabel menggunakan metode yang dikembangkan oleh Slamet (1993). Adapun tahapan awalnya yaitu dengan cara menentukan interval kelas (IK) dari setiap variabel.

Skor Ideal/Aktual Tertinggi Contoh – Skor Ideal/Aktual Terendah Contoh IK =

Jumlah Kategori Keterangan :

Kategori Pertama : skor terendah = x = skor terendah + 1 IK

Kategori Kedua : (skor terendah + 1 IK) + 1 < x = ((skor terendah + 1 IK) + 1) + 1 IK Kategori Seterusnya... : (((skor terendah + 1 IK) + 1) + 1 IK) + 1 < x = seterusnya... Kategori Terakhir : ...seterusnya < x = skor tertinggi

Pendapatan keluarga per kapita per bulan contoh diklasifikasikan berdasarkan batas garis kemiskinan menurut BPS Kota Bogor Tahun 2003, ya itu sebesar Rp. 149.401,- (BPS Kota Bogor, 2003). Sehingga menurut klasifikasi tersebut, ada 2 kelompok contoh, yakni contoh yang pendapatan keluarga perbulan perkapitanya di bawah batas garis kemiskinan (< Rp. 149.401,-) dan contoh yang pendapatan keluarga perbulan perkapitanya di atas batas garis kemiskinan (= Rp. 149.401,-).

Besar keluarga serta usia ayah dan ibu contoh diklasifikasi berdasarkan metode interval kelas yang dikembangkan oleh Slamet (1993), dengan menggunakan data aktual. Akan tetapi kepribadian, tingkat depresi dan tingkat kenakalan contoh diklasifikasi berdasarkan metode interval kelas yang dikembangkan oleh Slamet (1993), dengan menggunakan data ideal.

Untuk mengukur kepribadian contoh, digunakan 7 pertanyaan. Skor untuk masing- masing pertanyaan tersebut adalah 1-4 (Lampiran 1). Kemudian diklasifikasi menggunakan metode interval kelas menurut Slamet (1993). Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah contoh introvert sebanyak 23 orang dengan kategori skor kepribadian antara 7-17, sedangkan jumlah contoh ekstrovert sebanyak 48 orang, dengan kategori skor kepribadian antara 18-28.

Tingkat depresi contoh, diukur dengan menggunakan 11 pertanyaan. Masing- masing sebanyak 4 pertanyaan adalah untuk mengidentifikasi depresi contoh pada aspek perasaan diri, 4 pertanyaan untuk mengidentifikasi depresi contoh pada aspek pekerjaan,

dan 3 pertanyaan untuk mengidentifikasi depresi contoh pada aspek fisik. Skor untuk masing-masing pertanyaan tersebut adalah 1-4 (Lampiran 1). Skor 4 untuk pernyataan tidak mengalami, skor 3 untuk pernyataan masih dapat me nguasai keadaan diri, skor 2 untuk pernyataan telah merubah sikap, dan skor 1 untuk pernyataan tidak dapat bertahan lagi.

Setelah diklasifikasi menggunakan metode interval kelas menurut Slamet (1993), diperoleh 4 klasifikasi tingkat depresi pada masing- masing aspek. Pada aspek perasaan diri dan pekerjaan, skor antara 4-7 = berat; skor antara 8-11 = sedang; skor antara 12-15 = ringan; dan skor 16 = normal. Pada aspek fisik, skor antara 3-5 = berat; skor antara 6-8 = sedang; skor antara 9-11 = ringan; dan skor 12 = normal. Sedangkan pada tingkat depresi total, skor antara 19-25 = berat; skor antara 26-32 = sedang; skor antara 33-39 = ringan; dan skor antara 40-41 = normal. Tingkat depresi ini hanya diukur berdasarkan perasaan serta sikap contoh yang pernah dialami sejak satu tahun terakhir, dan tidak menggambarkan perasaan dan sikap contoh saat penelitian sedang berlangsung.

Sedangkan untuk mengukur tingkat kenakalan, digunakan 24 pertanyaan. Masing- masing sebanyak 13 pertanyaan adalah untuk mengidentifikasi tingkat kenakalan biasa contoh dan 11 pertanyaan untuk mengidentifikasi tingkat kenakalan kriminal contoh. Skor untuk masing- masing pertanyaan tersebut adalah 1-3 (Lampiran 1). Skor 3 untuk pernyataan tidak pernah melakukan, skor 2 untuk pernyataan pernah melakukan, dan skor 1 untuk pernyataan sering melakukan.

Setelah diklasifikasi menggunakan metode interval kelas menurut Slamet (1993), diperoleh 2 klasifikasi tingkat kenakalan pada masing- masing jenis kenakalan. Pada kenakalan biasa, skor antara 13-26 = berat; dan skor antara 27-39 = ringan. Pada kenakalan kriminal, skor antara 11-22 = berat; dan skor antara 23-33 = ringan. Pada kenakalan total, skor antara 43-57 = berat; dan skor antara 58-70 = ringan.

Definisi Operasional Contoh :

Siswa SMK-TI Yapis, Tri Dharma, dan PGRI II Bogor; dengan batasan usia remaja awal yaitu antara 15 sampai 19 tahun.

Usia contoh, bidang keahlian/jurusan di sekolah, posisi sebagai anak dalam keluarga, besar keluarga, dan uang saku perhari.

Karakteristik Keluarga Contoh :

Usia ayah dan ibu contoh, pendidikan terakhir ayah dan ibu contoh, pekerjaan ayah dan ibu contoh, dan pendapatan keluarga contoh perbulan perkapita.

Kepribadian Contoh :

Kepribadian Introvert dan ekstrovert. Introvert (Introversion) :

Sikap contoh yang lebih memprioritaskan kepentingan internal dirinya sendiri. Ciri- cirinya antara lain hatinya lebih tertutup, senang menyendiri, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain dan kurang dapat menarik hati orang lain.

Ekstrovert (Ekstroversion) :

Sikap contoh yang lebih senang dengan orang lain atau menyenangi sesuatu di luar dirinya. Ciri-cirinya antara lain hatinya lebih terbuka, banyak berbicara, mudah bergaul, dan sangat peka dengan lingkungan di luar dirinya; sehingga hubungan dengan orang lain lebih lancar.

Depresi :

Gangguan kejiwaan yang bersifat hipoaktif (neurotik depresif) yang bersumber pada konflik pribadi yang terdapat dalam diri penderita yang bersangkutan dan hanya menyangkut aspek emosi seseorang.

Depresi Aspek Perasaan Diri :

Hal perasaan sedih, kecewa, cemas dan bersalah. Depresi Aspek Pekerjaan :

Hal bergaul dengan masyarakat, ingin bunuh diri, membuat keputusan dengan baik dan sulit tidur.

Depresi Aspek Fisik :

Hal kehilangan nafsu makan, berat badan dan kekhawatiran akan kesehatan. Depresi Total :

Jumlah skor total dari tingkat depresi pada aspek perasaan diri, pekerjaan dan fisik. Tingkat Depresi Contoh :

Depresi Berat : skor=4-7 (aspek perasaan diri), skor=4-7 (aspek pekerjaan), skor=3-5 (aspek fisik), skor=19-25 (depresi total). Depresi Sedang : skor=8-11 (aspek perasaan diri), skor=8-11 (aspek pekerjaan), skor=6-8 (aspek fisik), skor=26-32 (depresi total).

Depresi Ringan : skor=12-15 (aspek perasaan diri), skor=12-15 (aspek pekerjaan), skor=9-11 (aspek fisik), skor=33-39 (depresi total). Normal : skor=16 (aspek perasaan diri), skor=16 (aspek pekerjaan), skor=12 (aspek fisik), skor=40-41 (depresi total). Kenakalan Contoh :

Kenakalan yang umum dilakukan remaja seperti sering mengganggu, menggoda atau mengusik orang lain, sering melakukan pelanggaran-pelanggaran pada peraturan sekolah; peraturan keluarga/orang tua; serta norma masyarakat pada umumnya.

Kenakalan Biasa :

Merokok, membolos, kabur dari sekolah, iseng/jahil terhadap orang lain, mabuk karena minum, mengancam orang lain, malak/ngompas, minum obat-obatan terlarang, kebut-kebutan, tawuran, lari dari rumah, nongkrong, pulang sampai larut malam.

Kenakalan Kriminal :

Merusak fasilitas umum (mencoret-coret/mencongkel/merobak/melempar), mencuri, membunuh, melakukan seks bebas, memperkosa, selalu membawa senjata tajam,

merampas, merampok, menonton dan membaca pornografi, menikam/melukai orang lain, mengkonsumsi ganja.

Kenakalan Total :

Jumlah skor total dari tingkat kenakalan biasa dan kriminal contoh. Tingkat Kenakalan Contoh :

Kenakalan Berat : skor=13-26 (kenakalan biasa), skor=11-22 (kenakalan kriminal), skor=43-57 (kenakalan total). Kenakalan Ringan : skor=27-39 (kenakalan biasa), skor=23-33 (kenakalan kriminal), skor=58-70 (kenakala n total).

Dokumen terkait