PENGEMBANGAN BUKU BERBAHASA JAWA BERGAMBAR SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN BAHASA JAWA
SEKOLAH DASAR
Skripsi
disajikan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa
oleh
Nama : Amrih Setiowati
NIM : 2102408083
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
sebagai Penunjang Pembelajaran Bahasa Jawa Sekolah Dasar. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing 1: Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum., Pembimbing II: Mujimin, S.Pd.
Kata Kunci: Buku, Jawa, Bergambar, Sekolah Dasar
Kegiatan belajar-mengajar di kelas membutuhkan perangkat pembelajaran yang beraneka ragam akan tetapi, peredaran buku pelajaran saat ini mengalami kendala baik dari segi kuantitas maupu kualitas. Kondisi ini juga terjadi bagi mata pelajaran muata lokal bahasa Jawa. Dari segi kuantitas jumlah buku bahasa Jawa yang beredar kurang mencukupi jika dibandingkan dengan jumlah peserta didik. Kendala lainnya yaitu pada kualitas buku yang kurang sesuai dengan kurikulum dan kondisi sosial budaya masyarakat pengguna buku tersebut.
Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengembangan buku berbahasa Jawa bergambar sebagai penunjang pembelajaran bahasa Jawa sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah mengembangankan prototipe buku berbahasa Jawa bergambar sebagai penunjang pembelajaran bahasa Jawa Sekolah Dasar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development (R&D).
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru dan ahli (uji ahli kosakata dan grafis). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, studi pustaka, dokumentasi, wawancara, dan angket yang terbagi menjadi angket kebutuhan pengembangan kampus dan angket penilaian prototipe. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini berupa pembuatan buku berbahasa Jawa bergambar. Pada bagian pembukaan kamus terdapat halaman judul dalam, identitas buku, halaman judul singkat, persembahan, kata pengantar, petunjuk penggunaan kamus, dan daftar isi.
Bagian isi berisi daftar kosakata yang dikemas berdasarkan tema dan disusun sesuai letak gambar. Adapun tema yang tersaji untuk isi kamus adalah tema anggota tubuh; tema warna; tema angka; dan tema silsilah kekeluargaan.Selain memaparkan kosakata yang diikuti gambar, dipaparkan juga
halaman keterangan kosakata sulit dan halaman tataran tembung. Bagian penutup
terdapat daftar pustaka, dan biodata penulis.
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan dalam penelitiaan ini, peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut. Pertama,buku berbahasa Jawa
bergambar dapat digunakan sebagai salah satu sumber pustaka dalam proses
belajar mengajar. Kedua, perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji
keefektifan buku berbahasa Jawa bergambar.
sebagai Penunjang Pembelajaran Bahasa Jawa Sekolah Dasar. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing 1: Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum., Pembimbing II: Mujimin, S.Pd.
Tembung Pangrunut : Buku, Jawa, Gambar, Sekolah Dasar
Pasinaonan ing kelas butuhake perangkat sinau sing werna-werna. Nanging, buku pelajaran sing kasebar iku ana alangan ing babagan kualitas lan kuantitas. Kahanan kaya ngene uga dialami karo buku-buku kanggo piwulangan basa Jawa. Ing piwulangan basa Jawa perkara bab kuantitas yaiku amarga jumlah buku kanggo piwulangan ora jumbuh karo jumlah siswa sing ana. Ing bab kualitas yaiku amarga buku sing ana saiki ora trep karo kurikulum lan karo kahanane sosial budaya masyarakat sing nggunake buku iku.
Adhedhasar andharan iku ditemtokake perkara ing panaliten iki yaiku kepiye ngembangke buku basa Jawa gambar kanggo pasinaon basa Jawa siswa Sekolah Dasar. Ancas panaliten iki yaiku ngembangke prototipe buku basa Jawa gambar supaya bisa digunakake pasinaon basa Jawa siswa Sekolah Dasar.
Panaliten iki kalebu panaliten Research and Development (R&D). Subjek panaliten iki yaiku guru lan ahli. Teknik ngumpulake data ing panaliten iki yaiku nganggo observasi, studi pustaka, dokumentasi, wawancara, lan angket sing kabagi dadi angket analisis kabutuhan lan angket uji ahli. Teknik analisis data nggunakake deskriptif kualitatif.
Asil panaliten arupa tata cara nggawe buku basa Jawa gambar sing diarani nganggo. Ing bagian pambuka kamus diiseni judul njero, identitas buku, judul singkat, persembahan, atur sapala, petunjuk nggunakake buku, lan pandom buku.
Ing bagian isi buku diisi daftar tembung sing disusun adhedhasar tema perangane awak, warna, angka, lan sanak kadang. Sakliyane kuwi, isi kamus uga diisi karo kaca katrangan tembung angel, lan kaca tataran tembung. Ing bagian panutup ana pustaka buku, lan dandanggula jatidhiri pangripta.
Adhedhasar asil lan simpulan panaliten iki, paneliti ngaturi panyaruwe. Kapisan, Buku basa Jawa gambar bisa digunakake minangka salah sawijining sumber pustaka ing pasinaonan. Kapindho, perlune dianakake panaliten maneh kanggo nguji trep apa orane kamus iki.
Skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Berbahasa Jawa Bergambar
sebagai Penunjang Pembelajaran Bahasa Jawa Sekolah Dasar” telah disetujui oleh
pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi.
Pembimbing I
Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum. NIP196512251994021001
Pembimbing II
Mujimin, S.Pd. NIP 197209272005011002
Skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Berbahasa Jawa Bergambar
sebagai Penunjang Pembelajaran Bahasa Jawa Sekolah Dasar” telah
dipertahankan dihadapan panitia ujian skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Pada hari : Selasa
Tanggal : 13 Agustus 2013
Panitia ujian skripsi,
Ketua,
Dr. Abdurrachman Faridi NIP 195301121990021001
Sekretaris,
Ermi Dyah Kurnia, S.S., M.Hum. NIP 197805022008012025
Penguji I,
Dra. Esti Sudi Utami B.A., M.Pd. NIP 196001041988032001
Penguji II,
Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum. NIP 196512251994021001
Penguji III,
Mujimin, S.Pd. NIP 197209272005011002
Saya menyatakan bahwa yang tertulis ini benar-benar karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2013
Motto
”Wong urip iku kudu tansah dadi urub”
yang diresapi dari Q.S Hud:6
“Dan tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan Allah-
lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk
Pa’e dan Ma’e, keluarga Telamaya
tercinta, seorang imam yang telah
tertulis di lauhul mahfudz,para
pembelajar, dan almamater.
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt. atas segala limpahan
nikmat yang telah diberikan kepada penelitisehingga dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsi. Skripsi ini disusun sebagai suatu proses
kegiatan akademik untuk memberikan kontribusi terhadap penelitian bidang
pendidikan, khususnya pembinaan dan pengembangan bahasa Jawa.
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum.sebagai pembimbing I yang telah
membimbing, memotivasi, dan mendorong peneliti menjelajahi berbagai
pengetahuan berkaitan dengan topik penelitian ini sehingga proses
penyusunan skripsi ini berjalan lancar.
2. Mujimin, S.Pd., sebagai pembimbing II yang telah membimbing dengan
sabar dan dengan dorongan yang kuat sehingga peneliti mampu melewati
proses skripsi hingga akhir.
3. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk melaksanakan kegiatan akademik dan nonakademik di
Universitas Negeri Semarang;
4. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin pelaksanaan penelitian;
memberikan izin penelitian;
6. Sa’adah, S.Pd., Ibu Puji, Pak Iwan, Marsid Priyanto, S.Pd, para guru mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Jawayang telah membantu selama proses
penelitian;
7. Semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Demikian prakata yang dapat peneliti sampaikan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi proses perjalanan akademik dan penelitian yang akan datang.
Semarang, Juli2013
Amrih Setiowati
ABSTRAK... ii
SARI ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN... v
PERNYATAAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
PRAKATA ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Pembatasan Masalah ... 5
1.4 Rumusan Masalah ... 5
1.5 Tujuan Penelitian... 6
1.6 Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ... 8
2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.2.1.1 Pengertian Gambar ... 10
2.2.1.2 Manfaat Gambar untuk Pembelajaran Bahasa ... 11
2.2.1.3 Pemilihan Foto atau Gambar dalam Pembelajaran ... 13
2.2.2.4 Pengembangan Media Gambar ... 14
2.2.1.5 Tataran Tembung ... 17
2.2.3 Buku... 18
2.2.3.1 Jenis Buku ... 19
2.2.3.2 Ciri-ciri Buku Nonteks ... 21
2.2.3.3 Tataran Tembung ... 23
2.2.4 Karakter Psikolinguistik Siswa Sekolah Dasar ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Desain Penelitian ... 28
3.2 Subjek Penelitian ... 31
3.3 Instrumen Penelitian ... 32
3.3.1 Angket Kebutuhan Pengembangan Buku Berbahasa Jawa Bergambar ... 33
3.3.1.1 Angket Kebutuhan Guru ... 33
3.3.1.2 Angket Penilaian Prototipe Buku berbahasa Jawa bergambar ... 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 36
3.5 Teknik Analisis Data ... 37
3.5.1 Analisis Data Kebutuhan Prototipe ... 37
Sekolah Dasar... 37
3.6.1 Konsep ... 37
3.6.2 Rancangan ... 38
3.6.2.1 Sampul ... 38
3.6.3 Bentuk Buku Berbahasa Jawa Bergambar ... 38
3.6.4 Desain Isi ... 39
3.7 Prototipe Buku berbahasa Jawa bergambar untuk Siswa Sekolah Dasar ... 39
BAB IV PENGEMBANGAN BUKU BERBAHASA JAWA BERGAMBAR ... 40
4.1 Deskripsi Kebutuhan Pengembangan Buku Berbahasa Jawa Bergambar ... 40
4.2 Pembuatan Prototipe Buku Berbahasa Jawa Bergambar ... 41
4.3 Uji Ahli Prototipe Buku Berbahasa Jawa Bergambar ... 54
4.4 Perbaikan Prototipe Buku Berbahasa Jawa Bergambar ... 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1 Simpulan ... 64
5.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN ... 68
Tabel 3.2 Angket Kebutuhan Guru ... 45
Tabel 3.3 Angket Penilaian Prototipe Buku berbahasa Jawa bergambar ... 46
Gambar 4.2 Bagian Pendahuluan ... 44
Gambar 4.3 Isi Buku Bagian Tema Anggota Tubuh ... 45
Gambar 4.4 Halaman Isi Bagian Tema Warna... 48
Gambar 4.5 Isi Bagian Bab Angka ... 50
Gambar 4.6 Gambar Isi Bagian Silsilah Kekeluargaan ... 51
Gambar 4.7 Halaman Isi ... 53
Gambar 4.8 Gambar Perubahan Nama Judul Bab ... 59
Gambar 4.9 Gambar Desain Halaman Katranagan Tembung Angel... 53
Gambar 4.10 Gambar Desain Halaman ... 53
Lampiran II Angket Uji Kelayaan Grafis... 91
Lampiran III Angket Uji Kelayaan Kosakata... 114
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan belajar-mengajar di kelas membutuhkan perangkat
pembelajaran yang beraneka ragam. Kegiatan belajar mengajar tidak hanya
kegiatan bertatap muka, melainkan sebuah kegiatan yang terpadu dari persiapan,
pelaksanaan, hingga evaluasi. Untuk melengkapi ketiga proses itu, guru
hendaknya menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, materi
beserta media pembelajaran, daftar pertanyaan, program semester, program
tahunan, hingga persiapan remidial bagi siswa yang tidak bisa mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Perangkat pembelajaran tersebut merupakan sesuatu
yang sifatnya saling melengkapi yang didasarkan pada kurikulum tertentu.
Perangkat pembelajaran menjadi sesuatu yang sangat penting sehingga
ketentuan semacam ini menjadi salah satu bahasan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia (Mendiknas RI). Salah satu contohnya sebagaimana yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
(Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2008 yang menerangkan mengenai buku sebagai
salah satu perangkat pembelajaran. Dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008
ini diterangkan segala ketentuan tentang buku dari penulisan buku khususnya
buku pelajaran, jenis buku, hingga pengawasan buku dalam peredarannya.
Berdasarkan kutipan Permendiknas Nomor 2 tahun 2008 bab 2 pasal 3
butir pertama yang berbunyi:
“Departemen, Departemen yang menangani urusan agama, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat mengupayakan tersedianya buku yang bermutu dan sesuai dengan standar nasional pendidikan serta mencukupi kebutuhan pendidik dan peserta didik”
dan berdasarkan Permendiknas Nomor 2 tahun 2008 bab 3 pasal 4 butir pertama
yang berbunyi:
“Buku teks pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dinilai kelayakan-pakainya terlebih dahulu oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik dan/atau peserta didik sebagai sumber belajar di satuan pendidikan”,
memberikan isyarat bahwa pengadaan buku (dalam hal ini buku pelajaran) bisa
dilakuakan oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan pengawasan
tingkat kelayakan buku dari pemerintah. Oleh karena itu, sudah seharusnya buku
yang beredar di masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pelajar baik dari segi
kuantitas maupun kualitas.
Dikemukakan dalam seminar “Faculty Development Seminar” yang
diadakan oleh Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan Kebudayaan (dalam
Sadiman, 2011:v-vi) menyatakan bahwa adanya kelangkaan bahan-bahan pustaka
pendidikan yang diperlukan untuk memungkinkan penyelenggaraan dan
pengembangan pendidikan.
Realita lain disampaikan Prastowo (2012:6) yang memaparkan sebuah
realita di dunia pendidikan yang berkaitan dengan kondisi guru dan dosen. Para
guru dan dosen seringkali menggunakan bahan ajar buatan pabrik yang
diperjualbelikan bebas. Padahal, mereka tahu bahwa bahan ajar yang mereka
Dua fakta di atas menunjukkan bahwa peredaran buku pelajaran saat ini
mengalami kendala baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dari segi kuantitas
yaitu jumlah buku yang beredar kurang mencukupi untuk semua mata pelajaran
yang ada dan jumlah peserta didik. Kendala lainnya yaitu dari segi kualitas buku
yang kurang sesuai dengan kurikulum dan kondisi sosial budaya masyarakat
pengguna buku tersebut.
Deden (dalam Muslich:2010) berpendapat bahwa buku teks sangat
penting bagi pembelajaran tetapi jangan sampai guru menjadikan buku teks
sebagai patokan. Deden juga berpendapat bahwa saat ini buku teks pelajaran lebih
menekankan pada kemampuan kecerdasan intelektual siswa dan kurang
membahas mengenai kecerdasan emosional atau kecerdasan sosial. Buku teks
pelajaran yang seperti itu cenderung membosankan. Oleh karena itu, perlu
pengadaan buku yang berkualitas termasuk buku-buku sumber/buku
referensi/buku pengayaan yang bisa digunakan oleh guru untuk melakukan
inovasi pembelajaran.
Berdasarkan survei peneliti di beberapa penerbit buku pelajaran melalui
akses online dan beberapa toko buku di kota Semarang, peneliti menemukan
adanya kelangkaan buku referensi untuk bahasa Jawa. Penulis mengambil salah
satu contoh penerbit buku dan distributor buku online Kanisius. Dipaparkan
dalam laman web penjualan buku online khusus menu jenis buku referensi,
tersedia 3 kamus bahasa Jawa, 12 kamus bahasa Inggris, 101 buku referensi untuk
tingkat SD, 27 buku referensi untuk SMA, 20 buku referensi untuk SMP, 89 buku
tersebut, menunjukkan bahwa ketersediaan referensi untuk bahasa Jawa
khususnya kamus bahasa Jawa saat ini masih belum begitu banyak.
Disisi yang lain, buku referensi bahasa Jawa untuk penunjang
pembelajaran bahasa Jawa mulai dibutuhkan. Mengambil salah satu contoh kasus
yaitu hasil Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/2010 tentang
Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal (Bahasa Jawa) untuk Jenjang
Pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta Propinsi Jawa
Tengah, tepatnya pada kelas 1 SD Semester 2 Kompetensi Dasar (KD) Berbicara,
ada satu tantangan bagi guru untuk membimbing siswa agar bisa menyebutkan
dengan bahasa Jawa hal apa saja yang ada di lingkungan sekitar mereka, misalnya
nama dan fungsi anggota tubuh.
Pada KD ini dibutuhkan alat bantu berupa media atau bahan ajar yang
sesuai. Sesuai dengan pendapat Suyatno (2004:60) mengenai teknik pembelajaran
kosakata. Dia berpendapat bahwa salah satu teknik pembelajaran kosakata adalah
dengan menggunakan teknik kata dari gambar. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan sebuah media yang mengkolaborasikan antara jajaran kata-kata
dengan gambar.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, peneliti dapat menemukan empat
permasalahan utama. Permasalahan yang mampu diidentifikasi dari latar belakang
di atas adalah (1) adanya kelangkaan buku pelajaran baik dalam segi kualitas
menekankan pada kemampuan akademik, tidak disertai hal-hal yang mampu
meningkatkan kecerdasan intelektual dan sosial; (3) terdapat kelangkaan buku
referensi untuk mata pelajaran bahasa Jawa; dan (4) dibutuhkannya sebuah media
pengajaran yang mengkolaborasikan antara kosakata dengan gambar.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan, peneliti menentukan konsentrasi
penelitian pada permasalahan ketiga dan keempat yaitu hal yang berkaitan dengan
terdapat kelangkaan buku referensi untuk mata pelajaran bahasa Jawa dan
dibutuhkannya sebuah media pengajaran yang mengkolaborasikan antara kosakata
dengan gambar. Penelitian ini nantinya akan terpusat mengenai pengembangan
buku berbahasa Jawa bergambar.
Pengembangan buku berbahasa Jawa bergambar akan memberikan
referensi baru terhadap khasanah kebudayaan Jawa dan untuk dapat digunakan
sebagai penunjang pembelajaran bahasa Jawa. Pengembangan yang akan
dilakukan oleh peneliti nantinya akan difokuskan pada buku penunjang
pembelajaran bahasa Jawa pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini
adalah “Bagaimanakah Pengembangan Buku Berbahasa Jawa Bergambar sebagai
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
mengembangankan Buku Berbahasa Jawa Bergambar sebagai Penunjang
Pembelajaran Bahasa Jawa Sekolah Dasar.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bukan karena tanpa alasan, melainkan karena
ingin memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang. Sesuai dengan tujuan
penelitian, maka penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, baik
secara teoretis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian
pengembangan buku teks dan buku penunjang pada mata pelajaran
bahasa Jawa khususnya yang digunakan untuk siswa Sekolah Dasar.
b. Penelitian ini bisa dijadikan referensi mengenai khasanah kebudayaan
Jawa Tengah.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis hasil penelitian ini adalah menghasilkan
sebuah produk yang berupa buku berbahasa Jawa. Oleh karena itu, hasil
a. Manfaat untuk mahasiswa dan peneliti lain
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejauh ini baru sampai tahap
pembuatan produk. Oleh karena itu, memungkinkan kepada pihak lain
seperti mahasiswa/peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tindak
lanjut dengan kajian yang berbeda bisa menggunakan produk ini
sebagai bahan penelitian. Penelitian yang bisa dilakukan misalnya
meneliti keefektifan penggunaan buku ini jika diterapkan kepada siswa,
atau dengan kajian yang lainnya.
b. Manfaat untuk guru
Dengan dihasilkannya sebuah produk pengembangan buku referensi
berupa buku berbahasa Jawa, guru bisa memanfaatkannya sebagai salah
satu perangkat tambahan di kelas, buku referensi, atau bahan
permainan.
c. Manfaat untuk siswa
Selain guru, siswa juga bisa memanfaatkan buku ini sebagai bahan
bacaan di rumah agar wawasan mengenai kebahasaan dan kebudayaan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Sebuah penelitian merupakan suatu tindakan yang terealisasi dari hasil
berpikir dan mengamati yang tidak terlepas dari sebuah pernyataan atau penelitian
yang telah ada sebelumnya. Tinjauan pada hasil penelitian terdahulu berguna
untuk mengetahui relevansi sebuah penelitian yang akan dilakukan.
Pustaka yang mendasari penelitian ini yaitu hasil-hasil penelitian terdahulu
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Penelitian yang memiliki
keterkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2011), dan Fifana
(2012), yang merupakan penelitian pengembangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2011) mengembangkan sebuah
buku bahan ajar pembelajaran bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan
kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia dengan objek siswa Sekolah Dasar
pada pokok bahasan memahami cerita. Penelitian ini memiliki beberapa kesamaan
yaitu pada jenis penelitian, objek penelitian, dan salah satu kajian penelitiannya.
Jenis penelitian yang dilakuakan oleh Lestari adalah penelitian
pengembangan yang menghasilkan sebuah produk buku bahan ajar yang berupa
cerita rakyat. Produk tersebut selain berisi dialog juga memuat gambar sebagai
visualisasi tokoh cerita. Jenis penelitian pengembangan ini mampu memberikan
gambaran kepada peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan walaupun
produk yang dihasilkan berbeda. Lestari menghasilkan sebuah buku cerita
bergambar dan peneliti nantinya akan menghasilkan sebuah buku berbahasa Jawa
bergambar sederhana.
Penelitian yang dilakukan Lestari ini sama-sama memiliki objek yaitu
siswa Sekolah Dasar. Adapun letak perbedaannya adalah pada jenjang yang
diteliti. Lestari membatasi objek kajian pada siswa SD kelas tinggi (kelas 4-6 SD),
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menjadikan keseluruhan
jenjang siswa SD sebagai objek penelitian.
Dalam salah satu kajiannya, Lestari melakukan penelitian mengenai
gambar sebagai salah satu hal yang mampu menarik perhatian siswa. Berdasarkan
hipotesis penelitiannya, Lestari mengatakan bahwa adanya gambar-gambar yang
sesuai dengan penempatan dapat menambah daya tarik belajar anak terhadap buku
cerita. Hal ini semakin memperkuat bahwa gambar memiliki pengaruh yang besar
bagi siswa SD dalam belajar, khususnya dalam belajar bahasa.
Sedikit berbeda dengan penelitian pengembangan yang dilakukan oleh
Fifana (2012). Tidak ada kesamaan pada bagian objek atau kajian penelitian.
Hanya saja, hipotesis penelitian yang ditemukan oleh Fifana (2012) bisa dijadikan
sebagai reverensi untuk mengembangkan sebuah buku. Fifana telah mengujikan
buku produknya sehingga beberapa aspek hasil pengujiannya bisa dijadikan
referensi untuk mengembangkan sebuah buku khususnya yang berkaitan dengan
fisik buku. Peneliti bisa mengambil hasil penelitian antara lain tentang hasil
pengujian sampul, gambar, dan aspek kebahasaan. Hasil penelitian Fifana tersebut
2. 2 Landasan Teori
Dalam melakuakan penelitian dan pengembangan produk, Peneliti
membutuhkan teori-teori yang relevan dengan kegiatan penelitian pengembangan
ini. Adapun teori-teori yang akan dipaparkan meliputi, (1) Gambar; (2) Tataran
Tembung; (3) Buku; dan (4) Karakteristik Psikolinguistik Siswa Sekolah Dasar.
2.2.1 Gambar
Peneliti akan menjabarkan subbab gambar dengan menjabarkan mengenai
(1) pengertian gambar; (2) manfaat gambar untuk pembelajaran bahasa; (3)
pemilihan foto atau gambar dalam pembelajaran; dan (4) pengembangan media
gambar.
2.2.1.1 Pengertian Gambar
Berdasarkan pengelompokan jenis bahan ajar menurut bentuknya, gambar
merupakan bahan ajar cetak. Menurut cara kerjanya, gambar merupakan bahan
ajar yang tidak diproyeksikan yaitu bahan ajar yang tidak memerlukan alat untuk
memproyeksikan isi di dalamnya sehingga peserta didik secara langsung
menggunakan (membaca, melihat, mengamati) bahan ajar tersebut.
Menurut Iswidayati (2010:59) gambar merupakan media visual duamatra
yang tidak memerlukan alat penampil untuk penyajiannya. Dikaitkan dengan
gambar sebagai media pembelajaran, media gambar adalah berbagai bentuk
bagan, diagram, grafik, penampang, table, dan visual image lainnya yang dapat
Peneliti menyimpulkan pengertian gambar seperti halnya yang
disampaikan oleh Iswiati yaitu media visual yang tidak memerlukan alat penampil
untuk penyajiannya sehingga dapat digunakan untuk media pembelajaran.
Pengertian ini lebih tepat digunakan untuk mendefinisikan gambar pada kamus
bergambar yang akan dibuat oleh peneliti.
2.2.1.2 Manfaat Gambar untuk Pembelajaran Bahasa
Sebelum berbicara lebih lanjut mengenai kegunaan gambar dalam
pembelajaran bahasa, alangkah lebih baik jika diuraikan terlebih dahulu
pentingnya media secara umum dalam proses belajar-mengajar. Adapun manfaat
media menurut Sudjana dan Rivai (2007:35) antara lain adalah:
(1) memudahkan pengertian ketika anak-anak sedang mendengarkan;
(2) dapat melafalkan dengan baik arti dari kosa kata;
(3) dapat membaca dengan benar;
(4) tersedianya suatu topik kata;
(5) memudahkan jalan komunikasi antara guru dan murid.
Menurut Sudjana dan Rivai (2007:38) ada beberapa alasan memilih media
gambar untuk pembelajaran bahasa. Alasan pertama, ilustrasi gambar
merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan berdasarkan
pengalaman masa lalu, melalui penafsiran kata-kata. Hal ini memicu peserta didik
Kedua, ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran
terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks yang
menyertainya sehingga siswa lebih mudah mengingat kosakata baru melalui
bayangan gambar yang pernah dilihat. Media gambar adalah perwujudan lambang
dari hasil peniruan-peniruan benda, pemandangan, curahan pikiran, atau ide-ide
yang divisualisasikan kedalam bentuk 2 dimensi. Bentuknya dapat berupa gambar
situasi dan lukisan yang berhubungan dengan pokok bahasan.
Menurut Sudjana dan Rivai (2001:56) tentang bagaimana siswa belajar
melalui gambar-gambar adalah sebagai berikut.
a. Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan
berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata.
b. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat
belajar siswa secara efektif.
c. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama
dalam penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya.
d. Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau satu
halaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.
e. Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat
para siswa menjadi efektif.
f. Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak
bertentangan dengan gerakan mata pengamat dan bagian-bagian yang paling
penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan pada bagian sebelah kiri atas medan
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh Sudjana dan Rivai, media
gambar merupakan salah satu teknik media pembelajaran bahasa yang efektif
kerena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu
melalui pengungkapan kata-kata dan gambar.
2.2.1.3 Pemilihan Foto atau Gambar dalam Pembelajaran
Dalam rangka melalukan proses pembelajaran, pemilihan jenis media
harus sangan diperhatikan. Begitu juga dengan memilih foto/ gambar yang akan
digunakan untuk media belajar. Menurut Prastowo (2012: 382-383) ada beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media foto/ gambar, sebagai
berikut.
(1) Substansi materi yang disajikan dalam bentuk foto/ gambar sebaiknya
memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
(2) Gambar yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
(3) Gambar ditampilkan dalam skala yang sesuai sehingga logis dan enak dilihat.
(4) Gambar menampilkan judul dan keterangan.
Sesuai dengan pendapat dia atas, pemilihan foto tau gambar dalam
pembuatan kamus bergambar adalah sebagai berikut.
(1) Gambar yang disajikan tidak memiliki kesan dan menampilkan pornigrafi
yang fulgar.
(2) Gambar ditampilkan dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran buku.
(3) Gambar menampilkan judul dan keterangan yang terperinci.
2.2.1.4 Pengembangan Media Gambar
Prinsip-prinsip pengembangan media menurur Arsyad (2007:105-106)
adalah:
(1) mengidentifikasi batasan tema bahasan;
(2) mengidentifikasi tujuan pengembangan;
(3) merumuskan tujuan pengembangan;
(4) mengevaluasi karakteristik objek sasaran media;
(5) menyiapkan outline materi;
(6) mempertimbangkan media yang paling tepat untuk sebuah materi;
(7) menyiapkan keterangan gambar;
(8) mencari ahli dalam masing-masing bidang untuk membantu pembuatan.
[image:30.612.130.508.194.546.2]Menurut Arsyad (2001:107-113) dalam menyusun pengembangan media
gambar, ada hal-hal yang harus dipertimbangkan yaitu bentuk, garis, tekstur, dan
warna. Penjabarannya antara lain sebagai berikut.
(1) Bentuk
Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat menarik perhatian siswa.
(2) Garis
Adanya garis yang menghubungkan antara unsure-unsur satu sama lain dapat
menuntun perhatian siswa.
(3) Tekstur
Tekstur adalah unsure visual yang mampu menimbulkan kesan kasar atau
(4) Warna
Warna menciptakan respon emosional tertentu. Oleh karena itu, harus
mempertimbangkan beberapa hal dalam memilih warna yaitu (1) memilih
warna khusus, (2) nilai warna yang berkaitan dengan ketebalan dan ketipisan
warna, dan (3) kekuatan warna untuk menghasilkan dampak tertentu.
[image:31.612.136.514.235.522.2]Arsyad (2001) mengemukakan beberapa pengaturan pengembangan
gambar antara lain sebagai berikut.
(1) Gambar jadi dan fotografi
Yang dimaksud gambar jadi dan fotografi adalah pemanfaatan media
pembelajaran berupa gambar yang diambil dari beberapa sumber yang sudah
ada misalnya majalah, booklet, brosur, dan selebaran. Proses
pemngembangan media gambar ini cukup sederhana yaitu dengan menata
gambar yang dipilih di sebuah kertas kemudian difotokopi. Kertas yang
dipilaih bisa menggunakan karton atau dibuat kliping.
(2) Gambar garis
Yang dimaksud gambar garis adalah sketsa. Gambar garis seperti ini tepat
digunakan untuk pembelajaran kosakata. Pengembangan gambar garis ini bias
langsung digambarkan guru di papan tulis apabila guru mahir menggambar.
Bisa juga dengan mempersiapkan gambar terlebih dahulu yang kemudian
ditempel menggunakan kartu. Ukuran kartu misalnya sekitar 8 x 12 cm.
(3) Gambar berbasis multimedia
Pengembangan media gambar melalui multimedia ini akan menghasilkan hal
diolah menggunakan berbagai macam aplikasi sehingga nanti bisa disajikan
kembali dalam berbagai macam bentuk misalnya dicetak kembali dalam
industri besar buku cetak, dikemas dalam kaset VCD, dan lain-lain.
Pengembangan media menggunakan multimedia ini sangat menjanjikan
dalam dunia pendidikan walaupun sampai saat ini, pengembangan semacam
ini masih dianggap mahal.
Dari berbagai uraian di atas, dalam melakukan pengembangan kamus
bergambar dapat dilakukan dengan:
(1) mengidentifikasi batasan tema bahasan dalam penjabaran kamus,
(2) mengidentifikasi tujuan pengembangan kamus,
(3) merumuskan tujuan pengembangan kamus,
(4) mengevaluasi karakteristik objek sasaran pengguna kamus,
(5) menyiapkan outline materi pengembangan kamus,
(6) menggunakan media kertas sebagai media pengembangan kamus,
(7) menyiapkan keterangan gambar yang akan dijabarkan dalam kamus,
(8) Gambar hendaknya yang sesuai dengan kebutuhan objek sasaran pengguna
dari segi bentuk dan warna.
(9) mencari ahli dalam bidang design grafis dan perbukuan untuk membantu
2.2.2 Tataran Tembung
Setiap bahasa memiliki kekhasan masing-masing yang barangkali tidak
dimiliki oleh bahasa lainnya. Bahasa Jawa ternyata juga memiliki kekhasan
bahasa berupa ragam bahasa berupa ngoko dan krama. Ragam bahasa semacam
ini tidak ditemukan dalam bahasa lainnya sehingga ini menjadi salah satu
karakteristik yang membedakan bahasa Jawa dengan bahasa yang lainnya.
Tataran dapat diartikan seperti sebuah tangga. Berdasarkan pendapat dari
Harjawiyana dan Supriya (2009:31), tataran tembung disini diartikan sebagai
kata-kata yang satu dengan yang lainnya memuat rasa yang semakin melebihi
yang digunakan demi rasa hormat-menghormati.
Berdasarkan pendapat yang dipaparkan oleh Harjawiyana dan Supriya
(2009), tataran tembung dalam bahasa Jawa dapat dibedakan menjadi beberapa
bahasan yaitu sebagai berikut.
(1) Tembung ngoko sebagai dasar tataran tembung
Kosakata bahasa Jawa kurang lebih jumlahnya 50.000 kata. Semua kata dalam
bahasa Jawa didasari oleh kata ngoko. Oleh sebab itu, ada kata bahasa Jawa
yang berada dalam tataran ngoko tetapi tidak ditemukan dalam bentuk krama.
(2) Tembung ngoko yang tidak memiliki tataran
Dalam kosakata bahasa Jawa terdapat tataran kata ngoko dan krama, tetapi ada
beberapa kata ngoko yang tidak memiliki tataran krama. Jika ditemukan dalam
sebuah kamus, kata-kata seperti ini akan di tandai dengan (kn) yang artinya
(3) Tembung ngoko yang memiliki tataran
Pembagian kosakata bahasa Jawa tataran ngoko yang memiliki tataran adalah
ngoko, krama, dan krama inggil. Ada tembung ngoko yang hanya punya
tataran krama misalnya /kembang/ menjadi /sekar/. Ada pula kosakata bahasa
Jawa ngoko yang hanya memiliki tataran krama inggil seperti /ngombe/
menjadi /ngunjuk/. Selain dua penjelasan sebelumnya, ada pula kosakata
bahasa Jawa ngoko yang memiliki tataran krama inggil misalnya kata /omah/
menjadi /griya/ menjadi /dalem/.
[image:34.612.140.511.262.544.2]Keterangan diatas dapat digambarkan dalam sebuah tabel seperti di bawah ini.
Tabel 2.5 Pembagian Jenis Kata Bahasa Jawa
Ngoko Krama Krama inggil
Gambar -
-Sekar Kembang -
Ngombe - Ngunjuk
Omah Griya Dalem
2.2.3 Buku
Peneliti akan menjabarkan beberapa pada subbab referensi antara lain
adalah (1) Jenis Buku; (2) Ciri-Ciri Buku Nonteks; dan (3) Pembuatan Buku
2.2.3.1 Jenis Buku
Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional tentang buku-buku pendidikan (2004:4) diungkapkan
terdapat empat jenis, yaitu buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku referensi,
dan buku panduan pendidik. Klasifikasi ini diperkuat lagi oleh Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa
“selain buku teks pelajaran, pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik,
buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran”. Berdasarkan
ketentuan di atas maka terdapat empat jenis buku yang digunakan dalam bidang
pendidikan, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran; (2) Buku Pengayaan; (3) Buku
Referensi; dan (4) Buku Panduan Pendidik.
Untuk memudahkan dalam memberikan klasifikasi dan pengertian pada
buku-buku pendidikan, dilakukan dua pengelompokan buku pendidikan yang
ditentukan berdasarkan ruang lingkup kewenangan dalam pengendalian
kualitasnya, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran dan (2) Buku Nonteks Pelajaran.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa kewenangan untuk melakukan
standarisasi buku teks pelajaran adalah Badan Standardisasi Nasional Pendidikan
(BSNP), sedangkan buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik bukan
merupakan kewenangan badan ini.
Hal di atas dipertegas lagi oleh surat Badan Standarisasi Nasional
Pendidikan nomor 0103/BSNP/II/2006 tanggal 22 Februari 2006 yang
Pelajaran dan tidak akan melakukan penilaian atau telaah buku selain buku teks
pelajaran. Oleh karena itu kewenangan untuk melakukan stadarisasi buku-buku
pendidikan, selain buku teks pelajaran adalah Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi Pusat-pusat di
Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Pada ketententuan tersebut
dinyatakan bahwa fungsi Pusat Perbukuan adalah melakukan pengembangan
naskah, pengendalian mutu buku, dan melakukan fasilitasi perbukuan, khususnya
bagi lembaga pendidikan dasar dan menengah.
Berdasarkan pengelompokkan di atas maka buku nonteks pelajaran
berbeda dengan buku teks pelajaran. Jika dicermati berdasarkan makna leksikal,
buku teks pelajaran merupakan buku yang dipakai untuk memelajari atau
mendalami suatu subjek pengetahuan dan ilmu serta teknologi atau suatu bidang
studi, sehingga mengandung penyajian asas-asas tentang subjek tersebut,
termasuk karya kepanditaan (scholarly, literary) terkait subjek yang bersangkutan.
Sementara itu, buku nonteks pelajaran merupakan buku-buku yang tidak
digunakan secara langsung sebagai buku untuk memelajari salah satu bidang studi
2.2.3.2 Ciri-Ciri Buku Nonteks
Berdasarkan pengelompokkan di atas, dapat diidentifikasi ciri-ciri buku
nonteks pelajaran, yaitu sebagai berikut.
(1) Buku-buku yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan,
namun bukan merupakan buku pegangan pokok bagi peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
(2) Buku-buku yang tidak menyajikan materi pembelajaran yang dilengkapi
dengan instrumen evaluasi dalam bentuk tes atau ulangan, latihan kerja
(LKS) atau bentuk lainnya yang menuntut pembaca melakukan perintah-
perintah yang diharapkan penulis.
(3) Buku-buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan secara berseri berdasarkan
tingkatan kelas atau jenjang pendidikan.
(4) Buku-buku nonteks pelajaran berisi materi yang tidak terkait secara
langsung dengan sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau
Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar Isi, namun memiliki
keterhubungan dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
(5) Materi atau isi dari buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan oleh
pembaca dari semua jenjang pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas
pembaca, sehingga materi buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan pula
oleh pembaca secara umum.
(6) Penyajian buku nonteks pelajaran bersifat longgar, kreatif, dan inovatif
sehingga tidak terikat pada ketentuan-ketentuan proses dan sistematika
Dengan mengacu pada ciri-ciri buku nonteks pelajaran tersebut maka
dapat dinyatakan bahwa buku nonteks pelajaran adalah buku-buku berisi materi
pendukung, pelengkap, dan penunjang buku teks pelajaran yang berfungsi sebagai
bahan pengayaan, referensi, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran dengan menggunakan penyajian yang longgar, kreatif, dan inovatif
serta dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas jenjang dan tingkatan kelas atau
pembaca umum.
Pendidikan akan berhasil jika peserta didik mengalami perubahan ke arah
positif dalam berbagai aspek. Buku akan sangat membantu dalam pencapaian
perubahan ini. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila pemerintah dan semua
pihak dapat mengembangkan pengadaan buku, baik buku teks pelajaran, buku
panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi.
Untuk keperluan ini diperlukan langkah-langkah pengendalian dan
pemantauan agar keberadaanya benar-benar dapat membantu peningkatan mutu
pendidikan serta sekaligus merupakan sarana yang efektif dalam mencapai tujuan
pendidikan. Hal ini sejalan dengan Permendiknas Nomor 11/2005 Pasal 2 yang
intinya menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut,
selain menggunakan buku teks pelajaran sebagai acuan wajib, guru dapat
menggunakan buku pengayaan dalam proses pembelajaran dan menganjurkan
peserta didik membacanya untuk menambah pengetahuan dan wawasan (Pusat
2.2.3.3 Pembuatan Buku Pendidikan
Aqib (2013:52) mengemukakan prinsip pembuatan buku sebagai berikut.
(1) Visible yaitu memuat isi yang mudah dilihat.
(2) Interesting yaitu menarik.
(3) Simple yaitu sederhana.
(4) Useful yaitu bermanfaat untuk sumber ilmu pendidikan.
(5) Accourate yaitu benar dan tepat sasaran.
(6) Legitimate yaitu sah dan masuk akal.
(7) Structured yaitu tersusun secara baik dan runtut.
Sementara itu, dalam sudut pandang lain, Prastowo (2012)
mengemukakan teknik penyusunan buku pendidikan cetak yaitu dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
(1) Judul dan materi yang disajikan berintikan pada pencapaian kompetensi dasar
atau materi peserta didik.
(2) Memuat bahasa yang mudah dipahami sesuai dengan perkembangan
kebahasaan sasaran penggunanya.
(3) Mampu menguji pemahaman siswa terhadap suatu hal.
(4) Adanya stimulan yaitu berkaitan dengan nyaman dan tidaknya sebuah
lampilan sehingga mendorong pembaca untuk mendalaminya.
(5) Kemudahan dibaca berkaitan dengan karamahan bahan cetak jika dihadapkan
2.2.4 Karakteristik Psikolinguistik Siswa Sekolah Dasar
Masa anak Sekolah Dasar (SD) berlangsung antara usia 6/7 tahun sampai
dengan 12/13 tahun. Kelas pada jenjang Sekolah Dasar terdiri atas kelas 1, 2, 3, 4,
5, dan 6 Sekolah Dasar. Anak usia SD merupakan anak yang berada pada dua
tahap perkembangan kognitif yaitu stadium operasional konkret (7-11 tahun) dan
stadium operasional formal (mulai 11 tahun). Menurut Monks dan Knoers (dalam
Haditomo 2002:222-223), ciri-ciri anak pada stadium operasional konkret antara
lain, cara berpikir anak yang operasional konkret kurang egosentris dan anak
mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu (operasi) tetapi hanya dalam
situasi yang konkret. Sehingga anak pada stadium ini sudah mampu berpikir
bukan hanya untuk dirinya sendiri dan mampu menyelesaikan masalahnya dengan
baik jika dihadapkan pada situasi nyata dan contoh-contoh yang nyata.
Monks dan Knoers (dalam Haditomo 2002:222-223), juga menyimpulkan
ciri anak pada stadium operasional formal yaitu anak dalam stadium operasional
formal mempunyai dua sifat penting yaitu sifat deduktif-hipotesis dan berpikir
kombinatoris. Sifat deduktif-hipotesis berarti bila anak itu menyelesaikan suatu
masalah maka ia langsung memasuki masalahnya. Ia mencoba beberapa
penyelesaian secara konkret dan hanya melihat akibat langsung usaha-usahanya
untuk menyelesaikan masalah itu. Sifat kombinatoris merupakan kelengkapan
sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana dilakukan
analisisnya. Artinya, dalam menyelesaikan permasalahannya tersebut, anak
sistematis (trial and error) sampai secar kebetulan ia menemukan kombinasi
tersebut.
Johann Amos Comenius (dalam Desmita, 2010:23) membagi fase-fase
perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai dengan
tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah. Pembagian fase
perkembangan tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Usia 0-6 tahun (sekolah ibu), merupakan masa perkembangan alat-alat indra
dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan
rumah tangga.
(2) Usia 6-12 tahun (sekolah bahasa ibu), merupakan masa anak
mengembangkan daya ingatnya di bawah pendidikan sekolah rendah. Pada
masa ini mulai di ajarkan bahasa ibu yaitu bahasa pertama.
(3) Usia 12-18 tahun (sekolah bahasa latin), merupakan masa mengembangkan
daya pikirnya di bawah pendidikan sekolah menengah. Pada masa ini mulai
diajarkan bahasa asing.
(4) Usia 18-24 (sekolah tinggi dan pengembangan), merupakan masa
mengembangkan kemauannya dan memilih suatu lapangan hidup yang
berlangsung di bawah perguruan tinggi.
Berbeda dengan teori psikologi perkembangan bahasa di atas, Hasan
(2006: 226) menjelaskan psikologi perkembangan bahasa pada usia 6-12 tahun
dengan penjelasan sebagai berikut.
(1) Mereka sudah mulai mampu mengucapkan artikulasi suatu kata dengan
(2) Mereka sudah mulai mematuhi tata aturan bahasa dan struktur bahasa.
(3) Pada masa ini juga terjadi peningkatan perbendaharaan kata yang signifikan.
(4) Mereka juga sudah mulai memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
Usia anak-anak Indonesia saat masuk sekolah dasar rata-rata adalah 6
tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Menurut Desmita (2010:35), tahapan
perkembangan anak SD berada dalam 2 masa perkembangan yaitu masa kanak-
kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak
usia SD memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya
lebih muda. Anak masa SD lebih senang bermain, bergerak, bekerja dalam
kelompok, dan senang mengembangkan pembelajaran. Oleh karena itu, guru
hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan,
mengusahakan siswa berpindah, bekerja dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan kepada siswa terlibat langsung dalam pembelajaran agar mereka
memiliki kemampuan untuk membangun komunikasi dengan orang disekitarnya.
Berdasarkan pendapat Hasan (2006:216) pekembangan bahasa sebagai
interaksi antara hasil belajar dan kemampuan alamiah individu. Perkembangan
psikolinguistik anak yang dipaparkan oleh Hasan (2006:226) adalah sebagai
berikut.
(1) Pada usia 0-1 tahun, seseorang sudah mulai melakukan isyarat praverbal,
memperhatikan sesuatu disertai dengan objek, menangkap bahasa pertama
(B-1), memahami kata tunggal, dan mulai menemukan arti kata yang
(2) Pada usia 1-2 tahun, seseorang mulai menampung perbendaharaan kata,
adanya gejala pengucapan kosakata, dan memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi dengan ditandai dengan mengucapkan suatu kata secara
bergantian.
(3) Pada usia 3-5 tahun, seseorang sudah mulai mengalami peningkatan
pengucapan kosakata, sudah mulai menggunakan perbendaharaan kata yang
tepat untuk berkomunikasi, dan mulai memahami setiap kata yang
diucapkan sehingga adanya kesamaan maksud dari yang diucapkan dengan
yang diiginkan.
(4) Pada usia 6-11 tahun, seseorang sudah mulai mengutarakan kalimat seperti
orang dewasa, mulai memunculkan ekspresi yang sesuai dengan maksud
kata, memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan memperbaiki pesan yang
diterima, dan memiliki kemampuan melakukan perbaikan kosakata yang
salah.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa usia SD adalah waktu
yang baik untuk memberikan kosakata yang benar sesuai dengan kondisi
lingkungan sosialnya untuk menghasilkan rekaman bahasa yang sesuai untuk
berkomunikasi. Hal itu karena mereka pada usia SD adalah seseorang individu
yang mampu mengolah dan merekam pesan yang baik sehingga akan menjadi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development
(R&D) atau dapat pula disebut sebagai penelitian pengembangan. Sukmadinata
(2008:164) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian pengembangan
menurut pendapat Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008:169) ada sepuluh
langkah, yaitu (1) penelitian dan pengumpulan data yang meliputi pengukuran
kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, (2) perencanaan dan
pengembangan produk, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba produk awal,
(5) penyempurnaan produk awal, (6) uji coba produk yang telah disempurnakan,
(7) penyempurnaan produk yang telah disempurnakan, (8) pengujian produk yang
telah disempurnakan, (9) uji lapangan produk yag telah disempurnakan, dan (10)
diseminasi, implementasi serta institusionalisasi.
Berdasarkan tahapan penelitian yang dikemukakan oleh Borg dan Gall,
peneliti melakukan modifikasi tahapan menjadi enam tahap.Langkah ini diambil
karena menyesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan tujuan penelitian. Adapun
enam tahapan penelitian yang akan dilakukan yaitu (1) penyusunan konsep teori;
(2) analisis kebutuhan; (3) pembuatan prototipe; (4) uji ahli; (5) revisi produk; dan
(6) pengembangan prototipe.
Tahap pertama yang dilakukan dalam rangka mengembangkan prototipe
ini adalah penyusunan konsep teori yang berisikan kegiatan mencari sumber
pustaka dan hasil penelitian yang relevan
Tahap berikutnya adalah tahap analisis kebutuhan. Pada tahap ini akan
dilakukan aktivitas mencari data yang dibutuhkan dalam menyusun buku
berbahasa Jawa bergambar.
Pada tahap ketiga merupakan tahap awal pembuatan prototipe buku
berbahasa Jawa bergambar, meliputi kegiatan: (a) mencari tema besar kosakata
dan gambar yang akan dikembangkan untuk buku berbahasa Jawa bergambar
untuk anak SD, (b) pengkajian format buku berbahasa Jawa bergambar untuk
anak SD; dan (c) menyusun buku berbahasa Jawa bergambar untuk anak SD.
Tahap keempat merupakan tahap pengujian hasil pengembangan
prototipe pertama kepada para ahli. Hasil dari pengembangan buku berbahasa
Jawa bergambar akan diujikan kelayakannya kepada para ahli yang terdiri dari
guru dan dosen ahli.
Tahap selanjutnya yaitu revisi prototipe buku berbahasa Jawa bergambar
untuk anak SD yang meliputi: (a) mengidentifikasi dan mendata hasil penilaian
dari guru dan para ahli; (b) mengolah data penelitian; dan (c) menemukan
kelemahan pada produk.
Tahap terakhir dalam membuat pengembangan adalah pengembangan
Tahap-tahap pembuatannya dapat divisualisasikan dalam bagan berikut.
Penyusunan konsep teori
Analisis kebutuhan
3
Pembuatan prototipe
U4 ji ahli 5 6
Revi7si produk 8
pengembangan prototipe
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian menurut Arikunto (2005:88) adalah benda, hal atau orang
tempat data untuk variabel melekat, dan yang dipermasalahkan. Sesuai dengan
fokus penelitian, yaitu pengembangan buku berbahasa Jawa bergambar untuk
anak SD, subjek penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut dibagi menjadi
dua tahap. Subjek penelitian pada tahap analisis kebutuhan adalah guru,
sedangkan subjek penelitian pada uji kelayakan produk adalah guru dan dosen
ahli.
(1) Guru
Subjek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah guru kelas
tingkat satuan pendidikan SD yang mengampu mata pelajaran bahasa Jawa.
Subjek penelitian difokuskan pada seorang guru yang mengampu mata pelajaran
bahasa Jawa yang mengajar pada kelas dua pada tiap sekolah yang di observasi.
Ada beberapa alasan memilih memfokuskan subjek penelitian antara lain karena
(1) jika penelitian melibatkan lebih dari satu orang pada setiap sekolah maka
dimungkinkan akan terjadi kesamaan data; (2) jika memilih subjek penilitian pada
jenjang kelas 1, dikhawatirkan datanya tidak mewakili kelas kondisi kelas yang
rentangnya cukup jauh yaitu kelas 3; (3) jika memilih subjek penilitian pada
jenjang kelas 3, dikhawatirkan datanya tidak mewakili kelas kondisi kelas yang
Pada pengujian pertama peneliti menyerahkan beberapa angket untuk di isi
oleh guru yang sudah dipilih. Langkah berikutnya adalah mengolah data yang
berupa data analisis kebutuhan menjadi bahan penyusunan buku berbahasa Jawa
bergambar.
Pada pengujian kedua peneliti sudah membawa produk buku berbahasa Jawa
bergambar untuk dinilai kesesuaiannya dengan alat ukur berupa form penilaian.
Aktivitas ini digunakan untuk menyempurnakan produk yang telah dibuat pada
tahap sebelumnya.
(2) Ahli
Ahli yang bertindak sebagai penguji merupakan dosen atau pakar dalam
bidang perkembangan bahasa Jawa, media, dan buku teks. Ahli akan dihadirkan
dalam penelitian pengujian produk. Uji produk oleh ahli dilakukan dengan
menggunakan angket uji kelayakan buku berbahasa Jawa bergambar.
3.3 Instrumen Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian, yaitu pengembangan buku berbahasa Jawa
bergambar untuk anak SD, dibutuhkan data untuk pengembangan prototipe. Data
tersebut adalah data mengenai kebutuhan pengembangan panduan membuat buku
[image:48.612.132.512.264.505.2]berbahasa Jawa bergambar untuk anak SD.
Gambaran umum tentang instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No Data Subjek Instrumen
1. Kebutuhan prototipe buku berbahasa Jawa bergambar untuk anak SD
‐ Guru mata pelajaran bahasa Jawa Observasi Studi pustaka Dokumentasi Wawancara Angket kebutuhan
Angket penilaian buku berbahasa Jawa bergambar
‐ Para ahli Angket penilaian buku
berbahasa Jawa bergambar
Instrumen yang disusun diujicobakan kepada ahli terlebih dahulu dikaji oleh
dosen pembimbing sebelum disebarkan kepada responden. Tujuan uji coba
tersebut adalah agar instrumen yang disusun memiliki validitas isi.
3.3.1 Angket Kebutuhan Pengembangan Buku Berbahasa Jawa bergambar
Angket kebutuhan prototipe buku berbahasa Jawa bergambar untuk anak
SD ini yaitu angket kebutuhan guru. Data yang diperoleh dari angket ini akan
menjadi bahan pengembangan prototipe buku berbahasa Jawa bergambar untuk
anak SD.
3.3.1.1 Angket Kebutuhan Guru
Hal- hal yang ingin diketahui dari angket ini meliputi (1) pemahaman guru
mengenai buku berbahasa Jawa bergambar; (2) kebutuhan guru terhadap adanya
buku penunjang berupa buku berbahasa Jawa bergambar; (3) pemahaman dan
kebutuhan guru terhadap isi buku berbahasa Jawa bergambar, (4) kebutuhan
buku berbahasa Jawa bergambar. Untuk memperoleh gambaran tentang angket ini
dapat dilihat pada tabel kisi- kisi angket kebutuhan guru terhadap buku berbahasa
Jawa bergambar.
Tabel 3.3 Angket Kebutuhan Guru
No Aspek Indikator Nomor soal
1. Pemahaman guru
mengenai buku berbahasa Jawa bergambar
1. Pemahaman guru mengenai buku berbahasa Jawa bergambar
2. Pemahaman guru mengenai fungsi buku berbahasa Jawa bergambar
3. Pemahaman guru mengenai jenis buku berbahasa Jawa bergambar
9
10, 11
12
2 Kebutuhan guru
terhadap adanya buku penunjang berupa buku berbahasa Jawa bergambar
1. Istilah Buku berbahasa Jawa bergambar Bergambar
2. Buku penunjang
pembelajaran bahasa Jawa
3. Buku apa saja yang
digunakan dalam mengajar bahasa Jawa
13, 14 15
16
3 pemahaman dan kebutuhan guru terhadap isi buku berbahasa Jawa bergambar
1. Kosakata bahasa Jawa 2. Informasi aspek
kebahasaan lainnya dalam buku berbahasa Jawa bergambar
17 18, 19, 20, 21
4 Kebutuhan terhadap
fisik buku berbahasa Jawa bergambar
1. Ukuran buku berbahasa Jawa bergambar
2. Warna sampul
3. Jenis sampul buku berbahasa Jawa bergambar 4. Gambar sampul buku
berbahasa Jawa bergambar 5. Jenis huruf judul
6. Judul buku berbahasa Jawa bergambar
7. Jenis huruf isi buku berbahasa Jawa bergambar 8. Ukuran huruf isi buku berbahasa Jawa bergambar
22 23, 25, 26
[image:50.612.128.507.204.708.2]9. Jenis kertas isi
5 Harapan guru
terhadap buku berbahasa Jawa bergambar
Harapan guru dengan adanya buku berbahasa Jawa bergambar untuk siswa sekolah Dasar
34
3.3.5.2 Angket Penilaian Prototipe Buku Berbahasa Jawa Bergambar
Angket penilaian ini akan mengupas segala sesuatu yang terdapat di
dalam prototipe buku berbahasa Jawa bergambar untuk siswa Sekolah Dasar .
Angket ini akan diberikan kepada guru dan dosen ahli. Gambaran mengenai
[image:51.612.126.538.101.696.2]angket penelitian ini dapat dilihat pada tabel kisi- kisi nagket penilaian berikut.
Tabel 3.4 Angket Penilaian Prototipe Buku Berbahasa Jawa Bergambar
No Dimensi Indikator Nomor soal
Uji Kelayakan Kosakata
1. Tema 1. Tepat
2. Tidak tepat
1
2. Kosakata 1. Koreksi Kesalahan
2. Rekomendasi pembenaran
2
3. Bahasa Pengantar dan Penutup
1. Koreksi 2. Saran
4. Saran
Uji Kelayakan Grafis
1. Fisik Buku
berbahasa Jawa bergambar halaman pembukua
1. Harmoni warna 2. Keserasian gambar 3. Ketepatan jenis tulisan 4. Ketepatan ukuran tulisan 5. Ketepatan variasi tulisan 6. Ketepatan letak halaman
7. Saran perbaikan secara umum pada fisik halaman pembuka buku berbahasa Jawa bergambar
A pada format pertanyaan A
2. Tampilan fisik buku
berbahasa Jawa bergambar pada isi
1. Harmoni warna 2. Keserasian gambar 3. Ketepatan jenis tulisan 4. Ketepatan ukuran tulisan 5. Ketepatan variasi tulisan 6. Ketepatan letak halaman
7. Saran perbaikan secara umum pada fisik halaman isi buku berbahasa Jawa bergambar
B pada format pertanyaan A
3. Saran secara
umum
A pada format pertanyaan B
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, studi
pustaka, dokumentasi, wawancara, dan angket. Pengumpulan data digunakan
untuk menganalisis kebutuhan dan melukukan perbaikan produk pada proses
pembuatan prototipe buku berbahasa Jawa bergambar untuk siswa Sekolah Dasar.
Ananlisis kebutuhan dilakukan dengan teknik observasi, studi pustaka,
dokumentasi, wawancara, dan angket , sedangkan langkah perbaikan prototipe
3.5 Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data dibagi menjadi beberapa subbab yaitu (1)
analisis data kebutuhan prototype, dan (2) analisis data penilaian guru dan ahli.
3.5.1 Analisis Data Kebutuhan Prototipe
Analisis dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu
mengarah pada menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mentransformasikan data mentah yang ada di lapangan. Dari data ini akan
dikembangkan menjadi sebuah buku reverensi buku berbahasa Jawa bergambar.
3.5.2 Analisis Data Uji Ahli
Untuk menganalisis data hasil uji ahlimenggunakan teknik analisis data
secara kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari angket. Analisis data yang
dikumpulkan memungkinkan peneliti untuk mengambil beberapa hal yang perlu
dilakukan revisi prototipe dan beberapa rekomendasi untuk perbaikan prototipe.
3.6 Perencanaan Penyusunan Buku Berbahasa Jawa Bergambar
Panduan ini akan dikembangkan dalam tiga bagian, yaitu (1) konsep, dan
(2) rancangan.
3.6.1 Konsep
Konsep merupakan materi yang akan disajikan dalam buku berbahasa Jawa
bergambar. Materi ini berkaitan dengan kosakata yang dibutuhkan siswa Sekolah
3.6.2 Rancangan
Rancangan yang dimaksud adalah berisikan materi yang ada dalam buku
berbahasa Jawa bergambar berupa kata bahasa Jawa tataran krama dan
[image:54.612.130.511.243.531.2]ngoko.Buku berbahasa Jawa bergambar ini juga dilengkapi dengan ilustrasi
gambar yang menunjukkan gambar dari kosakata yang dipaparkan.
Adapun rancangan buku berbahasa Jawa bergambar adalah meliputi (a)
Sampul; (b) Bentuk buku berbahasa Jawa bergambar; dan (c) Desain Isi
3.6.2.1 Sampul
Sampul buku berisi judul buku berbahasa Jawa bergambar, garis besar
isi buku berbahasa Jawa bergambar dan penulis buku berbahasa Jawa
bergambar.
3.6.2.2 Bentuk Buku Berbahasa Jawa Bergambar
Ukuran buku berbahasa Jawa bergambar yang digunakan merupakan
ukuran yang nyaman untuk dibawa dan dibaca. Perkiraan besar buku
berbahasa Jawa bergambar adalah 20 cm x 15 cm dan tebal buku berbahasa
3.6.2.3 Desain Isi
Garis besar isi yang akan ditampilkan dalam buku panduan anatara
lain sebagai berikut.
(1) Halaman judul
(2) Pengantar
(3) Petunjuk penggunaan buku
(4) Daftar isi
(5) Bagian Perangane Awak
(6) Bagian Warna
(7) Bagian Angka
(8) Daftar Pustaka
3.7 Prototipe Buku Berbahasa Jawa Bergambar untuk Siswa Sekolah Dasar
Judul buku berbahasa Jawa bergambar yang akan digunakan Ayo Sinau
Basa Jawa. Materi buku disampaikan dalam bentuk gambar yang diterangkan
BAB IV
PENGEMBANGAN BUKU BERBAHASA JAWA BERGAMBAR
4.1 Deskripsi Kebutuhan Pengembangan Buku Berbahasa Jawa Bergambar
Dari hasil penelitian melalui wawancara dan angket berkaitan dengan
kebutuhan guru terhadap isi buku, peneliti mengambil simpulan sebagai berikut.
(1) Bahasa yang dibutuhkan dalam Buku Berbahasa Jawa Bergambar adalah
bahasa Jawa tataran ngoko dan krama.
(2) Selain isi, pengembangan ini juga dilengkapi komponen buku lainnya seperti
halaman judul, kata pengantar, petunjuk penggunaan buku, daftar isi, daftar
pustaka, dan halaman kalimat motivasi berbahasa Jawa.
(3) Tema yang disarankan oleh para narasumber untuk pengembangan adalah
tema anggota tubuh, dan tema lingkungan sekitar. Namun, responden
menyarankan kepada peneliti untuk mengembangkan tema berdasarkan
kurikulum yang ada.
Berdasarkan hasil angket yang telah diisi oleh para responden, peneliti
akan memaparkan hasilnya sebagai berikut.
(1) Ukuran Buku yang dibutuhkan adalah 12,5 cm x 17 cm.
(2) Warna sampul dominan cerah
(3) Jenis sampul yang dipakai adalah soft cover.
(4) Jumlah kombinasi warna sampul adalah lebih dari tiga yaitu putih, kuning,
hijau, merah, dan biru.
(5) Gambar yang dipakai untuk sampul berupa kombinasi kebudayaan Jawa.
kartun, ilustrasi, karikatur, dan komik.
(7) Tidak diperlukan kombinasi huruf pada sampul buku.
(8) Jenis huruf yang bisa dipakai untuk jenis penulisan kosakata adalah arial,
Comic San Ms, dan Time New Roman karena merupakan huruf yang relatif
sederhana. Sedangkan ukuran huruf yang bisa dipakai adalah font 14pt.
(9) Kertas yang baik digunakan untuk isi buku adalah kertas sejenis kertas
majalah.
4.2 Pembuatan Prototipe Buku Berbahasa Jawa Bergambar
Peneliti akan memaparkan tahap pembuatan prototipe Buku Berbahasa
Jawa Bergambar berdasarkan hasil penelitian analisis kebutuhan. Pemaparan itu
berkaitan dengan desain buku misalnya warna desain, jenis huruf, ukuran huruf,
dan keserasian gambar. Prototipe ini menyajikan kosakata bahasa Jawa, oleh
karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan kosakata, perlu dijabarkan.
Warna sampul buku yang diharapkan mayoritas responden guru adalah
warna yang cerah. Dengan demikian, peneliti mengembangkan sampul buku
berwarna cerah yaitu putih, kuning, hijau, dan merah. Sampul dirancang dengan
[image:57.612.131.513.260.506.2]komposisi warna, gambar, dan tulisan yang sesuai. Pada sampul depan terdapat
gambar beberapa hasil kebudayaan Jawa seperti rumah adat Jawa, pakaian adat
halaman isi buku dengan disertai identitas penulis buku. Variasi warna yang
dipilih adalah perpaduan dari warna putih, kuning, hijau, dan merah. Penataan
tulisan pada sampul buku disusun sedemikian rupa sehingga para pembaca tertarik
untuk membacanya. Judul diletakkan pada tengah lembar kertas sampul depan,
dengan background batik bunga tetapi dominan pada sisi kepolosan sehingga
dapat dibaca dengan jelas. Jenis dan ukuran huruf pun disesuaikan agar terkesan
indah dan menarik pembaca.
Peneliti mengunakan jenis huruf Gill Sans Ultra Bold Condensed
dengan ukuran huruf 49 pt, sehingga cukup besar dan jelas untuk ukuran judul
[image:58.612.128.516.254.522.2]buku. Nama penulis diletakkan di tengah bawah. Pada sampul belakang terdapat
gambar isi Buku. Profil penulis ditulis menggunakan jenis huruf arial dengan
horizontal alignment. Selain itu terdapat nama identitas V-Bus yang ditulis
dengan font Harlow Solid Italic ukuran 24pt.
Penggunaan bahasa pada bagian judul menggunakan ejaan bahasa Jawa
yang mudah dipahami pembaca, utamanya siswa sekolah dasar yang belum
banyak menguasai kosakata Jawa. Judul yang dipakai untuk Buku ini adalah Buku
Gambar 4.1 Sampul
Ukuran buku yang dipilih adalah berukuran 12,5 cm x 17 cm. Berdasarkan
berbagai pertimbangan, akhirnya peneliti menentukan ukuran buku tersebut
karena berukuran kecil, praktis dibawa kemana-mana, dan mudah dibaca.
Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh responden, jenis sampul yang
digunakan untuk buku ini adalah menggunakan jenis sampul soft cove