• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Depresi Dari Jenis Kepribadian Remaja Terhadap Tingkat Kenakalannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tingkat Depresi Dari Jenis Kepribadian Remaja Terhadap Tingkat Kenakalannya"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT DEPRESI DARI JENIS KEPRIBADIAN REMAJA TERHADAP TINGKAT KENAKALANNYA

RAHINA IBANIATI

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

RAHINA IBANIATI. Pengaruh Tingkat Depresi Dari Jenis Kepribadian Remaja Terhadap Tingkat Kenakalannya. (Dibimbing oleh EMMY. S. KARSIN)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat depresi dari jenis kepribadian remaja terhadap tingkat kenakala nnya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik contoh (usia dan uang saku per hari) dan karakteristik sosial ekonomi contoh (besar keluarga, usia ayah dan ibu, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan keluarga pe r kapita per bulan) pada dua kelompok kepribadian (introvert dan ekstrovert), mengetahui perbedaan tingkat depresi (berat, sedang, ringan, normal) dan tingkat kenakalan (biasa dan kriminal) pada kedua kelompok kepribadian, menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan sosial ekonomi contoh dengan tingkat depresi dan tingkat kenakalan contoh pada kedua kelompok kepribadian, dan menganalisis pengaruh faktor karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi contoh, jenis kepribadian dan tingkat depresi contoh terhadap tingkat kenakalan contoh.

Penelitian dilakukan pada siswa-siswa kelas 2 di SMK-TI (Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Industri) YAPIS, Tri Dharma 1 dan PGRI 2 Kota Bogor; yang dipilih secara purposive dengan menggunakan data dari Polresta Bogor. Namun, pemilihan contoh dilakukan secara acak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2004. Desain yang digunakan adalah retrospective study. Jumlah contoh yang diambil 71 orang, semuanya berjenis kelamin laki- laki. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan skunder. Data primer meliputi karakteristrik contoh, karakteristik sosial ekonomi contoh, jenis kepribadian, tingkat depresi, serta tingkat kenakalan. Data sekunder meliputi data tentang jumlah siswa SMK-TI bermasalah, tingkat kenakalan, dan tindak kejahatan atau tingkat kriminalitas remaja di Kota Bogor. Analisis dilakukan secara deskriptif dan inferensia. Analisis secara inferensia dilakukan menggunakan uji beda T

(T-Test), uji beda U-Mann Whitney, uji korelasi Spearman dan uji Regresi Linear Berganda. Dalam hal karakteristik contoh, sebagian besar contoh pada kedua kelompok kepribadian berusia antara 17-19 tahun (73,9 % dan 75 %). Contoh pada umumnya merupakan anak tengah di keluarganya (52,2 % dan 39,6 %). Contoh yang introvert (47,8 %) lebih banyak terjadi pada siswa yang bidang keahliannya listrik, sedangkan contoh yang ekstrovert lebih banyak terjadi pada siswa yang bidang keahliannya mesin (43,8 %). Besarnya uang saku yang diterima oleh sebagian besar contoh pada kedua kelompok kepribadian sebesar Rp.5.000,- sampai Rp.10.000,- per harinya (60,9 % dan 64,6 %).

(3)

pekerjaannya, secara umum ayah contoh pada kedua kelompok hanya bekerja sebagai buruh/karyawan yang masing- masing sebesar 43,5 %. Ibu contoh pada kedua kelompok secara umum hanya berperan sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja), yaitu sebesar 87 % dan 77,1 %. Berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan, jumlah pendapatan dari sebagian besar contoh pada kedua kelompok berada di bawah rata-rata pendapatan masyarakat Kota Bogor (<Rp. 149.401,-), yaitu sebesar 69,6 % dan 68,8 %.

Berdasarkan tingkat depresinya, bahwa sebagian besar contoh pada kedua kelompok (69,6 % dan 72,9 %) mengalami depresi sedang pada aspek perasaan diri. Pada aspek pekerjaan, sebagian besar contoh introvert mengalami depresi sedang dan ringan (87 %). Sedangkan contoh ekstrovert sebagian besarnya mengalami depresi ringan (58,3 %). Pada aspek fisik sebagian besar contoh introvert mengalami depresi ringan (52,2 %) dan sebagian besar contoh ekstrovert tidak mengalami depresi (56,3 %). Secara umum contoh introvert cenderung lebih depresi dari contoh ekstrovert.

Berdasarkan tingkat kenakalannya, tingkat kenakalan biasa contoh pada kedua kelompok tergolong ringan (69,6 % dan 58,3 %). Demikian pula pada kenakalan kriminal, hampir sebagian besar contoh ekstrovert bahkan seluruh dari contoh introvert pada kedua kelompok secara umum tergolong pada tingkat kenakalan yang ringan (97,9 % dan 100 %). Secara umum contoh introvert cenderung kurang nakal dari contoh ekstrovert.

Berdasarkan hasil uji beda (T-Test dan U-Mann Whitney), pada variabel karakteristik contoh dan karakteristik sosial ekonomi contoh tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kedua kelompok contoh (introvert dan ekstrovert). Pada variabel tingkat depresi dan tingkat kenakalan contoh juga tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kedua kelompok contoh (introvert dan ekstrovert). Namun, pada contoh introvert ada kecenderungan memiliki tingkat depresi yang lebih berat dengan tingkat kenakalan yang lebih ringan dibandingkan dengan contoh ekstrovert. Sebaliknya, pada contoh ekstrovert ada kecenderungan memiliki tingkat depresi yang lebih ringan dengan tingkat kenakalan yang lebih berat dibandingkan dengan contoh introvert.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, karakteristik contoh yang berhubungan nyata dengan tingkat depresi terutama pada aspek fisik adalah usia contoh (a=0,05; r=0,245). Pada karakteristik sosial ekonomi contoh, tidak ada satupun yang terlihat berhubungan nyata dengan tingkat depresi contoh. Selain itu, kepribadian contoh berhubungan nyata dengan tingkat depresi totalnya (a=0,05; r=0,265). Karakteristik contoh terlihat tidak berhubungan nyata dengan tingkat kenakalan contoh. Akan tetapi pada karakteristik sosial ekonomi contoh, antara pendidikan terakhir ibu dengan tingkat kenakalan biasa, kriminal dan total contoh terdapat hubungan nyata (a=0,01; r=-0,341, a=0,05; r=-0,282, a=0,01; r=-0,337). Namun, antara kepribadian contoh dengan tingkat kenakalan contoh dan tingkat depresi contoh dengan tingkat kenakalan contoh; keduanya tidak memperlihatkan adanya hubungan yang nyata.

(4)

Karena faktor pendidikan ibu sangat menentukan pembentukan sikap dan tingkah laku kenakalan pada remaja, maka diharapkan bagi segenap pihak yang terkait dengan masalah pendidikan remaja dan keluarga seperti sekolah, Lembaga Non Pemerintah (LSM) yang bergerak dalam bidang pembinaan keluarga maupun dalam bidang pembinaan remaja, lembaga keagamaan, masyarakat pemerhati remaja, serta pemerintah; mampu membantu memberikan penyuluhan atau bimbingan kepada para orang tua (terutama para kaum ibu) tentang bagaimana upaya dalam membesarkan, mendampingi dan mendidik anak-anak remaja sehingga memiliki pendirian dan perilaku yang sesuai dengan norma serta nilai yang berlaku umum di masyarakat.

(5)

PENGARUH TINGKAT DEPRESI DARI JENIS KEPRIBADIAN REMAJA TERHADAP TINGKAT KENAKALANNYA

RAHINA IBANIATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Depresi dari Jenis Kepribadian Remaja Terhadap Tingkat Kenakalannya

Nama : Rahina Ibaniati

NRP : A05498045

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Emmy Sulasmi Karsin, MS NIP. 130256332

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130422698

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 19 Oktober 1980. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, dari keluarga Bapak Djimin dan Ibu Sriyati. Pendidikan SD ditempuh dari tahun 1986 sampai 1992 di SDN 05 Pagi Cipinang Melayu Jakarta Timur. Selanjutnya, penulis melanjutkan sekolah di MTs. Al-Falah Klender Jakarta Timur hingga tahun 1995. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMU Pusaka 1 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1998.

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat serta Karunia-Nya yang tiada berbilang. Hanya dengan izin dan kemudahan yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Emmy S. Karsin, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, sejak proses pembuatan proposal penelitian hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih pula kepada Ir. Retnaningsih, MS yang telah bersedia menjadi dosen pemandu dalam seminar sekaligus sebagai dosen penguji skripsi.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS selaku dosen pembimbing akademik, seluruh dosen GMSK yang telah memberikan begitu banyak ilmu yang bermanfaat, serta seluruh pegawai GMSK yang selalu berupaya memastikan seluruh proses di kampus dapat berjalan dengan baik. Terima kasih pula kepada saudari Dewi Titi M., Wulan Esty P. dan Euis Sutiah, yang telah berkenan menjadi pembahas dalam seminar skripsi dan memberikan berbagai masukan. Penulis sampaikan pula penghargaan kepada Kepala Sekolah SMK-TI YAPIS, Tri Dharma 1, PGRI 2, seluruh staf sekolah serta seluruh siswa SMK-TI atas kerjasama dan bantuannya kepada penulis selama proses penelitian. Kepada Ikatan Alumni Mahasiswa Pertanian IPB, penulis juga menyampaikan terima kasih atas bantuan dana penelitian yang telah diberikan.

(9)

Kepada Bapak dan Ibu Hj. S. Haryono (mertua), Mas Budi, Mbak Sofi dan Dek

Handri penulis juga menghaturkan ter ima kasih atas segenap dukungan materil, moril dan spirituilnya; serta kepada suami tercinta mas Fery Wibowo atas segenap cinta, keikhlasan, kasih sayang, serta kesabaran dalam menyertai, membimbing, dan memberikan dukungan yang sangat besar demi terselesaikannya skpripsi ini (semoga dari semua yang telah diberikan, menjadi suatu amal sholeh yang akan dibalas kebaikannya oleh Allah SWT). Untuk calon jundi tersayang, semoga kelak lahir sebagai anak yang sholih/sholihah yang siap mewarisi perjuangan dakwah mulia Rasulullah SAW (doa umi dan abi selalu menyertaimu, sayang...).

Kepada seluruh warga “Balsem”, terima kasih atas dukungannya selama ini. Kepada adik-adikku Eny’36 (semoga tetap semangat), Witi, Aini, Ari, Dwi, Ela, Harni, Hani, Zakiyah, Tanti, Nyimas, Achi, Nur, Renti, Tati, Umi, Eni, Atin, Yuni, adik -adik new Balsemers, serta para eks Balsemers; semoga cinta dan kasih sayang diantara kita tak pernah putus sampai kapan pun. Untuk Ikha-Lili, semoga Allah SWT membalas ketulusan dan kebaikan antunna sebagai Rahmat dan kemudahan dalam segala urusan. Kepada para senior “Balsem”, tak lupa pula penulis ucapkan Jazaakillahu Khairan Jazaa’ atas segenap motivasi, pengalaman dan ilmu yang telah diberikan (semoga menjadi bekal penulis dalam menapaki hari-hari di masa depan).

Kepada seluruh sahabat di GMSK’35 (Farrah, Rina, Sari, Ati, Mbak Arni, Ruri, serta yang lainnya; semoga kebersamaan yang pernah terjalin tak kan pernah terlupakan. Kepada saudara-saudaraku “seperjuangan” dalam dakwah bil haq, penulis telah mendapatkan banyak pengalaman yang sangat berharga; telah dibesarkan serta didewasakan untuk dapat selalu istiqomah bersama dakwah.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat menjadi tambahan pustaka yang bermanfaat. Hasbunallaahu Wa Ni’mal Wakiil, Ni’mal Maulaa Wa Ni’man Nashiir...

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan... 3

Kegunaan... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Remaja... 4

Karakteristik Remaja ... 5

Karakteristik Keluarga... 6

Kepribadian... 8

Depresi Remaja ...10

Kenakalan Remaja ...12

KERANGKA PEMIKIRAN ...15

METODE PENELITIAN ...17

Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian...17

Cara Pemilihan Contoh...17

Jenis dan Cara Pengambilan Data ...17

Pengolahan dan Analisis Data ...18

Definisi Operasional...21

HASIL DAN PEMBAHASAN ...24

Keadaan Umum Lokasi Penelitian...24

SMK -TI Yapis ...24

SMK Tri Dharma ...24

(11)

PENGARUH TINGKAT DEPRESI DARI JENIS KEPRIBADIAN REMAJA TERHADAP TINGKAT KENAKALANNYA

RAHINA IBANIATI

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

RAHINA IBANIATI. Pengaruh Tingkat Depresi Dari Jenis Kepribadian Remaja Terhadap Tingkat Kenakalannya. (Dibimbing oleh EMMY. S. KARSIN)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat depresi dari jenis kepribadian remaja terhadap tingkat kenakala nnya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik contoh (usia dan uang saku per hari) dan karakteristik sosial ekonomi contoh (besar keluarga, usia ayah dan ibu, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan keluarga pe r kapita per bulan) pada dua kelompok kepribadian (introvert dan ekstrovert), mengetahui perbedaan tingkat depresi (berat, sedang, ringan, normal) dan tingkat kenakalan (biasa dan kriminal) pada kedua kelompok kepribadian, menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan sosial ekonomi contoh dengan tingkat depresi dan tingkat kenakalan contoh pada kedua kelompok kepribadian, dan menganalisis pengaruh faktor karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi contoh, jenis kepribadian dan tingkat depresi contoh terhadap tingkat kenakalan contoh.

Penelitian dilakukan pada siswa-siswa kelas 2 di SMK-TI (Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Industri) YAPIS, Tri Dharma 1 dan PGRI 2 Kota Bogor; yang dipilih secara purposive dengan menggunakan data dari Polresta Bogor. Namun, pemilihan contoh dilakukan secara acak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2004. Desain yang digunakan adalah retrospective study. Jumlah contoh yang diambil 71 orang, semuanya berjenis kelamin laki- laki. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan skunder. Data primer meliputi karakteristrik contoh, karakteristik sosial ekonomi contoh, jenis kepribadian, tingkat depresi, serta tingkat kenakalan. Data sekunder meliputi data tentang jumlah siswa SMK-TI bermasalah, tingkat kenakalan, dan tindak kejahatan atau tingkat kriminalitas remaja di Kota Bogor. Analisis dilakukan secara deskriptif dan inferensia. Analisis secara inferensia dilakukan menggunakan uji beda T

(T-Test), uji beda U-Mann Whitney, uji korelasi Spearman dan uji Regresi Linear Berganda. Dalam hal karakteristik contoh, sebagian besar contoh pada kedua kelompok kepribadian berusia antara 17-19 tahun (73,9 % dan 75 %). Contoh pada umumnya merupakan anak tengah di keluarganya (52,2 % dan 39,6 %). Contoh yang introvert (47,8 %) lebih banyak terjadi pada siswa yang bidang keahliannya listrik, sedangkan contoh yang ekstrovert lebih banyak terjadi pada siswa yang bidang keahliannya mesin (43,8 %). Besarnya uang saku yang diterima oleh sebagian besar contoh pada kedua kelompok kepribadian sebesar Rp.5.000,- sampai Rp.10.000,- per harinya (60,9 % dan 64,6 %).

(13)

pekerjaannya, secara umum ayah contoh pada kedua kelompok hanya bekerja sebagai buruh/karyawan yang masing- masing sebesar 43,5 %. Ibu contoh pada kedua kelompok secara umum hanya berperan sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja), yaitu sebesar 87 % dan 77,1 %. Berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan, jumlah pendapatan dari sebagian besar contoh pada kedua kelompok berada di bawah rata-rata pendapatan masyarakat Kota Bogor (<Rp. 149.401,-), yaitu sebesar 69,6 % dan 68,8 %.

Berdasarkan tingkat depresinya, bahwa sebagian besar contoh pada kedua kelompok (69,6 % dan 72,9 %) mengalami depresi sedang pada aspek perasaan diri. Pada aspek pekerjaan, sebagian besar contoh introvert mengalami depresi sedang dan ringan (87 %). Sedangkan contoh ekstrovert sebagian besarnya mengalami depresi ringan (58,3 %). Pada aspek fisik sebagian besar contoh introvert mengalami depresi ringan (52,2 %) dan sebagian besar contoh ekstrovert tidak mengalami depresi (56,3 %). Secara umum contoh introvert cenderung lebih depresi dari contoh ekstrovert.

Berdasarkan tingkat kenakalannya, tingkat kenakalan biasa contoh pada kedua kelompok tergolong ringan (69,6 % dan 58,3 %). Demikian pula pada kenakalan kriminal, hampir sebagian besar contoh ekstrovert bahkan seluruh dari contoh introvert pada kedua kelompok secara umum tergolong pada tingkat kenakalan yang ringan (97,9 % dan 100 %). Secara umum contoh introvert cenderung kurang nakal dari contoh ekstrovert.

Berdasarkan hasil uji beda (T-Test dan U-Mann Whitney), pada variabel karakteristik contoh dan karakteristik sosial ekonomi contoh tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kedua kelompok contoh (introvert dan ekstrovert). Pada variabel tingkat depresi dan tingkat kenakalan contoh juga tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kedua kelompok contoh (introvert dan ekstrovert). Namun, pada contoh introvert ada kecenderungan memiliki tingkat depresi yang lebih berat dengan tingkat kenakalan yang lebih ringan dibandingkan dengan contoh ekstrovert. Sebaliknya, pada contoh ekstrovert ada kecenderungan memiliki tingkat depresi yang lebih ringan dengan tingkat kenakalan yang lebih berat dibandingkan dengan contoh introvert.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, karakteristik contoh yang berhubungan nyata dengan tingkat depresi terutama pada aspek fisik adalah usia contoh (a=0,05; r=0,245). Pada karakteristik sosial ekonomi contoh, tidak ada satupun yang terlihat berhubungan nyata dengan tingkat depresi contoh. Selain itu, kepribadian contoh berhubungan nyata dengan tingkat depresi totalnya (a=0,05; r=0,265). Karakteristik contoh terlihat tidak berhubungan nyata dengan tingkat kenakalan contoh. Akan tetapi pada karakteristik sosial ekonomi contoh, antara pendidikan terakhir ibu dengan tingkat kenakalan biasa, kriminal dan total contoh terdapat hubungan nyata (a=0,01; r=-0,341, a=0,05; r=-0,282, a=0,01; r=-0,337). Namun, antara kepribadian contoh dengan tingkat kenakalan contoh dan tingkat depresi contoh dengan tingkat kenakalan contoh; keduanya tidak memperlihatkan adanya hubungan yang nyata.

(14)

Karena faktor pendidikan ibu sangat menentukan pembentukan sikap dan tingkah laku kenakalan pada remaja, maka diharapkan bagi segenap pihak yang terkait dengan masalah pendidikan remaja dan keluarga seperti sekolah, Lembaga Non Pemerintah (LSM) yang bergerak dalam bidang pembinaan keluarga maupun dalam bidang pembinaan remaja, lembaga keagamaan, masyarakat pemerhati remaja, serta pemerintah; mampu membantu memberikan penyuluhan atau bimbingan kepada para orang tua (terutama para kaum ibu) tentang bagaimana upaya dalam membesarkan, mendampingi dan mendidik anak-anak remaja sehingga memiliki pendirian dan perilaku yang sesuai dengan norma serta nilai yang berlaku umum di masyarakat.

(15)

PENGARUH TINGKAT DEPRESI DARI JENIS KEPRIBADIAN REMAJA TERHADAP TINGKAT KENAKALANNYA

RAHINA IBANIATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Depresi dari Jenis Kepribadian Remaja Terhadap Tingkat Kenakalannya

Nama : Rahina Ibaniati

NRP : A05498045

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Emmy Sulasmi Karsin, MS NIP. 130256332

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130422698

(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 19 Oktober 1980. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, dari keluarga Bapak Djimin dan Ibu Sriyati. Pendidikan SD ditempuh dari tahun 1986 sampai 1992 di SDN 05 Pagi Cipinang Melayu Jakarta Timur. Selanjutnya, penulis melanjutkan sekolah di MTs. Al-Falah Klender Jakarta Timur hingga tahun 1995. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMU Pusaka 1 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1998.

(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat serta Karunia-Nya yang tiada berbilang. Hanya dengan izin dan kemudahan yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Emmy S. Karsin, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, sejak proses pembuatan proposal penelitian hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih pula kepada Ir. Retnaningsih, MS yang telah bersedia menjadi dosen pemandu dalam seminar sekaligus sebagai dosen penguji skripsi.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS selaku dosen pembimbing akademik, seluruh dosen GMSK yang telah memberikan begitu banyak ilmu yang bermanfaat, serta seluruh pegawai GMSK yang selalu berupaya memastikan seluruh proses di kampus dapat berjalan dengan baik. Terima kasih pula kepada saudari Dewi Titi M., Wulan Esty P. dan Euis Sutiah, yang telah berkenan menjadi pembahas dalam seminar skripsi dan memberikan berbagai masukan. Penulis sampaikan pula penghargaan kepada Kepala Sekolah SMK-TI YAPIS, Tri Dharma 1, PGRI 2, seluruh staf sekolah serta seluruh siswa SMK-TI atas kerjasama dan bantuannya kepada penulis selama proses penelitian. Kepada Ikatan Alumni Mahasiswa Pertanian IPB, penulis juga menyampaikan terima kasih atas bantuan dana penelitian yang telah diberikan.

(19)

Kepada Bapak dan Ibu Hj. S. Haryono (mertua), Mas Budi, Mbak Sofi dan Dek

Handri penulis juga menghaturkan ter ima kasih atas segenap dukungan materil, moril dan spirituilnya; serta kepada suami tercinta mas Fery Wibowo atas segenap cinta, keikhlasan, kasih sayang, serta kesabaran dalam menyertai, membimbing, dan memberikan dukungan yang sangat besar demi terselesaikannya skpripsi ini (semoga dari semua yang telah diberikan, menjadi suatu amal sholeh yang akan dibalas kebaikannya oleh Allah SWT). Untuk calon jundi tersayang, semoga kelak lahir sebagai anak yang sholih/sholihah yang siap mewarisi perjuangan dakwah mulia Rasulullah SAW (doa umi dan abi selalu menyertaimu, sayang...).

Kepada seluruh warga “Balsem”, terima kasih atas dukungannya selama ini. Kepada adik-adikku Eny’36 (semoga tetap semangat), Witi, Aini, Ari, Dwi, Ela, Harni, Hani, Zakiyah, Tanti, Nyimas, Achi, Nur, Renti, Tati, Umi, Eni, Atin, Yuni, adik -adik new Balsemers, serta para eks Balsemers; semoga cinta dan kasih sayang diantara kita tak pernah putus sampai kapan pun. Untuk Ikha-Lili, semoga Allah SWT membalas ketulusan dan kebaikan antunna sebagai Rahmat dan kemudahan dalam segala urusan. Kepada para senior “Balsem”, tak lupa pula penulis ucapkan Jazaakillahu Khairan Jazaa’ atas segenap motivasi, pengalaman dan ilmu yang telah diberikan (semoga menjadi bekal penulis dalam menapaki hari-hari di masa depan).

Kepada seluruh sahabat di GMSK’35 (Farrah, Rina, Sari, Ati, Mbak Arni, Ruri, serta yang lainnya; semoga kebersamaan yang pernah terjalin tak kan pernah terlupakan. Kepada saudara-saudaraku “seperjuangan” dalam dakwah bil haq, penulis telah mendapatkan banyak pengalaman yang sangat berharga; telah dibesarkan serta didewasakan untuk dapat selalu istiqomah bersama dakwah.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat menjadi tambahan pustaka yang bermanfaat. Hasbunallaahu Wa Ni’mal Wakiil, Ni’mal Maulaa Wa Ni’man Nashiir...

(20)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan... 3

Kegunaan... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Remaja... 4

Karakteristik Remaja ... 5

Karakteristik Keluarga... 6

Kepribadian... 8

Depresi Remaja ...10

Kenakalan Remaja ...12

KERANGKA PEMIKIRAN ...15

METODE PENELITIAN ...17

Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian...17

Cara Pemilihan Contoh...17

Jenis dan Cara Pengambilan Data ...17

Pengolahan dan Analisis Data ...18

Definisi Operasional...21

HASIL DAN PEMBAHASAN ...24

Keadaan Umum Lokasi Penelitian...24

SMK -TI Yapis ...24

SMK Tri Dharma ...24

(21)

Jenis Kepribadian Contoh...27

Karakteristik Contoh...27

Usia Contoh...27

Posisi Contoh Dalam Keluarga ...28

Bidang Keahlian di Sekolah...28

Uang Saku Perhari ...29

Karakteristik Sosial Ekonomi Contoh...30

Besar Keluarga ...30

Usia Ayah dan Ibu...30

Pendidikan Terakhir Ayah dan Ibu...32

Pekerjaan Ayah dan Ibu...33

Pendapatan Keluarga Per Kapita Per Bulan...34

Tingkat Depresi...34

Aspek Perasaan Diri...35

Aspek Pekerjaan...36

Aspek Fisik ...38

Tingkat Depresi Total ...39

Tingkat Kenakalan...40

Kenakalan Biasa...40

Kenakalan Kriminal ...42

Kenakalan Total...43

Hubungan Antar Variabel...45

Karakteristik Contoh dan Tingkat Depresi Contoh ...45

Karakteristik Sosial Ekonomi Contoh dan Tingkat Depresi Contoh...46

Kepribadian Contoh dan Tingkat Depresi Contoh...46

Karakteristik Contoh dan Tingkat Kenakalan Contoh...47

Karakteristik Sosial Ekonomi Contoh dan Tingkat Kenakalan Contoh ...47

Kepribadian dan Tingkat Kenakalan Contoh...48

Tingkat Depresi dan Tingkat Kenakalan Contoh...48

(22)
(23)

DAFTAR TABEL

1. Orang yang Pertama Diharapkan Membantu Remaja dalam Berbagai Masalah ... 8 2. Nilai Alpha Cronbach dan Jumlah Pertanyaan Tiap Variabel yang Diukur...19 3. Sebaran Contoh menurut Usia Contoh ...28 4. Sebaran Contoh menurut Posisi Sebagai Anak dalam Keluarga. ...29 5. Sebaran Contoh menurut Bidang Keahlian di Sekolah...29 6. Sebaran Contoh menurut Uang Saku...30 7. Sebaran Contoh menurut Besar Keluarga Contoh...31 8. Sebaran Contoh menurut Usia Ayah Contoh...32 9. Sebaran Contoh menurut Usia Ibu Contoh...32 10. Sebaran Contoh menurut Pendidikan Terakhir Ayah Contoh...33 11. Sebaran Contoh menurut Pendidikan Terakhir Ibu Contoh...33 12. Sebaran Contoh menurut Pekarjaan Ayah Contoh...34 13. Sebaran Contoh menurut Pekerjaan Ibu Contoh...34 14. Sebaran Contoh menurut Pendapatan Keluarga/Bulan/Kapita ...35 15. Sebaran Contoh menurut Depresi pada Aspek Perasaan Diri...36 16. Sebaran Contoh menurut Depresi pada Aspek Pekerjaaan...37 17. Sebaran Contoh menurut Depresi pada Aspek Fisik ...39 18. Sebaran Contoh menurut Tingkat Depresi Total ...40 19. Sebaran Contoh menurut Tingkat Kenakalan Biasa ...42 20. Sebaran Contoh menurut Tingkat Kenakalan Kriminal...44 21. Sebaran Contoh menurut Tingkat Kenakalan Total...45 22. Sebaran Contoh menurut Usia dan Tingkat Depresi pada Aspek Fisik ...46 23. Nilai Adjusted R Square sebagai Hasil Uji Regresi Linier Berganda untuk

(24)

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Kerangka Pemikiran Pengaruh Tingkat Depresi dari Jenis

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner...60 2. Sebaran Rata-rata Skor Contoh berdasarkan Tiga Aspek Tingkat Depresi

Berikut Pertanyaan-pertanyaannya ...65 3. Alat Ukur Variabel Depresi dan Sebaran Contoh menurut Persentase Skor

Tiap Pertanyaan...66 4. Sebaran Rata-rata Skor Contoh berdasarkan Tingkat Kenakalan Biasa dan

Kriminal Berikut Pertanyaan-pertanyaannya...68 5. Alat Ukur Variabel Kenakalan dan Sebaran Contoh menurut Persentase

Skor Tiap Pertanyaan...69 6. Sebaran Jumlah Skor dan Rata-rata Skor Contoh Introvert berdasarkan

Tiga Aspek Tingkat Depresi ...70 7. Sebaran Jumlah Skor dan Rata-rata Skor Contoh Ekstrovert berdasarkan

Tiga Aspek Tingkat Depresi ...71 8. Sebaran Jumlah Skor dan Rata-rata Skor Contoh Introvert berdasarkan

Tingkat Kenakalan Biasa dan Kriminal...73 9. Sebaran Jumlah Skor dan Rata-rata Skor Contoh Ekstrovert berdasarkan

Tingkat Kenakalan Biasa dan Kriminal...74 10. Rekapitulasi Skor Contoh Introvert dan Ekstrovert ...76 11. Hasil Uji Korelasi Spearman...77 12. Tabel Signifikansi Pengaruh dari Variabel Independent Kenakalan Biasa,

Kriminal dan Total Contoh...78 13. Tabel Nilai Koefisien Hasil Uji Regresi Linear Berganda ...79 14. Frekuensi Tindak Kenakalan Siswa-siswa SMK -TI di Kota Bogor Sepanjang

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Remaja sebagai individu yang sedang melewati fase transis i menuju masa dewasa (Calon, 1953 dalam Monks, Knoers & Haditono, 1999), memiliki peluang yang sangat besar untuk terlibat dalam tindak kenakalan. Hal ini karena dalam perkembangan sosialnya, remaja memiliki sifat agresivitas yang tinggi yang mendorong remaja untuk melakukan aktivitas-aktivitas kenakalan seperti mencuri, penganiayaan dan lain- lain (Monks, Knoers & Haditono, 1999). Pandangan yang lain disampaikan oleh Smith (2001), bahwa pengalaman-pengalaman kenakalan pada remaja seperti sering mengganggu, menggoda, ataupun mengusik orang lain, sangat berhubungan erat dengan terjadinya tindak kejahatan (tindak kriminal).

Berdasarkan analisisnya, Willis (2005) mengatakan bahwa masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif yang tidak hanya tindakan kriminal, tetapi juga narkoba, dan kejahatan seks. Namun, harus diakui pula bahwa masa remaja adalah masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki seperti bakat, kemampuan, dan minat. Selain itu, masa ini adalah masa pencarian nilai- nilai hidup.

(27)

Menurut Tappan (1949), dalam motif kenakalan remaja berarti ada beberapa respon individu yang menghambat atau menghalangi kebutuhan mendasar dari pembentukan kepribadiannya. Dalam hal ini, yang menjadi penyebab utama dari terjadinya penyimpangan perilaku yang mengarah pada kenakalan remaja antara lain adanya ketidaknyamanan remaja dalam hal emosi, perasaan rendah diri atau selalu merasa memi liki kekurangan, rendah tingkat penerimaan remaja terhadap kasih sayang dari lingkungannya, adanya sifat tunduk yang berlebihan, serta perilaku agresif yang berlebihan dalam rangka mengeliminasi sifat kenakalan diri remaja. Secara lebih detail, Maramis (1998) menyebutkan beberapa permasalahan kejiwaan pada remaja tersebut sebagai gejala dari depresi.

Pernyataan Tappan (1949) didukung pula oleh hasil observasi yang dilakukan oleh Healy dan Bronner (1936) dalam Tappan (1949), yang membuktikan bahwa sebanyak 91 % anak-anak nakal menderita kekacauan emosi, dan 75 % menunjukkan tanda-tanda antipati terhadap orang tua; termasuk tidak mau sekolah, sedangkan yang tidak mengalami tindak kenakalan namun menderita duka hati berkepanjangan sebanyak 13 %. Hal tersebut kemudian membuat Healy dan Bronner berkesimpulan, bahwa ada proses yang menghalangi intervensi serta merusak aspek psikis remaja. Dalam hal ini kebutuhan kepuasan batiniah secara psikologis tersubstitusi oleh beberapa aspek pelanggaran, sehingga merubah arah perkembangan kepribadian remaja menjadi sebuah kenakalan atau kejahatan.

(28)

Tujuan Penelitian Tujuan Umum :

Mengetahui pengaruh tingkat depresi dari jenis kepribadian remaja terhadap tingkat kenakalannya.

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui perbedaan karakteristik contoh (usia dan uang saku per hari) dan karakteristik sosial ekonomi contoh (besar keluarga, usia ayah dan ibu, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan keluarga per kapita per bulan) pada 2 kelompok kepribadian (introvert dan ekstrovert).

2. Mengetahui perbedaan tingkat depresi (berat, sedang, ringan, normal) dan tingkat kenakalan (biasa dan kriminal) pada kedua kelompok kepribadian.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan sosial ekonomi contoh dengan tingkat depresi dan tingkat kenakalan contoh pada kedua kelompok kepribadian.

4. Menganalisis pengaruh faktor karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi contoh, jenis kepribadian dan tingkat depresi contoh terhadap tingkat kenakalan contoh.

Kegunaan Penelitian

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin

adolescere yang artinya “tumbuh dan tumbuh untuk mencapai kematangan”. Dalam perkembangannya, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional sosial, dan fisik. Pandangan ini didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas (Hurlock, 1991).

Secara psikologis remaja adalah tahap-tahap usia yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat (Daradjat, 1995). Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja membawa akibat yang tidak sedikit terhadap perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Hal inilah yang menyebabkan para pakar pendidikan dan psikologi menyebut remaja sebagai tahap peralihan dari anak-anak, serta persiapan untuk memasuki usia dewasa yang mempunyai ciri-ciri tersendiri (Ramayanti, 2000).

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai” (Asrori & Ali, 2004). Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks, et al., 1999). Namun Asrori & Ali (2004) menambahkan, yang perlu ditekankan adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik.

(30)

Karakteristik Remaja

Menurut Havighurst (1976) dalam Monks, Knoers & Haditono (1999), remaja merupakan individu- individu yang sedang melalui fase transisi dalam hidupnya. Secara umum, remaja berlangsung antara usia 12-21 tahun; dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir. Menurut Jersild (1978) dalam Willis (2005), bahwasanya seseorang dikatakan remaja ketika usianya dimulai sejak 15-18 tahun.

Ada pula batasan usia remaja menurut WHO. WHO membatasi usia remaja dengan membagi kurun usia remaja tersebut dalam 2 bagian, yaitu remaja awal antara usia 10-14 tahun dan remaja akhir antara 15-20 tahun. Sedangkan menurut teorinya, Rousseau mengatakan bahwa usia 15-20 merupakan usia kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. Selain itu, ada juga teori Hall yang menyatakan bahwa masa remaja sejak usia 12-25 tahun yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan terhadap nilai-nilai (Sarwono, 2004).

Blackman (1995) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa seorang individu sedang mengalami kekacauan emosi, kelabilan keinginan, kesuraman dalam menginstropeksi diri, penuh dengan dunia angan-angan serta sangat sensitif. Pada masa ini remaja sedang memainkan perannya sebagai pembangkang dan selalu melakukan uji coba dengan berbagai macam tingkah laku. Adapun Remplein (1962) dalam Monks, et al. (1999) menyisipkan istilah krisis remaja pada fase ini. Krisis remaja yaitu suatu masa dengan gejala- gejala krisis yang menunjukkan adanya ‘pembelokan’ dalam perkembangan, suatu kepekaan dan labilitas yang meningkat; yang tentunya sangat tergantung pada keadaan lingkungan remaja.

Ada beberapa sikap yang menurut Asrori dan Ali (2004) sering ditunjukkan oleh remaja. Sikap-sikap tersebut antara lain kegelisahan, pertentangan, mengkhayal, aktivitas berkelompok, dan keinginan mencoba segala sesuatu. Berdasarkan teorinya, Kurt Lewin juga menggambarkan tingkah laku-tingkah laku yang selalu ada pada remaja (Sarwono, 2004), antara lain:

(31)

2. Merasakan pertentangan sikap, nilai, ideologi dan gaya hid up; sehingga tidak ada tempat berpijak yang bisa memberinya rasa aman, kecuali dalam hubungannya dengan teman-teman sebayanya.

3. Mengalami konflik sikap, nilai, dan ideologi tersebut dalam bentuk ketegangan emosi yang meningkat.

4. Ada kecenderungan untuk menga mbil posisi yang sangat ekstrim dan mengubah kelakuannya secara drastis. Akibatnya, sering muncul tingkah laku radikal dan memberontak.

5. Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja pada berbagai individu yang berbeda sangat ditentukan oleh sifat dan kekuatan dari dorongan-dorongan yang saling berkonflik tersebut di atas.

Dalam hal ini, Pohan (1986) dalam Dina (2003) mengatakan bahwa salah satu ciri khas remaja adalah mudah dipengaruhi, baik ke arah yang konstruktif maupun destruktif. Pengaruh ke arah yang destruktif dapat mengakibatkan terjadinya kenakalan remaja, baik yang dilakukan sendiri maupun berkelompok. Bentuk kenakalan tersebut bervariasi dari yang ringan sampai yang berat dan diancam pidana.

Bentuk-bentuk kenakalan ini antara lain adalah bolo s sekolah, lari dari rumah, sering berkelahi, membuat keributan, melihat gambar dan film porno, ke tempat pelacuran, mencuri, menodong, merampok, memperkosa dan membunuh. Secara kualitatif, kenakalan remaja cenderung semakin mengkhawatirkan sebab dilakukan dengan senjata tajam, senjata api, memakai kendaraan bermotor, serta terlibat dalam penggunaan minuman keras, narkotik dan obat terlarang (narkoba).

Karakteristik Keluarga

(32)

nilai- nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya (Sarwono, 2004).

Besar keluarga dapat menjadi tolok ukur keharmonisan dalam membina interaksi sesama anggota keluarga. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2000), besar keluarga dapat pula mengganggu pola serta corak hubungan antar anggota keluarga. Hal ini mengakib atkan munculnya berbagai reaksi seperti otoriter, acuh tak acuh, sikap bersaing dan tersisih. Kondisi tersebut tentu dapat menimbulkan ketegangan yang dapat berakibat lebih buruk pada perilaku antar anggota keluarga itu sendiri.

Dalam hal ini, Asrori dan Ali (2004) menekankan pentingnya pola interaksi di dalam keluarga. Interaksi yang terjadi antar individu dalam lingkungan keluarga akan tampil dalam kualitas yang berbeda-beda. Kualitas mengacu kepada derajat relatif kebaikan atau keunggulan interaksi antar individu. Suatu interaksi dikatakan berkualitas jika mampu memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan segala kemungkinan yang dimilikinya.

Tingkat pendidikan orang tua juga sangat menentukan keberhasilan pembentukan kepribadian remaja. Menurut Pulungan (1993) dalam Cahyaningsih (1999), orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung lebih mengembangkan diri dan pengetahuannya, serta lebih terbuka untuk mengikuti perkembangan informasi dan masyarakat dibandingkan dengan orang tua yang berpendidikan rendah. Hal inilah yang mempengaruhi perlakuan mereka terhadap anak dalam keluarga.

(33)

Tabel 1. Orang yang Pertama Diharapkan Membantu Remaja dalam Berbagai

Hubungan dengan orang tua

84 69 48 Kakak Hubungan kakak/adik

Hubungan dengan saudara

41 40 Teman Pilih pasangan

Pergaulan dengan teman Pergaulan dengan lawan jenis Info tentang alat KB

Info tentang aborsi

Menurut Sujanto, Lubis dan Hadi (1993), kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik. Kepribadian dipandang sebagai seluruh pola emosi dan perilaku yang menetap, dan bersifat khas pada seseorang dalam caranya mengadakan hubungan, serta caranya berpikir tentang lingkungan dan dirinya sendiri. Ciri-ciri kepribadian dapat bersifat khas pada individu jika perilaku dan emosi telah menetap pada diri seseorang sejak menjelang dewasa (Anonymous, 2003c).

(34)

Berdasarkan kondisi terseb ut, maka Anonymous (2003b) berpendapat betapa amat pentingnya bagi remaja untuk dapat mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas, dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Anonymous menambahkan, bahwa keterampilan sosial yang dimaksud merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja-dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir-untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupannya sehari- hari. Keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Jika keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut, maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososialnya secara maksimal. Namun apabila seseorang mengalami kesulitan sehingga terasa kaku untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya maka hal ini akan dipandang sebagai seseorang yang mengalami gangguan kepribadian.

Hal ini dapat mengakibatkan seseorang tersebut mengalami “kerusakan berat” dalam melakukan hubungan sosialnya (Anonymous, 2003c). Menurut Anonymous, gangguan kepribadian tersebut dapat timbul dengan gejala-gejala antara lain remaja sering melakukan tindakan yang aneh-aneh, munculnya emosi-emosi yang tidak menentu, serta munculnya perasaan takut yang berlebihan.

Secara umum, Maramis (1998) seperti halnya Jung (1971) dalam Hjelle dan Ziegler (1992) mendeskripsikan kepribadian ke dalam dua orientasi, yakni ekstraversion

(35)

Menurut Jung, orang yang memiliki tipe ini hatinya lebih terbuka, banyak berbicara, mudah bergaul, dan sangat peka dengan lingkungan di luar dirinya; sehingga hubungan dengan orang lain lancar. Namun demikian, bahaya bagi tipe ini adalah apabila ikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat, sehingga ia tenggelam di dalam dunia obyektifnya. Hal ini akan mengakibatkan seseorang kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subyektifnya sendiri (Sujanto, Lubis & Hadi, 1993).

Sedangkan Introversion (introvert), mengarah pada sikap seseorang yang lebih memprioritaskan kepentingan internal dirinya sendiri (Jung, 1971 dalam Hjelle & Ziegler, 1992). Menurut Sujanto, Lubis dan Hadi (1993), orang yang introvert sangat dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran; perasaan; serta tindakan-tindakannya; ditentukan oleh faktor- faktor subyektif.

Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik. Jung (1971) dalam Hjelle dan Ziegler (1992) mengatakan bahwa orang yang memiliki tipe ini hatinya lebih tertutup, senang menyendiri, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain dan kurang dapat menarik hati orang lain. Bahaya dari orang yang memiliki tipe ini adalah apabila jarak dengan dunia obyektifnya terlalu jauh. Akibatnya seseorang akan lepas dari dunia obyektifnya, sehingga terasa asing dari lingkungannya (Sujanto, Lubis & Hadi, 1993).

Depresi Remaja

Depresi remaja disebabkan oleh faktor biogenetis dan lingkungan sosial (Hayward, Killen & Taylor, 1994 dalam Santrock, 1996). Para ahli psikologi berpendapat bahwa depresi remaja timbul karena ada pengalaman-pengalaman yang mendukung ke arah tersebut sejak usia kanak-kanak (Santrock, 1996). Menurut Hoeksema (2001), depresi pada remaja dapat dikarenakan adanya akumulasi dari berbagai tekanan pembelajaran yang diperoleh dari remaja dari sekolah saat remaja masih dalam usia kanak-kanak. Meskipun akumulasi pembelajaran-pembelajaran tersebutlah yang sebenarnya mempengaruhi pula tingkat keterampilan dan kemampuan mereka.

(36)

perubahan dalam proses hormonal. Monks, et al. (1999) mengatakan bahwa hormon-normon yang dihasilkan pada usia re maja akan memberikan stimulasi sedemikian rupa, sehingga anak merasakan rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsang hormonal tadi akan menyebabkan suatu rasa tidak senang dalam dirinya, bahkan suatu rasa yang belum pernah dialami sebelumnya dan sulit untuk dimengerti. Di samping itu, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi remaja terkena depresi adalah karena tidak optimalnya hubungan interaksi remaja, baik terhadap orang tuanya maupun teman-temannya (Jacobsen, Lahey, & Strauss, 1983 dalam Santrock, 1996). Santrock (1998) mengatakan bahwa orang tua bisa menjadi penyebab depresi bagi remaja. Orang tua yang emosional, selalu ada konflik perkawinan, serta adanya masalah ekonomi dalam rumah tangga dapat memberikan peluang bagi remaja untuk mengalami depresi.

Selain faktor orang tua, tidak adanya hubungan pertemanan dapat pula mempengaruhi timbulnya permasalahan depresi bagi remaja. Remaja yang tidak memiliki sahabat, jarang berteman, tetapi ada tuntutan tertentu dari kelompok bermainnya maka dapat meningkatkan tekanan depresi pada remaja (Venberg, 1990 dalam Santrock, 1996). Depresi dapat menjadi penyebab remaja memiliki sifat berpikiran negatif. Hal ini karena kemungkinan adanya pembawaan dari peristiwa-peristiwa buruk yang pernah dialami oleh remaja.

Ada dua jenis depresi menurut Sarwono (2004), yaitu depresi manik dan episode depresi. Seseorang yang mengalami depresi manik masih mempunyai rasio yang berfungsi dengan baik (tidak ada halusinasi atau waham), akan tetapi perasaannya terus- menerus terganggu. Gangguan tersebut bisa merupakan perasaan gembira yang berlebih- lebihan, bicara berlebih- lebihan, harga diri yang berlebih- lebihan, dan lain- lain, yang berlangsung terus- menerus.

(37)

depresif bersumber pada konflik pribadi yang terdapat dalam diri penderita yang bersangkutan.

Dalam teori Beck menurut Dewi (2003), depresi didefinisikan dengan cara menunjukkan beberapa gejala perilaku depresi yang telah dikelompokkannya menjadi 21 kategori. Beberapa kategori tersebut antara lain adalah suasana hati (mood), sikap pesimistik, selalu merasa gagal, kehilangan kepuasan, perasaan serba salah, merasa terhukum, perasaan tidak suka dengan diri sendiri, merasa tertuduh, ingin melakukan kenakalan, selalu menangis, mudah marah, menarik diri dari lingkungan, selalu merasa bimbang, penyimpangan terhadap body image, hambatan dalam bekerja, gangguan tidur, gangguan sakit kepala, kehilangan nafsu makan, kehilangan berat badan, kegemaran melakukan eksperimentasi fisik terhadap dirinya sendiri (somatic preoccupation), dan kehilangan gairah seksualitas.

Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah suatu perilaku remaja yang bersifat negatif dan melanggar norma yang berlaku. Willis (2005) mengatakan, bahwa kenakalan remaja merupakan atribut yang diberikan oleh masyarakat terhadap tingkah laku remaja yang menyimpang dari aturan-aturan normatif yang dianut oleh anggota masyarakat tempat remaja itu hidup.

Bentuk kenakalan remaja bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Dalam hal ini, Ramayanti (2000), membagi kenakalan ke dalam dua klasifikasi yaitu kenakalan yang bersifat umum dan kenakalan yang bersifat kriminal. Kenakalan umum dan kriminal dibedakan berdasarkan dampak yang ditimbulkannya bagi kehidupan sosial bermasyarakat. Jika remaja melakukan tindakan kenakalan yang anti sosial serta meresahkan masyarakat, maka hal itu cenderung kepada kenakalan remaja yang mengarah pada tindakan kriminal.

(38)

lain lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini faktor lingkungan keluarga meliputi :

1. Status ekonomi orangtua rendah, banyak penghuni/keluarga besar, rumah kotor. 2. Memiliki kebiasaan yang kurang baik, moralitasnya merupakan tanda tanya.

3. Tidak melaksanakan tata tertib dan kedisiplinan atau bahkan menerapkan disiplin yang salah.

4. Tidak mampu mengembangkan ketenangan emosional. 5. Anak tidak mendapatkan kasih sayang orang tua. 6. Anak diasuh bukan dengan orang tuanya.

7. Tidak ada rasa kebersamaan antar anggota keluarga. 8. Ada penolakan baik dari ibu maupun ayah.

9. Orang tua kurang memberi pengawasan pada anaknya.

10.Broken home, karena kematian, perceraian, hukuman, dan lainnya.

Dalam teorinya, Graham (1983) dalam Sarwono (2004) juga membagi faktor- faktor penyebab kenakalan remaja ke dalam dua bagian, yaitu :

1. Faktor lingkungan :

a. Malnutrisi (kekurangan gizi) b. Kemiskinan di kota-kota besar

c. Gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu- lintas, bencana alam, dan lain-lain)

d. Migrasi (urbanisasi, pengungsian karena perang, dan lain- lain) e. Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lain- lain)

f. Keluarga yang tercerai-berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama, dan lain-lain)

g. Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga : 1. Kematian orang tua

2. Orang tua sakit berat atau cacat

(39)

5. Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan keuangan, tempat tinggal tidak memenuhi syarat, dan lain-lain)

2. Faktor pribadi :

a. Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan lai- lain)

b. Cacat tubuh

c. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri

Menurut Santrock (1998), remaja cenderung melakukan tindak kenakalan saat memiliki identitas diri yang negatif. Identitas diri yang negatif tersebut dapat terbentuk oleh pengaruh pertemanan yang sangat kuat, tetapi di satu sisi remaja tidak memiliki daya tahan yang kuat terhadap pengaruh lingkungannya (resistensi yang rendah). Dalam hal ini, Anonymous (2003b) menengarai bahwa kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan remaja sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif.

Bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrem bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kekerasan, sampai tindakan kriminal. Menurut Hammen (1992) dalam Santrock (1996), kenakalan pada remaja sering dipengaruhi oleh gejala- gejala depresi. Meskipun tidak semua depresi remaja merupakan perilaku nakal, tetapi depresi-dengan frekuensi yang tinggi merupakan faktor pendukung terjadinya kenakalan (Pfeffer, 1986 dalam Santrock, 1996).

(40)

KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam penelitian ini, yang akan dilihat adalah pengaruh tingkat depresi terhadap tingkat kenakalan contoh. Tingkat depresi dipengaruhi oleh jenis kepribadian (introvert dan ekstrovert) yang terbentuk, karena pengaruh karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi contoh dan lingkungan yang meliputi gaya pengasuhan orang tua dan peer group. Adapun tingkat kenakalan dipengaruhi oleh tingkat depresi yang dialami contoh. Akan tetapi, faktor lingkungan tidak termasuk sebagai variabel penelitian.

Faktor karakteristik contoh terdiri dari usia contoh, posisi contoh sebagai anak dalam keluarga, bidang keahlian di sekolah dan besarnya uang saku perhari. Faktor karakteristik sosial ekonomi contoh terdiri dari besar keluarga, usia ayah dan ibu, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu dan pendapatan keluarga perbulan perkapita. Bagan kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Pengaruh Tingkat Depresi dari Jenis Kepribadian Remaja terhadap Tingkat Kenakalannya.

(41)

Menurut Blackman (1995), masa remaja adalah masa seorang individu sedang mengalami kekacauan emosi, kelabilan keinginan, kesuraman dalam menginstropeksi diri, penuh dengan dunia angan-angan serta sangat sensitif. Pada masa ini remaja sedang mamainkan perannya sebagai pembangkang dan selalu melakukan uji coba dengan berbagai macam tingkah laku.

Hal ini karena masa remaja adalah masa seseorang sedang mencari identitas dirinya (Havighurst, 1976 dalam Monks, et al., 1999). Dalam masa pencarian identitas diri, remaja membutuhkan bimbingan dari orang-orang terdekat yang ada di sekelilingnya. Dengan kata lain remaja memiliki sifat ketergantungan terhadap orang lain untuk pengembangan kepribadian dirinya (Priyonggo, 2002).

Geerzt (1973) dalam Anonymous (2003a) mengatakan bahwa orang tua menjadi tempat dimana anak mendapatkan kebebasan dan pengembangan kepribadian; selain rasa aman, tentram, kasih sayang, serta prinsip-prinsip etika dan moral. Sedangkan Kuntjoro (2002) menambahkan bahwa sifat ketergantungan remaja juga ditandai dengan perilaku yang cenderung didasari oleh ikut- ikutan perilaku teman-temannya.

Dalam kondisi remaja sedang mengembangkan kepribadiannya tersebut, remaja dapat mengalami depresi karena berbagai tekanan dari lingkungannya. Depresi pada remaja berhubungan erat dengan proses perkembangan fisiologis tubuh remaja yang menghasilkan rangsang hormonal. Rangsang hormonal tesebut akan menyebabkan suatu rasa tidak tenang dalam diri remaja, bahkan suatu rasa yang belum pernah dialami sebelumnya serta sulit untuk dimengerti (Monks, et al., 1999). Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa remaja memiliki kecenderungan dapat mengalami gangguan kepribadian.

(42)

METODE PENELITIAN

Disain, Tempat dan Waktu Penelitian

Disain penelitian ini adalah Retrospectif Study. Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswa di SMK -TI YAPIS, Tri Dharma 1, dan PGRI 2 Kota Bogor, pada bulan Januari sampai dengan Februari 2004. Pemilihan tempat ini berdasarkan tingkat kerawanan tindak kejahatan serta tingginya angka kenakalan remaja SMK-TI di Kota Bogor yang tergolong cukup tinggi (Polresta Bogor, 2004).

Cara Pemilihan Contoh

Pemilihan contoh dilakukan dengan melakukan beberapa tahap. Tahap pertama adalah pemilihan 3 SMK-TI bermasalah yang dilakukan secara purposive dengan menggunakan data yang diperoleh dari Polresta Bogor. Pemilihan sekolah secara purposive

menggunakan data sekunder ini sesuai dengan petunjuk yang disampaikan Singarimbun dan Effendi (1995). Setelah itu, memilih siswa kelas dua juga secara purposive. Akan tetapi, hanya sekitar 60 % dari jumlah keseluruhan siswa-siswa kelas dua tersebut atau sebanyak 628 orang yang dapat dijadikan sebagai populasi contoh. Kemudian dilanjutkan dengan memilih contoh secara acak (random sampling) kurang lebih sebanyak 11 %, yaitu sebesar 72 orang. Namun 1 orang contoh dinyatakan gugur dalam proses sampling, sehingga yang tersisa tinggal 71 orang contoh.

Seluruh contoh berjenis kelamin laki- laki dan mewakili tiap jurusan (listrik, otomotif, dan mesin). SMK-TI YAPIS, Tri Dharma 1 dan PGRI 2 dipilih karena memiliki frekuensi tindak kenakalan dan kejahatan yang tergolong tinggi berdasarkan data dari Polresta Bogor sejak tahun 2000 sampai bulan Agustus 2003 (Lampiran 14).

Gambar 2. Skema Pengambilan Contoh Penelitian. Jenis dan Cara Pengambilan Data

SMK-TI

se-Kota Bogor Purposive

SMK-TI : §YAPIS §Tri Dharma 1 §PGRI 2

Siswa kelas 2 di 3 SMK-TI = 628 orang

Contoh = 71 orang

(43)

Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas pribadi contoh, karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi contoh, jenis kepribadian, tingkat depresi, serta tingkat kenakalan. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dibawah pengawasan enumerator. Adapun teknik wawancara dilakukan sebagai sarana untuk memperoleh informasi tambahan yang diperlukan.

Data sekunder yang digunakan meliputi data tentang jumlah siswa SMK-TI bermasalah, tingkat kenakalan, dan tindak kejahatan atau tingkat kriminalitas remaja SMK -TI di Kota Bogor. Data mengenai jumlah siswa SMK --TI yang melakukan tidak kejahatan serta kriminalitas diperoleh dari Polresta Bogor, sedangkan data mengenai tingkat kenakalan contoh diperoleh dari sekolah yang bersangkutan.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif dan inferensia menggunakan program SPSS 10.0 for windows, yang meliputi uji beda T (T-test), uji beda U-Mann Whitney, uji korelasi Spearman, dan uji Regresi Linear Berganda. Analisa deskriptif dilakukan untuk menjelaskan faktor- faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat kenakalan. Sedangkan analisa inferensia dilakukan untuk melihat adanya perbedaan, adanya hubungan, serta adanya pengaruh antara variabel- variabel yang diteliti (Santoso, 2001).

Analisis inferensia dengan uji beda T (T-test), dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata pada variabel karakteristik contoh dan karakteristik sosial ekonomi contoh yang sifat datanya parametrik, pada dua jenis kepribadian (Introvert dan Ekstrovert). Uji beda

(44)

Analisis inferensia dengan uji Regresi Linear Berganda, dilakukan untuk melihat pengaruh karakteristik contoh, sosial ekonomi contoh, jenis kepribadian contoh dan tingkat depresi contoh; terhadap tingkat kenakalan contoh. Menurut Sudarmanto (2005), analisis regresi digunakan untuk tujuan peramalan, dimana dalam model tersebut ada sebuah variabel dependent (tergantung) yang disebut dengan kriterium dan variabel independent

(bebas) disebut dengan istilah prediktor. Adapun model dari uji statistik regresi linier berganda adalah :

Y = βo + β1X1 + β2X2 + .... + βkXk + ε

Keterangan : Y = Variabel dependent

βo... βk = Parameter koefisien regresi

X1... Xk= Variabel independent

ε = Galat

Sebelum dilakukan skoring, semua variabel diuji kekonsistenannya dengan metode

Cronbach’s Alpha. Konsistensi variabel menggambarkan kemantapan dan “keajegan” alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur tersebut stabil sehingga dapat diandalkan dan dapat digunakan untuk meramalkan (predictability). Reliabilitas hasil uji Cronbach’s Alpha dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Alpha Cronbach dan Jumlah Pertanyaan Tiap Variabel yang Diukur

Variabel Nilai

Alpha Cronbach

Jumlah Pertanyaan

Kepribadian 0,8629 7

Depresi Aspek Perasaan Diri 0,5374 4

Depresi Aspek Pekerjaan 0,7328 4

Depresi Aspek Fisik 0,6341 3

Depresi Total 0,7625 11

Kenakalan Biasa 0,8004 13

Kenakalan Kriminal 0,6835 11

Kenakalan Total 0,8498 24

(45)

Skor Ideal/Aktual Tertinggi Contoh – Skor Ideal/Aktual Terendah Contoh IK =

Jumlah Kategori Keterangan :

Kategori Pertama : skor terendah = x = skor terendah + 1 IK

Kategori Kedua : (skor terendah + 1 IK) + 1 < x = ((skor terendah + 1 IK) + 1) + 1 IK

Kategori Seterusnya... : (((skor terendah + 1 IK) + 1) + 1 IK) + 1 < x = seterusnya...

Kategori Terakhir : ...seterusnya < x = skor tertinggi

Pendapatan keluarga per kapita per bulan contoh diklasifikasikan berdasarkan batas garis kemiskinan menurut BPS Kota Bogor Tahun 2003, ya itu sebesar Rp. 149.401,- (BPS Kota Bogor, 2003). Sehingga menurut klasifikasi tersebut, ada 2 kelompok contoh, yakni contoh yang pendapatan keluarga perbulan perkapitanya di bawah batas garis kemiskinan (< Rp. 149.401,-) dan contoh yang pendapatan keluarga perbulan perkapitanya di atas batas garis kemiskinan (= Rp. 149.401,-).

Besar keluarga serta usia ayah dan ibu contoh diklasifikasi berdasarkan metode interval kelas yang dikembangkan oleh Slamet (1993), dengan menggunakan data aktual. Akan tetapi kepribadian, tingkat depresi dan tingkat kenakalan contoh diklasifikasi berdasarkan metode interval kelas yang dikembangkan oleh Slamet (1993), dengan menggunakan data ideal.

Untuk mengukur kepribadian contoh, digunakan 7 pertanyaan. Skor untuk masing-masing pertanyaan tersebut adalah 1-4 (Lampiran 1). Kemudian diklasifikasi menggunakan metode interval kelas menurut Slamet (1993). Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah contoh introvert sebanyak 23 orang dengan kategori skor kepribadian antara 7-17, sedangkan jumlah contoh ekstrovert sebanyak 48 orang, dengan kategori skor kepribadian antara 18-28.

(46)

dan 3 pertanyaan untuk mengidentifikasi depresi contoh pada aspek fisik. Skor untuk masing-masing pertanyaan tersebut adalah 1-4 (Lampiran 1). Skor 4 untuk pernyataan tidak mengalami, skor 3 untuk pernyataan masih dapat me nguasai keadaan diri, skor 2 untuk pernyataan telah merubah sikap, dan skor 1 untuk pernyataan tidak dapat bertahan lagi.

Setelah diklasifikasi menggunakan metode interval kelas menurut Slamet (1993), diperoleh 4 klasifikasi tingkat depresi pada masing- masing aspek. Pada aspek perasaan diri dan pekerjaan, skor antara 4-7 = berat; skor antara 8-11 = sedang; skor antara 12-15 = ringan; dan skor 16 = normal. Pada aspek fisik, skor antara 3-5 = berat; skor antara 6-8 = sedang; skor antara 9-11 = ringan; dan skor 12 = normal. Sedangkan pada tingkat depresi total, skor antara 19-25 = berat; skor antara 26-32 = sedang; skor antara 33-39 = ringan; dan skor antara 40-41 = normal. Tingkat depresi ini hanya diukur berdasarkan perasaan serta sikap contoh yang pernah dialami sejak satu tahun terakhir, dan tidak menggambarkan perasaan dan sikap contoh saat penelitian sedang berlangsung.

Sedangkan untuk mengukur tingkat kenakalan, digunakan 24 pertanyaan. Masing-masing sebanyak 13 pertanyaan adalah untuk mengidentifikasi tingkat kenakalan biasa contoh dan 11 pertanyaan untuk mengidentifikasi tingkat kenakalan kriminal contoh. Skor untuk masing- masing pertanyaan tersebut adalah 1-3 (Lampiran 1). Skor 3 untuk pernyataan tidak pernah melakukan, skor 2 untuk pernyataan pernah melakukan, dan skor 1 untuk pernyataan sering melakukan.

Setelah diklasifikasi menggunakan metode interval kelas menurut Slamet (1993), diperoleh 2 klasifikasi tingkat kenakalan pada masing- masing jenis kenakalan. Pada kenakalan biasa, skor antara 13-26 = berat; dan skor antara 27-39 = ringan. Pada kenakalan kriminal, skor antara 11-22 = berat; dan skor antara 23-33 = ringan. Pada kenakalan total, skor antara 43-57 = berat; dan skor antara 58-70 = ringan.

Definisi Operasional Contoh :

Siswa SMK-TI Yapis, Tri Dharma, dan PGRI II Bogor; dengan batasan usia remaja awal yaitu antara 15 sampai 19 tahun.

(47)

Usia contoh, bidang keahlian/jurusan di sekolah, posisi sebagai anak dalam keluarga, besar keluarga, dan uang saku perhari.

Karakteristik Keluarga Contoh :

Usia ayah dan ibu contoh, pendidikan terakhir ayah dan ibu contoh, pekerjaan ayah dan ibu contoh, dan pendapatan keluarga contoh perbulan perkapita.

Kepribadian Contoh :

Kepribadian Introvert dan ekstrovert. Introvert (Introversion) :

Sikap contoh yang lebih memprioritaskan kepentingan internal dirinya sendiri. Ciri-cirinya antara lain hatinya lebih tertutup, senang menyendiri, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain dan kurang dapat menarik hati orang lain.

Ekstrovert (Ekstroversion) :

Sikap contoh yang lebih senang dengan orang lain atau menyenangi sesuatu di luar dirinya. Ciri-cirinya antara lain hatinya lebih terbuka, banyak berbicara, mudah bergaul, dan sangat peka dengan lingkungan di luar dirinya; sehingga hubungan dengan orang lain lebih lancar.

Depresi :

Gangguan kejiwaan yang bersifat hipoaktif (neurotik depresif) yang bersumber pada konflik pribadi yang terdapat dalam diri penderita yang bersangkutan dan hanya menyangkut aspek emosi seseorang.

Depresi Aspek Perasaan Diri :

Hal perasaan sedih, kecewa, cemas dan bersalah. Depresi Aspek Pekerjaan :

Hal bergaul dengan masyarakat, ingin bunuh diri, membuat keputusan dengan baik dan sulit tidur.

Depresi Aspek Fisik :

Hal kehilangan nafsu makan, berat badan dan kekhawatiran akan kesehatan. Depresi Total :

(48)

Depresi Berat : skor=4-7 (aspek perasaan diri), skor=4-7 (aspek pekerjaan), skor=3-5 (aspek fisik), skor=19-25 (depresi total). Depresi Sedang : skor=8-11 (aspek perasaan diri), skor=8-11 (aspek pekerjaan), skor=6-8 (aspek fisik), skor=26-32 (depresi total).

Depresi Ringan : skor=12-15 (aspek perasaan diri), skor=12-15 (aspek pekerjaan), skor=9-11 (aspek fisik), skor=33-39 (depresi total). Normal : skor=16 (aspek perasaan diri), skor=16 (aspek pekerjaan), skor=12 (aspek fisik), skor=40-41 (depresi total). Kenakalan Contoh :

Kenakalan yang umum dilakukan remaja seperti sering mengganggu, menggoda atau mengusik orang lain, sering melakukan pelanggaran-pelanggaran pada peraturan sekolah; peraturan keluarga/orang tua; serta norma masyarakat pada umumnya.

Kenakalan Biasa :

Merokok, membolos, kabur dari sekolah, iseng/jahil terhadap orang lain, mabuk karena minum, mengancam orang lain, malak/ngompas, minum obat-obatan terlarang, kebut-kebutan, tawuran, lari dari rumah, nongkrong, pulang sampai larut malam.

Kenakalan Kriminal :

(49)

merampas, merampok, menonton dan membaca pornografi, menikam/melukai orang lain, mengkonsumsi ganja.

Kenakalan Total :

Jumlah skor total dari tingkat kenakalan biasa dan kriminal contoh. Tingkat Kenakalan Contoh :

(50)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

SMK-TI Yapis. SMK -TI Yapis berdiri secara resmi pada tahun 1972 di atas tanah seluas 3.851 m2, dengan SK No. III/5 Juni 1962. Sekolah yang saat ini telah berstatus disamakan tersebut, sampai saat ini telah mengalami 4 kali pergantian kepemimpinan Kepala Sekolah. Dalam kepemimpinannya, Kepala Sekolah (Kepsek) dibantu oleh tiga orang Wakil Kepala Sekolah (Wakasek), yang masing- masing membidangi kurikulum, kesiswaan, dan humas. SMK -TI Yapis, memiliki sekitar 39 orang guru, beserta karyawan TU dan office boy yang semuanya berjumlah 7 orang.

Untuk mendukung aktifitas belajarmengajar, beberapa fasilitas yang dimiliki SMK -TI Yapis antara lain 1 ruang Kepsek, 1 ruang Wakasek, 1 ruang guru, 24 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 5 ruang praktikum, 1 mushollah, dan 9 WC (3 WC guru dan 6 WC siswa). Ruang praktikum yang ada terbagi ke dalam 1 ruang praktikum mesin perkakas, 1 ruang praktikum listrik, 1 ruang paktikum otomotif, 1 ruang praktikum bangunan, dan 1 ruang praktikum kerja bangun.

Waktu belajar yang diselenggarakan sekolah untuk kegiatan belajar-mengajar terbagi menjadi dua bagian waktu, yaitu pagi dan sore. Waktu belajar pagi, dimulai dari pukul 07.10- 12.20 BBWI, sedangkan waktu bela jar siang dimulai dari pukul 12.50-16.20 BBWI.

Adapun kegiatan kesiswaan di sekolah tersebut di bawah koodinasi organisasi OSIS. Kegiatan-kegiatan kesiswaan yang sering diselenggarakan adalah kegiatan olah raga dan kegiatan keagamaan. Sebagai prestasi terbaru dari kegiatan kesiswaan sekolah tersebut, pada tahun 2003 yang lalu, SMK -TI Yapis memperoleh juara II lomba Band, yang di adakan di IPB, Bogor.

(51)

Menurut Data tahun 2000/2001 SMK-TI Tri Dharma ini dip impin oleh seorang Kepala Sekolah dan mempunyai lima Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) yaitu Wakasek Kesiswaan, Wakasek Administrasi, Wakasek Kurikulum, Wakasek Sarana dan Wakasek Kejuruan Bengkel. Mempunyai 60 orang guru dan mempunyai jumlah murid kelas I sebanyak 440 murid (1 perempuan), kelas II sebanyak 461 murid (2 perempuan) dan kelas III sebanyak 566 Orang (2 perempuan).

Jumlah petugas TU sebanyak 9 orang dan mempunyai 1 orang satpam. Waktu belajar dibagi menjadi dua shift. Shift pertama masuk pagi pukul 07.15-12-45 BBWI dan shift kedua masuk siang hari pukul 12.50-18.20 BBWI (1jam pelajaran = 40 menit) dengan lama waktu istirahat 15 menit. Jurusan yang ada yaitu jurusan mesin, otomotif, dan listrik. Jumlah kelas yang ada totalnya adalah 39 kelas. Kelas I berjumlah 13 kelas, kelas II ada 12 kelas dan kelas III ada 14 kelas.

Jenis Esktrakurikuler yang ada adalah PMR, Pramuka dan Paskibra. Sekolah ini mempunyai beberapa fasilitas ruangan yaitu, ruang guru, kepala sekolah, bimbingan dan penyuluhan, ruang OSIS, ruang komputer, perpustakaan, musholla, gudang, 3 buah ruang WC guru dan Siswa, serta 1 ruang penjaga sekolah. Terdapat pula 2 ruangan tata usaha, 24 ruangan kelas, 3 ruangan gambar, dan 6 ruangan bengkel. Selain itu, fasilitas lain yang ada yaitu motor sebanyak 1 buah.

SMK-TI PGRI II. SMK -TI PGRI II terletak di Komplek Balitbangnak (Badan Penelitian dan Pengembangan Peternakan), di jalan Padjajaran, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Sekolah ini diresmikan secara sah pada tahun 1968. Baru pada tahun 1995, kemudian sekolah ini mendapat status disamakan dengan SK No. 37-C-Kep-M-1996. Bangunan sekolah ini baru berdiri secara permanen mulai tahun 1992, di atas tanah seluas 2100 m2.

(52)

honorer. Selain itu ada 13 orang staf TU, dengan 1 orangnya yang merangk ap menjadi satpam, serta ada beberapa orang lainnya yang merangkap menjadi aspiran praktek (toelman). Sementara untuk Ketua Jurusan, masing- masing tanggung jawabnya ditangani langsung dari pihak guru/pengajar.

Sejak mengikuti kurikulum tahun 1994, sekola h ini membagi jurusannya ke dalam 2 bidang keahlian, yakni bidang keahlian Teknik Mesin dan bidang keahlian Teknik Elektro. Pada bidang keahlian Teknik Mesin, terbagi lagi menjadi sub bidang keahlian Perkakas dan Mekanik Otomotif. Sedangkan pada bidang Teknik Elektro, sub bidang keahliannya adalah Teknik Listrik Pemakaian.

Waktu belajar di sekolah ini dimulai dari pukul 07.15-13.00 BBWI (1 jam pelajaran = 40 menit), dengan lama waktu istirahat adalah 10 menit. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada antara la in OSIS dan Paskibra. Sampai saat ini kegiatan yang masih aktif diadakan oleh OSIS adalah mengadakan atau mengikuti kompetisi Olah Raga terutama Olah Raga Volley Ball, baik di internal sekolah maupun antar sekolah.

Beberapa fasilitas ruangan yang dimil iki sekolah ini antara lain ruang OSIS, Bimbingan dan Penyuluhan, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang TU, musholla, ruang komputer, laboratorium kimia, perpustakaan, gudang, dan ruang guru. Selain itu ada juga 6 ruangan praktek, masing- masing adalah 1 buah ruangan las tempat; 1 buah ruangan kerja bangku; 2 ruangan kerja mesin; 1 ruangan kelistrikan otomotif; dan 1 ruangan perbodas (pengecetan), 7 buah WC; masing- masing 1 WC Kepala Sekolah; 2 WC Guru; 1 WC TU, dan 3 WC siswa. Adapun fasilitas lainnya yang dimiliki sekolah ini adalah mobil sebanyak 2 buah, serta memiliki 1 ruangan untuk penjaga sekolah (mess).

Jenis Kepribadian Contoh

Gambar

Tabel 1.  Orang yang Pertama Diharapkan Membantu Remaja dalam Berbagai                  Masalah
Gambar 1.  Bagan Kerangka Pemikiran Pengaruh Tingkat Depresi dari Jenis
Gambar 2.  Skema Pengambilan Contoh Penelitian.
Tabel 2.  Nilai Alpha Cronbach dan Jumlah Pertanyaan Tiap Variabel yang Diukur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas

Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengembangan buku berbahasa Jawa bergambar sebagai penunjang pembelajaran

1) model pengembangan pembelajaran adalah suatu pola atau kerangka yang sistematis untuk mengembangkan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran..

Secara teknis, perkawinan ngengat di dalam kandang kasa lebih efisien karena masa bertelur lebih singkat daripada kandang plastik, jumlah telur yang dioviposisikan sampai hari

Daya dorong sebuah kajian tergantung pada latar belakang pengarangnya, bisa dari profesinya, asal kebangsaan dan etniknya, kelompok sosial politiknya, atau zaman

Peraturan tersebut juga mengatur tentang perubahan besaran jumlah pinjaman untuk setiap Mitra Binaan PK menjadi Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dengan besaran jasa

c.| Sirkulasi dan Parkir Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan

Obyek Retribusi adalah pelayanan pemberian hak pemakaian atas pemakaian tempat Rekreasi dan Olah Raga milik Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu, yang meliputi :..