• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zona Integratif Kawasan Wisata Budaya di Kampung Batik Laweyan

Dalam dokumen HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 30-39)

Zona integratif diperoleh pada tahap sintesis dengan tehnik overlay yang mengintegrasikan zona wisata budaya potensial (Pwb) dan potensi masyarakat lokal (Pml) (Tabel 41). Setelah peta-peta tematik tersebut dioverlay, diperoleh zona integratif kawasan wisata budaya yang nantinya akan digunakan sebagai zoba untuk pengembangan wisata budaya. Setelah itu dibuat klasifikasi potensi

yaitu kawasan sangat potensial (SP), potensial (P), dan tidak potensial (TP) (Gambar 26). Bobot untuk aspek wisata budaya (67%) dan aspek masyarakat (33%) ditentukan melalui proses pengambilan keputusan dari beberapa ahli dengan expert judgement. Dari hasil penilaian diperoleh bahwa zona integratif yang tergolong sangat potensial ada 38% (3 kawasan), yaitu kawasan Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono. Kawasan yang potensial sekitar 38% ( 3 kawasan) yaitu Lor Pasar, Kramat dan Klaseman. Sedangkan kawasan tidak potensial sekitar 25% (2 kawasan ) yaitu Kwanggan dan Kidul Pasar.

Tabel 41. Zona integratif kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan NO Lokasi pengamatan Potensi Wisata Budaya (Bobot 67%) Potensi Masyarakat (Bobot 33%) Zona Integratif Z S 67% Z S 33% N K 1 Kwanggan TP 1 0.67 TP 1 0.33 1 TP 2 Sayangan Kulon SP 3 2.01 SP 3 0.99 3 SP 3 Kramat P 2 1.34 P 2 0.66 2 P 4 Sayangan Wetan SP 3 2.01 SP 3 0.99 3 SP 5 Setono SP 3 2.01 SP 3 0.99 3 SP 6 Lor Pasar P 2 1.34 P 2 0.66 2 P 7 Kidul Pasar TP 1 0.67 P 2 0.66 1.3 TP 8 Klaseman P 2 1.34 P 2 0.66 2 P

Sumber : Data Olahan 2010 S = Skor

K = Klasifikasi potensi (SP = Sangat Potensial, P = Potensial, TP = Tidak Potensial) Z = Zona (SP = Sangat Potensial, P = Potensial, TP = Tidak Potensial)

N = nilai total setelah dilakukan pembobotan (Nilai maksimal 3, nilai minimal 1)

Gambar 26. Peta zona integratif kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta

Setelah diperoleh zona integratif kawasan wisata budaya, lalu dilakukan klasifikasi untuk menentukan zona pengembangan kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata budaya batik di Kampung Batik Laweyan. Zona pengembangan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan (Gambar 27) dibagi dalam:

1) Zona pengembangan wisata potensial (zona inti). Yang termasuk dalam zona ini adalah zona integratif hasil overlay yang menunjukkan kawasan yang memiliki potensi tinggi (T) untuk aspek wisata budaya dan masyarakat yaitu kawasan Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono. Kawasan lain yang termasuk dalam zona pengembangan wisata potensial yaitu kawasan dengan klasifikasi potensi sedang (S) yaitu kawasan Lor Pasar, Kramat dan Klaseman. Ketiga kawasan ini, memiliki persyaratan sebagai kawasan zona pengembangan wisata potensial karena memiliki kualitas budaya sedang, memiliki beberapa obyek dan atraksi wisata yang berkualitas baik, dan dukungan masyarakat yang cukup potensial. Zona ini dimanfaatkan sebagai zona inti untuk pengembangan wisata interpretasi budaya batik Laweyan, karena memiliki hampir semua persyaratan untuk interpretasi budaya batik Laweyan. Pada zona ini memiliki obyek dan atraksi wisata, kualitas budaya, kelayakan kawasan potensial, dan kualitas estetika-visual potensial dan mendapatkan penerimaan yang tinggi dari masyarakat terhadap pengembangan kawasan untuk menjadi kawasan wisata budaya. Di dalam zona ini juga akan ditempatkan semua fasilitas untuk wisata budaya, baik interpretasi tentang budaya batik, maupun sejarah dan budaya kampung Laweyan. Keenam kawasan yang tergolong zona inti ini jaraknya berdekatan dan mengumpul sehingga akan memudahkan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan sirkulasi wisata.

2) Zona pengembangan wisata tidak potensial (zona pendukung). Yang tergolong dalam zona ini adalah zona integratif hasil overlay yang memiliki potensi rendah (TP). Zona ini tidak digunakan sebagai inti wisata budaya karena tidak memiliki obyek dan atraksi wisata yang interpretatif terhadap budaya batik Laweyan. Zona ini digunakan sebagai zona pendukung wisata yang berfungsi sebagai area penerimaan (welcome area), area transisi, dan area untuk menempatkan fasilitas penunjang wisata seperti lahan parkir, fasilitas pelayanan dan kenyamanan lainnya seperti toilet, kafe dan restoran, dan pusat informasi pengunjung (VIC). Zona pendukung yang terdiri dari dua

kawasan yaitu kawasan Kwanggan dan Kidul Pasar memang letaknya berjauhan. Namun hal ini tidak akan menjadi kendala dalam perencanaan nanti karena masing-masing akan menjadi pendukung zona inti yang terletak di dekatnya.

Tabel 42 menunjukkan luasan kawasan untuk pengembangan kawasan wisata budaya. Peta yang menunjukkan pembagian zona pengembangan kawasan wisata potensial dapat dilihat di Gambar 27.

Tabel 42. Zona pengembangan kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan

No Lokasi Pengamatan

Potensi Kawasan Total

(Ha) Sangat Potensial Potensial Tidak Potensial

Zona Wisata potensial (zona inti)

Zona Wisata tidak potensial (zona pendukung) 1 Kwanggan 1.88 Ha 1.88 2 Sayangan Kulon 3.00 Ha 3.00 3 Sayangan Wetan 3.43 Ha 3.43 4 Lor Pasar 4.11 Ha 4.11 5 Kramat 2.01 Ha 2.01 6 Setono 5.05 Ha 5.05 7 Kidul Pasar 2.32 Ha 2.32 8 Klaseman 3.00 Ha 3.00 Total 15.59 Ha 5.01 Ha 4.20 Ha 24.83 Persentase (%) 62.8% 20.2% 16.0% 100%

Sumber : Data Olahan 2010

Gambar 27. Peta zona pengembangan kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta

Kawasan yang termasuk zona pengembangan wisata budaya tinggi (SP) meliputi kawasan Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono yang selanjutnya ditetapkan menjadi zona inti kawasan wisata budaya Kampung Batik Laweyan. Salah satu faktor yang membuat kawasan ini memiliki nilai potensi tinggi adalah keberadaan obyek dan atraksi wisata potensial yang dimiliki keempat kawasan ini. Obyek dan atraksi yang dimiliki di kawasan potensi Tinggi (SP) ini adalah :

a. Kampung Sayang Kulon :pabrik batik abstrak , galeri batik dan museum batik milik keluarga, rumah tua dan unik, langgar merdeka

b. Sayangan Wetan : showroom dan galeri batik, pabrik batik, tugu laweyan c. Kampung setono : mesjid Laweyan, makam Kyai Ageng Henis, Langgar

Ma’moer, showroom dan galer batik, rumah tua dan kuno di Sentono, pabrik batik, rumah pemberian soekarno untuk Samanhudi, bunker bawah tanah, batik furniture.

Beberapa obyek yang seharusnya menarik dari segi sejarah seperti tugu Laweyan, dan bunker bawah tanah memang harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah kota maupun masyarakat laweyan. Untuk Tugu Laweyan, dibutuhkan perbaikan berupa perubahan disain yang lebih menarik dan representatif dan dapat memberi banyak informasi tentang sejarah kawasan tugu laweyan yang dulu merupakan pasar kuno Laweyan. Obyek ini mendapat penilaian rendah karena bentuk disain tugu yang tidak menarik dan tidak representatif terhadap citra kawasan. Sedankan bunker bawah tanah mendapat penilaian rendah karena letaknya yang berada di dalam rumah warga, sehingga ketersediaan obyek ini tidak selalu ada sepanjang waktu dan sangat tergantung pada kesediaan warga yang rumahnya ditempati bunker bersejarah ini.

Kawasan yang juga termasuk zona inti adalah kawasan yang termasuk zona pengembangan wisata budaya sedang (S) yang meliputi kawasan Lor Pasar, Kramat, dan Klaseman. Kawasan Lor Pasar, yang berada tepat di tepi jalan raya atau jalan utama, memiliki jalur sirkulasi yang dapat digunakan sebagai jalur distribusi barang produksi di kawasan Kampung batik yang akan dikirim ke luar wilayah, atau sebagai jalur distribusi bahan baku yang akan digunakan pabrik-pabrik yang ada di dalam Kampung Laweyan ini. Di dalam kawasan ini dapat dibangun satu tempat khusus untuk menurunkan atau memuat barang-barang produksi batik laweyan. Di samping itu, jalur sirkulasi ini dapat

digunakan oleh masyarakat lokal sebagai jalur sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak berkaitan dengan wisata.

Untuk kawasan Kramat dan Klaseman digolongkan ke dalam zona inti karena memiliki beberapa beberapa aspek yang tergolong potensial yaitu kualitas budaya kawasan, kualitas estetika-visual lingkungan, kelayakan kawasan, dan akseptibilitas masyarakat . Kriteria potensial ini akan sangat baik dan memenuhi syarat untuk dikembangkan sebagai zona inti kawasan wisata. Untuk obyek dan atraksi wisata eksisting yang dimiliki kedua kawasan ini, tergolong obyek yang memiliki kualitas baik.

Obyek dan atraksi wisata yang dimiliki kawasan ini meliputi: a. Kramat : Museum Samanhudi

b. Klaseman : pabrik batik dan showroom batik, Laweyan Batik Centre c. Lor Pasar : Pabrik batik dan galeri batik

Museum Samanhudi merupakan obyek potensial, namun tetap memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat mengingat kondisinya saat ini yang sangat tidak layak dan tidak mencerminkan sebuah museum yang menarik untuk didatangi. Sedangkan Laweyan batik centre memiliki potensi yang rendah karena miskin atraksi dan tidak dimanfaatkan secara serius dan regular oleh Kampung batik Laweyan. Pembuatan program acara yang menarik di Laweyan batik center ini akan membantu meningkatkan daya tarik obyek ini dan akan meningkatkan kualitas wisata. Pabrik batik dan galeri yang ada di Lor Pasar memiliki kualitas baik sehingga dapat dipertahankan sebagai obyek wisata.

Kawasan yang termasuk zona pengembangan wisata budaya dengan potensi rendah (TP) adalah daerah Kwanggan dan Kidul Pasar, yang selanjutnya ditetapkan menjadi kawasan pendukung wisata. Di dalam kawasan ini ditempatkan fasilitas pendukung wisata dan dijadikan kawasan penerimaan (welcome area) dan kawasan penempatan fasilitas pendukung wisata. Kawasan Kwanggan ini memiliki kelebihan dari segi aksesibilitas yang tinggi karena terletak tepat di tepi jalan utama dan tepat di pintu gerbang utama menuju kampung Batik Laweyan. Kawasan ini sangat sesuai untuk dijadikan kawasan penerima (welcome area). Di samping itu, kawasan ini akan ditempatkan fasilitas pendukung wisata yang berkaitan dengan pelayanan dan kenyamanan seperti pusat informasi pengunjung (VIC), toilet, café dan restoran, musholla, tempat parkir, dll. Kawasan ini sekaligus berguna sebagai zona transisi menuju ke zona

inti kawasan wisata budaya. Sedangkan kawasan kidul pasar terletak agak jauh dari jalan raya. Di kawasan ini tidak terdapat obyek wisata menarik kecuali situs kabanaran yang sebenarnya letaknya secara geografis berada di luar kawasan ini namun secara administratif berada di kawasan ini. Nilai cultural significance untuk situs kabanaran ini tergolong tinggi, namun secara visual tergolong rendah karena tidak terawat dengan baik. Kendala ini dapat diatasi dengan melakukan perbaikan pada situs ini agar menjadi kawasan yang menarik, dan kawasan kidul pasar dapat menjadi tempat peletakan fasilitas yang mendukung obyek wisata bersejarah ini.

5.4. Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Budaya di Kampung Batik

Laweyan

5.4.1. Konsep Perencanaan Wisata

Perencanaan Lanskap wisata budaya Kampung Batik Laweyan didasarkan pada konsep pelestarian dan apresiasi kehidupan membatik di Kampung Batik Laweyan yang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, dalam rangka mempertahankan warisan budaya tak benda, dengan tetap memperhatikan unsur ekonomi masyarakat lokal. Program pemerintah yang telah menetapkan kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai kawasan Cagar budaya sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya telah menjadi dasar yang kuat dalam mengupayakan tindakan pelestarian terhadap kehidupan sosial budaya beserta peninggalan sejarah yang terkandung di dalamnya. Dengan adanya tujuan pelestarian dan pemanfaatan kawasan yang mendukung pelestarian, maka konsep perencanaan yang paling tepat diterapkan di kawasan ini adalah ‘Laweyan sebagai kampung wisata pusaka yang interpretatif’. Menurut badan organisasi wisata dunia (WTO), wisata pusaka adalah kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya manusia, kesenian, filosofi dan pranata dari wilayah lain. Sedangkan interpretatif artinya mampu memberi interpretasi atau informasi tentang sesuatu, dalam hal ini yaitu batik. Dengan konsep ini, diharapkan perencanaan seluruh kawasan dilakukan dengan pertimbangan untuk dapat memberi banyak informasi dan interpretasi tentang batik berikut kehidupan sosial budaya yang menyertai. Seluruh fasilitas wisata, jalur sirkulasi, obyek dan atraksi wisata, dirancang agar memenuhi tuntutan interpretasi yang berkaitan dengan budaya batik dan kehidupan masyarakatnya.

Pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kawasan wisata budaya kampung Batik Laweyan adalah dengan pendekatan dua aspek yaitu aspek wisata, yang mengungkap potensi obyek dan atraksi wisatanya, dan potensi estetika-visual lingkungan fisik, serta aspek masyarakat lokal. Pendekatan ini diharapkan mampu menggali potensi kawasan dan memanfaatkan potensi tersebut dengan tepat sesuai dengan karakter kawasan sehingga pada akhirnya dapat tercipta kawasan yang sangat interpretatif terhadap kehidupan sosial budaya di dalamnya. Ciri khas yang paling menonjol dari kehidupan sosial budaya di kampung Laweyan ini adalah kehidupan membatik. Semua aspek yang diidentifikasi dan dianalisis, menunjukkan adanya kehidupan membatik yang sangat dominan. Latar belakang sejarah yang dimiliki kawasan juga erat kaitannya dengan kehidupan membatik tempo dulu hingga kini.

5.4.2. Konsep Ruang Kawasan Wisata Budaya

Konsep ruang wisata budaya yang dikembangkan didasarkan pada kebutuhan ruang wisata budaya untuk menyampaikan informasi tentang budaya masyarakat lokal, yang dihubungkan oleh jalur sirkulasi yang membantu upaya interpretasi terhadap kawasan tersebut.

Pada zona inti yang merupakan pusat aktivitas wisata utama untuk wisata budaya, dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang transisi, dan ruang wisata utama, Pada tiap ruang wisata terdapat aktifitas dan fasilitas yang mendukung tema dan tujuan dari ruang wisata tersebut (Gambar 28). Ruang-ruang tersebut adalah :

Kedua ruangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Ruang Transisi

Merupakan ruang penghubung yang menghantarkan pengunjung dari welcome area menuju ruang wisata utama. Ruang ini juga berfungsi sebagai ruang informasi yang mengarahkan pengunjung untuk memilih wisata mana yang diinginkan setelah memasuki ruang wisata utama. Di dalam ruang ini terdapat fasilitas pameran batik, museum pusaka batik, fasilitas interpretasi batik, dan ruang interpretasi budaya dan sejarah kawasan Laweyan.

2) Ruang wisata utama:

a) Edutourism

Merupakan ruang wisata utama yang mengakomodasikan aktifitas dan fasilitas wisata untuk wisata edukasi tentang perbatikan. Wisata

edukasi di sini adalah mengajak wisatawan untuk mengenal lebih jauh tentang perbatikan mulai dari sejarahnya, filosofinya, motif dan disain, proses pembuatan batik, hingga produk batik. Wisatawan juga dapat ikut berpartisipasi dalam pembuatan batik ini dengan belajar langsung dari para pembatik yang ada di kampung Laweyan.

Ruang ini merupakan ruang wisata yang memiliki obyek dan atraksi wisata yang berkaitan dengan perbatikan seperti pabrik batik dan showroom batik. Di dalam ruang ini juga terdapat ruang pelatihan bagi pengunjung yang ingin serius menekuni keahlian membatik dalam kurun waktu tertentu dan juga terdapat ruang interpretasi batik.

b) Culture tourism

Merupakan ruang yang mengakomodasikan obyek dan atraksi budaya dan sejarah. Aktivitas wisata budaya yaitu melakukan

kampoeng tour untuk melihat lebih dekat kehidupan sosial budaya di

kampung Laweyan yang sangat unik dan asli, baik dari bentuk arsitektural rumah, maupun sejarah yang terkandung di Kampung Laweyan. Wisatawan diharapkan dapat mengeksploitasi kampung Laweyan mulai dari sejarah terbentuknya Laweyan hingga terciptanya image kampung ini sebagai kampung batik beserta filosofi dan kearifan lokal yang dimiliki oleh kampung ini yang masih tercermin hingga kini melalui arsitektur bangunan dan morfologi kampung dan kehidupan sosial yang masih dijalani hingga kini.

c) Welcome area (ruang penerimaan)

Ruang ini merupakan area penerimaan yang berfungsi sebagai pintu masuk ke objek dan atraksi wisata. Area ini berisi fasilitas pelayanan seperti ruang duduk, ruang interpretasi wisata (sesuai dengan tema masing-masing wisata), dan fasilitas lain yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan touring mengikuti jalur interpretasi.

Pada zona pendukung terbagi atas entrance (pintu masuk utama) , visitor

centre, dan ruang fasilitas pelayanan sebagai pendukung wisata. Ruang-ruang

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Entrance (pintu masuk utama)

Merupakan pintu masuk ke kampung Batik Laweyan. Pintu masuk ini langsung berhadapan dengan jalur primer yaitu Jl. Dr. Radjiman yang

merupakan jalan utama di wilayah kelurahan Laweyan yang juga menghubungkan kota Solo dan Jogjakarta.

2) Ruang visitor centre (VIC)

Merupakan area penerimaan menuju wisata budaya. Area ini berisi pusat informasi bagi pengunjung (VIC) yang masuk ke Kampung Batik Laweyan. Area ini bertujuan untuk memberikan pelayanan dan informasi bagi pengunjung yang akan berwisata budaya.

3) Ruang fasilitas pendukung wisata

Merupakan ruang yang berisi fasilitas-fasilitas pendukung yang dibutuhkan dalam aktivitas wisata. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat berupa fasilitas pelayanan dan fasilitas kenyamanan. Fasilitas pelayanan seperti toilet, mushola, instalasi listrik dan air, tempat parkir, penyediaan sarana transportasi, ruang pelatihan, dll. Sedangkan fasilitas kenyamanan seperti café dan restoran, ruang istirahat, dll. Ruang pelayanan wisata ini terdapat di kedua zona, baik zona inti wisata maupun zona pendukung wisata

Gambar 28. Konsep ruang kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta

5.4.3. Konsep Sirkulasi Kawasan Wisata Budaya

Konsep dasar sirkulasi untuk pengembangan wisata ini memakai sistem

Kampong tour dengan konsep learn by experiencing and exploring. Jadi konsep

ini semacam upaya mengenal kampung Laweyan dengan tidak hanya sekedar melihat-lihat, tetapi juga ikut terlibat dalam beberapa aktivitas tertentu yang dapat memberi pengalaman langsung bagi pengunjung sehingga diharapkan nantinya dapat memberikan pemahaman yang mendalam bagi para pengunjung tentang

ENTRANCE AREA

TRANSISI RUANG WISATA

Dalam dokumen HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 30-39)

Dokumen terkait