Terma-Terma BiologisC
1. al-Zawj/al-Zawâj
Kata zawj merupakan bentuk tunggal dari kata azwâj yang berarti “apa atau siapa yang menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi dua dengan kehadirannya”. Dengan kata lain
zawj memiliki makna “pasangan baik pria maupun wanita”.
‘pasangan-ŗŗŗŜ
60pasangan. Dalam hadis-hadis, Isteri Nabi saw, misalnya Aisyah ra., disebut sebagai zawj an-Nabî. Walaupun bentuk kata tersebut adalah maskulin (mudzakkar), yakni zawj, kata ini tidak dapat diartikan suami, akan tetapi yang dimaksud adalah pasangan yang dalam hal ini tentu saja adalah wanita. 92
Kata zawj dalam berbagai bentuk dan derivasinya disebut sebanyak 80 kali.93 Mayoritas ulama memahami kata azwâj pada QS. Al-Rûm [30]: 21 Termasuk ayat lain yang mengandung kata zauj atau azwâj dalam arti isteri-isteri. Diantara kitab tafsir yang memiliki pemahaman demikian adalah tafsîr al-Jalâlain,94
Ad-Durr al-Mantsûr,95 Ath-Thabari96 dan tafsir klasik lainnya.
Pendapat di atas kemudian dibantah oleh ulama tafsir lain khususnya modern dan kontemporer seperti Muhammad Abduh, Ibnu Asyur dan M. Quraish Shihab. Menurut Muhammad Abduh, azwaj yang terhubung dengan kata dan ayat lain sebelumnya, seperti anfusikum dan nafs
wâhidah, memiliki makna laki-laki dan perempuan, sehingga
kata azwâj harus dipahami sebagai ‘pasangan baik laki-laki maupun perempuan’.97
Senada dengan pendapat tersebut, Quraish Shihab juga berpendapat bahwa kata azwâj dalam ayat di atas merupakan bentuk jamak, yang meliki arti ‘pasangan-pasangan baik laki-laki maupun perempuan di mana kata tersebut dijelaskan oleh kalimat berikutnya yakni ilaihâ sebegai penjelas kata
92 M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbâh ...vol. 11, hlm.25
93 Muhammâd Fuâd Abdul Baqîy, Al-Mu’jam al-Mufahras…hlm. 103-104, dan 579
94 Di sini disebutkan bahwa yang dimaksud azwaj adalah perempuan-perempuan Termasuk Hawwa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Lihat Jalaluddin Ash-Shuyuti dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsîr... hlm. 406
95 Di sini dsebutkan bahwa yang dimaksud azwaj adalah Hawa. Lihat Jalaluddin Ash-Shuyuti Tafsir Add-Durr al-Manstur fi Tafsîr bi al-Ma’tsûr (Kairo: Markaz Lil Buhuts Waddirasat al Arabiyyah al-Islamiyah: 2003 M)) juz XI, hlm. 595-596,
96 Disebutkan disini bahwa yang dimaksud dengan azwaj adalah Hawa yang diciptakan dari salah satu tulang rusuk laki-laki. Lihat Ibnu Jarir ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari…juz VI, hlm.339
ŗŗŗŜ
61azwâj. Hal ini disebabkan, dalam bahasa Arab, bentuk jamak
ditunjuk dengan menggunakan bentuk feminin (muannats). Di sisi lain, menurut Quraish Shihab, bahasa Arab yang bersifat singkat tapi padat dalam pengungkapannya (jawâmi’ al-kalim) mencukupkan diri memilih bentuk maskulin tanpa menyebut bentuk feminin untuk kata-kata yang dapat mencakup keduanya. Semua perintah yang tertuju kepada maskulin tertuju pula kepada feminin (litaskunû) selama tidak ada indikator yang menunjukkan kehususannya kepada pria.98
Perkawinan juga dinamai zawâj yang berarti keberpasangan. 99
Terma
2. al-Harts
Salah satu kata yang berkaitan dengan seksualitas adalah
al-harts yang secara etimologis berarti ‘memasukkan benih ke
dalam tanah’. Makna ini kemudian diperluas menjadi ‘tempat bercocok tanam/ ladang’.100 Kata al-harts disebut sebanyak 13 kali di dalam Al-Quran dalam konteks yang beragam.101
Berkaitan dengan persoalan seks manusia, Al-Quran juga menggunakan kata al-harts (ladang/ tempat bercocok tanam) untuk menyebut wanita atau isteri sebagai mitra melakukan hubungan seksual, sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 223:
ﯮ ﯭ ﯬ ﯫﯪ ﯩ ﯨﯧ ﯦ ﯥ ﯤ ﯣ ﯢ ﯡ
ﯴ ﯳ ﯲ ﯱﯰ ﯯ
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”
98 M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbâh ..., vol. 2, hlm.34. 99 M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbâh..., vol. 2, hlm.34. 100 al-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradât… hlm.126.
101 Lihat Muhammâd Fuâd Abdul Baqîy, Al-Mu’jam al-Mufahras… hlm.439-440.
ŗŗŗŜ
62Perumpamaan (amstal al-Quran) yang mengibaratkan perempuan atau isteri laksana ladang atau tempat bertanam bagai laki-laki atau suami dalam ayat di atas, menurut Raghib Al-Asfahani karena wanita bagaikan ladang tempat ditanamnya benih sang anak. 102
Adapun asbab al-nuzûl secara mikro dari ayat di atas,
menurut sebuah riwayat dari Waki’ dan Ibnu Abi Syaibah yang diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Daud, Turmudzi dan Ibnu Majah, terkait dengan ucapan seorang Yahudi yang berkata bahwa apabila seorang laki-laki menggauli isterinya dari belakang maka anakny akan lahir dalam keadaan juling. Berkaitan dengan peristiwa tersebut maka turunlah ayat di atas yang membantah pernyataan laki-laki Yahudi tadi.103
Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kata
al-harts (tempat menanam benih) yang disematkan kepada
wanita/ isteri sebagai mitra seks bagi laki-laki, menunjukkan bahwa proses ‘penanaman benih’ yang dilakukan oleh laki-laki disesuaikan dengan selera masing-masing pasangan asalkan pada ‘tempat’ yang telah ditentukan yakni qubul wanita. Di samping itu pula, penyebutan wanita sebagai al-harts mengandung pesan dan kesan bahwa proses penanaman benih anak haruslah memperhatikan tata aturan bercocok tanam yang baik, seperti masalah benih, cara dan waktu menanam benih agar apa yang dilakukan dan dihasilkan adalah yang terbaik.
102 al-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradât… hlm.126
103 Riwayat serupa juga diceritakan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jabir. Dalam riwayat yang lain dari Ibnu Asakir dari Jabir bin Abdullah, diceritakan bahwa ada seorang lelaki Anshar yang menyetubuhi isterinya, seorang suku Quraisy yang suka bercerita, dengan cara miring. Suatu ketika, seorang lelaki Quraisy yang menikahi seorang wanita Anshar berniat ‘mendsatangi’ isterinya, perempuan Quraish tadi berkata bahwa lelaki Quraisy tadi tidak boleh melakukan hubungan seks dengan isterinya kecuali dengan ‘cara’ yang serupa dengan apa yang dilakukannya dengan suaminya orang Anshar. Mendengar perkataan wanita tersebut, laki-laki Quraisy tersebut mengadukan kepada Nabi saw tentang hal tersebut, maka turunlah QS. Al-Baqarah ayat 222 di atas yang membolehkan suami untuk bersetubuh dengan isterinya dengan berbagai cara yang disukai asalkan pada faraj-nya. Lebih lengkap lihat Jalaluddin Mahalli dan Jalaluddin ash-Shuyuti Tafsir Ad-Durr al-Mantsûr…juz II, hlm. 589-591
ŗŗŗŜ
63M. Quraish Shihab mengemukakan satu pendapat yang menarik tentang kata al-harts. Menurutnya, kata al-harts yang menegaskan bahwa Istri sebagai tempat ‘bercocok tanam’ bukan saja mengisyaratkan bahwa anak yang lahir adalah benih yang ditanam oleh ayah, namun juga mengisyaratkan bahwa penentu jenis benih yang tumbuh, apakah ia laki-laki atau perempuan, adalah sang ayah sebab ialah yang menanam benih di ladangnya.104
Pendapat di atas agaknya sejalan dengan teori ilmu pengetahuan modern khususnya tentang gen. Dalam ilmu biologi, setiap manusia normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri atas 23 pasang. Pasangan kromosom tersebut berasal dari ayah dan ibu. Dua puluh dua dari pasangan kromosom itu membawa sifat genetika yang secara turun temurun ditentukan oleh karakteristik genetika seseorang. Pasangan kromosom berjumlah 23 itu disebut koromosom seks, yang membedakan laki dan perempuan. Jika seseorang itu laki-laki maka kromosomnya diidentifikasi kromosom XY, dan jika ia perempuan maka kromosomnya diidentifikasi kromosom XX. Jadi proses menjadi laki-laki atau perempuan sejak awal ditentukan oleh seorang suami. Jika sel sperma yang menembus telur pada saat terjadi konsepsi memuat kromosom Y, maka yang akan lahir seorang laki-laki, sebaliknya jika memuat kromosom X, maka yang akan lahir adalah perempuan.105
Selain itu, Term al-harts, khususnya terkait dengan ayat di atas mengandung pesan tentang kebolehan melakukan berbagai variasi dalm relasi seksual suami isteri.
104 M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbâh ..., vol. 1, hlm.480. Bandingkan juga dengan M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran (Bandung: Mizan, 1998) hlm. 166-169.
105 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an (Jakarta, Paramadina: 1999) hlm.40
ŗŗŗŜ
64Terma