• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi dan Analisis Potensi Fisik Kawasan

Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui potensi pengembangan wisata budaya melalui tiga aspek yaitu kualitas budaya kawasan, kelayakan kawasan wisata, dan kualitas estetika-visual lingkungan.

5.1. 1. Analisis Kualitas Budaya Kawasan

Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan menilai potensi obyek dan atraksi wisata budaya, baik dari segi cultural significance maupun kualitas fisik obyek dan atraksi wisata budaya eksisting. Kualitas budaya kawasan ditentukan dari potensi obyek dan atraksi wisata eksisting yang dimiliki oleh masing-masing kawasan. Semakin tinggi rata-rata potensi obyek dan atraksi yang dimiliki oleh kawasan, semakin tinggi kualitas budaya kawasan.

5.1.1.1. Analisis Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Eksisting

Penilaian objek dan atraksi wisata eksisting dilakukan dengan menggunakan 6 kriteria penilaian (kesejarahan /historival value, fungsi sosial/social value, harmoni, keunikan, daya tarik dan kelangkaan). Hasil penilaian dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Potensi obyek dan atraksi wisata eksisting di Kampung Batik Laweyan Lokasi

pengamatan Obyek Atraksi

Parameter N P S I II III IV V VI 1 Kwanggan 1 Bekas gudang senjata masa keraton Pajang melihat situs bersejarah 8 3 8 3 4 3 29 R S4

2 Galeri batik Melihat pameran karya seni 3 5 4 3 4 3 19 R S4 2 Sayangan Kulon 3 Rumah tua dan unik Bentuk arsitektur bangunan 9 9 10 3 10 7 48 S S2 4 Pabrik batik abstrak a. Proses pembuatan batik b. Ikut pelatihan membatik pola abstrak 6 12 12 9 12 12 63 T S1

(2)

Lanjutan Tabel 28. Lokasi

pengamatan Obyek Atraksi

Parameter N P S I II III IV V VI 6 Showroom dan museum batik milik keluarga menyaksikan koleksi yang berkaitan dengan pembatikan warisan para leluhur 6 11 12 10 12 11 62 T S1 7 Langgar Merdeka Bnetuk arsitektur bangunan dan sejarahnya 12 12 12 9 9 12 66 T S1 3 Kramat 8 Museum Samanhudi Melihat koleksi peninggalam KH.Samanhudi 8 8 11 11 9 10 57 T S2

9 Galeri batik Berbelanja batik 3 6 3 3 4 3 22 R S4

4 Sayangan Wetan 10 Tugu Laweyan (bekas Pasar Laweyan Kuno) Menyaksikan situs tempat pasar laweyan kuno 8 9 7 6 8 8 46 S S2 11 Pabrik Batik dan galeri Melihat proses pembuatan batik dan wisata belanja 7 9 8 7 10 7 48 S S2 12 showroom dan galeri 1 Wisata belanja 4 7 10 10 11 9 51 S S2 13 showroom dan galeri 2 Wisata belanja 4 7 10 10 11 9 51 S S2 14 showroom dan galeri 3 Wisata belanja 4 7 10 10 11 9 51 S S2 15 batik furniture wisata belanja dan melihat proses pembuatan 3 5 8 3 8 6 33 R S3 5 Setono 16 Bangunan kuno dan unik Setono Bentuk arsitektur bangunan 6 9 10 9 11 9 54 S S2 17 Pabrik batik Melihat proses pembuatan batik 6 10 9 9 10 7 51 S S2 18 Showroom dan galeri batik 1 Wisata belanja 6 10 10 10 11 9 56 T S2 19 Showroom dan galeri batik 2 Wisata belanja 6 10 10 10 11 9 56 T S2 20 Showroom dan galeri batik 3 Wisata belanja 6 10 10 10 11 9 56 T S2 21 Langgar Ma’moer Bentuk arsitektur bangunan dan sejarahnya 9 12 11 12 8 12 64 T S1 22 Rumah para pekerja batik Mengenal sejarah dan budaya masyarakat pembatik 6 6 9 4 6 5 36 R S3 23 Makam Kyai Ageng henis Melihat makam kuno 9 11 12 7 10 9 58 T S1

(3)

Lanjutan Tabel 28. Lokasi pengamata n Obyek Atraksi Parameter N P S I II III IV V VI 24 Mesjid laweyan Melihat tempat bersejarah dan cerita tentang masa lalu 12 12 12 12 12 12 72 T S1 25 Bunker bawah tanah Melihat tempat bersejarah dan legenda 7 6 12 3 8 7 43 S S3 26 Rumah pemberian Soekarno untuk Samanhudi Melihat sejarah jaman pergerakan Samanhudi 11 10 12 8 11 10 62 T S1

27 Art galery melihat karya seni 3 5 4 3 4 3 19 R S4 28 Batik Furniture wisata belanja dan melihat proses pembuatan 3 5 8 3 8 6 33 R S3

29 IPAL Melihat teknik

pengolahan limbah batik

3 3 5 5 4 9 29 R S4

6 Lor Pasar 30 Pabrik batik dan galeri Belajar batik, wisata belanja 6 9 10 9 9 8 51 S S2 31 showroom batik 2 Wisata belanja 5 6 10 10 11 9 51 S S2 32 showroom batik 3 Wisata belanja 4 4 9 8 10 8 43 S S3

7 Kidul Pasar 33 Situs Kabanaran

Melihat situs bersejarah

11 8 12 3 8 9 51 S S2

34 pabrik batik Melihat proses pembuatan batik 6 5 4 6 8 5 34 S S3 8 Klaseman 35 Bangunan kuno Bentuk arsitektur bangunan 6 7 8 3 7 5 36 R S3 36 Laweyan batik Centre Pelatihan batik, pertemuan. 4 6 3 7 4 3 27 R S4

37 Pabrik batik a. Melihat proses pembuatan batik b. Ikut pelatihan membatik 8 9 8 8 11 9 53 S S2 38 Showroom batik Wisata belanja 8 9 8 10 10 9 54 S S2

Sumber: Hasil Olahan Data Lapang 2010

Keterangan: Parameter (I=kesejarahan/historical value), II= harmoni, III=keunikan, IV= fungsi sosial/social value, V= daya tarik, VI= kelangkaan).

N= Nilai (maks = 72, min= 18, belum termasuk perhitungan bobot ) P= potensi (T=tinggi, S=sedang, R=rendah)

S= skor (S1=sangat baik, S2=baik, S3 = cukup, S4 = buruk) n=3 (tim ahli)

Tabel 28 menunjukkan 6 obyek (16%) sangat baik (S1) untuk dikembangkan, 19 obyek (50%) berkategori baik (S2) untuk dikembangkan, 7 obyek (18 %) bernilai cukup, dan 6 obyek (16%) bernilai buruk dan tidak sesuai untuk dikembangkan. Klasifikasi sangat baik (S1) untuk 6 obyek dan atraksi

(4)

wisata menunjukkan bahwa keenam obyek tersebut memiliki nilai budaya dan dan daya tarik sangat tinggi untuk dijadikan obyek tujuan wisata, Diperlukan penjagaan dan pemeliharaan serta dan hanya sedikit perbaikan saja agar obyek ini tetap lestari. Obyek dan atraksi tersebut antara lain pabrik batik abstrak, showroom dan museum batik milik keluarga, Langgar merdeka, langgar Ma’moer, mesjid Laweyan, makam Kiai Ageng Henis, rumah pemberian Soekarno untuk Samanhudi. Peneliti menilai bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai potensi untuk keenam obyek ini sangat tinggi , disamping karena unsur nilai budaya dan daya tarik yang tinggi, pengaruh yang lain salah satunya adalah karena pemeliharaan yang rutin dikarenakan unsur kepemilikan yang jelas. Pabrik batik abstrak dan museum keluarga serta showroom dimiliki secara perorangan dan berorientasi bisnis, sehingga wajar jika dipelihara dan selalu ditingkatkan kondisinya agar selalu menarik terjaga. Sedangkan Langgar merdeka, Langgar Ma’moer, dan mesjid Laweyan merupakan milik umum/masyarakat, bahkan sudah menjadi salah satu daftar benda cagar budaya yang telah disyahkan oleh pemkot Surakarta. Hal ini menyebabkan obyek-obyek ini mendapat perhatian yang cukup untuk mempertahankan eksistensinya.

Untuk kriteria yang sangat buruk (6 obyek), menunjukkan bahwa obyek tersebut tidak layak dikunjungi. Perlu perlakuan yang mahal untuk menjadikannya sebayai obyek tujuan wisata. Keenam obyek tersebut tidak memiliki nilai budaya yang signifikan, karena sebagian besar berupa galeri batik yang dimiliki perorangan dan kurang berkembang baik. Satu-satunya obyek yang bernilai sejarah tapi bernilai buruk adalah bekas gudang senjata. Obyek ini bernilai rendah karena keberadaannya secara fisik (artefak) tidak dapat ditemukan lagi dan hanya menjadi cerita sejarah bahwa di daerah itu pernah terdapat gudang senjata jaman kerajaan Pajang. Namun juga terdapat Laweyan Batik centre yang seharusnya kepemilikannya adalah milik pemerintah daerah, namun jarang terlihat aktivitas yang menarik di dalamnya. Obyek ini dapat ditingkatkan menjadi sangat baik dengan campur tangan pemerintah dan masyarakat lokal untuk mengisi atraksi yang menarik di dalamnya.

Gambar 16 menunjukkan letak obyek dan atraksi wisata di kawasan Kampung Batik Laweyan, beserta tingkat potensi masing-masing obyek. Tabel 29, 30, 31, dan 32 menunjukkan jenis obyek dan atraksi wisata beserta jenis atraksi yang dapat ditawarkan.

(5)

Sumber: Hasil olahan data 2010

Gambar 16. Peta potensi obyek dan atraksi wisata eksisting

Tabel 29. Obyek dan atraksi wisata di kawasan Kampung Batik Laweyan Surakarta dengan klasifkasi sangat baik (S1)

No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

1. Sayangan Kulon Pabrik batik abstrak (no.4 di peta gb. 16) c. Proses pembuatan batik d. Ikut pelatihan membatik pola abstrak 2 Sayangan Kulon Showroom dan museum batik milik keluarga (no. 6 ) Melihat-lihat koleksi yang berkaitan dengan pembatikan yang sudah dilakukan oleh para leluhur

(6)

Lanjutan Tabel 29.

No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

3 Sayangan Kulon Langgar merdeka (no 7) Bentuk arsitektur bangunan dan mendengar sejarahnya 4 Setono Mesjid Laweyan (no. 24 di peta gb.16) Melihat tempat bersejarah dan mendengar kisah asal-usul Laweyan 5 Setono Langgar Ma’moer (no.21 di peta gb.16) Bentuk arsitektur bangunan dan sejarahnya 6 Setono Rumah pemberian Soekarno untuk Samanhudi (no 18 di peta gb.16) Mendengar dan menyaksikan bukti sejarah peninggalan Samanhudi

(7)

Tabel 30. Obyek dan atraksi wisata di kawasan Kampung Batik Laweyan Surakarta dengan klasifkasi baik (S2)

No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

1 Sayang an Kulon

Rumah kuno dan unik (no. 3 pada peta dig b.16) Melihat model arsitektur bangunan rumah tua 2 Sayang an Kulon Galeri Batik mahkota (no 5 di peta gambar 16) Wisata belanja 3 Kramat Museum Samanhudi (no. 8) Melihat koleksi peninggalan KH. Samanhudi 4 Sayang an Wetan Tugu Laweyan (no. 10) Klasifikasi: Sesuai, potensi Sedang Melihat situs tempat berdirinya pasar Laweyan kuno yang berkaitan dengan Sungai kabanaran 5 Setono Makam Ki Ageng Henis (no.23 di peta gb.16) Berziarah, melihat dan mengetahui sejarah makam kuno

(8)

Lanjutan Tabel 30.

No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

Makam Ki Ageng Henis. Dengan pohon Nagasari berusia 500 tahun

6 Sayangan Wetan

Pabrik Batik & galeri Sayangan Wetan (no.11 di peta gambar no.16) Melihat proses pembuatan batik 7 Sayangan Wetan Galeri batik 1 (no. 12). Klasifikasi: Sesuai, potensi Sedang Belanja batik dan melihat keunikkan interior galeri 8 Setono Bangunan kuno dan unik (no. 16) .

Mengamati bentuk arsitektur

bangunan dan tata ruang serta furniture yang mewakili gaya tertentu di jaman penjajahan Belanda (dikenal dengan gaya Indiesch)

(9)

Lanjutan Tabel 30.

No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

9 Setono Pabrik batik (no. 17).

Melihat proses pembuatan batik

10 Setono Galeri batik 1 (no. 18 )

Wisata belanja

11 Setono Galeri Batik kencana (no.19)

Wisata belanja

12 Lor Pasar Pabrik batik dan galeri (no. 30)

Melihat proses pembuatan batik dan galeri

(10)

Lanjutan Tabel 30.

No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

13 Lor Pasar Pabrik batik dan galeri (no. 31) Galeri batik 14 Kidul Pasar Situs Kabanaran (no.33) klasifikasi ; sesuai, potensi Sedang Melihat situs bersejarah, bekas Bandar besar di jaman kerajaan Pajang

15 Klaseman Pabrik batik Klaseman (no 37) a. Melihat proses pembuatan batik b. Ikut pelatihan membatik 16 Klaseman Showroom batik (no.38) Wisata belanja

(11)

Tabel 31. Obyek dan Atraksi Wisata di Kawasan Kampung Batik Laweyan Surakarta dengan Klasifkasi Cukup (S3)

No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

1 Sayangan Wetan Batik furniture (no.15) Melihat cara membuat furniture batik 2 Setono Rumah pekerja batik ( no. 22) Melihat rumah kuno yang secara turun temurun merupakan pekerja batik sejak batik mencapai jaman keemasan di jaman dulu

3 Setono Bunker bawah tanah (no. 25) Melihat bunker peninggalan jaman dulu 4 Kidul Pasar Pabrik batik (no.34) Melihat proses pembuatan batik

(12)

Tabel 32. Obyek dan atraksi wisata di kawasan Kampung Batik Laweyan Surakarta dengan klasifkasi buruk (S4)

No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

1 Kwanggan Bekas gudang senjata (no. 2) Melihat sisa peninggalan jaman kerajaan pajang 2 Kidul Pasar

IPAL (no. 29). Melihat proses pengolahan limbah batik

3 Klaseman Laweyan batik Centre (no. 36) Tempat pelatihan yang berkaitan dengan aktivitas membatik

Letak obyek dan atraksi wisata eksisting menyebar di seluruh kawasan Kampung Batik Laweyan. Obyek dan atraksi wisata eksisting dapat dikelompokkan berdasarkan kualitas masing-masing obyek dan atraksi wisata. (Tabel 33 dan Gambar 17). Demikian juga untuk jenis wisata eksisting yaitu wisata eksisting batik, dan wisata eksisting budaya dan sejarah. Pengelompokkan jenis wisata ini dapat dilihat di Tabel 34 dan gambar 19.

(13)

Tabel 33. Jenis aktivitas wisata dan kualitas ODAW eksisting No Lokasi Obyek dan Atraksi

(ODAW)

Jenis wisata Kualitas 1 Sayangan

Kulon

1. Pabrik batik abstrak Wisata batik Sangat baik 2. Showroom dan

museum batik keluarga

Wisata batik Sangat baik

3. Langgar Merdeka Wisata sejarah Sangat baik Setono 4. Langgar ma’moer Wisata budaya

dan sejarah

Sangat baik 5. Mesjid Laweyan Wisata budaya

dan sejarah

Sangat baik 6. Rumah pemberian

Soekarno untuk Samanhudi

Wisata sejarah Sangat baik

2 Sayangan Kulon

7. Rumah tuan dan unik Wisata budaya Baik 8. Galeri batik Wisata batik Baik Kramat 9. Museum Samanhudi Wisata sejarah Baik Sayangan

wetan

10. Tugu laweyan Wisata sejarah Baik 11. Pabrik batik dan galeri Wisata batik Baik 12. Showroom batik 1 Wisata batik Baik 13. Showroom batik 2 Wisata batik Baik 14. Showroom batik 3 Wisata batik Baik Setono 15. Bangunan kuno dan

unik

Wisata budaya Baik 16. Pabrik batik Wisata batik Baik 17. Showroom dan galeri

batik 1

Wisata batik Baik 18. Showroom dan galeri

batik 2

Wisata batik Baik 19. Showroom dan galeri

batik 3

Wisata batik Baik 20. Makam Kyai Ageng

Henis

Wisata sejarah Baik Lor Pasar 21. Pabrik batik dan galeri Wisata batik Baik 22. Showroom batik 2 Wisata batik Baik Kidul Pasar 23. Situs kabanaran Wisata sejarah Baik Klaseman 24. Pabrik batik Wisata batik Baik 25. Showroom batik Wisata batik Baik 3 Sayangan

wetan

26. Batik furniture Wisata batik Cukup Setono 27. Rumah para pekerja

batik

Wisata batik Cukup 28. Bunker bawah tanah Wisata sejarah Cukup 29. Batik furniture Wisata batik Cukup

(14)

Lanjutan Tabel 33.

No Lokasi Obyek dan Atraksi (ODAW)

Jenis wisata Kualitas Lor Pasar 30. Showroom batik 3 Wisata batik Cukup Kidul Pasar 31. Pabrik batik Wisata sejarah Cukup Klaseman 32. Bangunan kuno Wisata budaya

dan sejarah

Cukup 4 Kwanggan 33. Bekas gudang senjata

34. Galeri batik

Wisata sejarah Wisata batik

Buruk Buruk Kramat 35. Galeri batik Wisata batik Buruk Setono 36. Art galery Wisata batik Buruk 37. IPAL Wisata batik Buruk Klaseman 38. Laweyan batik centre Wisata batik Buruk

Tabel 33 di atas menunjukkan obyek dan atraksi wisata (ODAW) eksisting beserta jenis aktivitas wisatanya. Masing-masing ODAW tersebut telah dinilai kualitasnya dari analisis potensi ODAW. Gambar 17 di bawah ini menunjukkan pengelompokkan potensi obyek dan atraksi wisata eksisting.. Sedangkan Gambar 18 menunjukkan peta deliniasi kawasan berdasarkan jenis aktivitas wisata dari obyek dan atraksi wisata eksisting di Kampung Batik Laweyan Surakarta.

Gambar 17. Peta deliniasi kawasan berdasarkan potensi obyek dan atraksi wisata eksisting di Kampung Batik Laweyan Surakarta

(15)

Tabel 34. Jenis aktivitas wisata ODAW eksisting No Lokasi Obyek dan Atraksi

(ODAW)

Jenis wisata Kualitas Wisata batik

Kwanggan Galeri batik Wisata batik Buruk Sayangan

Kulon

Pabrik batik abstrak Wisata batik Sangat baik Galeri batik Wisata batik Baik Showroom dan museum

batik keluarga

Wisata batik Sangat baik Kramat Galeri batik Wisata batik Buruk Sayangan

wetan

Pabrik batik dan galeri Wisata batik Baik Showroom batik 1 Wisata batik Baik Showroom batik 2 Wisata batik Baik Showroom batik 3 Wisata batik Baik Batik furniture Wisata batik Cukup Setono Pabrik batik Wisata batik Baik

Showroom dan galeri batik 1

Wisata batik Baik Showroom dan galeri

batik 2

Wisata batik Baik Showroom dan galeri

batik 3

Wisata batik Baik Rumah para pekerja batik Wisata batik Cukup Art galery Wisata batik Buruk Batik furniture Wisata batik Cukup

IPAL Wisata batik Buruk

Lor Pasar Pabrik batik dan galeri Wisata batik Baik Showroom batik 2 Wisata batik Baik Showroom batik 3 Wisata batik Cukup Klaseman Laweyan batik centre Wisata batik Buruk

Pabrik batik Wisata batik Baik Showroom batik Wisata batik Baik

Wisata budaya Sayangan

Kulon

Rumah tuan dan unik Wisata budaya Baik Setono Bangunan kuno dan unik Wisata budaya Baik

Langgar ma’moer Wisata budaya Sangat baik Klaseman Bangunan kuno Wisata budaya Cukup

(16)

Lanjutan Tabel 34.

No Lokasi Obyek dan Atraksi (ODAW)

Jenis wisata Kualitas Wisata sejarah

1 Kwanggan Bekas gudang senjata Wisata sejarah Buruk Sayangan

Kulon

Langgar Merdeka Wisata sejarah Sangat baik Kramat Museum Samanhudi Wisata sejarah Baik Sayangan

wetan

Tugu laweyan Wisata sejarah Baik Setono Makam Kyai Ageng henis Wisata sejarah Baik

Mesjid Laweyan Wisata sejarah Sangat baik Bunker bawah tanah Wisata sejarah Cukup Rumah pemberian

Soekarno untuk Samanhudi

Wisata sejarah Sangat baik

7 Kidul Pasar Situs kabanaran Wisata sejarah Baik Pabrik batik Wisata sejarah Cukup

Gambar 18 menunjukkan pengelompokkan kawasan dengan jenis atraksi wisata yang berbeda-beda. Jenis aktivitas batik banyak terdapat di kawasan Setono, Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, Lor Pasar dan Klaseman. Namun letaknya lebih banyak berada di sepanjang jalan Sidoluhur. Hanya obyek yang berada di Sayangan Kulon yang terletak agak jauh di dalam. Untuk jenis aktivitas sejarah, banyak terdapat di kawasan Kramat, Setono bagian selatan, dan hanya sedikit di kawasan Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, Klaseman dan Kidul Pasar. Jenis aktivitas wisata yang menawarkan budaya arsitektural banyak terdapat di kawasan Sayangan kulon, Setono, dan Klaseman.

(17)

Gambar 18. Peta deliniasi kawasan berdasarkan jenis aktivitas wisata dari obyek dan atraksi wisata eksisting di Kampung Batik Laweyan Surakarta

5.1.1.2. Kualitas Budaya di Kampung Batik Laweyan berdasarkan Obyek dan Atraksi Wisata Eksisting yang Dimiliki

Berdasarkan tingkat potensi obyek dan atraksi wisata eksisting, maka dapat diketahui kualitas kawasan yang mengandung obyek dan atraksi wisata di dalamnya. Kawasan yang memiliki banyak obyek dan atraksi wisata yang sangat potensial maka tergolong kawasan dengan kualitas budaya tinggi.

Tabel 35. Kualitas budaya masing-masing kawasan berdasarkan obyek dan atraksi wisata (ODAW) eksisting yang dimiliki

Lokasi pengamatan

Tingkat Potensi ODAW Nilai Rata2 Kualitas Sangat Baik (4) Baik (3) Cukup (2) Buruk (1) 1 Kwanggan - - - 2 2 0.5 R 2 Sayangan Kulon 3 2 - - 18 4.5 S 3 Kramat - 1 - 1 5 1.25 R 4 Sayangan Wetan - 5 1 - 17 4.25 S 5 Setono 4 5 3 2 39 9.75 T 6. Lor Pasar - 2 1 - 8 2 R 7. Kidul Pasar - 1 1 - 5 1.25 R 8. Klaseman - 2 1 1 9 2.25 R

(18)

Gambar 19. Peta tematik kualitas budaya masing-masing kawasan berdasarkan potensi obyek dan atraksi wisata eksisting

Gambar 19 menunjukkan tingkat kualitas budaya masing-masing kawasan. Kawasan dengan kualitas budaya tinggi hanya ada di satu kawasan yaitu kawasan Setono (13%). Kawasan ini memiliki nilai tinggi karena memiliki banyak obyek dan atraksi wisata dengan nilai sangat baik ( Tabel 35). Beberapa obyek yang sangat baik kualitasnya yang terdapat di kawasan setono antara lain Langgar ma’moer, rumah pemberian Soekarno untuk Samanhudi, dan mesjid Laweyan. Sedangkan obyek dan atraksi yang bernilai baik antara lain bangunan kuno dan unik, pabrik batik, showroom dan galeri batik, dan makam Kyai Ageng Henis. Kawasan sayangan Kulon dan Sayangan wetan tergolong berkualitas sedang ( sekitar 25%) . Sayangan Kulon sebenarnya memiliki 3 obyek dan atraksi wisata yang bernilai sangat baik, namun secara total jumlah rata-rata nilai obyek dan atraksi wisatanya lebih kecil dibandingkan yang dimiliki oleh kawasan setono. Demikian juga untuk kawasan Sayangan wetan. Sedangkan kawasan yang memiliki kualitas budaya rendah terdiri dari 5 kawasan (sekitar 63%) yaitu kawasan Kranggan, Kramat, Kidul Pasar, lor Pasar, dan Klaseman. Hal ini disebabkan karena masing-masing kawasan ini hanya memiliki sedikit obyek dan atraksi wisata. Sebenarnya, kawasan Lor Pasar dan Klaseman masing-masing memiliki 2 obyek wisata yang berkualitas baik. Untuk Kidul pasar dan Kramat

(19)

masing-masing hanya 1 obyek yang berkualitas baik. Sedangkan kawasan kranggan tidak memiliki satupun obyek yang bernilai cukup hingga sangat baik. Di kawasan kranggan hanya terdapat 2 obyek, yang keduanya bernilai buruk. Kawasan Lor Pasar dan Klaseman dapat dipertimbangkan sebagai tujuan wisata meskipun secara keseluruhan kawasan memiliki kualitas budaya rendah, dengan alasan kawasan ini masih memiliki beberapa obyek wisata yang bernilai baik.

5.1. 2. Analisis Kelayakan Kawasan Wisata

Penilaian dilakukan dengan menggunakan parameter dari Direkorat Jenderal Pengembangan Produk Pariwisata (2002). Hasil penilaian ditunjukkan pada Tabel 36 yang memperlihatkan tingkat kelayakan kawasan. Kawasan yang kelayakannya sangat potensial sebesar 25% adalah Sayangan kulon dan Sayangan wetan. Kawasan yang potensial sekitar 50% adalah Kramat, Setono, Lor Pasar dan Klaseman. Sedangkan kawasan yang tidak potensial sebesar 25% adalah kawasan Kwanggan dan Kidul pasar.

Tabel 36. Tingkat kelayakan kawasan wisata

Lokasi pengamatan I Parameter Kelayakan II III IV N K

1 Kwanggan 10 78 60 3 151 TP 2 Sayangan Kulon 83 78 60 38 259 SP 3 Kramat 21 83 54 4 162 P 4 Sayangan Wetan 84 78 60 18 240 SP 5 Setono 88 51 28 41 208 P 6. Lor Pasar 31 73 50 12 166 P 7. Kidul Pasar 20 21 66 3 110 TP 8. Klaseman 56 52 48 40 196 P

Sumber : Olahan Data Lapang, 2010 Keterangan :

Parameter kelayakan (I= potensi objek dan atraksi wisata, II=aksesibilitas, III= letak dari jalan raya, IV= fasilitas wisata yang tersedia).

N= nilai (maks = 300 ; min = 12 , telah disesuaikan dengan skala pembobotan ) K= klasifikasi (SP= sangat potensial, P= potensial, TP= tidak potensial)

n = 3 (n= nara sumber atau pakar)

Kawasan yang dinilai sangat potensial, yaitu kawasan Sayangan Kulon dan Sayangan Wetan merupakan kawasan yang memiliki aksesibilitas sangat tinggi, letaknya sangat dekat dengan jalan raya, memiliki obyek-obyek dan atraksi wisata dengan kategori S2 (baik) maupun S1(sangat baik), dan memiliki fasilitas wisata yang cukup memadai. Namun, fasilitas wisata merupakan masalah yang cukup serius dan harus segera ditangani karena hampir di seluruh kawasan tidak memiliki fasilitas wisata yang memadai. Aspek fasilitas wisata

(20)

memiliki nilai rendah hampir di semua kawasan. Hal ini hendaknya menjadi perhatian penting bagi pemerintah daerah maupun penggerak masyarakat ,yang harus dipertimbangkan untuk dilengkapi dan ditingkatkan demi memenuhi kepuasan pengunjung yang ingin datang menikmati objek dan atraksi yang ada di kampung Batik Laweyan ini. Gambar 20 di bawah ini merupakan peta kelayakan kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan.

Gambar 20. Peta kelayakan kawasan wisata budaya

Kawasan Kwanggan dan kawasan Kidul Pasar merupakan kawasan yang dinilai tidak potensial untuk dikembangkan. Secara fakta, kawasan Kwanggan memiliki objek yang paling minim dan miskin atraksi. Namun, kawasan ini memiliki kelebihan karena letak dan aksesnya yang sangat dekat dengan jalan utama. Dengan potensi yang dimiliki, kawasan ini dapat dirancang menjadi kawasan penerima (welcome area) dan menjadi pintu masuk atau entrance kawasan wisata. Sedangkan kawasan Kidul pasar , juga memiliki nilai rendah, karena selain memiliki obyek wisata yang tidak potensial, letak, fasilitas dan aksesibilitasnya pun tergolong rendah. Hal ini menyebabkan kawasan ini tergolong tidak potensial. Namun, kawasan ini memiliki situs bersejarah yaitu Situs Kabanaran yang telah ditetapkan pemerintah sebagai situs bersejarah. Namun karena lingkungan sekitar sungai tidak dipelihara dan tidak didisain

(21)

secara menarik, maka nilai kelayakannya menjadi sangat rendah. Perlu adanya usaha dari pemerintah dan stakeholder untuk mengangkat citra sungai Kabanaran ini agar dapat lebih banyak memberi informasi sejarah dan budaya kawasan yang sangat berguna bagi para pengunjung dan masyarakat. Hal ini dapat diatasi dengan merencana ulang kawasan Situs Kabanaran agar lebih menarik dan layak untuk dijadikan obyek wisata sejarah di kawasan Kampung Laweyan ini.

Kawasan yang tergolong berpotensi sedang adalah Kampung Setono, Kramat, Lor Pasar, dan Klaseman. Kampung Setono sebenarnya justru memiliki beberapa obyek dan atraksi wisata yang sangat potensial seperti makam kuno dan Mesjid Laweyan. Hanya saja, karena letak obyek wisata ini jauh dari jalan raya dan jalan besar, serta memiliki fasilitas wisata yang minim, maka penilaian terhadap kawasan ini menjadi lebih rendah. Sebenarnya akses menuju Mesjid Laweyan, yang merupakan obyek wisata bersejarah yang sangat potensial, sangatlah mudah karena dapat dicapai dengan kendaraan roda empat. Hanya saja, lahan parkir yang sangat terbataslah yang menjadi salah satu kendala. Tata letak fasilitas yang tepat dan mendukung akan sangat membantu meningkatkan potensi kawasan ini. Sedangkan Kampung Klaseman, walaupun memiliki obyek wisata yang sedikit, namun akses menuju obyek ini tergolong mudah karena letaknya dekat dengan jalan raya. Untuk kawasan Lor Pasar dan Kramat, diuntungkan oleh letak yang dekat dengan jalan raya, dan obyek wisata yang memiliki potensi sedang. Keempat kawasan ini dapat ditingkatkan potensinya menjadi sangat potensial dengan menambah fasilitas wisata yang memuaskan pengunjung, dan pembenahan jalan atau gang agar lebih nyaman dilalui.

5.1. 3. Analisis Kualitas Estetika-Visual Lingkungan

Apresiasi terhadap estetika lingkungan perkotaan dapat berupa apresiasi visual dan kinestetik. Apresiasi visual terhadap lingkungan perkotaan merupakan hasil dari persepsi dan kognisi. Sedangkan pengalaman kinestetik merupakan apresiasi terhadap lingkungan yang mengikursertakan kepekaan gerakan seluruh anggota tubuh (Carmona, et al 2003).

Nasar (1998) mengatakan ada beberapa atribut untuk mengatakan bahwa suatu lingkungan itu disukai antara lain 1) upkeep/civilities (lingkungan yang terlihat terawat dan dipelihara) ; 2) openness and defined space (perpaduan antara ruang terbuka dengan panorama dan vista dari elemen2 yang menarik); 3)

(22)

historical significance/content (lingkungan yang membentuk ingatan/memori yang

dharapkan); dan 4) order (keteraturan, koheren (tepat ), kongruen (sesuai), legible (mudah dipahami), dan ada kejelasan (clarity)).

Smith (1980) mengatakan bahwa kapasitas intuisi kita terhadap apresiasi estetika memiliki beberapa komponen , salah satunya adalah apresiasi ritme. Keindahan visual bisa diperoleh dari elemen-elemen yang memiliki ritme yang bervariasi mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks (Smith, 1980). Ritme diperoleh dari pengelompokkan elemen-elemen untuk menciptakan adanya penekanan, interval, akses, atau pengarahan. Untuk menghindari adanya kesan monoton, perlu adanya kekontrasan dan variasi dalam membentuk ritme yang menarik. Ritme arsitektural merupakan salah satu pertimbangan dalam menyumbang keragaman bagi kualitas estetika-visual (Carmona, et al. 2006).

Penilaian kualitas estetika-visual dilakukan dengan melakukan penilaian berdasarkan 5 parameter sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasar (1998) dan Carmona, et.al (2006) sebagaimana yang telah dijabarkan di Tabel 26. Berdasarkan hasil penilaian yang ditunjukkan Tabel 37 memperlihatkan kondisi kawasan wisata budaya berdasarkan kualitas estetika-visual lingkungan. Ditunjukkan bahwa kawasan yang memiliki potensi Tinggi ada 4 kawasan (sekitar 50%) yaitu Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, Setono, dan Lor Pasar (Gambar 21). Kawasan ini memiliki nilai tinggi karena lingkungannya masih terpelihara dengan baik, memiliki ruang terbuka yang menciptakan vista yang cukup mengesankan dan lingkungannya sangat representatif terhadap kehidupan sosial budaya kampung batik. Di daerah Setono, kawasannya memiliki keteraturan yang sangat baik. Lingkungannya mencerminkan ciri khas kehidupan sosial budaya kampung batik. Berada di daerah Setono membuat kita benar-benar merasa berada di kawasan kampung batik. Ritme arsitektural di kawasan ini sangat menarik. Banyaknya rumah-rumah kuno dengan ciri khas arsitektur indische, tembok-tembok tinggi yang menjadi ciri khas Laweyan, banyaknya pabrik-pabrik batik, keadaan rumah batik maupun rumah penduduk yang masih terawat dengan baik, menyebabkan penilaian kualitas visual untuk kawasan ini tinggi. Hal ini juga terjadi di kawasan Sayangan kulon, sayangan wetan. Kehadiran Tugu Laweyan di kawasan Sayangan Wetan cukup menjadikannya sebagai landmark yang memudahkan pengunjung untuk mengetahui arah perjalanan yang mereka tuju. Hanya saja disain tugu laweyan ini dirasa kurang menarik dan kurang interpretatif. Disain ulang tugu ini sangat diperlukan untuk

(23)

meningkatkan dan membantu interpretasi kawasan. Deretan showroom batik beserta pabriknya, deretan tembok tinggi yang dengan jalan sempit yang menjadi cirri khas laweyan di Kawasan Setono dan sayangan wetan ini turut menyumbangkan nilai tinggi untuk kualitas visual kawasan ini.

Terdapat 3 kawasan (38%) dengan potensi sedang, yaitu Klaseman, Kidul Pasar, dan Kramat. Dari segi keteraturan, keterbukaan dan perawatan, keduanya memiliki nilai rendah karena didominasi ruang terbuka berupa kuburan maupun lahan kosong yang kurang terawat. Kedua kawasan ini berbatasan langsung dengan sungai Kabanaran sehingga memiliki potensi keterbukaan yang tinggi , namun membutuhkan perencanaan ulang yang matang karena keadaan sungai kabanaran yang tidak terawat dengan baik. Namun kelebihan lain dari kedua kawasan ini dari segi visual adalah adanya museum Samanhudi dan Situs Kabanaran. Kedua obyek ini memberi nilai tinggi untuk visual kawasan karena sangat mencerminkan keadaan sosial budaya kawasan. Situs Kabanaran merupakan situs bersejarah yang mengandung sejarah asal usul laweyan. Sedangkan museum Samanhudi menyimpan banyak peninggalan dan cerita tentang tokoh terkenal nasional, KH Samanhudi. Perlu penataan dan perencanaan ulang kedua obyek wisata ini agar dapat meningkatkan daya tariknya.

Sedangkan kawasan yang berpotensi rendah hanya ada 1 kawasan (13%) yaitu Kwanggan. Pemandangan di kawasan Kwanggan ini didominasi rumah-rumah penduduk sederhana, bengkel, atau fungsi lainnya yang kurang representatif terhadap citra kawasan kampung batik. Kawasan Kwanggan tidak memiliki rumah usaha yang ada kaitannya dengan batik. Lingkungannya juga kurang terawat dan pemandangan yang diberikan juga tidak menarik.

Namun secara garis besar hasil penilaian kualitas visual kawasan ini menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan memang potensial secara visual untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya. Kawasan kampung Batik Laweyan ini memang didominasi oleh bangunan yang sudah padat dan sangat mendominasi kawasan. Namun, karena sebagian besar bangunan ini adalah bangunan kuno yang memiliki arsitektur yang menarik, dan dilapisi tembok-tembok tinggi, maka secara visual memberi nilai tinggi dan mencerminkan keadaan sosial budaya kawasan. Hanya saja, arsitektur kuno dan antik ini seringkali banyak yang tidak dibuka untuk umum, dan sangat tertutup oleh tembok tinggi, padahal detil tata ruang di dalamnya sangatlah menarik. Perlu ada

(24)

campur tangan pemerintah dan stakeholder yang dapat mengangkat obyek-obyek ini agar lebih dapat dinikmati dari luar dan menyumbangkan pemandangan visual yang lebih menarik bagi kawasan. Hal ini sesuai dengan prinsip dimensi visual yaitu pengalaman kinestetik (kinaesthetic experience) sebagaimana dikemukakan oleh Cullen (1961) dalam Carmona (2003). Ia mengatakan tentang ‘serial vision” dimana pengalaman merupakan serangkaian penyingkapan banyak hal disertai dengan adanya daya tarik karena unsur kontras seperti halnya juxtaposition dalam bidang arsitektur. Cullen mengatakan bahwa dalam lingkungan perkotaan seharusnya didisain dari sudut pandang orang yang bergerak, dimana mereka banyak menemukan pengalaman menarik dari pergerakan atau perjalanan mereka. Prinsip ini dapat diterapkan dalam perencanaan obyek wisata di Kampung batik Laweyan ini, dengan membuka rumah-rumah kuno yang tersembunyi di balik tembok tinggi. Pengunjung dapat berjalan menikmati obyek-obyek wisata dengan melakukan rute perjalanan dengan tema tertentu (jalur interpretatif) dan berhenti di obyek-obyek wisata tertentu seperti rumah-rumah kuno yang tersembunyi di balik tembok yang tinggi. Unsur kontras ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Bosselmann (1998) dalam Carmona (2003), mengatakan bahwa seseorang mengukur langkahnya dengan “jarak ritmik” yang berkaitan dengan pengalaman visual dan spasial. Bila seseorang yang mengambil jarak tempuh yang sama di lingkungan yang berbeda, akan memberikan persepsi terhadap waktu dan pengalaman yang berbeda-beda. Perjalanan di lingkungan yang tidak menarik akan memberi persepsi terhadap waktu yang terasa lebih lama dari kenyataan waktu yang sebenarnya. Prinsip Bosselmann ini dapat memberi inspirasi dalam meningkatkan daya tarik obyek wisata di kampung Laweyan lewat kualitas estetika-visual sehingga menimbulkan rasa betah bagi para pengunjung untuk mengeksplor seluruh kawasan di Kampung Batik Laweyan ini. Tabel 37. Kualitas estetika-visual lingkungan masing-masing kawasan

NO Lokasi pengamatan Parameter Visual I II III IV V N K

1 Kwanggan 3 3 3 3 3 15 R 2 Sayangan Kulon 20 51 30 66 72 239 T 3 Kramat 4 24 16 29 21 94 S 4 Sayangan Wetan 31 50 27 72 65 245 T 5 Setono 34 39 21 67 64 225 T 6 Lor Pasar 10 39 18 57 44 166 T 7 Kidul Pasar 5 15 22 33 20 95 S 8 Klaseman 22 36 23 43 41 165 S

(25)

Keterangan :

I = Architectural rhythm, V = order/keteraturan

I I = Perawatan lingkungan, IV = Historical significance/content

III = openness/keterbukaan, K = klasifikasi (T= Tinggi, S= Sedang, R= Rendah),

Gambar 21. Peta kondisi kualitas estetika-visual lingkungan

Gambar 22 di bawah ini menunjukkan kawasan yang memiliki kualitas estetika-visual yang rendah di Kwanggan, sebagian Kramat , dan Kidul pasar.

Gambar 22. Lanskap dengan nilai estetika-visual lingkungan rendah

(26)

Gambar 23 di bawah ini menunjukkan kawasan yang memiliki kualitas estetika-visual yang tinggi. Kawasan yang dimaksud adalah Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, Setono, dan Lor Pasar.

(27)

5.1.4. Zona Wisata Budaya Potensial

Setelah melakukan analisis kualitas budaya kawasan berdasarkan obyek dan atraksi wisata eksisting, kelayakan kawasan wisata dan analisis kualitas estetika-visual lingkungan, maka diperoleh peta kualitas budaya kawasan, peta kelayakan kawasan dan peta potensi kualitas estetika-visual lingkungan. Lalu dilakukan overlay terhadap ketiga peta potensi tersebut untuk memperoleh zona wisata budaya potensial. Overlay dilakukan dengan pembobotan masing-masing 40% untuk faktor kualitas budaya kawasan, 35% untuk faktor kelayakan kawasan, dan 25% untuk faktor kualitas estetika-visual lingkungan. Tabel 38 menunjukkan luasan dan prosentase wilayah yang memiliki potensi wisata budaya sebagai hasil overlay potensi kualitas budaya kawasan, kelayakan kawasan dan kualitas estetika-visual lingkungan.

Tabel 38. Zona wisata budaya potensial di Kampung Batik Laweyan

No Lokasi Pengamatan Kualitas budaya kawasan Kelayakan kawasan wisata (Bobot 35%) Kualitas estetika-visual lingkungan (Bobot 25%) Potensi wisata budaya Luasan (Bobot 45%) Ha % 1 Kwanggan 1 1 1 R 1.88 7.6 2 Sayangan Kulon 2 3 3 T 3.00 12.1 3 Sayangan Wetan 2 3 3 T 3.43 13.8 4 Lor Pasar 1 2 3 S 4.11 16.7 5 Kramat 1 2 2 S 2.01 8.1 6 Setono 3 2 3 T 5.05 20.3 7 Kidul Pasar 1 1 2 R 2.32 9.3 8 Klaseman 1 2 2 S 3.00 12.1 Total 24.83 100

Sumber: Hasil olahan data 2010

Gambar 24 menunjukkan potensi wisata masing-masing kawasan. Terdapat 3 kawasan (sekitar 38%) yang memiliki potensi wisata budaya sangat potensial yaitu Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono. Ketiga kawasan ini memiliki persyaratan potensi wisata tertinggi. Terdapat tiga kawasan dengan potensi sedang (sekitar 38%) yaitu Kramat, Lor Pasar, dan Klaseman. Sedangkan kawasan dengan potensi rendah hanya 24% (2 kawasan) yaitu Kawasan Kwanggan dan Kidul Pasar. Kedua kawasan ini memiki potensi wisata terendah karena kualitas estetika-visual lingkungan yang rendah dan kelayakan kawasan yang tidak potensial.

(28)

Gambar 24. Peta zona wisata budaya potensial di Kampung Batik Laweyan

5.2. Analisis Tingkat Akseptibilitas Masyarakat Lokal

Tahap penentuan zona akseptibilitas masyarakat lokal ditunjukkan dengan tingkat kesediaan masyarakat dalam menerima pengembangan lokasi penelitian menjadi kawasan wisata. Penilaian dilakukan oleh responden, dimana dari masing-masing kampung diambil 12 orang, sehingga jumlah dari responden seluruh kampung yang diteliti adalah 96 responden.

Tabel 39 menunjukkan tingkat akseptibilitas masyarakat terhadap rencana pengembangan kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta. Dari hasil survey lapang baik menggunakan kuisioner maupun wawancara langsung kepada masyarakat, sebagian besar masyarakat bersedia dan menerima jika tempat tinggal atau lingkungan disekitarnya dijadikan sebagai tempat wisata. Dari Tabel 40 menunjukkan bahwa sebanyak 3 kawasan (46.2%) dengan luas sekitar 11.48 Ha memiliki tingkat akseptibilitas tinggi (Sayangan Kulon, Sayangan Wetan dan Setono). Ketiga kawasan ini sebagian besar masyarakatnya memiliki usaha batik, baik pabrik, galeri, maupun toko batik. Sebenarnya hal ini juga dimiliki oleh kawasan Lor Pasar, Kidul Pasar, Kramat, dan Klaseman. Namun tidak semua masyarakat ini sepenuhnya menerima

(29)

pengembangan kawasan dengan beberapa alasan yang sifatnya pribadi. Hal ini sedikit menurunkan nilai penilaian sehingga tingkat akseptibilitas yang diperoleh termasuk dalam potensi sedang (sebanyak 46.1% ) dan menempati kawasan seluas 11.44 Ha. Sedangkan 7.7% dari kawasan yang menampati 1.88 Ha (hanya 1 kawasan) memiliki tingkat akseptibilitas masyarakat yang rendah yaitu Kwanggan (Gambar 25).

Tabel 39. Tingkat akseptibilitas masyarakat terhadap rencana pengembangan kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta

NO Lokasi pengamatan I II Parameter III IV V N K 1 Kwanggan 20.00 15.00 15.00 15.00 20.00 85.00 R 2 Sayangan Kulon 20.00 19.00 20.00 19.00 20.00 98.00 T 3 Kramat 19.00 19.00 18.00 18.00 20.00 94.00 S 4 Sayangan Wetan 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 100.00 T 5 Setono 20.00 20.00 19.00 20.00 20.00 99.00 T 6 Lor Pasar 18.00 19.00 18.00 20.00 20.00 95.00 S 7 Kidul Pasar 20.00 18.00 17.00 18.00 20.00 93.00 S 8 Klaseman 20.00 19.00 17.00 19.00 20.00 95.00 S Sumber: Data Olahan 2010

Keterangan: I = Pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata II = Pengelolaan kawasan wisata oleh masyarakat

III = Peran aktif masyarakat dalam pariwisata IV = Keuntungan kegiatan wisata

V = Keberadaan wisatawan

N = Nilai Total (maksimal 100.00, minimal 25, setelah disesuaikan dengan skala pembobotan)

K = Klasifikasi (T= Tinggi, S= Sedang, R= Rendah)

Tabel 40. Luasan kawasan di Kampung Batik Laweyan berdasarkan tingkat akseptibilitas masyarakat terhadap pengembangan kawasan wisata

No Lokasi Pengamatan

Potensi Kawasan

Total (Ha) Sangat Potensial Potensial Tidak Potensial

1 Kwanggan 1.88 Ha 1.88 2 Sayangan Kulon 3.00 Ha 3.00 3 Sayangan Wetan 3.43 Ha 3.43 4 Lor Pasar 4.11 Ha 4.11 5 Kramat 2.01 Ha 2.01 6 Setono 5.05 Ha 5.05 7 Kidul Pasar 2.32 Ha 2.32 8 Klaseman 3.00 Ha 3.00 Total 11.48 Ha 11.44 Ha 1.88 Ha 24.83 Persentase (%) 46.2% 46.1% 7.7% 100%

(30)

Ketujuh kawasan (kawasan yang sangat potensial dan potensial ) ini boleh dikatakan memiliki kepentingan langsung terhadap pengembangan wisata budaya sehingga mereka sangat menerima. Kwanggan sebagai satu-satunya kawasan dengan potensi rendah, karena hanya sedikit sekali dari masyarakat di kawasan ini yang memiliki usaha batik sehingga mereka merasa tidak terlalu memiliki keuntungan dengan adanya kegiatan wisata. Sebagian besar masyarakat di kampung Kwanggan tidak memiliki usaha, dan sebagian kecil membuka usaha bengkel, toko, salon, dan kegiatan perekonomian yang tidak berkaitan dengan perbatikkan. Beberapa rumah tua di kawasan Kwanggan tidak berpenghuni.

Gambar 25. Peta zona tingkat akseptibilitas masyarakat di Kampung Batik Laweyan, Surakarta

5.3. Zona Integratif Kawasan Wisata Budaya di Kampung Batik Laweyan

Zona integratif diperoleh pada tahap sintesis dengan tehnik overlay yang mengintegrasikan zona wisata budaya potensial (Pwb) dan potensi masyarakat lokal (Pml) (Tabel 41). Setelah peta-peta tematik tersebut dioverlay, diperoleh zona integratif kawasan wisata budaya yang nantinya akan digunakan sebagai zoba untuk pengembangan wisata budaya. Setelah itu dibuat klasifikasi potensi

(31)

yaitu kawasan sangat potensial (SP), potensial (P), dan tidak potensial (TP) (Gambar 26). Bobot untuk aspek wisata budaya (67%) dan aspek masyarakat (33%) ditentukan melalui proses pengambilan keputusan dari beberapa ahli dengan expert judgement. Dari hasil penilaian diperoleh bahwa zona integratif yang tergolong sangat potensial ada 38% (3 kawasan), yaitu kawasan Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono. Kawasan yang potensial sekitar 38% ( 3 kawasan) yaitu Lor Pasar, Kramat dan Klaseman. Sedangkan kawasan tidak potensial sekitar 25% (2 kawasan ) yaitu Kwanggan dan Kidul Pasar.

Tabel 41. Zona integratif kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan NO Lokasi pengamatan Potensi Wisata Budaya (Bobot 67%) Potensi Masyarakat (Bobot 33%) Zona Integratif Z S 67% Z S 33% N K 1 Kwanggan TP 1 0.67 TP 1 0.33 1 TP 2 Sayangan Kulon SP 3 2.01 SP 3 0.99 3 SP 3 Kramat P 2 1.34 P 2 0.66 2 P 4 Sayangan Wetan SP 3 2.01 SP 3 0.99 3 SP 5 Setono SP 3 2.01 SP 3 0.99 3 SP 6 Lor Pasar P 2 1.34 P 2 0.66 2 P 7 Kidul Pasar TP 1 0.67 P 2 0.66 1.3 TP 8 Klaseman P 2 1.34 P 2 0.66 2 P

Sumber : Data Olahan 2010 S = Skor

K = Klasifikasi potensi (SP = Sangat Potensial, P = Potensial, TP = Tidak Potensial) Z = Zona (SP = Sangat Potensial, P = Potensial, TP = Tidak Potensial)

N = nilai total setelah dilakukan pembobotan (Nilai maksimal 3, nilai minimal 1)

Gambar 26. Peta zona integratif kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta

(32)

Setelah diperoleh zona integratif kawasan wisata budaya, lalu dilakukan klasifikasi untuk menentukan zona pengembangan kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata budaya batik di Kampung Batik Laweyan. Zona pengembangan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan (Gambar 27) dibagi dalam:

1) Zona pengembangan wisata potensial (zona inti). Yang termasuk dalam zona ini adalah zona integratif hasil overlay yang menunjukkan kawasan yang memiliki potensi tinggi (T) untuk aspek wisata budaya dan masyarakat yaitu kawasan Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono. Kawasan lain yang termasuk dalam zona pengembangan wisata potensial yaitu kawasan dengan klasifikasi potensi sedang (S) yaitu kawasan Lor Pasar, Kramat dan Klaseman. Ketiga kawasan ini, memiliki persyaratan sebagai kawasan zona pengembangan wisata potensial karena memiliki kualitas budaya sedang, memiliki beberapa obyek dan atraksi wisata yang berkualitas baik, dan dukungan masyarakat yang cukup potensial. Zona ini dimanfaatkan sebagai zona inti untuk pengembangan wisata interpretasi budaya batik Laweyan, karena memiliki hampir semua persyaratan untuk interpretasi budaya batik Laweyan. Pada zona ini memiliki obyek dan atraksi wisata, kualitas budaya, kelayakan kawasan potensial, dan kualitas estetika-visual potensial dan mendapatkan penerimaan yang tinggi dari masyarakat terhadap pengembangan kawasan untuk menjadi kawasan wisata budaya. Di dalam zona ini juga akan ditempatkan semua fasilitas untuk wisata budaya, baik interpretasi tentang budaya batik, maupun sejarah dan budaya kampung Laweyan. Keenam kawasan yang tergolong zona inti ini jaraknya berdekatan dan mengumpul sehingga akan memudahkan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan sirkulasi wisata.

2) Zona pengembangan wisata tidak potensial (zona pendukung). Yang tergolong dalam zona ini adalah zona integratif hasil overlay yang memiliki potensi rendah (TP). Zona ini tidak digunakan sebagai inti wisata budaya karena tidak memiliki obyek dan atraksi wisata yang interpretatif terhadap budaya batik Laweyan. Zona ini digunakan sebagai zona pendukung wisata yang berfungsi sebagai area penerimaan (welcome area), area transisi, dan area untuk menempatkan fasilitas penunjang wisata seperti lahan parkir, fasilitas pelayanan dan kenyamanan lainnya seperti toilet, kafe dan restoran, dan pusat informasi pengunjung (VIC). Zona pendukung yang terdiri dari dua

(33)

kawasan yaitu kawasan Kwanggan dan Kidul Pasar memang letaknya berjauhan. Namun hal ini tidak akan menjadi kendala dalam perencanaan nanti karena masing-masing akan menjadi pendukung zona inti yang terletak di dekatnya.

Tabel 42 menunjukkan luasan kawasan untuk pengembangan kawasan wisata budaya. Peta yang menunjukkan pembagian zona pengembangan kawasan wisata potensial dapat dilihat di Gambar 27.

Tabel 42. Zona pengembangan kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan

No Lokasi Pengamatan

Potensi Kawasan Total

(Ha) Sangat Potensial Potensial Tidak Potensial

Zona Wisata potensial (zona inti)

Zona Wisata tidak potensial (zona pendukung) 1 Kwanggan 1.88 Ha 1.88 2 Sayangan Kulon 3.00 Ha 3.00 3 Sayangan Wetan 3.43 Ha 3.43 4 Lor Pasar 4.11 Ha 4.11 5 Kramat 2.01 Ha 2.01 6 Setono 5.05 Ha 5.05 7 Kidul Pasar 2.32 Ha 2.32 8 Klaseman 3.00 Ha 3.00 Total 15.59 Ha 5.01 Ha 4.20 Ha 24.83 Persentase (%) 62.8% 20.2% 16.0% 100%

Sumber : Data Olahan 2010

Gambar 27. Peta zona pengembangan kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta

(34)

Kawasan yang termasuk zona pengembangan wisata budaya tinggi (SP) meliputi kawasan Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono yang selanjutnya ditetapkan menjadi zona inti kawasan wisata budaya Kampung Batik Laweyan. Salah satu faktor yang membuat kawasan ini memiliki nilai potensi tinggi adalah keberadaan obyek dan atraksi wisata potensial yang dimiliki keempat kawasan ini. Obyek dan atraksi yang dimiliki di kawasan potensi Tinggi (SP) ini adalah :

a. Kampung Sayang Kulon :pabrik batik abstrak , galeri batik dan museum batik milik keluarga, rumah tua dan unik, langgar merdeka

b. Sayangan Wetan : showroom dan galeri batik, pabrik batik, tugu laweyan c. Kampung setono : mesjid Laweyan, makam Kyai Ageng Henis, Langgar

Ma’moer, showroom dan galer batik, rumah tua dan kuno di Sentono, pabrik batik, rumah pemberian soekarno untuk Samanhudi, bunker bawah tanah, batik furniture.

Beberapa obyek yang seharusnya menarik dari segi sejarah seperti tugu Laweyan, dan bunker bawah tanah memang harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah kota maupun masyarakat laweyan. Untuk Tugu Laweyan, dibutuhkan perbaikan berupa perubahan disain yang lebih menarik dan representatif dan dapat memberi banyak informasi tentang sejarah kawasan tugu laweyan yang dulu merupakan pasar kuno Laweyan. Obyek ini mendapat penilaian rendah karena bentuk disain tugu yang tidak menarik dan tidak representatif terhadap citra kawasan. Sedankan bunker bawah tanah mendapat penilaian rendah karena letaknya yang berada di dalam rumah warga, sehingga ketersediaan obyek ini tidak selalu ada sepanjang waktu dan sangat tergantung pada kesediaan warga yang rumahnya ditempati bunker bersejarah ini.

Kawasan yang juga termasuk zona inti adalah kawasan yang termasuk zona pengembangan wisata budaya sedang (S) yang meliputi kawasan Lor Pasar, Kramat, dan Klaseman. Kawasan Lor Pasar, yang berada tepat di tepi jalan raya atau jalan utama, memiliki jalur sirkulasi yang dapat digunakan sebagai jalur distribusi barang produksi di kawasan Kampung batik yang akan dikirim ke luar wilayah, atau sebagai jalur distribusi bahan baku yang akan digunakan pabrik-pabrik yang ada di dalam Kampung Laweyan ini. Di dalam kawasan ini dapat dibangun satu tempat khusus untuk menurunkan atau memuat barang-barang produksi batik laweyan. Di samping itu, jalur sirkulasi ini dapat

(35)

digunakan oleh masyarakat lokal sebagai jalur sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak berkaitan dengan wisata.

Untuk kawasan Kramat dan Klaseman digolongkan ke dalam zona inti karena memiliki beberapa beberapa aspek yang tergolong potensial yaitu kualitas budaya kawasan, kualitas estetika-visual lingkungan, kelayakan kawasan, dan akseptibilitas masyarakat . Kriteria potensial ini akan sangat baik dan memenuhi syarat untuk dikembangkan sebagai zona inti kawasan wisata. Untuk obyek dan atraksi wisata eksisting yang dimiliki kedua kawasan ini, tergolong obyek yang memiliki kualitas baik.

Obyek dan atraksi wisata yang dimiliki kawasan ini meliputi: a. Kramat : Museum Samanhudi

b. Klaseman : pabrik batik dan showroom batik, Laweyan Batik Centre c. Lor Pasar : Pabrik batik dan galeri batik

Museum Samanhudi merupakan obyek potensial, namun tetap memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat mengingat kondisinya saat ini yang sangat tidak layak dan tidak mencerminkan sebuah museum yang menarik untuk didatangi. Sedangkan Laweyan batik centre memiliki potensi yang rendah karena miskin atraksi dan tidak dimanfaatkan secara serius dan regular oleh Kampung batik Laweyan. Pembuatan program acara yang menarik di Laweyan batik center ini akan membantu meningkatkan daya tarik obyek ini dan akan meningkatkan kualitas wisata. Pabrik batik dan galeri yang ada di Lor Pasar memiliki kualitas baik sehingga dapat dipertahankan sebagai obyek wisata.

Kawasan yang termasuk zona pengembangan wisata budaya dengan potensi rendah (TP) adalah daerah Kwanggan dan Kidul Pasar, yang selanjutnya ditetapkan menjadi kawasan pendukung wisata. Di dalam kawasan ini ditempatkan fasilitas pendukung wisata dan dijadikan kawasan penerimaan (welcome area) dan kawasan penempatan fasilitas pendukung wisata. Kawasan Kwanggan ini memiliki kelebihan dari segi aksesibilitas yang tinggi karena terletak tepat di tepi jalan utama dan tepat di pintu gerbang utama menuju kampung Batik Laweyan. Kawasan ini sangat sesuai untuk dijadikan kawasan penerima (welcome area). Di samping itu, kawasan ini akan ditempatkan fasilitas pendukung wisata yang berkaitan dengan pelayanan dan kenyamanan seperti pusat informasi pengunjung (VIC), toilet, café dan restoran, musholla, tempat parkir, dll. Kawasan ini sekaligus berguna sebagai zona transisi menuju ke zona

(36)

inti kawasan wisata budaya. Sedangkan kawasan kidul pasar terletak agak jauh dari jalan raya. Di kawasan ini tidak terdapat obyek wisata menarik kecuali situs kabanaran yang sebenarnya letaknya secara geografis berada di luar kawasan ini namun secara administratif berada di kawasan ini. Nilai cultural significance untuk situs kabanaran ini tergolong tinggi, namun secara visual tergolong rendah karena tidak terawat dengan baik. Kendala ini dapat diatasi dengan melakukan perbaikan pada situs ini agar menjadi kawasan yang menarik, dan kawasan kidul pasar dapat menjadi tempat peletakan fasilitas yang mendukung obyek wisata bersejarah ini.

5.4. Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Budaya di Kampung Batik

Laweyan

5.4.1. Konsep Perencanaan Wisata

Perencanaan Lanskap wisata budaya Kampung Batik Laweyan didasarkan pada konsep pelestarian dan apresiasi kehidupan membatik di Kampung Batik Laweyan yang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, dalam rangka mempertahankan warisan budaya tak benda, dengan tetap memperhatikan unsur ekonomi masyarakat lokal. Program pemerintah yang telah menetapkan kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai kawasan Cagar budaya sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya telah menjadi dasar yang kuat dalam mengupayakan tindakan pelestarian terhadap kehidupan sosial budaya beserta peninggalan sejarah yang terkandung di dalamnya. Dengan adanya tujuan pelestarian dan pemanfaatan kawasan yang mendukung pelestarian, maka konsep perencanaan yang paling tepat diterapkan di kawasan ini adalah ‘Laweyan sebagai kampung wisata pusaka yang interpretatif’. Menurut badan organisasi wisata dunia (WTO), wisata pusaka adalah kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya manusia, kesenian, filosofi dan pranata dari wilayah lain. Sedangkan interpretatif artinya mampu memberi interpretasi atau informasi tentang sesuatu, dalam hal ini yaitu batik. Dengan konsep ini, diharapkan perencanaan seluruh kawasan dilakukan dengan pertimbangan untuk dapat memberi banyak informasi dan interpretasi tentang batik berikut kehidupan sosial budaya yang menyertai. Seluruh fasilitas wisata, jalur sirkulasi, obyek dan atraksi wisata, dirancang agar memenuhi tuntutan interpretasi yang berkaitan dengan budaya batik dan kehidupan masyarakatnya.

(37)

Pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kawasan wisata budaya kampung Batik Laweyan adalah dengan pendekatan dua aspek yaitu aspek wisata, yang mengungkap potensi obyek dan atraksi wisatanya, dan potensi estetika-visual lingkungan fisik, serta aspek masyarakat lokal. Pendekatan ini diharapkan mampu menggali potensi kawasan dan memanfaatkan potensi tersebut dengan tepat sesuai dengan karakter kawasan sehingga pada akhirnya dapat tercipta kawasan yang sangat interpretatif terhadap kehidupan sosial budaya di dalamnya. Ciri khas yang paling menonjol dari kehidupan sosial budaya di kampung Laweyan ini adalah kehidupan membatik. Semua aspek yang diidentifikasi dan dianalisis, menunjukkan adanya kehidupan membatik yang sangat dominan. Latar belakang sejarah yang dimiliki kawasan juga erat kaitannya dengan kehidupan membatik tempo dulu hingga kini.

5.4.2. Konsep Ruang Kawasan Wisata Budaya

Konsep ruang wisata budaya yang dikembangkan didasarkan pada kebutuhan ruang wisata budaya untuk menyampaikan informasi tentang budaya masyarakat lokal, yang dihubungkan oleh jalur sirkulasi yang membantu upaya interpretasi terhadap kawasan tersebut.

Pada zona inti yang merupakan pusat aktivitas wisata utama untuk wisata budaya, dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang transisi, dan ruang wisata utama, Pada tiap ruang wisata terdapat aktifitas dan fasilitas yang mendukung tema dan tujuan dari ruang wisata tersebut (Gambar 28). Ruang-ruang tersebut adalah :

Kedua ruangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Ruang Transisi

Merupakan ruang penghubung yang menghantarkan pengunjung dari welcome area menuju ruang wisata utama. Ruang ini juga berfungsi sebagai ruang informasi yang mengarahkan pengunjung untuk memilih wisata mana yang diinginkan setelah memasuki ruang wisata utama. Di dalam ruang ini terdapat fasilitas pameran batik, museum pusaka batik, fasilitas interpretasi batik, dan ruang interpretasi budaya dan sejarah kawasan Laweyan.

2) Ruang wisata utama:

a) Edutourism

Merupakan ruang wisata utama yang mengakomodasikan aktifitas dan fasilitas wisata untuk wisata edukasi tentang perbatikan. Wisata

(38)

edukasi di sini adalah mengajak wisatawan untuk mengenal lebih jauh tentang perbatikan mulai dari sejarahnya, filosofinya, motif dan disain, proses pembuatan batik, hingga produk batik. Wisatawan juga dapat ikut berpartisipasi dalam pembuatan batik ini dengan belajar langsung dari para pembatik yang ada di kampung Laweyan.

Ruang ini merupakan ruang wisata yang memiliki obyek dan atraksi wisata yang berkaitan dengan perbatikan seperti pabrik batik dan showroom batik. Di dalam ruang ini juga terdapat ruang pelatihan bagi pengunjung yang ingin serius menekuni keahlian membatik dalam kurun waktu tertentu dan juga terdapat ruang interpretasi batik.

b) Culture tourism

Merupakan ruang yang mengakomodasikan obyek dan atraksi budaya dan sejarah. Aktivitas wisata budaya yaitu melakukan

kampoeng tour untuk melihat lebih dekat kehidupan sosial budaya di

kampung Laweyan yang sangat unik dan asli, baik dari bentuk arsitektural rumah, maupun sejarah yang terkandung di Kampung Laweyan. Wisatawan diharapkan dapat mengeksploitasi kampung Laweyan mulai dari sejarah terbentuknya Laweyan hingga terciptanya image kampung ini sebagai kampung batik beserta filosofi dan kearifan lokal yang dimiliki oleh kampung ini yang masih tercermin hingga kini melalui arsitektur bangunan dan morfologi kampung dan kehidupan sosial yang masih dijalani hingga kini.

c) Welcome area (ruang penerimaan)

Ruang ini merupakan area penerimaan yang berfungsi sebagai pintu masuk ke objek dan atraksi wisata. Area ini berisi fasilitas pelayanan seperti ruang duduk, ruang interpretasi wisata (sesuai dengan tema masing-masing wisata), dan fasilitas lain yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan touring mengikuti jalur interpretasi.

Pada zona pendukung terbagi atas entrance (pintu masuk utama) , visitor

centre, dan ruang fasilitas pelayanan sebagai pendukung wisata. Ruang-ruang

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Entrance (pintu masuk utama)

Merupakan pintu masuk ke kampung Batik Laweyan. Pintu masuk ini langsung berhadapan dengan jalur primer yaitu Jl. Dr. Radjiman yang

(39)

merupakan jalan utama di wilayah kelurahan Laweyan yang juga menghubungkan kota Solo dan Jogjakarta.

2) Ruang visitor centre (VIC)

Merupakan area penerimaan menuju wisata budaya. Area ini berisi pusat informasi bagi pengunjung (VIC) yang masuk ke Kampung Batik Laweyan. Area ini bertujuan untuk memberikan pelayanan dan informasi bagi pengunjung yang akan berwisata budaya.

3) Ruang fasilitas pendukung wisata

Merupakan ruang yang berisi fasilitas-fasilitas pendukung yang dibutuhkan dalam aktivitas wisata. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat berupa fasilitas pelayanan dan fasilitas kenyamanan. Fasilitas pelayanan seperti toilet, mushola, instalasi listrik dan air, tempat parkir, penyediaan sarana transportasi, ruang pelatihan, dll. Sedangkan fasilitas kenyamanan seperti café dan restoran, ruang istirahat, dll. Ruang pelayanan wisata ini terdapat di kedua zona, baik zona inti wisata maupun zona pendukung wisata

Gambar 28. Konsep ruang kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta

5.4.3. Konsep Sirkulasi Kawasan Wisata Budaya

Konsep dasar sirkulasi untuk pengembangan wisata ini memakai sistem

Kampong tour dengan konsep learn by experiencing and exploring. Jadi konsep

ini semacam upaya mengenal kampung Laweyan dengan tidak hanya sekedar melihat-lihat, tetapi juga ikut terlibat dalam beberapa aktivitas tertentu yang dapat memberi pengalaman langsung bagi pengunjung sehingga diharapkan nantinya dapat memberikan pemahaman yang mendalam bagi para pengunjung tentang

ENTRANCE AREA

TRANSISI RUANG WISATA

(40)

kampung batik Laweyan beserta kehidupan sosial budaya di dalamnya (Gambar 29). Aktivitas menelusuri kampung ini difasilitasi dengan jalur sirkulasi.

Di samping itu sistem jalur wisata di kawasan wisata budaya kampung Batik Laweyan juga menekankan pada visualisasi untuk mengamati dan menikmati atraksi dalam kesatuan yang utuh, terstruktur, berurutan dan ada keterkaitan satu sama lain dalam satuan ruang dan waktu. Menurut Simonds (1983) , dalam touring system perlu mempertimbangkan tentang:

1. Jarak atau waktu tempuh yang merupakan fungsi dari area, sedangkan area merupakan fungsi dari ruang, sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh

2. Keutuhan, yang menggambarkan keharmonisan dan unity dari elemen-elemen, sehingga elemen-elemen tersebut tidak terpencar-pencar

3. Sekuen, yang menggambarkan urutan terhadap obyek yang mempunyai persepsi kontinuitas sehingga merupakan penorganisasian dari elemen-elemem pada ruang.

Gambar 29. Konsep ruang dan sirkulasi kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta

: Jalur sirkulasi primer : Jalur sirkulasi sekunder : Jalur sirkulasi tertier : Entrance

: Welcome area : Ruang transisi : Ruang wisata utama : Kawasan wisata

(41)

Pada dasarnya jalur sirkulasi kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan terbagi menjadi tiga yaitu jalur sirkulasi primer, sekunder, dan tertier. Jalur sirkulasi primer di kawasan wisata budaya ini adalah jalan utama DR. Rajiman. Jalan ini berfungsi sebagai akses utama untuk menuju kawasan. Baik dari terminal, bandara, luar kota, dll. Akses menuju kawasan wisata ini sangat tinggi. Pengunjung dapat mendatangi kawasan dari kedua arah, baik dari arah Yogyakarta atau Semarang, maupun dari arah Sukoharjo ataupun Surabaya. Selanjutnya, jalur sirkulasi sekunder berfungsi menghubungkan antar kawasan. Jalur ini dapat menggunakan kendaraan becak dalam jumlah yang sangat terbatas dan tidak diperkenankan untuk menjadi tempat parkir. Kendaraan roda 4 tidak diperkenankan masuk ke dalam kawasan wisata. Sedangkan jalur tertier adalah jalur pejalan kaki yang berupa gang-gang yang menghubungkan satu obyek wisata dengan obyek lainnya, baik di dalam masing-masing kawasan, ataupun antar kawasan. Jalur sekunder dan tertier di zona inti tidak memperkenankan kendaraan roda empat untuk melintas. Namun, terdapat satu jalur sekunder di kawasan Lor Pasar yang dapat dilintasi kendaraan roda empat karena merupakan jalur penurunan dan penaikkan muatan hasil produksi batik bagi penduduk setempat dan menjadi pintu masuk dan keluar bagi aktivitas produksi agar tidak saling mengganggu dengan aktivitas wisata.

5.4.4. Pengembangan Aktifitas dan Fasilitas di Kawasan Wisata Budaya

Tabel 42 di bawah ini menunjukkan hubungan antara ruang dan aktivitas beserta fasilitas yang dibutuhkan. Aktivitas di kawasan wisata budaya ini dibagi berdasarkan aktivitas/kegiatan ekonomi masyarakat lokal dan aktivitas wisata pengunjung.

Aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat lokal, terbagi-bagi berdasarkan ruang yang dibutuhkan. Ruang atau zona yang menampung aktivitas ini terbagi atas zona inti dan zona pendukung. Pada zona inti, maka aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat lokal adalah aktivitas yang terkait langsung dengan wisata budaya seperti menjual batik, membuat batik, memamerkan batik, maupun kegiatan yang berhubungan dengan budaya dan sejarah kawasan.

(42)

Tabel 43. Rencana aktivitas dan fasilitas untuk zona inti di kawasan wisata budaya Kampung Batik Laweyan, Surakarta

Zona Wisata

Ruang Wisata

Transisi Wisata Utama

Aktifitas Fasilitas Aktifitas Fasilitas

Zona Inti Penerimaan wisatawan  Pusat informasi wisata budaya  Pusat Interpretasi  Ruang galeri budaya laweyan  Ruang galeri batik EduTourism (wisata batik) -pengunjung Wisata pasif:  Melihat proses pembuatan batik  Melihat galeri batik  Melihat pameran seni batik  Melihat festival berkaitan dengan batik  Melihat museum batik Wisata aktif:  Ikut pelatihan membatik  Berbelanja produk batik -masyarakat lokal  Membuat furniture batik  Membuat dan memproduksi batik  Menjadi pemandu di gedung interpretasi batik  Menjadi karyawan

di toko atau pabrik batik

 Membuat art gallery  Menjual dan memamerkan hasil produksi batik  Showroom batik  Pabrik batik  Ruang interpretasi batik  Ruang pelatihan membatik  Ruang pameran dan panggung festival batik  Ruang pelatihan (Laweyan Batik Centre)  Galeri batik dan ruang pameran batik  Pabrik furniture  Pabrik batik  VIC, welcome area, obyek wisata  Galeri dan toko batik, pabrik batik  Galeri  galeri

(43)

Lanjutan Tabel 43.

Zona Wisata

Ruang Wisata

Transisi Wisata Utama

Aktifitas Fasilitas Aktifitas Fasilitas

Zona Inti

Culture Tourism (Wisata budaya dan sejarah) -Pengunjung: Wisata pasif:

 Melihat peninggalan sejarah

 Mendengar sejarah dan menyaksikan festival  Menikmati pemandangan situs bersejarah  Melihat gedung-gedung bersejarah  Melihat arsitektur bangunan ciri khas Kampung Laweyan Wisata aktif:

 Kampong tour dengan berjalan kaki di kawasan  Berperahu dari titik

mesjid Laweyan sampai pelabuhan Kabanaran (riverwalk boat tour)  Berziarah di makam

Kyai Ageng Henis

-Masyarakat lokal:  Menjadi pemandu wisata budaya  Menampilkan pertunjukkan seni budaya  Membuat kerajinan/ handycarft

 Melakukan ritual adat

• Ruang interpretasi • Museum • Plaza dan monument sejarah • Pelabuhan kabanaran (re-create) • Riverfront theatre • Jalur sirkulasi yang

nyaman

• Sungai Kabanaran yang bersih dan terawat • Perahu • Historical Riverfront and sidewalks , educational components di tepi S. Kabanaran • Sculpture

 Welcome area dan VIC

 Riverfront theatre  Pabrik atau ruang

galeri

Zona Inti

Welcome area

• penerimaan wisatawan di ruang wisata utama

• Pusat informasi wisata/ VIC

(44)

Tabel 44. Rencana aktivitas dan fasilitas untuk zona pendukung wisata budaya Kampung Batik Laweyan, Surakarta

Zona Wisata

Ruang Wisata

Entrance Visitor Centre Ruang Fasilitas Pendukung Zona Pendu- kung Aktifitas Fasili tas

Aktifitas Fasilitas Aktifitas Fasilitas Menerima wisatawan Tempat Parkir Taman Shelter Menerima wisatawan Gedung pusat informasi wisata -Makan -Istirahat -Sholat -Berbelanja souvenir -Pelatihan batik massal -Menginap -Restoran dan café -Mushola -Toko souvenir -Tempat parkir -Ruang pelatihan -Sarana untuk kegiatan riverwalk boat tour di sungai Kabanaran -Taman -Gazebo -Tempat penginapan

Sedangkan aktivitas wisata yang dilakukan oleh pengunjung terbagi-bagi berdasarkan zona inti dan zona pendukung sebagaimana aktivitas ekonomi. Pengunjung yang hendak melakukan aktivitas wisata yang berkaitan dengan wisata budaya maupun sejarah, dapat dilakukan di zona inti. Sedangkan aktivitas yang dilakukan pengunjung yang tidak terkait langsung seperti beristirahat, atau parkir, dll dapat dilakukan di zona pendukung.

5.4.5. Program Pengembangan Perencanaan Wisata

Tujuan dari program pengembangan dan penataan kawasan wisata adalah untuk mendukung kelestarian budaya batik yang telah menjadi warisan budaya yang telah diakui dunia dan menjaga kelestarian kawasan dan keberlanjutan kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat lokal, serta menjadi wadah edukasi warisan budaya batik. Kehadiran obyek dan atraksi wisata yang terdapat di kawasan ini merupakan sumber daya wisata yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam rangka mencapai tujuan perencanaan. Program ini diarahkan pada setiap obyek dan atraksi wisata potensial yang

Gambar

Tabel 28 menunjukkan 6  obyek  (16%)    sangat  baik (S1)  untuk  dikembangkan,  19 obyek (50%) berkategori   baik (S2) untuk dikembangkan, 7  obyek (18 %) bernilai cukup, dan 6 obyek (16%)  bernilai buruk dan tidak sesuai  untuk dikembangkan
Tabel 29. Obyek dan atraksi wisata di kawasan Kampung Batik Laweyan                    Surakarta dengan klasifkasi sangat baik (S1)
Tabel 30. Obyek dan atraksi wisata di kawasan Kampung Batik Laweyan                    Surakarta dengan klasifkasi  baik (S2)
Tabel 31. Obyek dan Atraksi Wisata di Kawasan Kampung Batik Laweyan                    Surakarta dengan Klasifkasi  Cukup (S3)
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengenai pentadbiran daerah dan tanah di Balik Pulau oleh kerajaan kolonial yang

Prodi, selanjutnya mahasiswa menyusun skripsi / TA dengan arahan dosen pembimbing.. Dosen pembimbing ditetapkan melalui Surat Keputusan

Dalam Pasal 82 dan Pasal 83 dapat disimpulkan bahwa korporasi (dalam hal ini perusahaan perfilman yang berstatus badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang usaha

Tulis kegiatan pembelajaran untuk mencapai indicator-indikator tersebut pada jawaban.. Buatlah kisi-kisi instrument penilaian hasil belajar dan instrument

physical acts of producing utterances or the production. of the utterances or the acts of stating

Oleh itu, Buku Garis Panduan Pengurusan Kejohanan Balapan dan Padang (Olahraga) di Sekolah yang diterbitkan ini akan dapat membantu pihak sekolah

Kualitas tidur yang tidak baik akan memudahkan lansia mengalami kekambuhan penyakit hipertensi, hal tersebut dikarenakan kualitas tidur yang buruk akan berdampak

Dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ini telah ditemukan beberapa masalah, yaitu: (1) adanya penyimpangan perilaku siswa yang disebabkan